"Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:37-40)
Kita telah mengetahui bahwa perintah-perintah Tuhan mencakup seluruh Alkitab, seluruh Alkitab adalah Firman Tuhan, setiap kata yang ada dalam bahasa-bahasa asli Alkitab keluar dari mulut Allah sendiri (2 Petrus 1:20-21, 2 Timotius 3:16). Oleh karena itu orang-orang yang sudah diselamatkan memiliki suatu kerinduan yang jujur, sungguh-sungguh dan terus-menerus untuk taat kepada seluruh pengajaran Alkitab.
Berdasarkan kitab Yohanes 14:21 kita mengetahui bahwa mengasihi Allah adalah sama dengan menjalankan hukum-hukum-Nya, dalam ayat itu kita membaca demikian:
"Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
Dan dalam kitab Wahyu 2:4-5 Tuhan memperingatkan demikian:
"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu [yaitu tempat lilin] dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat."
Akan tetapi disisi yang sama dimana Allah mengatakan agar kita mengasihi Allah dengan sekuat hati, jiwa, kekuatan dan pikiran, Ia juga memberikan perintah supaya kita mengasihi sesama kita manusia seperti kita mengasihi diri sendiri. Demikianlah Allah telah memilih salah satu aspek dari kasih kita terhadap Allah dengan menekankan pentingnya mengasihi sesama. Kemudian Allah juga memberikan kita suatu standar melalui mana kita harus mengukur kasih kita terhadap sesama kita, yaitu bahwa kasih kita terhadap sesama kita harus setara atau sama dengan kasih kita terhadap diri kita sendiri. Yaitu, bila kita tidak mau jatuh ke dalam hukuman kutukan yang kekal kita juga harus memberitahukan orang-orang yang lain bahwa ada Jalan keluar dari masalah dosa.
Kita belajar dari perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati bahwa sesama kita ialah siapapun yang membutuhkan pertolongan (Lukas 10:29-37). Tentu saja hal ini meyakinkan kita bahwa setiap orang yang masih belum diselamatkan masih membutuhkan pertolongan secara rohani, dan merekalah sesama kita manusia. Oleh karena itu, sebenarnya, sesama kita ialah setiap orang yang ada di dunia ini. Karena kita harus mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri, kita harus benar-benar merindukan hal yang terbaik bagi mereka, dan hal yang terbaik yang dapat terjadi pada mereka ialah keselamatan yang kekal.
Akan tetapi, bagaimana situasinya jika seseorang mati dalam keadaan belum diselamatkan? Apakah kita masih harus mengasihi dia? Alkitab menjawab pertanyaan itu dalam kitab Matius 5:44 dimana Tuhan berkata demikian:
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."
Di tempat lainnya Alkitab mengajarkan bahwa -- musuh kita adalah setiap orang yang masih belum diselamatkan (Kolose 1:13, Kis. 26:18, 1 Petrus 2:9). Walaupun kecendrungan bahwa banyak dari para musuh ini akan menjadi diselamatkan cukuplah jauh, namun demikian kita harus mengasihi mereka. Kasih kita terhadap orang-orang yang belum diselamatkan bahkan setelah mereka mati didemonstrasikan oleh Daud dan Yesus. Selama kira-kira 15 tahun terakhir dari kehidupan raja Saul, ia selalu mencoba dengan segala cara untuk membunuh Daud. Namun demikian, ketika Raja Saul mati, Daud mengekspresikan kesedihan dan kasihnya yang amat dalam, seperti yang dinyatakan dalam kitab 2 Samuel 1:19 dan 24, dimana Daud yang berada dibawah inspirasi dari Allah Roh Kudus berkata demikian:
"Kepermaianmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan! ......... Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu."
Dan dalam kitab 2 Samuel 2:5 kita membaca demikian:
"maka Daud mengirim orang kepada orang-orang Yabesh-Gilead dengan pesan: "Diberkatilah kamu oleh TUHAN, karena kamu telah menunjukkan kasihmu kepada tuanmu, Saul, dengan menguburkannya."
Daud memperlihatkan kasih dan rasa hormatnya untuk Saul, musuhnya yang sudah mati, bahkan Daud mengekspresikan kasihnya yang lebih besar lagi kepada anaknya Absalom yang jahat dan memberontak. Ketika Absalom kira-kira berusia 25 tahun, ia mulai berencana jahat terhadap ayahnya. Kerinduannya ialah untuk mengambil alih takhta Israel dari tangan ayahnya. Dan pada kenyataannya pemberontakannya menjadi begitu lantang dikumandangkan sehingga Daud dipaksa untuk melarikan diri dari Yerusalem sehingga Absalom tidak harus membunuh dia.
Akan tetapi kasih Daud yang sangat besar bagi anak laki-lakinya yang jahat, yang akhirnya dibunuh oleh seorang jenderal dalam pasukan Daud, diekspresikan dengan sangat kuat dalam kitab 2 Samuel 18:33, yang kita baca demikian:
"Maka terkejutlah raja dan dengan sedih ia naik ke anjung pintu gerbang lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan: "Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!"
Kasih Daud terhadap Absalom mengekspresikan kasih yang seharusnya kita tunjukkan kepada sesama kita manusia. Kita tidak boleh bersukacita atas kematian seorang musuh, melainkan kita harus bersedih karena mereka akan mengalami murka Allah yang menimpa semua orang yang tidak diselamatkan. Dalam kitab Yehezkiel 33:11 Tuhan menyatakan demikian:
"Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup...."
Bahkan lebih dramatis lagi, kita melihat kasih Kristus terhadap orang-orang yang harus mengalami murka Allah, seperti yang kita baca dalam kitab Lukas 19:41-44 demikian:
"Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu [yaitu Yerusalem], Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."
Dan kitab Ibrani 2:3 menasihatkan demikian:
"bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai"
No comments:
Post a Comment