Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Dec 2, 2018

Santo Yustinus

Santo Yustinus, juga dikenal sebagai Yustinus Martir (bahasa Yunani: Ιουστίνος ο Μάρτυρας, bahasa Latin: Iustinus Martyr, bahasa Inggris: Justin Martyr) dan Yustinus sang Filsuf , adalah seorang apolog Kristen, dan dipandang sebagai penafsir terpenting teori Logos pada abad ke-2. Ia wafat sebagai martir bersama dengan sejumlah muridnya, dan dipandang sebagai seorang santo atau orang kudus oleh Gereja Katolik, Komuni Anglikan, Gereja Ortodoks Timur, dan Gereja Ortodoks Oriental.

Sebagian besar karyanya telah hilang, namun dua karya apologi dan satu karya dialog masih terlestarikan. Apologi Pertama, karyanya yang paling terkenal, dengan penuh semangat membela moralitas kehidupan Kristen, dan menyajikan beragam argumen filosofis dan etis untuk meyakinkan Kaisar Romawi, Antoninus Pius, agar menghentikan penganiayaan terhadap Kekristenan yang pada saat itu baru bertumbuh. Sebagaimana yang Santo Agustinus indikasikan terkait "agama yang benar" yang mendahului Kekristenan, Santo Yustinus juga mengemukakan bahwa "benih-benih Kekristenan" (manifestasi-manifestasi tindakan Logos dalam sejarah) sebenarnya mendahului penjelmaan Kristus. Gagasan tersebut memungkinkan dia untuk mengklaim bahwa banyak filsuf Yunani historis (termasuk Socrates dan Plato), yang telah ia pelajari dengan baik karya-karyanya, sebagai orang-orang Kristen yang tidak menyadarinya.

Riwayat Hidup

Yustinus Martir (berjanggut) menunjukkan sebuah buku yang terbuka kepada Kaisar Romawi. Pahatan karya Jacques Callot.
Yustinus Martir lahir sekitar tahun 100 M di Flavia Neapolis (sekarang Nablus) di Samaria ke dalam suatu keluarga pagan, dan mendefinisikan diri sebagai seorang Gentile. Kakeknya, Bacchius, mempunyai nama Yunani, sedangkan ayahnya, Priscus, menyandang nama Latin, yang membawa spekulasi bahwa leluhurnya mungkin telah bermukim di Neapolis segera setelah kota itu didirikan atau mereka adalah keturunan komunitas "diplomatik" Romawi yang dikirimkan ke sana.

Dalam pembukaan Dialog, Yustin memaparkan pendidikan awalnya, bahwa ia tidak puas pada pendidikan mula-mula karena gagal memberikan sistem kepercayaan yang menyediakan inspirasi teologis dan metafisika bagi murid muda itu. Ia mengatakan pertama mencoba belajar pada sekolah seorang filsuf ajaran Stoa, yang tidak mampu menjelaskan keberadaan Allah kepadanya. Kemudian ia berguru kepada seorang filsuf dari sekolah Peripatetic tetapi kecewa karena filsuf itu terlalu menginginkan bayarannya. Selanjutnya ia pergi mendengarkan seorang filsuf beraliran Pythagoras yang menuntutnya pertama-tama belajar musik, astronomi, dan geometri, yang tidak dikehendakinya. Lalu ia mengadopsi Platonisme setelah berjumpa dengan seorang pemikir Platonis yang baru pindah ke kotanya.

Dan persepsi mengenai hal-hal non-material sangat menguasaiku, dan penalaran ide-ide memberiku sayap-sayap, sehingga untuk sesaat aku merasa aku telah menjadi bijaksana; begitulah kebodohanku, aku berharap sejak itu untuk mencari Allah, karena inilah akhir dari filsafat Plato.

Beberapa waktu kemudian, kebetulan ia bertemu seorang pria tua, kemungkinan seorang Kristen Siria, di dekat pantai laut, yang mengajaknya berdialog mengenai Allah dan berbicara mengenai kesaksian para nabi yang lebih dari dapat dipercaya daripada penalaran para filsuf. Tergerak oleh argumen orang tua itu, Yustin meninggalkan iman agamawinya yang dulu dan latar belakang filsafatnya, sebaliknya memilih untuk mendedikasikan hidupnya mempelajari iman Kristen. Yustin menjadi seorang Kristen ketika ia merenungkan tulisan-tulisan Taurat dan membaca Injil serta surat-surat Paulus. Yustin menemukan bahwa sekarang ia menemukan kebenaran sejati dalam agama Kristen. Oleh karena itu ia bertobat menjadi Kristen pada tahun 130. Kepercayaan barunya tambah dikuatkan oleh kehidupan asketik orang-orang Kristen mula-mula dan contoh-contoh kepahlawanan para syuhada, di mana kesalehan mereka meyakinkannya akan keunggulan moral dan spiritual doktrin Kristen. Akibatnya, sejak itu ia memutuskan bahwa satu-satunya pilihan untuknya adalah untuk bepergian ke seluruh negeri, menyebarkan pengetahuan Kristen sebagai "filsafat sejati." Konversinya umumnya dianggap terjadi di kota Efesus meskipun dapat saja terjadi di jalanan antara Siria Palestina sampai ke Roma. Sesudah pertobatannya, Yustin mengajar di Efesus. Ia memandang pengajaran Kristen sebagai filsafat, yang nilainya lebih tinggi dari filsafat Yunani.

Jauh sebelum waktu ini, ada orang-orang tertentu yang lebih kuno daripada semua filsuf terkemuka, yang saleh dan dikasihi oleh Allah, yang berkata-kata dengan Roh Ilahi, dan menubuatkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, dan yang sedang terjadi. Mereka disebut para nabi. Mereka ini saja yang melihat dan mengumumkan kebenaran bagi manusia, tidak menghormati maupun takut pada siapapun, tidak dipengaruhi oleh keinginan maupun kemuliaan, melainkan dikuasai oleh Roh Kudus. Tulisan-tulisan mereka masih terlestarikan, dan dia yang membacanya akan terbantu dalam pengetahuan mengenai hal-hal awal dan akhir, dan hal-hal yang seharusnya diketahui oleh para filsuf, kalau mereka mau percaya kepadanya. Karena mereka tidak menggunakan peragaan dalam makalah mereka, mengingat mereka adalah saksi-saksi kebenaran yang melampaui semua peragaan, dan berharga untuk diyakini; dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan yang sedang terjadi, mendorongmu untuk menyetujui perkataan-perkataan mereka, meskipun, sesungguhnya, mereka harus dipuji karena mujizat-mujizat yang telah mereka lakukan, karena mereka memuliakan Sang Pencipta, Allah dan Bapa segala sesuatu, dan memberitakan Putra-Nya, Sang Kristus [yang diutus] oleh-Nya: yang, sesungguhnya, para nabi-nabi palsu, yang dipenuhi dengan roh kotor pembohong, tidak pernah maupun tidak melakukannya, tetapi berupaya melakukan tindakan mengagumkan dengan tujuan mencengangkan manusia, dan memuliakan roh-roh dan setan-setan yang sesat. Tetapi berdoalah agar, di atas segala sesuatu, gerbang-gerbang cahaya boleh dibukakan untukmu; karena hal-hal ini tidak dapat diterima atau dipahami oleh semua, tetapi hanya oleh orang-orang yang diberi hikmat oleh Allah dan Kristus-Nya.

Justin kemudian mengenakan pakaian filsuf dan berkelana untuk mengajar. Selama pemerintahan Antoninus Pius (138-161), ia sampai ke Roma dan memulai sekolahnya sendiri. Tatian adalah salah seorang muridnya.  Dalam masa pemerintahan Marcus Aurelius, setelah berdebat dengan seorang filsuf aliran sinisisme bernama Crescens, ia diadukan kepada pemerintah, menurut Tatian (Address to the Greeks 19) dan Eusebius (HE IV 16.7-8). Yustin diadili bersama enam pendamping oleh Junius Rusticus, yang merupakan prefek urban dari tahun 163-167, dan dihukum penggal. Meskipun tahun pasti kematiannya tidak diketahui, dapat diperkirakan dari masa jabatan prefek Rusticus (antara tahun 162 dan 168). Kematian syahid Yustin dilestarikan oleh catatan pengadilannya.

Prefek Rusticus berkata: Mendekatlah dan persembahkanlah korban, semua kamu, kepada para dewa. Yustini berkata: Tidak ada orang yang waras melepaskan kesalehan untuk ketidaksalehan. Prefek Rusticus berkata: Jika engkau tidak patuh, engkau akan disiksa tanpa ampun. Yustin menjawab: Itulah keinginan kami, untuk disiksa demi Tuhan kami, Yesus Kristus, dan demikianlah diselamatkan, karena itu akan memberikan kami keselamatan dan keyakinan teguh pada pengadilan universal yang lebih hebat dari Tuhan dan Juruselamat kami. Dan semua martir berkata: Lakukanlah sesuai keinginanmua; karena kami adalah orang Kristen, dan kami tidak mempersembahkan korban kepada berhala. Prefek Rusticus membacakan hukuman: Mereka yang tidak mau mempersembahkan korban kepada para dewa dan mematuhi kaisar akan dicambuk dan dipenggal sesuai hukum-hukum. Para syuhada/martir kudus memuliakan Allah berjalan sendiri menuju ke tempat penghukuman, di mana mereka dipenggal dan menjalankan syuhada mereka sambil mengakui Juruselamat mereka.

Perjuangan bagi kekristenan
Yustinus hidup pada masa gereja dan orang Kristen berada pada keadaan yang tidak menguntungkan. Ia sering melihat bahwa banyak orang Kristen yang dihambat dan dianiaya. Oleh karena rasa keprihatinannya, ia membela kekristenan dari serangan yang dilancarkan oleh pemerintah yang tidak beragama Kristen.

Karya-karya penting Yustinus tidak hanya terbatas dalam hal menulis saja, Yustinus juga mengadakan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanannya ia selalu berargumentasi tentang iman yang diyakininya. Di Efesus, ia bertemu dengan Trifo. Di Roma, ia bertemu Marcion, pemimpin kelompok Gnostik. Pada suatu perjalanannya ke Roma, ia pernah berselisih paham dengan seseorang yang bernama Crescens, seorang Cynic. Ketika Yustinus kembali ke Roma pada tahun 165, Crescens mengadukannya kepada penguasa atas tuduhan memfitnah. Yustinus pun ditangkap, disiksa dan akhirnya dipenggal kepalanya bersama-sama enam orang percaya lainnya.

Karya

Penyebutan tertua mengenai Yustin ditemukan dalam Oratio ad Graecos karya Tatian yang menyebutnya "Yustin yang paling dikagumi", dan mengutip suatu perkataan Yustin serta mengatakan bahwa orang Cynic bernama Crescens telah menjebaknya. Irenaeus menulis mengenai kemartiran Yustin dan mengenai Tatian sebagai murid Yustin. Irenaeus mengutip tulisan Yustin dua kali  dan memperlihatkan pengaruhnya dalam bagian-bagian lain. Tertulianus, dalam karyanya Adversus Valentinianos, menyebut Yustin seorang filsuf dan seorang martir serta antagonis paling awal terhadap ajaran sesat. Hippolitus dan Methodius dari Olympus juga menyebut atau mengutip tulisan Yustin. Eusebius dari Kaisarea membahasnya dengan panjang lebar, dan menyebutkan karya-karya tulisan berikut:

Apologi Pertama (1 Apol) ditujukan kepada Antoninus Pius, putra-putranya, dan Senat Romawi;
Apologi Kedua (2 Apol) ditujukan kepada Senat Romawi;
Amanat kepada Orang Yunani (Discourse to the Greeks), suatu diskusi dengan para filsuf Yunani mengenai karakter dewa-dewa mereka;
Hortatory Address to the Greeks (sekarang dianggap bukan karya Yustin
suatu makalah Mengenai Kemahakuasaan Allah (On the Sovereignty of God), di mana ia menggunakan otoritas pagan maupun Kristen;
suatu karya berjudul Sang Penulis Mazmur (The Psalmist);
suatu makalah dalam bentuk skolastik Mengenai Jiwa (On the Soul); dan
Dialog dengan Trypho (Dialog)
Eusebius menyiratkan bahwa karya-karya lain juga ada dalam peredaran; dari Ireneus ia mengetahui adanya apologi Against Marcion ("Melawan Marcion"), dan suatu "Apologi" tulisan Yustin mengenai suatu Refutation of all Heresies ("Bantahan terhadap semua Ajaran Sesat").

Epifanius dan Hieronimus menyebutkan mengenai Yustin. Rufinus mengutip dari surat Yustinus kepada Hadrian yang ditulis dalam bahasa Latin. Setelah Rufinus, Yustin terutama dikenal dari Ireneus dan Eusebius atau dari karya-karya yang tidak jelas asal-usulnya. Chronicon Paschale menempatkan waktu mati syahidnya pada tahun 165. Sejumlah karya lain dalam jumlah besar disebutkan berasal dari Yustin oleh Arethas, Photius, dan para penulis lain, tapi tidak dapat dilacak kebenarannya. Expositio rectae fidei telah diyakini ditulis oleh Draseke untuk Apollinaris di Laodikea, tetapi mungkin merupakan karya abad ke-6. Cohortatio ad Graecos telah diyakini ditulis oleh Apollinaris di Laodicea, Apollinaris di Hierapolis, dan juga orang-orang lain. Epistola ad Zenam et Serenum, suatu pengajaran kehidupan Kristen, bergantung kepada Klemens dari Aleksandria, dan oleh Pierre Batiffol diyakini ditulis oleh Uskup di Novatia, Sisinnius (~ 400). Karya yang terlestarikan dengan judul "On the Sovereignty of God" tidak sesuai dengan deskripsi Eusebius mengenainya, meskipun Harnack menganggapnya masih mungkin merupakan karya Yustin, dan paling sedikit dari abad ke-2. Pengarang makalah singkat To the Greeks tidak mungkin Yustin, karena tergantung dari tulisan Tatian; Harnack menempatkannya antara tahun 180 dan 240.

Apologi

Karya tulis Yustinus, "Apologi Pertama", ditujukan pada Kaisar Antoninus Pius (dalam bahasa Yunani berjudul Apologia, yaitu suatu kata yang mengacu pada logika yang menjadi dasar kepercayaan seseorang). Dalam tulisannya ini, Yustinus menyatakan bahwa orang Kristen menuntut keadilan. Jika orang Kristen bersalah, ia harus diadili. Ia menolak bila orang Kristen dihukum karena mereka seorang Kristen. Ia juga menjelaskan mengenai ibadah Kristen dan Perjamuan Kudus, sehingga kecurigaan kekaisaran Roma terhadap orang Kristen sebagai kelompok subversif, amoral, dan kriminal pun terhapus. Seperti Paulus, Yustinus tidak meninggalkan orang-orang Yahudi ketika ia berpaling kepada orang-orang Yunani. Dalam karya besar Yustinus lainnya, "Dialog dengan Trypho", ia menulis kepada seorang Yahudi kenalannya, bahwa Kristus adalah penggenapan tradisi Ibrani.

Tidak hanya itu saja, Yustinus juga memberikan informasi mengenai tata ibadah, Baptisan, dan Perjamuan Kudus dalam gereja pada abad ke 2. Mengenai tata ibadah dikatakan bahwa ibadah dilakukan pada hari Minggu. Hal ini dikarenakan Allah beristirahat pada hari ketujuh. Selain itu, jemaat beribadah pada hari minggu juga karena Kristus bangkit pada hari tersebut. Mengenai praktik baptisan, Yustinus menyatakan bahwa mereka yang dibaptis adalah mereka yang telah percaya kepada pengajaran Kristen dan yang telah berjanji hidup mengikuti ajaran-ajaran tersebut.

Dialog dengan Trypho
Dalam Dialog dengan Trypho (Dialog), setelah bagian pengantar, Yustin berupaya menunjukkan bahwa Kekristenan merupakan hukum baru bagi semua orang.

On The Resurrection
Fragmen-fragmen karya "On the Resurrection" ("Mengenai Kebangkitan") dimulai dengan pernyataan bahwa kebenaran, dan Allah, sumber kebenaran, tidak membutuhkan saksi, tetapi mengalah pada kelemahan manusia, perlu untuk memberikan argumen agar meyakinkan mereka yang perlu diyakinkan. Kemudian ditunjukkan, setelah menyangkal kesimpulan yang tidak beralasan, bahwa kebangkitan tubuh bukannya tidak mungkin ataupun tidak bernilai bagi Allah, dan bukti nubuat tidaklah kurang. Fragmen lain mengambil bukti positif kebangkitan, menonjolkan kebangkitan Kristus dan mereka yang dipanggil-Nya ke dalam hidup. Pada fragmen lain kebangkitan ditunjukkan sebagai apa yang telah diturunkan, yaitu tubuh; pengetahuan mengenainya adalah doktrin baru, berbeda dengan filsafat kuno. Doktrin ini merupakan runtunan logis dari perintah untuk menjaga tubuh dalam kesucian moral.

Makalah On the Resurrection, yang banyak terlestarikan dalam bentuk fragmen dalam Sacra parallela, tidak secara umum diterima. Bahkan lebih awal dari koleksi ini, dirujuk oleh Procopius dari Gaza (~ 465-528). Methodius mengutip Yustinus untuk mendukung tafsirannya mengenai 1 Korintus 15:50 dalam cara yang membuat alamiah untuk menganggap adanya makalah mengenai hal itu, meskipun tidak ada jejak lain yang menghubungkan pemikiran baik di sini maupun dalam tulisan Ireneus (V., ii.-xiii. 5) dan tulisan Tertulianus, di mana sangat erat mengikuti tulisan bahasa Yunani makalah ini. Tulisan Against Marcion telah hilang, demikian pula Refutation of all Heresies yang dirujuk oleh Yustin sendiri dalam Apologi, i. 26; Hegesippus, juga Ireneus dan Tertulianus, nampaknya menggunakannya.

Yustin menggunakan materi dari kitab-kitab Injil (terutama Matius, Markus dan Lukas) dalam penyusunan Apologi Pertama dan Dialogue, baik secara langsung, seperti halnya Injil Matius, atau secara tidak langsung melalui penggunaan suatu harmoni Injil, yang mungkin disusun sendiri oleh Yustin ataupun sekolah yang dipimpinnya Pengutipan dari Injil Yohanes hanya sedikit. Satu kemungkinan kutipan adalah dalam konteks baptisan Kristen (1 Apol. 61.4 – "Kecuali kamu dilahirkan kembali,, kamu tidak dapat masuk kerajaan sorga."), tetapi Koester menduga bahwa Yustin mendapatkan perkataan ini dari suatu liturgi baptisan bukannya dari tulisan Injil Yohanes. Bukti yang lebih kuat adalah kemiripan kata-kata dengan Yohanes 3:4 langsung setelah diskusi mengenai kelahiran baru ("Jadi, apa yang mustahil bagi mereka yang sekali telah dilahirkan untuk memasuki rahim ibunya sekarang telah dinyatakan bagi semua"). Yustin juga menggunakan kata-kata yang sangat mirip dengan Yohanes 1:20 dan Yohanes 1:28. Lebih lanjut, dengan memakai istilah "catatan kenangan para rasul" ("memoirs of the apostles") dan membedakan dari tulisan-tulisan para "pengikutnya", Yustin harusnya tahu bahwa paling sedikit dua kitab Injil ditulis oleh rasul-rasul asli. Karena salah satunya jelas adalah Matius, yang lain tentunya adalah Yohanes.

Catatan kenangan para rasul
Yustinus (Yustin) Martir, dalam Apologi Pertama (1 Apol.) (~155) dan Dialog dengan Trypho (Dialog) (c. 160), kadang merujuk sumber-sumber tertulis yang terdiri dari naratif kehidupan Yesus dan kutipan-kutipan perkataan Yesus sebagai "catatan kenangan para rasul" ("memoirs of the apostles"; Yunani: ἀπομνημονεύματα τῶν ἀποστόλων; transliterasi: apomnêmoneúmata tôn apostólôn) dan lebih jarang sebagai Injil (Greek: εὐαγγέλιον; transliterasi: euangélion) yang, menurut Yustin, dibacakan setiap hari Minggu dalam gereja di Roma (1 Apol. 67.3 – "dan memoirs of the apostles atau tulisan-tulisan para nabi dibacakan selama diizinkan").

Penyebutan "catatan kenangan para rasul" ditemukan dua kali dalam karya Yustin 1 Apol. (66.3, 67.3–4) dan 13 kali dalam Dialogue, kebanyakan dalam tafsirannya mengenai Mazmur 22, sedangkan istilah "Injil" digunakan hanya 3 kali, sekali dalam 1 Apol. 66.3 dan dua kali dalam Dialog. Satu perikop di mana Yustin menggunakan kedua istilah itu (1 Apol. 66.3) membuat jelas bahwa "catatan kenangan para rasul" dan "Injil" adalah sama, serta penggunaan bentuk jamak mengindikasikan bahwa Yustin sadar ada lebih dari satu Injil tertulis. ("Para rasul di dalam memoirs yang mereka buat, yang juga disebut Injil-injil, telah meneruskan apa yang diperintahkan oleh Tuhan ..."). Yustin mungkin lebih suka mengggunakan penyebutan "catatan kenangan para rasul" supaya membedakan dengan "Injil" yang dibuat oleh tokoh yang hidup sezaman dengannya, Marcion, untuk menekankan hubungan antara kesaksian bersejarah dari kitab-kitab Injil dengan nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang ditolak oleh Marcion.

Tidak jelas bagaimana asalnya Yustin menggunakan sebutan "catatan kenangan para rasul" sebagai persamaan kata untuk "kitab-kitab Injil". Sarjana David E. Aune berargumen bahwa kitab-kitab Injil dipolakan seperti biografi-biografi klasik Yunani-Romawi, dan penggunaan istilah apomnemoneumata oleh Yustin mencakup semua kitab-kitab Injil dapat dipahami sebagai rujukan kepada biografi tertulis seperti Memorabilia Xenophon karena kitab-kitab itu melestarikan ajaran asli Yesus. Namun, sarjana Helmut Koester menunjukkan bahwa judul bahasa Latin bagi "Memorabilia" baru diterapkan pada karya Xenophon pada Abad Pertengahan, dan lebih mungkin apomnemoneumata digunakan untuk menyebut penyampaian oral perkataan Yesus dalam Kekristenan mula-mula. Papias menggunakan istilah mirip yang bermakna "mengingat-ingat" (apomnemoneusen) ketika mengisahkan bagaimana Markus secara akurat mencatat "rekoleksi Petrus", dan Yustin juga menggunakannya dalam rujukan kepada Petrus dalam Dialog 106.3, diikuti oleh suatu kutipan yang hanya terdapat dalam Injil Markus (Mk 3:16–17). Jadi, menurut Koester, kemungkinan Yustin menerapkan sebutan "catatan kenangan para rasul" dengan cara serupa untuk mengindikasikan dapat dipercayanya rekoleksi para rasul yang didapati pada catatan tertulis kitab-kitab Injil.

Yustin menguraikan Kitab-kitab Injil sebagai suatu rekaman akurat penggenapan nubuat Alkitab, yang dikombinasikannya dengan kutipan-kutipan kitab-kitab para nabi Israel dari LXX untuk mendemonstrasikan suatu bukti dari nubuat kerygma Kristen. Pentingnya kata-kata para nabi yang dilekatkan oleh Yustinus secara teratur dengan "ada tertulis", menunjukkan hormatnya pada kitab-kitab Perjanjian Lama, sedangkan otoritas yang diberikannya untuk "catatan kenangan para rasul" menurut sarjana modern kurang jelas. Koester menjelaskan pandangan umum para sarjana bahwa Yustin menganggap "catatan kenangan para rasul" merupakan catatan sejarah akurat tetapi bukan tulisan-tulisan yang diilhami, sedangkan sarjana Charles E. Hill, meskipun mengakui pandangan kesarjanaan aliran utama, menganggap bahwa Yustin memandang kutipan-kutipan penggenapan nubuat dalam kitab-kitab Injil setara dalam otoritas.

Surat-surat
Berdasarkan perlawanannya terhadap ajaran Marcion, sikap Yustin terhadap Surat-surat Paulus umumnya bersesuaian dengan sikap Gerejanya. Dalam karya-karya Yustin didapati kutipan jelas dari Surat Roma, Surat 1 Korintus, Surat Galatia, Surat Efesus, Surat Kolose, dan Surat 2 Tesalonika, serta kemungkinan dari Surat Filipi, Surat Titus, dan Surat 1 Timotius. Nampaknya ia juga mengenal Surat Ibrani dan Surat 1 Yohanes. Karakter apologetika dari kebiasaan berpikir Yustin muncul lagi dalam catatan Kisah mati syahidnya, keasliannya dibuktikan oleh bukti-bukti internal.

Kitab Wahyu
Yustin tidak mengutip langsung dari kitab Wahyu kepada Yohanes, tetapi ia jelas merujuknya, menyebut Yohanes sebagai pengarangnya (Dialogue. 81.4 "Terlebih pula di antara kami ada seorang bernama Yohanes, salah satu rasul Kristus, bernubuat dalam suatu wahyu yang diberikan kepadanya bahwa mereka yang percaya kepada Kristus kami akan menghabiskan seribu tahun di Yerusalem; dan bahwa setelahnya orang umum dan, singkatnya, kebangkitan dan penghakiman kekal akan terjadi"). Sarjana Brooke Westcott mencatat bahwa rujukan kepada pengarang satu-satunya kitab nubuat dalam Perjanjian Baru ini melukiskan pembedaan yang dibuat oleh Yustin antara peran nubuat dan penggenapan kutipan-kutipan dari kitab-kitab Injil, karena Yustin tidak menyebutkan nama kitab Injil kanonik secara individual.

Sumber-sumber kesaksian
Menurut sarjana Oskar Skarsaune, Yustin mengandalkan dua sumber utama bagi bukti nubuat yang kemungkinan disebarkan sebagai koleksi kesaksian kitab-kitab suci di dalam sekolah Kristen tempatnya mengajar. Sumber pertama untuk memaparkan bukti kitab suci dalam First Apology dan perikop-perikop paralel dalam Dialogue disebutnya "sumber kerygma" ("kerygma source"). Sumber kedua yang hanya digunakan dalam Dialogue, mungkin identik dengan suatu dialog yang hilang karya Aristo dari Pella mengenai hakikat ilahi Mesias, Dialogue of Jason and Papiscus (~ 140). Yustin mengutip secara verbatim bacaan-bacaan Alkitab dari sumber-sumber ini, dan sering membuat parafrase sumber-sumbernya secara cermat, bahkan dalam keterangan penafsirannya.

Yustin kadang-kadang menggunakan Injil Matius langsung sebagai sumber nubuat-nubuat Perjanjian Lama untuk melengkapi sumber kesaksiannya.  Namun, kutipan-kutipan penggenapan dari sumber-sumber ini lebih sering berbentuk harmonisasi Injil Matius dan Lukas.

Koester berpendapat bahwa Yustin telah menyusun suatu harmoni Injil awal sejalan dengan baris-baris harmoni Injil karya muridnya, Tatian, yaitu Diatessaron. Namun, keberadaan suatu harmoni yang sebagai suatu koleksi terpisah ditentang oleh sarjana Arthur Bellinzoni. Apakah materi harmoni Injil yang ditemukan dalam tulisan-tulisan Yustin berasal dari harmoni Injil yang sudah ada atau dikombinasi saat menyusun teks bukti alkitabiah, masih terus diteliti.

"Sumber kerygma"
Kutipan berikut dari 1 Apol. 33:1,4–5 (paralel parsial dalam Dial. 84) mengenai annunciation dan kelahiran Yesus dari seorang perawan menunjukkan bagaimana Yustin menggunakan ayat-ayat harmoni Injil dari Injil Matius dan Lukas untuk memberikan bukti alkitabiah bahwa Yesus adalah Mesias berdasarkan penggenapan nubuat Yesaya 7:14.

"Dan dengarlah lagi bagaimana Yesaya menubuatkan bahwa Dia harus dilahirkan dari seorang perawan;; karena demikian dikatakannya: 'Lihat, perawan itu mengandung dalam rahimnya dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menyebut dalam namanya, Allah beserta kita' (Matius 1:23)." (1 Apol. 33:1)
"...kuasa Allah, yang turun ke atas perawan itu, menaunginya dan membuatnya selagi masih perawan untuk mengandung (bandingkan Lk 1:35), dan malaikat Allah memberitakan kepadanya dan berkata, 'Lihat, engkau akan mengandung dalam rahim dari Roh Kudus dan melahirkan seorang anak laki-laki (Mt 1:20/Lk 1:31) dan ia akan disebut Putra dari Yang Mahatinggi (Lk 1:32). Dan engkau akan menamainya Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Mt 1:21),' sebagaimana diajarkan oleh mereka yang telah membuat memoirs ("catatan kenangan") mengenai segala sesuatu tentang Juruselamat kita Yesus ... (1 Apol. 33:4–5)
Dialogue of Jason and Papiscus
Dialogue with Trypho memuat kutipan-kutipan berikut mengenai baptisan (Dial. 88:3,8) dan pencobaan (Dial. 103:5–6) Yesus, yang diyakini berasal dari Dialogue of Jason and Papiscus, mengilustrasikan penggunaan naratif Injil dan perkataan Yesus dalam suatu sumber kesaksian dan bagaimana Yustin mengadopsi "catatan kenangan para rasul" untuk tujuannya.

"Dan kemudian, ketika Yesus datang ke sungai Yordan di mana Yohanes membaptis, dan ketika Yesus turun ke dalam air, suatu api tersulut dalam Yordan, dan ketika Ia bangkit keluar dari air, Roh Kudus hinggap di atas-Nya dalam bentuk burung merpati, seperti ditulis oleh para rasul mengenai Kristus kita ini." (Dial. 88:3)
"Dan ketika Yesus datang ke Yordan, dan dianggap putra Yusuf si tukang kayu..., Roh Kuddus, dan untuk kepentingan manusia, sebagaimana kukatakan sebelumnya, hinggap di atasnya, dan suatu suara terdengar saat itu dari sorga – yang juga diucapkan oleh Daud, ketika ia berkata, mewakili Kristus, bahwa Bapa akan mengatakan kepada-Nya – 'Engkaulah Anak-Ku, hari ini Aku memperanakkan-Mu'." (Dial. 88:8)

"Iblis sendiri [yang] disebut sebagai ular oleh Musa, Iblis oleh Ayub and Zakharia, dan disebut Setan oleh Yesus. Ini mengindikasikan bahwa ia mempunyai suatu nama majemuk yang dibentuk dari perbuatan-perbuatannya; karena kata "Sata" dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aram berarti "apostat ("sesat")", sedangkan "nas" adalah kata yang diterjemahkan sebagai "ular", jadi, dari kedua bagian itu terbentuk satu kata "Sata-nas". Ditulis dalam catatan kenangan para rasul bahwa segera setelah Yesus keluar dari sungai Yordan dan suatu suara berkata kepada-Nya: 'Engkau Anak-Kku, hari ini Aku memperanakkan-Mu', Iblis ini datang dan mencobai Dia, bahkan sampai berseru: 'Sembahlah aku'; tetapi Kristus menjawab: 'Enyahlah daripada-Ku, Satanas, Tuhan Allahmulah yang harus engkau sembah, dan hanya Dia yang harus engkau layani'. Karena, sejak Iblis menipu Adam, ia mengira dengan sejumlah cara dapat melukai-Nya juga." (Dial. 103:5–6)
Kutipan-kutipan yang merujuk kepada penggenapan nubuat Mazmur 2:7 ditemukan dalam teks Western dari Lukas 3:22. Penyebutan Yustin mengenai api di sungai Yordan tanpa komentar menunjukkan bahwa ia bergantung pada suatu sumber perantara untuk kutipan-kutipan Injil ini, dan penafsiran literalnya mengenai suatu pseudo-etimologi kata Ibrani "Satanas" untuk "Setan" menunjukkan ketergantungannya pada suatu sumber kesaksian dengan pengetahun bahasa Ibrani, yang mungkin adalah Dialogue of Jason and Papiscus.

Sumber-sumber katekismus
Yustin mengutip banyak perkataan Yesus dalam 1 Apol. 15–17 dan kelompok-kelompok perkataan lebih kecil dalam Dialog. 17:3–4; 35:3; 51:2–3; and 76:4–7. Perkataan itu paling sering merupakan harmoni Injil Matius dan Lukas yang nampaknya dikelompokkan bersama menurut topik dan diorganisir menjadi koleksi perkataan, termasuk materi yang kemungkinan berasal dari suatu katekismus Kristen mula-mula.

Contoh berikut adalah suatu pengajaran etis mengenai penyebutan Sumpah dalam 1 Apol. 16:5 menunjukkan suatu kombinasi materi perkataan yang ditemukan dalam Injil Matius dan Surat Yakobus:

"Jangan bersumpah sama sekali (Matius 5:34). Biarlah Ya darimu adalah Ya dan Tidak darimu adalah Tidak (Yakobus 5:12). Segala yang lain adalah dari si jahat (Matius 5:37)."
Harmonisasi Injil Matius dan Lukas terbukti dari kutipan-kutipan Matius 7:22–23 dan Lukas 13:26–27 berikut, yang digunakan oleh Yustin dua kali, dalam 1 Apol. 16:11 dan Dial. 76:5:

"Banyak orang akan berkata kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami dalam nama-Mu makan dan minum dan melakukan perbuatan-perbuatan ajaib?' Maka Aku akan berkata kepada mereka, 'enyahlah daripada-Ku, para pembuat kejahatan'."
"Banyak orang akan berkata kepada-Ku hari itu, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami dalam nama-Mu makan dan minum dan bernubuat dan mengusir setan?' Dan Aku akan berkata kepada mereka, 'enyahlah daripada-Ku'."
Dalam kedua kutipan itu, Yustin menggunakan teks harmoni Injil Matius dan Injil Lukas yang sama, meskipun keduanya tidak mengutip lengkap seluruh bacaan Injil-Injil itu.

Sumber-sumber lain
Yustin memasukkan suatu traktat mitologi Yunani dalam 1 Apol. 54 dan Dial. 69 yang menyatakan mitos-mitos berbagai dewa orang pagan merupakan tiruan nubuat mengenai Kristus dari Perjanjian Lama. Ada juga suatu traktat kecil dalam 1 Apol. 59–60 mengenai para filsafat yang mengutip dari Musa, terutama Plato. Kedua traktat ini mungkin dari sumber yang sama, yaitu suatu Apologi Kristen awal.

Eksegesis profetik
Tulisan-tulisan Yustin merupakan suatu khazanah penafsiran awal mengenai nubuat-nubuat Kitab Suci.

Kepercayaan pada nubuat
Kebenaran para nabi, dinyatakannya, mendorong persetujuan. Perjanjian Lama merupakan panduan dan penasihat yang terilhami.

Penggenapan
Yustin berbicara mengenai penggenapan-penggenapan nubuat Alkitab berikut

Nubuatan mengenai Mesias, terutama kehidupan-Nya.
Kehancuran Yerusalem.
Orang bukan-Yahudi menerima Kekristenan.
Yesaya menubuatkan bahwa Yesus akan lahir dari seorang perawan.
Mikha menyebutkan Betlehem sebagai tempat kelahiran-Nya.
Zakharia menubuatkan masuk-Nya ke Yerusalem dengan menunggang seekor anak keledai.
Kedatangan Kedua dan Daniel 7
Yustin menghubungkan Kedatangan Kristus yang kedua dengan titik puncak nubuat Daniel 7.

Antikristus
Kedatangan kedua yang penuh kemuliaan ditempatkan oleh Yustin dekat setelah munculnya Antikristus, atau "orang sesat."

Masa, masa-masa, dan setengah masa
Tulisan dalam Kitab Daniel "Masa, masa-masa, dan setengah masa" diyakini oleh Yustin sudah mendekati penggenapannya, ketika Antikristus mengucapakan kata-kata hujatannya terhadap Yang Mahatinggi. Dan ia berdebat dengan Trypho mengenai suatu "masa" dan "masa-masa". Yustin mengharapkan waktu itu singkat, tetapi Trypho tidak setuju.

Ekaristi
Pernyataan-pernyataan St. Yustinus dalam Apologi Pertama termasuk di antara sejumlah ungkapan Kristen yang paling awal tentang Ekaristi atau Perjamuan Kudus.

"Dan makanan ini di antara kalangan kita disebut Εὐχαριστία [Ekaristi] ... Karena bukan sebagai roti biasa dan minuman biasa kita menerima ini semua; tetapi sama seperti Yesus Kristus Juruselamat kita, yang telah dijadikan daging oleh Firman Allah, memiliki baik daging maupun darah demi keselamatan kita, demikian juga kita telah diajarkan bahwa makanan yang diberkati oleh doa Firman-Nya, dan yang darinya darah dan daging kita diberi makan oleh transmutasi, adalah daging dan darah dari Yesus yang telah menjadi daging."

Peringatan dan Relikui
Gereja "St. John the Baptist" di Sacrofano, beberapa mil di sebelah utara Roma, mengklaim memiliki relikui St. Yustin.

Pada tahun 1882 Paus Leo XIII mengadakan suatu Misa dan suatu Office yang disusun untuk hari peringatannya, yang ditetapkan pada tanggal 14 April, satu hari setelah kematiannya sebagaimana diindikasikan dalam Martyrology of Florus; tetapi karena tanggal ini sering jatuh dalam masa perayaan Paskah, peringatannya dipindahkan pada tahun 1968 ke tanggal 1 Juni, hari di mana ia telah diperingati dalam Ritus Bizantin sejak sedikitnya abad ke-9.



Doa Syahadat Nicea

Doa Syahadat Nicea atau Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel atau Kredo Nicea, merupakan hasil dari dua konsili ekumenis yang berlangsung di Nicea pada tahun 325 dan Konstantinopel pada tahun 381. Dalam Konsili Nicea I (325) hal utama yang dibahas adalah ajaran Arius, seorang imam paroki di Baukalis di Alexandria, Mesir. Arius mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah, tetapi adalah makhluk ciptaan-Nya. Menurut Arius, ada saat di mana Logos (Sabda Allah, maksudnya Yesus) tidak ada (Lihat:Arianisme). Konsili Nicea I menolak ajaran Arius dan menganggapnya menyeleweng dari ajaran Gereja yang benar. Para Bapa Gereja yang hadir dalam konsili tersebut menegaskan ajaran Gereja bahwa Yesus (Putera Allah - Sabda Allah) sehakikat dengan Allah Bapa (Lihat:Tritunggal). Dalam Konsili Konstantinopel I (381) hal utama yang dibahas adalah ajaran Makedonius I, Patriarkh Konstantinopel. Makedonius mengajarkan bahwa Roh Kudus bukanlah Allah, tetapi adalah makhluk ciptaan dan adalah pelayan Bapa dan Putera. Konsili Konstantinopel I menolak ajaran Makedonius dan menegaskan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan dan Allah yang setara dengan Bapa dan Putera. Dalam Konsili Konstantinopel I tersebut, Pengakuan Iman Nicea kembali diteguhkan dan diperluas pada bagian yang menerangkan Roh Kudus dan karya-Nya.

Teks Pengakuan Iman Nicea - Konstantinopel

Bahasa Yunani

Πιστεύω εἰς ἕνα Θεόν, Πατέρα, Παντοκράτορα, ποιητὴν οὐρανοῦ καὶ γῆς, ὁρατῶν τε πάντων καὶ ἀοράτων.
Καὶ εἰς ἕνα Κύριον Ἰησοῦν Χριστόν, τὸν Υἱὸν τοῦ Θεοῦ τὸν μονογενῆ, τὸν ἐκ τοῦ Πατρὸς γεννηθέντα πρὸ πάντων τῶν αἰώνων·
φῶς ἐκ φωτός, Θεὸν ἀληθινὸν ἐκ Θεοῦ ἀληθινοῦ, γεννηθέντα οὐ ποιηθέντα, ὁμοούσιον τῷ Πατρί, δι' οὗ τὰ πάντα ἐγένετο.
Τὸν δι' ἡμᾶς τοὺς ἀνθρώπους καὶ διὰ τὴν ἡμετέραν σωτηρίαν κατελθόντα ἐκ τῶν οὐρανῶν καὶ σαρκωθέντα
ἐκ Πνεύματος Ἁγίου καὶ Μαρίας τῆς Παρθένου καὶ ἐνανθρωπήσαντα.
Σταυρωθέντα τε ὑπὲρ ἡμῶν ἐπὶ Ποντίου Πιλάτου, καὶ παθόντα καὶ ταφέντα.
Καὶ ἀναστάντα τῇ τρίτῃ ἡμέρᾳ κατὰ τὰς Γραφάς.
Καὶ ἀνελθόντα εἰς τοὺς οὐρανοὺς καὶ καθεζόμενον ἐκ δεξιῶν τοῦ Πατρός.
Καὶ πάλιν ἐρχόμενον μετὰ δόξης κρῖναι ζῶντας καὶ νεκρούς, οὗ τῆς βασιλείας οὐκ ἔσται τέλος.
Καὶ εἰς τὸ Πνεῦμα τὸ Ἅγιον, τὸ κύριον, τὸ ζῳοποιόν,
τὸ ἐκ τοῦ Πατρὸς ἐκπορευόμενον,
τὸ σὺν Πατρὶ καὶ Υἱῷ συμπροσκυνούμενον καὶ συνδοξαζόμενον,
τὸ λαλῆσαν διὰ τῶν προφητῶν.
Εἰς μίαν, Ἁγίαν, Καθολικὴν καὶ Ἀποστολικὴν Ἐκκλησίαν.
Ὁμολογῶ ἓν βάπτισμα εἰς ἄφεσιν ἁμαρτιῶν.Προσδοκῶ ἀνάστασιν νεκρῶν.
Καὶ ζωὴν τοῦ μέλλοντος αἰῶνος.
Ἀμήν.

Bahasa Latin

Credo in unum Deum,
Patrem omnipoténtem, factórem cæli et terræ,
visibílium ómnium et invisibílium.
Et in unum Dóminum Iesum Christum,
Fílium Dei unigénitum,
et ex Patre natum ante ómnia sǽcula.
Deum de Deo, lumen de lúmine, Deum verum de Deo vero,
génitum, non factum, consubstantiálem Patri:
per quem ómnia facta sunt.
Qui propter nos hómines et propter nostram salútem
descéndit de cælis.
Et incarnátus est de Spíritu Sancto
ex María Vírgine, et homo factus est.
Crucifíxus étiam pro nobis sub Póntio Piláto;
passus, et sepúltus est,
et resurréxit tértia die, secúndum Scriptúras,
et ascéndit in cælum, sedet ad déxteram Patris.
Et íterum ventúrus est cum glória iudicáre vivos et mórtuos,
cuius regni non erit finis.
Et in Spíritum Sanctum, Dóminum et vivificántem:
qui ex Patre Filióque procédit.
Qui cum Patre et Fílio simul adorátur et conglorificátur:
qui locútus est per prophétas.
Et unam, sanctam, cathólicam et apostolicam Ecclésiam.
Confíteor unum baptísma in remissiónem peccatórum.
Et exspécto resurrectiónem mortuórum,
et vitam ventúri sǽculi. Amen.

Bahasa Indonesia (Versi Protestan)

Versi ini adalah versi Terjemahan Resmi yang diakui Gereja - Gereja Protestan yang dimuat dalam Kidung Jemaat dan Nyanyikanlah Kidung Baru. Versi ini diterjemahkan oleh Yamuger.

Aku percaya kepada satu Allah,Bapa Yang Mahakuasa,Pencipta langit dan bumi,segala kelihatan dan yang tak kelihatan.

Dan kepada satu Tuhan,Yesus Kristus,Anak Allah Yang Tunggal,lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman.Allah dari Allah,Terang dari Terang.Allah Yang Sejati dari Allah Yang Sejati,diperanakkan,bukan dibuat;sehakekat dengan Sang Bapa,yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat; yang telah turun dari sorga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita; dan menjadi daging oleh Roh Kudus dari anak dara Maria;dan menjadi manusia;yang disalibkan bagi kita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus;menderita dan dikuburkan;yang bangkit pada hari ketiga,sesuai dengan isi kitab-kitab, dan naik ke sorga; yang duduk di sebelah kanan Sang Bapa dan akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya kepada Roh Kudus,yang jadi Tuhan dan Yang menghidupkan,yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak,yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan dimuliakan; yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi. Aku percaya satu gereja yang kudus dan am dan rasuli. Aku mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan pada zaman yang akan datang. Amin.

Bahasa Indonesia (Versi Katolik)

Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan
dan tak kelihatan;
dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra,
yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
Aku mengakui satu pembaptisan
Akan penghapusan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat.
Amin

Bahasa Indonesia (Versi ortodoks timur, ortodoks oriental dan asiria timur)

Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan; dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. Aku percaya akan Roh Kudus, Tuhan yang memberi hidup; Ia berasal dari Bapa, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan Akan penghapusan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di dunia yang akan datang. Amin.

Gereja Asiria Timur

Gereja Asiria Timur atau nama resminya Gereja Asiria Timur yang Kudus Apostolik Katolik , merupakan salah satu Kekristenan Siria yang asal-usulnya bermula dari Tahta Keuskupan Seleukia-Ktesifon, didirikan oleh Santo Tomas Rasul beserta Santo Mari dan Santo Addai, sebagaimana yang tercantum dalam kitab Ajaran Addai. Gereja ini merupakan salah satu Gereja apostolik, secara historis termasuk dalam Gereja dari Timur (Church of the East), dan saat ini dipimpin oleh Patriark-Katolikos Mar Dinkha IV.

Gereja ini sendiri sesekali waktu menyebut dirinya Gereja Ortodoks Asiria, dan kadang-kadang disangka salah satu dari Gereja-Gereja Ortodoks Oriental. Istilah "Ortodoks" tidak pernah digunakan dalam buku-buku ibadah, dan tidak pula dalam korespondensi resmi Gereja ini, akan tetapi merupakan penggunaan yang membingungkan dari sebuah istilah milik Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Ortodoks Oriental. Istilah "iman yang benar" atau "ajaran yang benar" dalam Bahasa Syria pun tidak pernah dijumpai dalam sebutan-sebutan yang pernah digunakan Gereja ini. Dalam bahasa Syria, istilah tersebut dapat diterjemahkan menjadi "trisa subha". Di India, Gereja ini dikenal sebagai Gereja Syria Kaldea. Di dunia Barat, Gereja ini kerap disebut Gereja Nestorian meskipun sebutan tersebut dirasakan oleh Gereja Timur ini sebagai suatu penghinaan. Paus Yohanes Paulus II menyatakan Gereja ini sebagai “Gereja para Martir” mengingat penindasan yang diderita Gereja ini sepanjang sejarahnya, dan demi kehormatan para martir ternama. Gereja ini menyatakan bahwa tidak ada satu pun Gereja lain yang memiliki syuhada sebanyak Gereja Timur Asiria

Gereja Asiria adalah Gereja asli di kawasan yang dulunya bernama Parthia (sekarang Irak Timur dan Iran). Secara geografis Gereja ini pernah merentang sejauh Tiongkok dan India pada Abad Pertengahan: sebuah prasasti yang ditemukan di Xi'an (nama aslinya adalah Chang'an), ibukota Tiongkok pada era Dinasti Tang, berisi keterangan tertulis dalam Bahasa Tionghoa dan Bahasa Syria mengenai aktivitas-aktivitas Gereja ini pada abad ke-7 dan Abad ke-8, lalu setengah millennium kemudian seorang rahib Tionghoa berangkat dari Beijing sampai ke Paris dan Roma untuk mengimbau dijalinnya aliansi dengan pihak Mongol melawan kaum Mameluk. Sebelum datangnya bangsa Portugis ke India pada tahun 1498, Gereja ini menyediakan uskup-uskup "Syria Timur" bagi umat Kristiani Santo Tomas. Patriark Mar Timotius I (727–823) dalam tulisannya pernah menyebut-nyebut tentang komunitas Kristiani yang besar di Tibet.

Para penyusun teologi Gereja ini, yakni Diodorus dari Tarsus dan Theodorus dari Mopsuestia, mengajar di Antiokhia. Kristologi normatif Gereja Asiria disusun oleh Babai Agung (551–628) dan jelas-jelas berbeda dari ajaran dualisme yang dituduhkan kepada Nestorius: karya kristologisnya yang utama dinamakan 'Kitab Persatuan', dan di dalamnya Babai mengajarkan bahwa kedua qnome (esensi) tidaklah membaur namun selamanya manunggal dalam satu parsopa (personalitas) Kristus.

Konsolidasi Gereja
Komunitas-komunitas Kristiani sudah eksis di kawasan Asiria, Babilonia, dan Persia semenjak abad ke-2. Sebuah konsili diketahui pernah diselenggarakan di Seleukia-Ktesifon sekitar tahun 325 untuk menyelesaikan konflik yurisdiksional antar uskup terkemuka. Dalam sebuah konsili sesudahnya, juga di Seleukia-Ktesifon pada tahun 410, komunitas-komunitas Kristiani Mesopotamia menyatakan tidak lagi tunduk kepada para uskup Antiokhia dan para uskup "Barat", selain itu uskup kota Seleukia-Ktesifon diangkat sebagai Katolikos.

- J.-M. Fiey, Jalons pour une histoire de l'eglise en Iraq, (Louvain: Secretariat du CSCO, 1970).

- M.-L. Chaumont, La Christianisation de l'empire Iranien, (Louvain: Peeters, 1988).

Gereja Asiria terpisah dari Gereja Katolik/Ortodoks (Gereja Timur dan Barat yang belum terpisah sebelum Skisma Akbar tahun 1054) sebagai akibat dari skisma Nestorian tahun 431, akan tetapi teologi Gereja Asiria tidak dapat disebut Nestorianisme. Nestorius, seorang murid Theodorus dari Mopsuestia dan uskup kota Konstantinopel, dikutuk karena menolak menyebut Perawan Maria sebagai 'Bunda Allah' ("Theotokos" dalam Bahasa Yunani). Dia hanya mau menyebut Maria sebagai 'Bunda Kristus' ("Kristotokos" dalam Bahasa Yunani). Lawannya, Kiril dari Aleksandria, menuduhnya membagi Kristus menjadi dua pribadi, yang dengan jelas disangkal Nestorius. Persoalan menjadi makin rumit dengan argumentasi-argumentasi Kiril yang kurang jelas, yang tak lama kemudian menjadi biang skisma Monofisit.

Kiril dari Aleksandria dengan gigih berupaya menggeser Nestorius beserta para pendukung dan pengikutnya dari tampuk kekuasaan. Namun di kawasan-kawasan yang dihuni para penutur Bahasa Syria, Theodorus dari Mopsuestia sangatlah disegani, maka tindakan pengutukan atas muridnya Nestorius tidak dapat diterima baik. Para pengikutnya diberi suaka. Raja-raja Persia, yang terus-menerus berperang dengan Kekaisaran Romawi, mengambil kesempatan ini untuk memastikan loyalitas warga negaranya yang beragama Kristen serta mendukung skisma Nestorian:

Mereka memberi suaka bagi kaum Nestorian (462).
Mereka mengeksekusi Katolikos Babowai yang pro-Romawi dan yang kemudian digantikan oleh Bar Sauma, uskup Nestorian dari kota Nisibis (484).
Mereka mengizinkan pemindahan sekolah teologi Edessa ke kota Nisibis yang termasuk wilayah Persia tatkala kaisar Romawi menutup sekolah itu karena berhaluan Nestorian (489).

Pada waktu kedatangan para pengungsi Nestorian dari Edessa, prelatus yang sedang menjabat adalah Babaeus atau Babowai (kadang kala disebut pula 'Babai', jangan disamakan dengan 'Babai Agung') (457–484), yang tampaknya menerima mereka dengan tangan terbuka. Akan tetapi Bar Sauma, yang saat itu menjabat sebagai uskup Nisibis, kota penting terdekat dari Edessa, berselisih dengan sang Katolikos yang lemah itu, yang telah dijatuhkannya dalam Sinode Beth Lapat, April 484. Pada tahun yang sama Babowai didakwa di hadapan raja telah berkonspirasi dengan Konstantinopel dan dengan kejam dijatuhi hukuman mati.

Dalam Sinode Beth Lapat, diputuskan pula bahwa para biarawan dan seluruh pejabat Gereja mesti menikah. Keputusan tersebut mengakibatkan kemurtadan serta melemahnya kehidupan spiritual, sehingga pada kira-kira tahun 544 beberapa perubahan hasil keputusan sinode itu dikembalikan ke keadaan semula. Kontra-perubahan ini mencapai puncaknya pada tahun 571 ketika Abraham Agung dari Kashkar mendirikan sebuah biara baru di Gunung Izla dekat Nisibis guna menghidupkan kembali gerakan monastik yang ketat, dan Henana dari Adiabene menjadi kepala sekolah teologi Nisibis. Henana kemudian keluar dari tradisi Antiokhia Theodorus dan secara terang-terangan mengikuti ajaran Origenes. Para uskup gagal dalam usaha-usaha mereka untuk menyensor dan mengecam Henana karena adanya proteksi pihak kerajaan sehingga dia tetap menjabat sebagai kepala sekolah, sekalipun hampir semua murid telah meninggalkan sekolah itu.

Perang-perang dalam kurun waktu 610–628 antara Persia dan Byzantium memperlemah pengaruh politik Gereja Asiria sehingga beberapa keuskupan dan desa berpindah ke tangan kaum Monofisit. Gereja Asiria tidak diizinkan memilih seorang Katolikos baru, dan tradisi teologisnya digerogoti oleh Henana. Babai Agung bersama Diakon Agung Mar Aba mengatur Gereja tanpa wewenang sebagai Katolikos. Akan tetapi dalam jabatan resminya sebagai 'penilik biara-biara di Utara' Babai memiliki wewenang untuk menyidik ortodoksi para rahib dan biara-biara di Mesopotamia Utara dan untuk menegakkan disiplin. Secara khusus, dia menyingkirkan para rahib yang telah menikah.

Babai Agung dan rekan-rekan rohaniwannya bersusah-payah mempertahankan peninggalan Theodorus: sekolah-sekolah teologi tandingan didirikan di Nisibis dan Balad, serta biara Mar Abraham, yang dikepalai Babai, beranggotakan sejumlah pelajar dari sekolah teologi Nisibis. Babai sendiri menulis sejumlah besar komentar dan Hagiografi untuk melawan kaum Monofisit dan Henana yang menganut ajaran Origenes, serta mengembangkan satu-satunya Kristologi Asiria yang sistematis. dia mengajarkan bahwa kedua qnome (esensi) itu tidak berbaur namun manunggal kekal dalam satu parsopa (personalitas) Kristus.

Jerih payah mereka membuahkan hasil: dalam pertemuan para uskup pada tahun 612, ajaran-ajaran Theodorus dikanonisasikan. Dengan segerea tulisan-tulisan dan Kristologi Babai menjadi normatif, dan tulisan-tulisan Henana menjadi terabaikan. Monastisisme Asiria termurnikan dan tumbuh subur. Gereja ini terbukti terorganisir dengan baik selama penaklukan bangsa Arab yang mengikuti perang Byzantium-Persia, dan berkembang selama berabad-abad kemudian.

Teori Kedatangan di Indonesia

Gereja ini tiba di Indonesia sejak abad ke-7. yakni di 2 tempat yang bernama Pancur (Sekarang wilayah dari:Deli Serdang) dan Barus (Sekarang wilayah dari: Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 SM). Sejarah ini telah tercatat oleh ulama Syaikh Abu Salih al-Armini dalam bukunya dengan judul FIBA “Tadhakur Akhbar min al-Kana’is wa al-Adyar min Nawabin Mishri wa al-Iqta’aih” (Daftar berita pada gereja-gereja dan monastries di provinsi-provinsi Mesir dan sekitarnya). Daftar gereja-gereja dan monastries dari naskah asli dalam bahasa Arab dengan 114 halaman ini berisi berita tentang 707 gereja-gereja dan 181 monastries Kristen yang tersebar di sekitar Mesir, Nubia, Abysina, Afrika Barat, Spanyol, Arab dan India . Dalam bukunya (Abu Salih), tanah Indonesia masih dimasukkan dalam wilayah India (al-Hindah)

Namun menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada zaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer (al-kafur). (Lihat B.T.A. Evetts, MA (ed.), The Churches … hlm. 300)

Sakramen
Gereja Asiria dari Timur sama halnya dengan Gereja Katolik Roma Memiliki 7 Sakramen. namun perbedaannya ialah tentang ragi Malka.

Liturgi ekaristi yang paling umum dari Gereja Timur adalah Liturgi Addai dan Mari. Ritus ini dikenal baik oleh para sarjana liturgi karena tidak berisi kalimat institusi yang diucapkan Yesus dalam Perjamuan Akhir ("Inilah tubuhku"..."Inilah darahku"). Oleh karena itu banyak (khususnya pihak Katolik Romawi) yang menganggap liturgi ini invalid. Akan tetapi, pada tahun 2001, setelah melewati sebuah studi mengenai hal tersebut, Kardinal Joseph Ratzinger (sebagai prefek Kongregasi Doktrin Iman saat itu) menyatakan bahwa liturgi tersebut valid dan umat Katolik di Irak boleh menerima Ekaristi dari Gereja Asiria jika tidak terdapat Gereja Katolik. Deklarasi ini disetujui oleh Paus Yohanes Paulus II.

Gereja dari Timur

Gereja dari Timur   yang juga dikenal dengan sebutan Gereja Nestorian, adalah gereja Kristen dalam tradisi Siria dari Kekristenan Timur. Gereja dari Timur merupakan gereja Kristen dari Kekaisaran Sasaniyah, dan menyebar dengan cepat di seluruh Asia. Antara abad ke-9 dan ke-14, Gereja dari Timur merepresentasikan gereja Kristen terbesar di dunia dalam hal luas geografis, dengan keuskupan-keuskupan yang membentang dari Laut Tengah sampai Tiongkok dan India. Beberapa gereja modern menyatakan diri sebagai kelanjutan dari Gereja dari Timur historis.

Pembentukan Gereja dari Timur dipandang terjadi pada abad pertama dan ketiga di antara komunitas-komunitas Kristen Asiria di provinsi Mesopotamia dari Kekaisaran Parthia dan provinsi Asōristān (Asiria) dari Kekaisaran Sasaniyah serta kerajaan-kerajaan independen kecil Asiria Baru di Osroene, Adiabene, Beth Garmai, Beth Nuhadra, dan Assur.

Gereja dari Timur dipimpin oleh Patriark dari Timur, melanjutkan suatu garis suksesi yang, menurut tradisi, berasal dari Zaman Apostolik. Gereja dari Timur secara liturgis menggunakan Ritus Siria Timur, dan secara teologis mengadopsi doktrin Nestorianisme, yang menekankan keterpisahan kodrat ilahi dan manusia dalam diri Yesus. Doktrin ini beserta asal nama yang digunakannya, yaitu Nestorius (386–451), dikecam oleh Konsili Efesus pada tahun 431, menyebabkan Skisma Nestorian dan eksodus para pendukung Nestorius ke Persia Sasaniyah. Umat Kristen yang berada di Persia menyambut para pengungsi tersebut dan secara bertahap mengadopsi doktrin Nestorian pada abad ke-5, menyebabkan Gereja Persia dikenal juga sebagai Gereja Nestorian.

Gereja dari Timur berkembang pesat dalam era Sasaniyah, dan setelah penaklukan Persia oleh Muslim (633–654) ditetapkan sebagai suatu komunitas dzimmi yang dilindungi di bawah pemerintahan Muslim. Gereja ini tersebar luas sejak abad ke-6, membangun komunitas-komunitas di India (umat Kristen Santo Tomas), di kalangan bangsa Mongol di Asia Tengah, dan di Tiongkok, yang menjadi kediaman bagi komunitas yang berkembang di bawah era dinasti Tang dari abad ke-7 sampai ke-9. Pada abad ke-13 dan ke-14, Gereja dari Timur mengalami periode ekspansi terakhir di bawah Kekaisaran Mongol, ketika orang-orang Kristen Nestorian yang berpengaruh memiliki kedudukan di istana Mongol. Pada puncaknya, Gereja dari Timur sempat tersebar jauh dari jantungnya di Mesopotamia Atas hingga mencapai Tiongkok, Mongolia, Asia Tengah, Asia Kecil, Jazirah Arab, dan India.

Setelah masa puncak perkembangannya secara geografis, Gereja dari Timur mengalami periode penurunan yang cepat sejak abad ke-14, utamanya karena pengaruh-pengaruh dari luar. Kekaisaran Mongol terpecah belah karena perang saudara, dinasti Ming mengalahkan bangsa Mongol (1368) serta menyingkirkan umat Kristen maupun pengaruh asing lainnya dari Tiongkok, dan banyak orang Mongol di Asia Tengah yang berpindah keyakinan ke Islam. Timur (1336–1405), pemimpin Mongol Muslim, membinasakan hampir semua umat Kristen yang tersisa di Persia; setelah masa tersebut, keberadaan Kekristenan Nestorian utamanya terbatas pada Mesopotamia Atas dan Pantai Malabar di India

Selama Skisma 1552, diangkat patriark-patriark tandingan di dalam Gereja dari Timur, yang menyebabkan timbulnya tiga pemisahan tersendiri. Saat ini, Gereja Katolik Kaldea, salah satu Gereja Katolik Timur yang berada dalam persekutuan penuh dengan Takhta Suci, merupakan kelompok terbesar dengan 640.828 umat, diikuti oleh Gereja Asiria dari Timur dengan 170.000 umat, dan Gereja Purba dari Timur yang memisahkan diri darinya dengan 100.000 umat.

Dec 1, 2018

Bait Salomo

Bait Salomo  juga disebut sebagai Bait Pertama ataupun Haikal Sulaiman, menurut Kitab Suci adalah bait suci pertama agama Yahudi kuno di Yerusalem.

Bait ini digunakan untuk pemujaan dan pengorbanan yang disebut korbanot dalam Yahudi kuno. Kuil ini diselesaikan pada abad ke-10 SM dan dihancurkan oleh bangsa Babilonia pada tahun 586 SM. Rekonstruksi kuil di Yerusalem, yang terlaksana selama tahun 516 SM sampai 70 M, adalah Bait Kedua.

Salomo mulai mendirikan Bait Allah (= rumah TUHAN) di Yerusalem di gunung Moria, di mana TUHAN menampakkan diri kepada Daud, ayahnya, di tempat yang ditetapkan Daud, yakni di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus itu. Tempat ini terletak di sebelah utara Kota Daud.

Masa pembangunan
Dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, yaitu Kitab 1 Raja-raja pasal 6, dicatat bahwa raja Salomo membangun Bait Allah ini selama 7 tahun, dimulai dari bulan ke-2 pada tahun ke-4 pemerintahannya dan selesai pada bulan ke-8 pada tahun ke-11. Catatan-catatan tersebut antara lain:

Dan terjadilah pada tahun ke 480 sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada tahun ke-4 sesudah Salomo menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang ke-2, maka Salomo mulai mendirikan rumah bagi TUHAN. Tahun ke-4 pemerintahan Salomo menurut para ahli arkeologi adalah pada tahun 966 SM.

Dalam tahun yang ke-4, dalam bulan Ziw, diletakkanlah dasar rumah TUHAN, dan dalam tahun yang ke-11, dalam bulan Bul, yaitu bulan ke-8, selesailah rumah itu dengan segala bagian-bagiannya dan sesuai dengan segala rancangannya; jadi 7 tahun lamanya ia mendirikan rumah itu. Tahun ke-11 pemerintahan Salomo menurut para ahli arkeologi adalah pada tahun 960 SM.

Bait Suci Kedua

Bait Suci Kedua (Ibrani: בית המקדש berarti 'Rumah Suci') adalah rekonstruksi bait di Yerusalem yang berdiri antara tahun 516 SM sampai 70 M. Selama itu, bait ini merupakan pusat pemujaan Yahudi, yang fokus pada pengorbanan yang disebut korbanot. Bait Salomo, juga diketahui sebagai Bait Pertama, dihancurkan tahun 586 SM ketika Yahudi dibuang ke Babylonia. Konstruksi bait baru dimulai tahun 535 SM. Pembangunannya selesai pada 12 Maret 515 SM[1] Seperti yang dijelaskan dalam Kitab Ezra, pembangunan kembali bait disusun oleh Koresy yang Agung dan disahkan oleh Darius yang Agung. Romawi menghancurkan Yerusalem dan Bait Kedua pada 4 Agustus 70.

Raja Herodes Agung melakukan rekonstruksi Bait Suci Kedua, dimulai dengan ekspansi besar-besaran pada Bukit Bait Suci (Temple Mount). Ibadah keagamaan dan ritual pada Bait Suci terus berlangsung selama proses pembangunan.[2] Setelah pemberontakan besar orang Yahudi terhadap pemerintahan Romawi di provinsi Iudaea, Bait Suci ini dihancurkan oleh tentara Romawi di bawah pimpinan jenderal Titus (kelak menjadi Kaisar Romawi) setelah pengepungan Yerusalem pada tahun 70 M

Alkitab Ibrani

Alkitab Ibrani atau Kitab Suci Ibrani (bahasa Latin: Biblia Hebraica) adalah istilah yang digunakan oleh para akademisi biblika untuk merujuk pada Tanakh (bahasa Ibrani: תנ"ך), yakni kumpulan teks-teks Yahudi kanonikal, yang mana merupakan sumber tekstual umum beberapa edisi kanonik dari Perjanjian Lama Kristen. Teks-teks ini terutama tersusun dalam bahasa Ibrani Biblika, dengan beberapa bagian dalam bahasa Aramaik Biblika (pada kitab-kitab Daniel, Ezra, dan beberapa lainnya).

Isi Alkitab Ibrani, yang mana sangat bersesuaian dengan Perjanjian Lama Protestan, tidak digunakan sebagai sumber untuk Perjanjian Lama pada bagian deuterokanonika Katolik Roma ataupun bagian Anagignoskomena Ortodoks Timur. Istilah Alkitab Ibrani tidak menjelaskan mengenai penamaan, penomoran ataupun pengaturan kitab-kitab, yang mana terdapat variasi dalam kanon-kanon Alkitab Kristen setelahnya

Istilah Alkitab Ibrani merupakan suatu upaya untuk memberikan kekhususan dalam kaitannya dengan isi, sekaligus menghindari kiasan pada setiap tradisi keilmuan teologis atau penafsiran tertentu. Istilah ini banyak digunakan dalam tulisan akademik dan diskusi antar agama dalam konteks yang relatif netral yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan dialog di antara semua tradisi keagamaan, tetapi tidak digunakan secara luas dalam pembahasan internal dari agama-agama yang menggunakan teks darinya.

Alkitab Ibrani mengacu pada kanon Alkitab Yahudi. Dalam rupa Latinnya, Biblia Hebraica, secara tradisi berfungsi sebagai judul edisi-edisi cetak dari Teks Masoret. Banyak akademisi studi biblika yang menganjurkan penggunaan istilah "Alkitab Ibrani" (atau "Kitab Suci Ibrani") sebagai suatu pengganti yang netral atas istilah-istilah dengan konotasi religius (misalnya istilah non-netral "Perjanjian Lama"). Buku Panduan Gaya dari Society of Biblical Literature, yang mana merupakan pegangan bagi jurnal akademik besar seperti Harvard Theological Review dan jurnal konservatif Protestan seperti Bibliotheca Sacra dan Westminster Theological Journal, mengemukakan bahwa para penulis "menyadari konotasi-konotasi dari berbagai ungkapan alternatif seperti... Alkitab Ibrani [dan] Perjanjian Lama" tanpa memberikan rekomendasi mengenai penggunaan keduanya.

Dalam hal teologi, sejak awalnya Kekristenan telah bergumul dengan hubungan antara Perjanjian "Lama" dan "Baru". Rumusan Kekristenan modern sehubungan dengan pergumulan ini misalnya supersesionisme, teologi kovenan, teologi Kovenan Baru, dispensasionalisme, dan teologi kovenan ganda. Semua rumusan ini, selain beberapa bentuk teologi kovenan ganda, menjadi keberatan Yudaisme arus utama dan banyak penulis serta akademisi Yahudi, yang mana bagi mereka hanya ada satu perjanjian kekal antara Allah dan Bani Israil, sehingga karenanya mereka menolak istilah "Perjanjian Lama" yang dianggap sebagai perwujudan antinomianisme.

Dalam hal kanon, penggunaan kalangan Kristen atas istilah "Perjanjian Lama" tidak merujuk pada sesuatu yang telah disepakati bersama secara universal atas serangkaian kitab, tetapi justru terdapat berbagai variasi tergantung pada denominasi. Lutheranisme dan berbagai denominasi Protestan yang mengakui Pengakuan Iman Westminster menerima keseluruhan kanon Yahudi sebagai Perjanjian Lama tanpa penambahan apapun, namun dalam penerjemahannya mereka terkadang lebih memberikan preferensi ke Septuaginta daripada Teks Masoret; misalnya Yesaya 7:14.

Dalam hal bahasa, "Ibrani" mengacu pada bahasa asli kitab-kitab tersebut, tetapi dapat juga dianggap sebagai rujukan pada orang-orang Yahudi dari masa Bait Kedua dan diaspora Yahudi, serta keturunan mereka, yang mempertahankan penyebaran Teks Masoret hingga saat ini. Alkitab Ibrani mencakup bagian-bagian kecil dalam bahasa Aramaik Biblika (sebagian besar dalam kitab Daniel dan Ezra), yang ditulis dan dicetak dalam aksara persegi, diadopsi sebagai abjad Ibrani setelah pembuangan Babel.

Kitab-kitab yang membentuk Alkitab Ibrani mengalami perkembangan selama sekitar satu milenium. Teks-teks yang paling lama sepertinya berasal dari abad ke-10 atau 11 SM, sedangkan teks-teks lainnya agak belakangan. Semuanya merupakan karya-karya suntingan, merupakan kumpulan berbagai sumber yang dijalin menjadi satu secara hati-hati dan kompleks.

Sejak abad ke-19, kebanyakan akademisi telah sepakat bahwa Pentateukh (lima kitab pertama dalam Alkitab) terdiri dari empat sumber yang dijalin menjadi satu. Keempat sumber ini digabungkan untuk membentuk Pentateukh pada suatu waktu pada abad ke-6 SM. Teori ini sekarang dikenal sebagai hipotesis dokumen, dan menjadi teori yang menonjol selama 200 ratus tahun terakhir. Deuteronomis yang dikaitkan dengan kitab Ulangan (Deuteronomy) dalam Pentateukh juga dikatakan merupakan sumber dari kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja (sejarah Deuteronomistis, atau DtrH), serta kitab Yeremia.

Yehezkiel

Yehezkiel (Ibrani y'khezqe'l, Allah menguatkan) adalah salah satu nabi Yahudi yang bernubuat pada masa pembuangan sekitar tahun 593-571 SM. Ia menegur, menasihati dan menghiburkan bangsa Israel dalam pembuangan, di mana kata-katanya ini tertulis dalam Kitab Yehezkiel, yang terdapat dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Yehezkiel adalah anak Busi, berasal dari keluarga imam. Dibesarkan di Palestina, mungkin di Yerusalem, dan dibawa ke Babel pada tahun 597 SM. Setelah lima tahun masa pembuangan (sekitar tahun 593 SM), pada usia tiga puluh tahun ia dipanggil Allah menjadi nabi (Yehezkiel 1:1). Dalam pembuangan tersebut, ia tinggal di Tel Abib di tepi sungai Kebar. Yehezkiel menikah namun istrinya meninggal secara mendadak sebagai salah satu bentuk tindak kenabian Yesaya, sebab Allah telah menyatakan sebelumnya sebagai tanda bagi Israel. Oleh karena penglihatan, tingkah laku dan tindak kenabiannya, Yehezkiel kerap disebut ekstatik, pengkhayal, ataupun dianggap orang yang mengalami gangguan jiwa. Ia melakukan beberapa tindak kenabian

Masa pembuangan Yehuda (597-538 SM), tidak terlalu berat bagi orang Yahudi. Babel memindahkan bangsa-bangsa itu dalam kelompok-kelompok kecil dan membiarkan mereka memelihara jati diri bangsa mereka. Orang-orang buangan itu membangun rumah, menanam pohon anggur, membina keterampilan dan merasa nyaman dengan keadaan yang baru.

Tugas utama Yehezkiel terdiri dari dua bagian penting, yaitu: tugas untuk menjelaskan lukisan tentang penglihatan alam atas Yehezkiel 1:4-28 dan rumusan sabda dan tidakan yang mencerminkan tugas dan perutusan nabi (Yehezkiel 2:1-3:15).