Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Aug 28, 2015

Misteri Piramida

Ditinjau dari bekas erosi di permukaan Sphinx (patung manusia berbadan singa), sarjana memperkirakan bahwa masa pembangunannya mungkin lebih awal dari perkiraan saat ini, paling tidak ia sudah terbentuk pada 10000 tahun silam SM. 

Piramida Mesir, tinggi 146 m, panjang masing-masing di sisi bawah di sekelilingnya 230 m, dengan areal 52.900 meter persegi, total terdapat 2.3 juta buah batuan. Menurut pandangan umum, piramida dibangun dinasti ke-4 sekitar tahun 2.000 SM, yang dibangun oleh Raja Cheops/Khufu. Namun karena kurangnya data sejarah, para sejarawan angkatan berikutnya baru menarik kesimpulan ini dari legenda dan petunjuk terkait. Adapun mengenai bagaimana membangun mega proyek ini? Siapa gerangan yang memilki inteligensi tinggi ini? Dan apa maksud dari pembuatan bangunan ini dan teka teki lain yang sampai sekarang masih belum terpecahkan. 

Bukan makam raja Firaun? 

Pada umumnya para sejarawan berpendapat bahwa piramida mempunyai hubungan erat dengan makam Firaun. Sebab piramida tersebut menyimpan suatu œkekuatan yang ganjil. Dapat membuat mayat dengan cepat dehidrasi, mempercepat proses menjadi œfosil mumi. Namun pada tahun 820 M, Gubernur Jenderal muslim Kairo yakni Caliph Al-Ma™mun memimpin pasukan, dan untuk pertama kalinya menggali terowongan masuk ke piramida. Namun pemandangan yang tampak di dalamnya ternyata hanya sebuah ruang yang sangat sederhana, tidak ada barang-barang atau perhiasan maupun arca yang dikubur bersama si mati, bahkan juga tidak ditemukan adanya potongan apapun. Di dalam ruangan yang dinamakan œistana raja hanya tampak sebuah kotak batu berbentuk peti tanpa tutup dan tidak ada isinya. Begitu juga dengan temboknya, tampak kosong tidak ada sedikitpun dihiasi dengan tulisan apapun. 

Angka bangunan memperlihatkan keakuratan yang mengagumkan. 

Pada akhir tahun 1880 silam, bapak arsitektur modern yakni William F menuturkan bahwa yang paling menakjubkan dari piramida ini adalah posisinya. Sebab tiap-tiap garis sisinya dengan begitu akurat mengarah pada tenggara barat laut. Bukan saja teknik pengamatan yang begitu akurat, yang lebih mengagumkan lagi adalah pembuat bangunan di luar dugaan bisa menjaga keakuratan super tinggi di atas bangunan yang maha besar ini.

Selain itu, keakuratan tarafnya juga sangat mengagumkan. Sebab toleransinya hanya 1.5 inci (±3.8 cm), meski bangunan modern sekalipun juga sulit menyamainya. Ilmuwan memperkirakan bahwa jika hendak mencapai taraf teknik tinggi seperti bangunan piramida yang maha besar ini sedikitnya butuh evolusi ribuan tahun. Namun setelah memeriksa catatan sejarah Mesir, tidak ditemukan adanya catatan tentang perkembangan teknik demikian. 

Tekhnologi yang luar biasa dengan kecerdasan yang hebat 

Mekanika pembangunan piramida luar biasa cerdik. Bentuk kerucutnya bukan di tata secara langsung dengan 2 juta lebih batuan. Seandainya pembangunannya demikian sederhana, jika sebagian di dalamnya roboh, maka seluruh bangunan itu akan ambruk karena terlalu berat. Yang menopang piramida, adalah konstruksi yang mirip dengan lingkaran tahunan pohon, yaitu dibentuk dari lapisan batu yang disumbat ke celanya dan konstruksi kokoh yang disebut tembok penopang. Konstruksi ini hanya menyebabkan sebagian kecil batuan di sisi luar ambruk ketika terjadi gempa dahsyat pada abad ke-13, sedangkan keseluruhan strukturnya sedikitpun tidak terpengaruh. Namun secara perbandingan strukturnya sangat kasar dibandingkan piramida yang dibangun pada dinasti kerajaan ke-3 atau piramida lainnya yang dibangun pada masa dinasti kerajaan ke-4 atau 5, bahkan banyak yang sudah hancur sama sekali. 

Lagipula, bagaimana pada ketinggian 100 meter lebih dari permukaan tanah, menata 2.3-2.6 juta batu-batu besar yang beratnya rata-rata 2.5 ton itu dipasang pada posisi yang begitu akurat inilah yang sulit dipahami. Para sarjana Mesir secara berturut-turut memperkirakan lebih dari 30 macam metode pembangunannya. Namun menurut sarjana bernama Graham Hancock yang pernah mendaki piramida bahwa menurut metode pembangunan yang diumpamakan saat ini kemungkinan itu kecil. Menurutnya œDi tempat yang tinggi menjulang. Di satu sisi harus menjaga keseimbangan, sisi lainnya harus mengangkut dari bawah ke atas, satu demi satu batu tersebut yang beratnya paling tidak 2 kali lipat beratnya mobil sekarang. Dan dibawa ke tempat juga sekaligus mengarahkannya ke posisi yang tepat. Belum dapat dimengerti bagaimana pemikiran tukang-tukang batu ini ketika itu. 

Batu raksasa yang digunakan membangun piramida kala itu, dipadukan dengan pengukuran yang tepat akurat, teknik pembangunan yang akurat, jika di lakukan dengan metode yang diperkirakan sekarang, jelas itu adala mimpi buruk bagi pekerja dan pengurus lapangan. Ditilik dari kecerdasan yang ditunjukkan piramida, Hancock memperkirakan bahwa metode pembangunan oleh pembangun zaman dulu mungkin melampaui imajinasi kita. Jean-Francois Champollion yang mempunyai sebutan sebagai bapak ilmu Mesir Kuno modern melukiskan arsitek-arsitek zaman dulu: œPemikiran mereka masih lebih tinggi bagaikan manusia raksasa setinggi 100 kaki. 

Karena terdapat sejumlah besar tanda tanya pada pandangan tradisional, ditambah lagi dengan sulitnya menemukan catatan sejarah, ilmuwan modern mengemukakan pandangan peradaban prasejarah yang menantang dengan metode secara geologi, klimatologi kuno dan metode lain meneliti tempat bersejarah di atas dataran tinggi tersebut. 

Masa nan panjang, piramida yang berdiri tegak di Mesir telah membuktikan kecemerlangan akan peradaban manusia kala itu.

Prakiraan peradaban prasejarah 

Sphinx juga merupakan inti penelitian para sarjana. Tingginya 20 m, panjang total 73 m, dianggap sebagai bangunan yang didirikan raja Firaun Kafre dari dinasti kerajaan ke-4. namun, dari bekas erosi di permukaan patung manusia berbadan singa tersebut, baru-baru ini ilmuwan mempekirakan bahwa masa pembangunannya besar kemungkinan lebih awal dari perkiraan sebelumnya, diperkirakan 10.000 tahun silam SM. 

Dalam ilmu pengetahuan kudus matematikawan Swalle Rubich menyebutkan, pada sebagian badan Singa Sphinx tersebut jelas terdapat bekas kikisan air, ia menduga bahwa itu adalah akibat hujan lebat secara beruntun dan banjir dahsyat pada tahun 11.000 SM. 

Sarjana lainnya yakni John Westheth juga menyatakan pendapat yang sama seperi di atas, dan menyangkal pandangan bahwa itu adalah akibat pengikisan angin. Sebab jika pengikisan oleh angin, maka bangunan dari batu kapur lainnya pada masa yang sama semestinya juga mengalami pengikisan yang sama, akan tetapi, kami mendapati di antara bangunan yang tersisa tidak ada satu pun pengikisan yang demikian parah seperti patung bermuka manusia ber badan Singa tersebut. 

Profesor geologi dari Universitas Boston dan ahli dalam bidang erosi batuan yakni Roberto Sewski juga menyetujui pandangan Westheth, dan mengatakan bahwa pengikisan yang dialami patung bermuka manusia berbadan Singa tersebut ada yang bagian kedalamannya mencapai sekitar 2 m, sehingga penampilan luar tampak berkelok-kelok, seperti gelombang, nyata sekali bahwa semua itu merupakan bekas dari akibat terjangan angin dan hujan yang hebat selama ribuan tahun. 

Namun pandangan baru yang dikemukakan Westheth cs menimbulkan kontroversial dari tokoh arus utama ilmu Mesir. Sebab mereka tidak mau percaya bahwa pada 10.000 tahun silam, di atas bumi mungkin telah muncul manusia yang lebih matang dibanding orang sekarang. Namun penelitian Westheth mendapat sambutan dan dorongan dari sejumlah besar ahli geologi ketika data yang dikumpulkan Westheth disiarkan dalam suatu forum lembaga geologi AS. Meski pandangan tentang œperadaban prasejarah selama ini diabaikan, namun kini semakin banyak ilmuwan berani menghadapi kenyataan, pembelaan terhadap pandangan yang tampak œtersendiri saat ini. Dimana jika diteruskan, yakin perubahan demikian dapat membantu manusia dalam menyingkap misteri abadi Piramida ini! (Sumber : Dajiyuan) 

Arsitek Prancis menyingkap misteri pembangunan Piramida 

Bagaimanakah Piramida raksasa di Mesir itu dibangun? ini adalah misteri yang selalu membingungkan ilmuwan selama ribuan tahun. Namun kini, seorang insinyur bangunan asal Prancis mungkin telah menemukan jawaban atas pertanyaan ini. 

Piramida yang berdiri tegak di atas padang pasir di peluaran kota Kairo, Mesir adalah salah satu keajaiban tempat bersejarah yang terkenal di dunia,setiap tahun selalu dikunjungi wisatawan mancanegara. Sampai kini bangunan Piramida merupakan misteri yang tak terpecahkan di bidang arsitektur dan ini juga satu alasan mengapa Piramida dan Spinx bisa menarik sejumlah besar wisatawan berkunjung kesana. 

8 Tahun Penelitian 

Melalui penelitian yang berlangsung selam 8 tahun, dan paduan pandangan sarjana lainnya, arsitek Prancis Houden mengemukakan sebuah teori yang unik dan meyakinkan. Menurut Houden: œPiramida di bangun dari dalam, di bagian dalam terdapat sebuah landaian atau lereng. Teori lain yang berhubungan dengan lereng tersebut sulit untuk menjelaskan bagaimana sentuhan terakhir itu dirampungkan, sebab kalau bukan terlalu panjang, derajat kemiringan lereng terlalu besar. Menurut saya, hingga selesai dibangun, bahan bangunan yang diperlukan di angkut ke atas dari lereng bagian dalam, sebuah koridor bagian dalam. Piramida paling panjang mencapai 1.6 km. Berdasarkan hipotesa ini, telah dibuat animasi 3 dimensi, dan anda dapat melihatnya di www.3ds.com/khufu

Landasan teori Houden berdasarkan maket komputer multidimensi dalam proses pembangunan dan struktur Piramida. Menurutnya pekerja bangunan menempatkan granit dan gamping (batu kapur) ke setiap bagian Piramida dengan menggunakan seperangkat alat keseimbangan berat. 

Teori Houden 

Peneliti senior asal AS yakni Blair adalah ahli peneliti tempat bersejarah di Mesir. Menurutnya: œbagi sarjana yang menyelidiki tempat bersejarah Mesir, teori Houden sangat penting. Adapun mengenai bangunan Piramida, di masa lalu ada dua versi. Versi pertama adalah, di depan Piramida terdapat sebuah lereng yang besar, dan versi lainnya mengatakan bahwa di luar Piramida terdapat jalan bergelombang berbentuk spiral. Namun kami tahu kedua pandangan ini tidak benar dan bermasalah. Sekarang kami memiliki pandangan ke tiga, dan pandangan ini tidak ada masalah-masalah itu. 

Piramida merupakan salah satu bangunan manusia yang terbesar di dunia, dan para arkeolog telah menyelidiki selama beberapa abad terhadap Piramida. Sejumlah besar arkeolog mengatakan, tidak mengherankan bila seorang arsitek mengemukakan uraian terbaru atas misteri Piramida dengan teknologi abad ke-21 ini. Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesa tersebut, tim peneliti sudah siap sedia, dan jika pemerintah setempat mengizinkan, kami akan segera menuju ke lokasi, untuk survei di lapangan dengan radar dan detektor sumber panas. (Sumber : Dajiyuan) 

Piramida Mesir Bukan Dibuat Oleh Budak Belian

Menurut laporan situs-net Xinhua, Sekretaris jenderal dewan tertinggi tentang benda budaya Mesir yakni doktor Jasey Hawass mengumumkan bahwa hasil temuan arkeologi terbaru menunjukkan, bahwasannya Piramida itu dibuat oleh buruh. Hasil temuan ini menyangkal infrensi bahwa Piramida dibuat oleh budak belian. 

Doktor Hawass mengumumkan temuan ini di bawah kaki Piramida dekat Kairo. Doktor Hawass yang berusia 55 tahun dinobatkan sebagai pakar paling berpengaruh dalam penelitian benda budaya kuno Mesir. Ketika diwawancarai di lokasi penggalian arkeologi saat itu mengatakan bahwa, setelah lebih dari 10 tahun melakukan penggalian dan penelitian, dapat ditarik kesimpulan, bahwa Piramida itu dibangun oleh buruh bukan budak belian. Dan di lokasi penggalian ini adalah makam pekerja yang meninggal dalam proses pembangunan Piramida. 

Hawass menjelaskan bahwa, peneliti arkeologi menemukan sejumlah besar alat hitung, alat ukur dan perkakas batu prosesing dalam barang-barang yang dikubur bersama si mati. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggal ini adalah pembuat Piramida. Dan tidak mungkin mereka adalah budak belian, sebab budak yang mati tidak akan dikebumikan. Selain itu, arkeolog juga menemukan perkakas operasi dari logam primitif dan bekas pengobatan si mati yang mengalami patah tulang dalam liang kubur. Ini menunjukkan bahwa simati mendapat perlakuan dan perawatan medis yang baik jika budak belian tidak akan mendapat perlakuan demikian. 

Hawass mengantar reporter melihat-lihat salah satu makam di antaranya. Ia menuturkan, bahwa pintu masuk ke makam ini adalah sepotong granit, sama dengan batu raksasa untuk pembangunan Piramida juga berasal dari daerah Aswan, selatan Mesir. Ini menunjukkan bahwa status si pemilik makam berasal dari golongan terhormat. Dan epigraf di atas pintu menunjukkan, bahwa pemilik makam adalah pejabat administrasi tertinggi di daerah asministratif Piramida. 

Personel arkeologi menemukan sebuah peti mati dari batu dalam liang kubur, dan yang menggembirakan adalah peti mati batuan ini tidak ada tanda mengalami pencurian dan penggalian. Hawass bahkan mengatakan, bahwa daerah penghidupan para pekerja berada di sekitar makam. Personel arkeologi menemukan bekas tempat tinggal sekretaris jenderal di sana. Dan tempat tinggal pejabat ini dibangun pada 4.500 tahun lampau, adalah tempat tinggal sekretaris jenderal paling kuno yang ditemukan di Mesir saat ini. 

Selain itu, personel peneliti juga menemukan mess kolektif dan bekas perlengkapan para pekerja di dalam kawasan penghidupan tersebut. Dari perkiraan peninggalan-peningalan ini, secara total terdapat lebih dari 20.000 pekerja yang turut dalam pembangunan Piramida. Dan ini berarti bahwa kesimpulan sejarawan Yunani kuno tentang pembangunan. Piramida yang dikerjakan oleh 10.000 tukang batu itu tidak benar. Hawass menambahkan, bahwa pekerja"pekerja tersebut bekerja secara bergantian di proyek ini, dengan masa kontrak kerja 3 bulan, dan sebagian besar pekerja adalah petani, tukang batu yang miskin, biaya penghidupan mereka ditanggung oleh keluarga yang berada kampungnya. 

Piramida terletak di sebelah selatan Kairo, adalah Piramida terbesar di Mesir, dan dinobatkan sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Piramida ini dibangun dari 2.3 juta batu raksasa, batu yang paling ringan adalah 2.5 ton, sedang yang paling berat mencapai 40 ton. Siapakah yang membangun mega proyek yang demikian hebat ini, hingga saat ini banyak versinya, namun sebagian besar sejarawan mendukung pandangan tentang budak belian yang membangun Piramida. 

Aneh Tapi Nyata

Kompleks Piramida Giza yang dibangun bangsa Mesir kuno sekitar 5000 tahun yang lalu memiliki luas area yang bisa disamakan antara jarak dari St Peter (Roma), Katedral Florence (Milan) sampai ke St. Paul (London). Diyakini pula kumpulan batu di Piramid Giza apabila disatukan bisa membuat tembok setinggi 3 meter dengan ketebalan 0,3 meter yang bisa melingkupi seluruh Perancis. 

Jika dibandingkan dengan Empire State Building di New York, piramida atau piramida ini lebih besar 30 kali lipat dan bahkan bisa terlihat dari bulan. Sementara bangsa Mesir Kuno sendiri membangunnya dalam waktu 30 tahun. Belum lagi dari cara memindahkan batu batuan dan menyusunnya menjadi piramida yang tinggi (ada yang mengatakan membuat struktur lereng atau ulir seperti pada skrup yang kemudian dikapur dengan batu kapur pada lapisan luar. Ada pula yang menyebutkan bahwa batu batu tersebut adalah hasil pengecoran). 

Konstruksi yang akurat serta titik berat pusat benda. Sehingga seperti yang diutarakan sebelumnya ada yang menyebutkan bahwa Piramida dibangun oleh UFO dengan mengkaitkannya dengan potret piramida di Mars. Ada lagi yang berspekulasi bahwa piramida dibangun oleh manusia masa datang yang terdampar di masa lalu. Ada pula piramida berhubungan dengan rasi gugus bintang Orion ditinjau dari letak katiga piramida Giza dan Piramida Maya pun diyakini memiliki letak dan posisi yang sama berdasarkan gugus rasi bintang Orion. Selain itu diyakini pula ada ruangan di bawah Sphinx (yang dinamakan Hall off Records) yang merupakan kunci rahasia menuju Zep Tepi yakni suatu zaman keemasan masa lampau ketika Piramid Giza ini di buat. 

Menurut penelitian dari Ilmuwan dan Arkeologi, bahan baku pembuatan piramida diambil dari beberapa tempat. Misalnya batu kapur dari Tura, granit dari Aswan, tembaga dari Sinai dan kayu untuk peti dari Libanon yang kesemuanya diangkut melalui Sungai Nil. Kemudian buruh-buruh pekerja rata-rata meningal pada usia muda diantara 30 tahun karena mengalami cedera tulang belakang karena membawa beban yang sangat berat. Kemudian terungkap pula terdapat cara pertolongan gawat darurat bagi buruh yang cedera. 

Jauh sebelum ada teleskop apalagi observatorium, masyarakat Mesir sudah memiliki teknologi astronomi tinggi. Piramida dan Sphinx adalah hasil karya ilmu astronomi ribuan tahun lalu itu. 

Kajian tersebut menyatakan bahwa Sphinx dan tiga piramida besar di sekelilingnya (Khufu, Khafre, and Menkaure), dibangun dan disusun menurut konstelasi bintang-bintang dalam rasi (kumpulan bintang-bintang) Orion. 

Mengapa rasi bintang tersebut yang dipilih masyarakat purba Mesir sebagai pola dalam membangun kompleks piramida Giza itu? 

Nama Orion diambil dari salah satu tokoh dalam mitologi Yunani, anak dari pasangan dewa Poseidon (dikenal juga sebagai Neptunus) dan Euryale. Sebagai anak dewa, Orion diberi banyak kesaktian oleh orangtuanya. Misalnya, oleh ayahnya yang merupakan penguasa samudera, dia diberi kesaktian bisa hidup di lautan seperti makhluk laut. 

Antara Januari hingga Mei, rasi bintang Orion ini bisa kita amati di arah Timur. Bila bintang-bintang tersebut ditarik garis, memang akan terlihat seperti ada sebuah adegan manusia sedang mengacungkan senjata. Dalam astronomi, rasi bintang Orion dibentuk oleh delapan bintang besar Betelgeus, Meissa, Bellatrix, susunan bintang Mintaka-Alnilam-Alnitak (sering disebut sebagai sabuk Orion), Saiph, dan Rigel. Bersama bintang-bintang kecil lain yang berperan seperti satelitnya. 

Rasi bintang Orion ini seperti rasi bintang di galaksi kita, yang disebut sebagai Bimasakti (Milky Way). Jadi bintang-bintang besar yang disebut di atas tak ubahnya seperti Matahari di galaksi Bimasakti. Sedangkan bintang-bintang kecilnya adalah planet-planet yang mengelilinginya, seperti Bumi, Mars, Saturnus, hingga Pluto, mengelilingi Matahari. Hanya saja bedanya, di rasi bintang Orion "matahari"-nya lebih dari satu, sedangkan di galaksi kita hanya satu. 

Dari susunan para bintang besar dan masing-masing satelitnya itulah, bila ditarik dalam sebuah garis tak putus, akan tergambar seperti seorang pemuda gagah dengan senjatanya. Oleh mitologi Yunani disebutkan sebagai penjelmaan tokoh Orion. Lalu di sebelah selatan Orion, terlihat rasi bintang yang lebih kecil disebut Lepus. Bila bintang-bintang di rasi bintang tersebut ditarik garis, maka akan terlihat seperti anjing. Rasi bintang inilah yang disebut dalam mitologi sebagai salah satu anjing yang menemani Orion di langit. Terdiri atas dua bintang besar (Nihai dan Arneb) serta bintang-bintang yang ukurannya jauh lebih kecil. 

Terdapat pula deretan bintang yang kadang menggambarkan sosok kalajengking, tapi bisa juga banteng. Itu semua tergantung dari mana arah kita memandang. Yang pasti, rasi bintang Taurus atau Scorpio ini terdiri dari lima bintang besar, yakni Al Nath, Aldebaran, Hyades, Ain, Pleiades, dan tentunya bintang- bintang satelit mereka masing- masing. Dengan paduan tiga rasi bintang itulah (Orion, Lepus, dan Scorpius/Taurus), mitologi tentang Orion tercipta. 

Lalu apa hubungannya dengan budaya purba Mesir, yang membangun kompleks piramida di Giza juga atas mitos rasi bintang Orion tersebut? 

Ini dihubungkan dengan pemujaan bangsa Mesir purba terhadap Osiris, yang tak lain dipercaya sebagai jelmaan Orion yang kemudian menjadi dewa kematian. Dalam relief-relief di piramida yang ditemukan, Osiris ini digambarkan sebagai dewa yang mengenakan mahkota putih tinggi. Lewat kesaktiannya, Osiris dengan mudah bisa membinasakan bumi dan isinya. 

Masyarakat Mesir kuno juga percaya bahwa dewa-dewa di langit itu juga harus mempunyai persinggahan di bumi. 
Atas dasar latar belakang itulah, kemudian kompleks piramida Giza dibangun. Tentu karena untuk Osiris, maka arsitektur posisi tiap piramidanya dibuat sedemikian rupa agar mirip dengan posisi rasi bintangnya. Termasuk membangun penjaganya, yakni makhluk berbadan singa berkepala manusia.

Piramida Khufu menggambarkan bintang Alnitak, piramida Khafre untuk bintang Alnilam, sedangkan piramida Menkaure sebagai simbol bintang Mintaka. Deret posisi tiap piramida pun dibuat seakurat mungkin, menyerupai posisi tiga bintang besar itu di langit. Dan penempatan posisi tiga piramida tersebut nyaris akurat! Hanya meleset 0,1364 derajat dari besar sudut antar piramida dibanding antarbintangnya. Hal ini jadi begitu istimewa, mengingat teknologi saat piramida-piramida tersebut dibangun, tentu belum secanggih sekarang 

Piramida Raksasa Mesir

Piramida raksasa Mesir merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia saat ini, sejak dulu dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa artinya? Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan. Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000 lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.

Sejarah Mitos dan Temuan Arkeologi

Sejak abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun, menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma, kerajaan Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar karya terkenal zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan hancur, generasi belakangan juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang dapat menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para pendahulu.

Tahun 450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon katanya, hancur setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani tersebut menggunakan kalimat "konon katanya", maksudnya bahwa kebenarannya perlu dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan Yunani tersebut malah menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti penting bahwa piramida didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.

Selama ini, para sejarawan menganggap bahwa piramida adalah makam raja. Dengan demikian, begitu membicarakan piramida, yang terbayang dalam benak secara tanpa disadari adalah perhiasan dan barang-barang yang gemerlap. Dan, pada tahun 820 M, ketika gubernur jenderal Islam Kairo yaitu Khalifah Al-Ma'mun memimpin pasukan, pertama kali menggali jalan rahasia dan masuk ke piramida, dan ketika dengan tidak sabar masuk ke ruangan, pemandangan yang terlihat malah membuatnya sangat kecewa. Bukan saja tidak ada satu pun benda yang biasanya dikubur bersama mayat, seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan sekeping serpihan pecah belah pun tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu kosong yang tidak ada penutupnya. Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih kosong, juga tak ada sedikit pun ukiran tulisan.

Kesimpulan para sejarawan terhadap prestasi pertama kali memasuki piramida ini adalah "mengalami perampokan benda-benda dalam makam". Namun, hasil penyelidikan nyata menunjukkan, kemungkinan pencuri makam masuk ke piramida melalui jalan lainnya adalah sangat kecil sekali. Di bawah kondisi biasa, pencuri makam juga tidak mungkin dapat mencuri tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan lebih tidak mungkin lagi menghapus seluruh prasasti Firaun yang dilukiskan di atas tembok. Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya dipenuhi perhiasan-perhiasan dan harta karun yang berlimpah ruah, piramida raksasa yang dibangun untuk memperingati keagungan raja Firaun menjadi sangat berbeda.

Selain itu, dalam catatan "Inventory Stela" yang disimpan di dalam museum Kairo, pernah disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal sebelum Khufu meneruskan takhta kerajaan. Namun, oleh karena catatan pada batu prasasti tersebut secara keras menantang pandangan tradisional, terdapat masalah antara hasil penelitian para ahli dan cara penulisan pada buku, selanjutnya secara keras mengecam nilai penelitiannya. Sebenarnya dalam keterbatasan catatan sejarah yang bisa diperoleh, jika karena pandangan tertentu lalu mengesampingkan sebagian bukti sejarah, tanpa disadari telah menghambat kita secara obyektif dalam memandang kedudukan sejarah yang sebenarnya.

Teknik Bangunan yang Luar Biasa

Di Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam ukuran, standarnya bukan saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di antaranya piramida yang didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak yang sudah rusak dan hancur, menjadi timbunan puing, seperti misalnya piramida Raja Menkaure seperti pada gambar. Kemudian, piramida besar yang dibangun pada masa yang lebih awal, dalam sebuah gempa bumi dahsyat pada abad ke-13, di mana sebagian batu ditembok sebelah luar telah hancur, namun karena bagian dalam ditunjang oleh tembok penyangga, sehingga seluruh strukturnya tetap sangat kuat. Karenanya, ketika membangun piramida raksasa, bukan hanya secara sederhana menyusun 3 juta batu menjadi bentuk kerucut, jika terdapat kekurangan pada rancangan konstruksi yang khusus ini, sebagian saja yang rusak, maka bisa mengakibatkan seluruhnya ambruk karena beratnya beban yang ditopang.

Lagi pula, bagaimanakah proyek bangunan piramida raksasa itu dikerjakan, tetap merupakan topik yang membuat pusing para sarjana. Selain mempertimbangkan sejumlah besar batu dan tenaga yang diperlukan, faktor terpenting adalah titik puncak piramida harus berada di bidang dasar tepat di titik tengah 4 sudut atas. Karena jika ke-4 sudutnya miring dan sedikit menyimpang, maka ketika menutup titik puncak tidak mungkin menyatu di satu titik, berarti proyek bangunan ini dinyatakan gagal. Karenanya, merupakan suatu poin yang amat penting, bagaimanakah meletakkan sejumlah 2,3 juta -2,6 juta buah batu besar yang setiap batunya berbobot 2,5 ton dari permukaan tanah hingga setinggi lebih dari seratus meter di angkasa dan dipasang dari awal sampai akhir pada posisi yang tepat.

Seperti yang dikatakan oleh pengarang Graham Hancock dalam karangannya "Sidik Jari Tuhan": Di tempat yang terhuyung-huyung ini, di satu sisi harus menjaga keseimbangan tubuh, dan sisi lainnya harus memindahkan satu demi satu batu yang paling tidak beratnya 2 kali lipat mobil kecil ke atas, diangkut ke tempat yang tepat, dan mengarah tepat pada tempatnya, entah apa yang ada dalam pikiran pekerja-pekerja pengangkut batu tersebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern telah memperkirakan berbagai macam cara dan tenaga yang memungkinkan untuk membangun, namun jika dipertimbangkan lagi kondisi riilnya, akan kita temukan bahwa orang-orang tersebut tentunya memiliki kemampuan atau kekuatan fisik yang melebihi manusia biasa, baru bisa menyelesaikan proyek raksasa tersebut serta memastikan keakuratan maupun ketepatan presisinya.

Terhadap hal ini, Jean Francois Champollion yang mendapat sebutan sebagai "Bapak Pengetahuan Mesir Kuno Modern" memperkirakan bahwa orang yang mendirikan piramida berbeda dengan manusia sekarang, paling tidak dalam "pemikiran mereka mempunyai tinggi tubuh 100 kaki yang tingginya sama seperti manusia raksasa". Ia berpendapat, dilihat dari sisi pembuatan piramida, itu adalah hasil karya manusia raksasa.

Senada dengan itu, Master Li Hongzhi dalam ceramahnya pada keliling Amerika Utara tahun 2002 juga pernah menyinggung kemungkinan itu. "Manusia tidak dapat memahami bagaimana piramida dibuat. Batu yang begitu besar bagaimana manusia mengangkutnya? Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya lima meter mengangkut sesuatu, itu dengan manusia sekarang memindahkan sebuah batu besar adalah sama. Untuk membangun piramida itu, manusia setinggi lima meter sama seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar."

Pemikiran demikian mau tidak mau membuat kita membayangkan, bahwa piramida raksasa dan sejumlah besar bangunan batu raksasa kuno yang ditemukan di berbagai penjuru dunia telah mendatangkan keraguan yang sama kepada semua orang: tinggi besar dan megah, terbentuk dengan menggunakan susunan batu yang sangat besar, bahkan penyusunannya sangat sempurna. Seperti misalnya, di pinggiran kota utara Mexico ada Kastil Sacsahuaman yang disusun dengan batu raksasa yang beratnya melebihi 100 ton lebih, di antaranya ada sebuah batu raksasa yang tingginya mencapai 28 kaki, diperkirakan beratnya mencapai 360 ton (setara dengan 500 buah mobil keluarga). Dan di dataran barat daya Inggris terdapat formasi batu raksasa, dikelilingi puluhan batu raksasa dan membentuk sebuah bundaran besar, di antara beberapa batu tingginya mencapai 6 meter. Sebenarnya, sekelompok manusia yang bagaimanakah mereka itu? Mengapa selalu menggunakan batu raksasa, dan tidak menggunakan batu yang ukurannya dalam jangkauan kemampuan kita untuk membangun?

Sphinx, singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap didirikan oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum Masehi.

Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan karat juga telah membuktikan hal ini.

Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus" menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu, selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti lalu mengakibatkan bekas erosi.

Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian. Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang terjadi pada Sphinx.

Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, sehingga berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan gelombang, jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat selama ribuan tahun.

Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.

Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.

Dalam jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida raksasa dan Sphinx mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang panjang, adalah penyebab langsung yang mengakibatkan erosi yang parah terhadap Sphinx. Karena bahan bangunan piramida raksasa Jazirah adalah hasil teknologi manusia yang tidak diketahui orang sekarang, kemampuan erosi tahan airnya jauh melampaui batu alam, sedangkan Sphinx terukir dengan keseluruhan batu alam, mungkin ini penyebab yang nyata piramida raksasa dikikis oleh air laut yang tidak tampak dari permukaan.

Keterangan gambar: Sphinx yang bertetangga dekat dengan piramida raksasa kelihatannya sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari badannya, saluran dan irigasi yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami sebagian cuaca yang lembab, karenanya memperkirakan bahwa ia sangat berkemungkinan telah ada sebelum 10 ribu tahun silam.

Aug 19, 2015

Revolusi Prancis

Kondisi Prancis sebelum pecah Revolusi 1789

Sistem pemerintahan yang umumnya berlaku di Eropa sampai abad ke-18 adalah sistem kerajaan yang memerintah secara absolut. Kekuasaan raja tidak berdasarkan atas kehendak rakyat, melainkan berdasarkan atas kehendak dan kemauan raja sendiri. Suara raja adalah suara Tuhan yang wajib ditaati dan dipatuhi oleh rakyatnya. Rakyat tidak memiliki kewenangan untuk menunjukkan keinginan dan aspirasinya. Hal itu dibuktikan dengan tidak adanya dewan perwakilan rakyat di parlemen sebagai perwakilan yang akan membawakan aspirasi rakyat. Kalaupun ada dewan perwakilan rakyat, tetapi kurang berfungsi dengan baik, sebab akhir dari keputusan tetap di tangan raja. Absolutisme raja mendapatkan legalitas dengan diterbitkannya buku I'll Principe (sang Raja) yang ditulis oleh Niccolo Machiavelli pada sekitar abad ke-17. Melalui bukunya tersebut, Machiavelli mengemukakan pemikirannya tentang kekuasaan seorang raja. Menurutnya bahwa untuk mempertahankan kekuasaannya, raja boleh dan berhak untuk melakukan apa saja meskipun itu dianggap kejam dan sewenang-wenang, sebab yang terpenting adalah raja dapat melanggengkan kekuasaannya. Kekuasaan raja adalah kekuasaan tertinggi yang harus dipatuhi oleh rakyat sehingga rakyat tidak memiliki hakhak untuk mengemukakan dan menuntut aspirasinya. Pemikiran Machiavelli ini banyak dianut oleh para penguasa pada saat itu, terutama para raja-raja di Eropa seperti di Prancis, Inggris, Rusia, Prusia, Australia, dan sebagainya. Kekuasaan raja yang absolut telah berlaku di Prancis sejak masa kekuasaan Raja Louis XIII (1610-1643). Pada perkembangannya, kemudian kekuasaan raja yang absolut ini terus dikembangkan oleh raja-raja berikutnya dan mencapai puncaknya pada masa kekuasaan Raja Louis XIV (1643-1715). Hal ini terlihat dari tindakan-tindakan Raja Louis XIV yang menunjukkan absolutisme yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan tindakan-tindakan raja yang cenderung bersifat sewenang-wenang, seperti tidak adanya undang-undang yang mendasari kekuasaan raja, penggunaan keuangan negara oleh raja dan keluarganya yang digunakan semaunya, tidak terdapatnya kepastian hukum, tidak terbentuknya dewan legislatif, sehingga raja dapat menjalankan kekuasaannya tanpa batas.

Absolutisme raja juga ditunjukkan oleh ucapan dan pernyataannya yang menyebutkan bahwa negara adalah saya (L etat c est moi). Pernyataan ini menunjukkan bahwa raja adalah pusat dari segala-galanya yang memiliki kekuasaan mutlak dalam segala kehidupan, termasuk rakyatnya. Lebih parah lagi adalah bahwa raja menganggap dirinya sebagai penjelmaan Tuhan yang berkuasa di muka bumi ini (des troit Devin). Pernyataan ini semakin menunjukkan kekuasaan raja yang tak terbatas, baik secara duniawi maupun yang berkaitan dengan keagamaan.
Masyarakat Prancis pada saat itu terstruktur ke dalam tiga golongan besar. Golongan pertama adalah Raja dan bangsawan yang merupakan golongan paling berkuasa di Prancis. Golongan ini memiliki sejumlah hak istimewa yang tidak dimiliki oleh golongan lain. Hak-hak istimewa tersebut di antaranya hak kepemilikan tanah, hak memiliki atau mendapatkan hasil bumi yang telah dihasilkan oleh rakyat dan petani, serta hak pembebasan dari beban pajak. Golongan kedua adalah golongan pendeta. Golongan ini memiliki status yang hampir sama dengan golongan pertama, mereka juga memiliki sejumlah hak istimewa yang membuat golongan ini menjadi cukup terpandang dan kaya raya. Hal ini disebabkan diberikannya kewenangan bagi golongan ini untuk memungut berbagai macam pajak dari rakyat. Golongan ketiga adalah kaum borjuis dan rakyat jelata. Golongan ini merupakan golongan yang selalu mendapat penindasan dari raja, para bangsawan dan pendeta dengan berbagai macam pajak yang dibebankan kepada mereka. Termasuk ke dalam golongan ini adalah para pengusaha kaya (borjuis), kelompok intelektual, serta rakyat jelata. Tentu saja yang sangat menderita dengan tekanan pajak tersebut adalah rakyat jelata. Hidup mereka yang sudah pas-pasan semakin berat dengan berbagai kewajiban pajak yang harus mereka bayar. Struktur masyarakat Prancis yang demikian memperlihatkan begitu besarnya kesenjangan antara golongan 1 dan 2 dengan mereka yang berada pada golongan 3. Mereka yang termasuk ke dalam golongan 3 tidak memiliki hak-hak yang dapat menempatkannya pada posisi yang lebih baik. Meskipun secara financial cukup baik seperti yang dimiliki oleh kaum borjuis atau secara intelektual cukup terpandang, tetapi mereka tidak memiliki daya yang cukup besar untuk melepaskan diri dari penindasan raja yang absolut. Mereka memang selalu menyuarakan penentangan atas apa yang dilakukan oleh raja, bangsawan dan pendeta, akan tetapi mereka belum cukup kuat untuk dapat melepaskan diri dari penindasan tersebut. Apalagi mereka yang termasuk rakyat jelata yang pada umumnya memiliki mata pencaharian seperti petani yang tidak memiliki tanah, pengrajin, buruh atau pekerja perkotaan yang tidak memiliki kekuatan untuk menentang kesewenangan raja.

Raja beserta keluarganya dan demikian juga dengan para bangsawan dan pendeta selalu hidup dalam kemewahan. Kehidupan mereka yang mewah tersebut berasal dari pajak yang dipungut dari rakyat. Anggaran keuangan raja disamakan dengan anggaran negara, artinya pemasukan pajak yang seharusnya untuk menunjang aktivitas pemerintahan termasuk di dalamnya pembangunan dan kesejahteraan rakyat menjadi beralih fungsi untuk pembiayaan kehidupan raja beserta keluarganya. Pada akhirnya terjadilah suatu krisis keuangan, yaitu ketersediaan dana yang dimiliki oleh kerajaan Prancis mengalami defisit yang sangat tinggi.

Krisis keuangan ini sangat tampak terjadi pada masa pemerintahan Raja Louis XVI (1774-1792). Kehidupan raja yang mewah ditambah lagi dengan sifat istrinya yaitu Marie Antoinette yang sangat boros dan royal menjadikan beban keuangan yang begitu tinggi harus ditanggung oleh pemerintah kerajaan Prancis. Keluarga raja Prancis, yang secara keuangan sama dengan Negara Prancis, memiliki utang yang besar. Sebenarnya selama masa pemerintahan Louis XV (1715-1774) dan Louis XVI, sejumlah menteri, termasuk Turgot (Pengawas Keuangan Umum 1774-1776) dan Jacques Necker (Direktur- Jenderal Keuangan 1777-1781), telah mengusulkan diberlakukannya system perpajakan Prancis yang lebih seragam. Artinya untuk menambah pendapatan negara, perlu diberlakukan pajak yang harus dibayar oleh seluruh golongan masyarakat termasuk golongan bangsawan dan pendeta. Akan tetapi usul ini mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan pembebanan pajak untuk semua golongan mendapatkan tantangan terus-menerus dari parlemen yang didominasi oleh para bangsawan, yang menganggap diri mereka sebagai pengawal nasional melawan pemerintahan yang sewenang-wenang, dan juga dari fraksi-fraksipengadilan. Selain itu, dari pihak raja sendiri tidak ada kewibawaan yang dapat menekan kaum bangsawan dan pendeta untuk turut andil mengurangi beban negara dengan jalan membayar pajak. Akibatnya, kedua menteri akhirnya diberhentikan. Krisis keuangan semakin memburuk dengan semakin membengkaknya jumlah utang pemerintah serta defisit anggaran yang semakin meningkat. Hal ini dipicu oleh keikutsertaan Prancis dalam membantu para kolonis dalam perang kemerdekaan atau revolusi Amerika. Bantuan yang diberikan oleh Prancis terhadap para koloni berasal dari pinjaman luar negeri, mengakibatkan utang Prancis semakin meningkat, bahkan melebihi jumlah dua kali lipat dari sebelumnya. Pasca revolusi Amerika, Prancis harus membayar cicilan utang dan bunga pinjaman yang semakin meningkat. Anggaran Keuangan Negara lebih banyak disalurkan untuk pembayaran cicilan utang dan sisanya digunakan untuk pembiayaan angkatan bersenjata dan istana raja. Hanya sebagian kecil dari anggaran tersebut yang digunakan untuk pembangunan sektor perhubungan dan pemerintahan.

Untuk meningkatkan pendapatan negara agar defisit anggaran dapat tertutupi, diberlakukanlah berbagai macam pajak dengan jumlah yang cukup besar. Apabila semua golongan masyarakat yang ada di Prancis pada saat itu ikut andil membayar pajak, tampaknya beban keuangan negara akan berkurang dan bahkan terselesaikan. Akan tetapi beban pajak itu hanya ditanggung oleh sebagian besar rakyat jelata yang hidup dalam kemiskinan. Sementara itu, pendapatan pajak yang seharusnya digunakan untuk kepentingan negara pada akhirnya dihamburkan untuk membiayai kehidupan istana yang mewah yang hanya dinikmati oleh keluarga raja dan para bangsawan. Dengan demikian, semakin beratlah beban keuangan yang dipikul oleh pemerintahan kerajaan Prancis pada saat itu.

Pengaruh pemikiran-pemikiran baru tentang pemerintahan

Revolusi Prancis tampaknya tidak hanya digerakkan oleh faktor-faktor yang bersifat material saja. Munculnya pemikiran-pemikiran baru tentang pemerintahan memberikan pengaruh yang berarti terhadap timbulnya revolusi. Pada umumnya pemikiran-pemikiran baru (modern) tersebut lahir sebagai bentuk penentangan dan koreksi atas sistem pemerintahan yang sedang berlaku pada saat itu di Eropa, yang umumnya bersifat absolut. Pemerintahan yang absolut dinilai sudah tidak sesuai lagi bagi perkembangan aman pada saat itu yang telah mengalami perubahan. Lahirnya pemikiran-pemikiran tersebut juga dipengaruhi oleh derasnya arus pencerahan (aufklarung) yang melanda Eropa sejak abad ke-16. Hasil-hasil pemikiran tersebut di antaranya dicetuskan oleh tokoh-tokoh berikut ini:
  • John Locke (1632-1704). John Locke adalah tokoh pemikir yang berasal dari Inggris. Ia mengemukakan pemikiran tentang perlunya dibangun sebuah pemerintahan yang berdasarkan dan dibatasi oleh suatu undang-undang. Oleh karena itu, sistem kerajaan yang berkembang pada masa itu perlu dilengkapi dengan adanya undang-undang sehingga negara berbentuk monarki parlementer. Pemerintah menurut Locke hanyalah bertugas sebagai penjaga malam saja, artinya biarkan rakyat diberikan kebebasan untuk berbuat, terutama yang berkaitan dengan masalah perekonomian, sedangkan pemerintah hanya menyediakan peraturan dan menindak mereka yang melanggar peraturan tersebut. Untuk menghindari terjadinya kesewenangan dan penyelewengan dari pihak pemegang kekuasaan, perlu adanya pembagian kekuasaan. Kekuasaan perlu dibagi atas tiga bidang penting yaitu kekuasaan eksekutif, legislatif, dan federatif. Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan, kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk menyusun undang-undang sedangkan kekuasaan federatif adalah kekuasaan untuk mengatur hubungan dengan luar negeri.

  • Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Jean Jacques Rousseau sebenarnya lahir di Swiss, akan tetapi sejak kecil dia hidup di Prancis sehingga tumbuh menjadi warga berkebangsaan Prancis. Rousseau dikenal sebagai tokoh yang mengemukakan teori tentang Du Contract Social yang artinya bahwa negara terbentuk atas dasar kesepakatan antara rakyat dan penguasa untuk membentuk sebuah negara. Oleh karena itu, negara harus berdasarkan kedaulatan rakyat sehingga pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Prinsip ini yang kemudian dikenal dengan demokrasi. Selain itu, Rousseau mencetuskan pemikiran tentang hak asasi manusia yang meyebutkan bahwa manusia pada dasarnya sejak lahir adalah sama dan merdeka.
  • Montesquieu (1689-1755). Montesquie adalah seorang ahli hukum yang berasal dari Prancis. Dia terkenal dengan hasil pemikirannya tentang pembagian kekuasaan dalam pemerintah untuk menjamin agar pemerintahan tersebut tidak sewenang-wenang karena memiliki kekuasaan dalam satu tangan. Pembagian kekuasaan menurut Montesquieu yaitu terdiri atas kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kekuasan eksekutif adalah kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat dan menyusun undang-undang. Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan untuk mengadili pelanggaran undang-undang. Pembagian kekuasaan menurut hasil pemikiran Montesquieu ini banyak diterapkan di berbagai negara pada saat ini termasuk juga di negara kita, Indonesia.
Selain ketiga tokoh di atas, masih terdapat tokoh-tokoh pemikir lainnya yang juga mengemukakan gagasan baru tentang pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat. Tokoh-tokoh tersebut seperti Thomas Hobbes, Voltaire, Diderot, D'alambert, dan sebagainya. Coba kamu cari hasil-hasil pemikiran yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang telah disebutkan tadi! Hasil-hasil pemikiran yang dikembangkan para pemikir tadi mempengaruhi sebagian besar rakyat Prancis untuk menentang bentuk kekuasaan raja yang absolut. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran kaum intelektual yang merupakan golongan menengah yang menjadi jembatan penghubung antara penguasa dengan rakyat kebanyakan. Para intelektual ini seringkali melakukan aksi penentangan terhadap setiap tindakan raja yang sewenang-wenang. Selain itu di tengah rakyat, kaum intelektual memberikan pengaruh dan semangat untuk memperjuangkan hak-hak rakyat yang selama ini ditindas. Pada akhirnya muncullah slogan-slogan yang menuntut hak-hak kebebasan (liberty), persamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite). Slogan-slogan tersebut menjadi sangat terkenal pada masa revolusi Prancis, bahkan masa sesudahnya sebagai suatu bentuk tuntutan rakyat akan pengakuannya sebagai manusia

Aug 14, 2015

Tradisi Batak & Bangsa Israel Kuno

Setelah raja Salomo wafat, negara Israel pecah menjadi dua bagian. Bagian Selatan terdiri dari dua suku yaitu Yehuda dan Benjamin yang kemudian dikenal dengan nama Yehuda, atau dikenal dengan nama Yahudi. Kerajaan Selatan ini disebut Yehudah, ibukotanya Yerusalem, dan daerahnya dinamai Yudea. Bagian utara terdiri dari 10 suku, disebut sebagai Kerajaan Israel.



Dalam perjalanan sejarah, 10 suku tersebut kehilangan identitas kesukuan mereka. Kerajaan utara Israel tidak lama bertahan sebagai sebuah negara dan hilang dari sejarah. Konon ketika penaklukan bangsa Assyria, banyak orang Kerajaan Utara Israel yang ditawan dan dibawa ke sebelah selatan laut Hitam sebagai budak. Sebagian lagi lari meninggalkan asalnya untuk menghindari perbudakan.

Sementara itu Kerajaan Yehudah tetap exist hingga kedatangan bangsa Romawi. Setelah pemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh bala tentara Romawi yang dipimpin oleh jenderal Titus, orang-orang Yehudah pun banyak yang meninggalkan negerinya dan menetap di negara lain, terserak diseluruh dunia.

Jauh sebelum itu, ketika masa pembuangan ke Babilon berakhir dan orang-orang Yehudah atau disebut Yahudi diijinkan kembali ke negerinya, dan sepuluh suku Israel dari Kerajaan utara memilih tidak pulang tetapi meneruskan petualangan kearah Timur. Demikian juga dengan mereka yang diperbudak di selatan laut Hitam, setelah masa perbudakan selesai, tidak diketahui kemana mereka pergi melanjutkan hidup.

Dengan demikian banyak diantara bangsa Israel kuno kemudian kehilangan identitas mereka sebagai orang Israel. Ada sekelompok penduduk di daerah Tiongkok barat, diterima sebagai puak Cina, tetapi secara umum profil wajah mereka agak berbeda dengan penduduk Cina pada umumnya. Perawakan mereka lebih besar, hidung agak mancung, namun berkulit kuning dan bermata sipit. Mereka menyembah Allah yang bernama Yahwe. Sangat mungkin mereka adalah keturunan sepuluh suku Israel yang hilang yang telah kawin campur denganpenduduk lokal sehingga kulit dan mata menjadi seperti penduduk asli. Saya percaya banyak diantara para pembaca yang mengetahui bahwa di negeri Israel ada sekelompok kecil orang Israel yang berkulit hitam. Mereka adalah suku Falasha, yang sebelum berimigrasi ke Israel hidup di Etiopia selama ratusan generasi. Fisik mereka persis seperti Negro dengan segala spesifikasinya yaitu kulit hitam legam, bibir tebal, rambut keriting, dll.

Mereka mengklaim diri mereka sebagai keturunan Israel atau disebut Beta Israel, dan dengan bukti-bukti yang dimiliki, mereka mampu memenuhi seluruh kriteria yang dituntut oleh Pemerintah Israel yang merupakan syarat mutlak supaya diakui sebagai Israel perantauan. Setelah memperoleh pengakuan sebagai keturunan Israel, sebagian dari mereka kembali ke Tanah Perjanjian sekitar 15 tahun lalu dengan transportasi yang disediakan oleh Pemerintah Israel. Itulah sebabnya mengapa ada Israel hitam.

Mereka seperti orang Negro karena intermarriage dengan perempuan- perempuan lokal sejak kakek moyang mereka pergi ke Ethiopia. Kita tahu bahwa bahwa Ethiopia adalah salah satu negara yang penduduknya mayoritas Kristen yang paling tua didunia. Ingat sida-sida yang dibaptis oleh Filipus dalam Kisah 8:26-40. Bahkan sebelum era Kekristenan pun sudah ada penganut Yudaisme disana.Walaupun banyak yang kembali, sebahagian lagi tetap memilih menetap di negeri itu, dan merekalah yang menjaga dan memelihara Tabut Perjanjian yang konon ada disana.

Apakah ada diantara para pembaca yang pernah mendengar selentingan bahwa etnik Bangso Batak Toba, adalah juga keturunan bangsa Israel kuno yang hilang? Mungkin saja tidak, karena orang-orang Batak Toba sendiri banyak yang tidak mengetahuinya, kecuali segelintir yang memberikan perhatian terhadap hal ini.

Menurut kamus umum bahasa Indonesia Batak mempunyai arti (sastra), adalah petualang, pengembara, sedang membatak berarti berpetualang, pergi mengembara. Walaupun demikian orang Batak dikenali dengan sikap dan tindakannya yang khas, yaitu terbuka, keras dan apa-adanya. Hosea 19:17: Allahku akan membuang mereka (ISRAEL YANG MURTAD), sebab mereka tidak mendengar Dia, maka mereka akan MENGEMBARA diantara bangsa-bangsa.

Mengapa di Sumatera, karena Sumatera adalah salah satu pulau di Hindia yang berdekatan dengan India. Sumatera juga merupakan salah satu pulau di Lautan Samudera Hindia.

Bandingkan Yesaya 11:11: Pada waktu Tuhan akan mengangkut pula tangaNya untuk menebus sisa-sisa umatNya (Bangsa ISRAEL YANG MURTAD) yang tertinggal di Asyur, dan di Mesir, di Patros, di Ethiopia, dan di Elam, di Sinear, di Hamat dan di Pulau-pulau di Laut.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang anthropolog dan juga pendeta dari Belanda, profesor Van Berben, dan diperkuat oleh prof Ihromi, guru besar di UI (Universitas Indonesia), bahwa tradisi etnik Tapanuli (Batak Toba) sangat mirip dengan tradisi bangsa Israel kuno. Pendapat itu didasarkan atas alasan yang kuat setelah membandingkan tradisi orang Tapanuli dengan catatan-catatan tradisi Israel dalam Alkitab yang terdapat pada sebahagian besar kitab Perjanjian Lama, dan juga dengan catatan-catatan sejarah budaya lainnya diluar Alkitab.

Beberapa peneliti dari etnis Tapanuli juga yakin bahwa Batak adalah keturunan Israel yang sudah lama terpisah dari induk bangsanya, tapi karena intermarriage dengan penduduk lokal ditempat mana mereka bermukim membuat orang Batak secara fisik menjadi seperti orang Melayu.

Seorang Batak Toba, yang sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Israel dan menjadi warga negara, berusaha mengumpulkan data-data untuk pembuktian. Setelah merasa sudah cukup, dia mengajukannya ke pemerintah Israel yang waktu itu masih dipimpin oleh PM Yitzak Rabin.  Tetapi tenyata data tersebut belum bisa memenuhi seluruh kriteria. Pemerintah Israel kemudian meminta agar kekurangannya dicari hingga dapat mencapai 100 persen supaya pengakuan atas etnis Batak sebagai orang Israel diperantauan dapat diberi. Konon kekurangan itu  terutama terletak pada silsilah yang banyak missing links-nya, dan menelusuri silsilah itu agar sempurna sama sulitnya dengan menyelam ke perut bumi.

Peneliti berharap suatu waktu pada masa depan, Pemerintah Israel bisa saja mengubah kriterianya dengan menjadi lebih lunak dan etnik Batak diterima sebagai bahagian yang terpisah dari mereka. Setelah mendengar selentingan itu, saya benar-benar menaruh minat untuk menyelidiki sejauh mana budaya Bangso Batak Toba dapat memberi bukti similaritasnya dengan tradisi Israel kuno. Alkitab adalah buku yang prominent dan sangat layak serta absah sebagai kitab pedoman untuk mencari data budaya Israel kuno yang menyatu dengan unsur sejarah dan spiritual.



Beberapa diantara kesamaan tradisi Batak Toba dengan tradisi Israel kuno adalah sebagai berikut:
  1.  Pemeliharaan silsilah (Tarombo dan Marga)

    Semua orang Tapanuli, terutama laki-laki, dituntut harus mengetahui garis silsilahnya. Demikian pentingnya silsilah, sehingga siapa yang tidak mengetahui garis keturunan kakek moyangnya hingga pada dirinya dianggap na lilu - tidak tahu asal-usul - yang merupakan cacat kepribadian yang besar. Bangsa Israel kuno juga memandang silsilah sebagai sesuatu yang sangat penting. Alkitab, sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru sangat banyak memuat silsilah, terutama silsilah dari mereka yang menjadi figur penting, termasuk silsilah Yesus Kristus yang ditelusuri dari pihak bapak(angkat) Nya Yusuf, yang keturunan Daud dan pihak ibuNya (Maria).

    Catatan: MARGA adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah (patrilineal) .Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki laki. Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya. Sesama satu marga dilarang saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu disebut Dongan Tubu. Menurut buku "Leluhur Marga Marga Batak", jumlah seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.

    Catatan: Marga dalam kamus Inggris Hassan Shadily dan John Echols adalah CLAN, yakni Suku, Marga, dan KAUM. Dalam arti yang lain, Marga bias berarti Warga, dari bahasa India (Sansekerta, kemungkinannya) . Jadi, kalau ada orang Batak bermarga Tampubolon, berarti dia berasal dari KAUM TAMPUBOLON. Bandingkan dengan KAUM LEWI, KAUM YEHUDAH, KAUM SIMEON dan lain-lain.

    TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga. Bila orang Batak berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo. Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling "mardongan sabutuha" (semarga) dengan panggilan "ampara" atau "marhula-hula" dengan panggilan "lae/tulang" . Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah ia harus memanggil "Namboru" (adik perempuan ayah/bibi), "Amangboru/Makela" ,(suami dari adik ayah/Om), "Bapatua/ Amanganggi/ Amanguda" (abang/adik ayah), "Ito/boto" (kakak/adik) , PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dst.
  2. Perkawinan yang ber-pariban

    Ada perkawinan antar sepupu yang diijinkan oleh masyarakat Batak, tapi tidak sembarang hubungan sepupu. Hubungan sepupu yang diijinkan untuk suami-istri hanya satu bentuk, disebut marpariban. Cukup report menerangkan hal ini dalam bahasa Indonesia karena bahasa ini tidak cukup kaya mengakomodasi sebutan hubungan perkerabatan dalam bahasa Batak. Yang menjadi pariban bagi laki-laki ialah boru ni tulang atau anak perempuan dari saudara laki-laki ibu. Sedangkan yang menjadi pariban bagi seorang gadis ialah anak ni namboru atau anak laki-laki dari saudara perempuan bapa. Hanya hubungan sepupu yang seperti itu yang boleh menjadi suami- isteri. Karena suku Batak penganut patriarch yang murni, ini adalah perkawinan ulang dari kedua belah pihak yang sebelumnya sudah terjalin dengan perkawinan.

    Mari kita bandingkan dengan Alkitab. Pada kitab Kejadian, Yakub menikah dengan paribannya, anak perempuan Laban yaitu Lea dan Rahel. Laban adalah tulang dari Yakub. (Saudara laki-laki dari Ribka, ibu dari Yakub). Didunia ini sepanjang yang diketahui hanya orang Israel kuno dan orang Batak yang sekarang memegang tradisi hubungan perkawinan seperti itu.
  3. Pola alam semesta

    Orang Batak membagi tiga besar pola alam semesta, yaitu banua ginjang (alam sorgawi), banua tonga (alam dimensi kita), dan banua toru (alam maut). Bangsa Israel kuno juga membagi alam dengan pola yang sama.
  4. Kredibilitas

    Sebelum terkontaminasi dengan racun-racun pikiran jaman modern, setiap orang Batak, terutama orang tua, cukup menitipkan sebuah tempat sirih (salapa atau gajut), ataupun sehelai ulos, sebatang tongkat, atau apa yang ada pada dirinya sebagai surat jaminan hutang pada pihak yang mempiutangkan, ataupun jaminan janji pada orang yang diberi janji. Walaupun nilai ekonomis barang jaminan bisa saja sangat rendah tetapi barang tsb adalah manifestasi dari martabat penitip, dan harus menebusnya suatu hari dengan merelealisasikan pembayaran hutang ataupun janjinya. Budaya Israel kuno juga demikian. Lihat saja Yehuda yang menitipkan tongkat kepada Tamar sebagai jaminan janji (Kej. 38).
  5. Vulgarisme

    Setiap orang dapat marah. Tetapi caci maki dalam kemarahan berbeda- beda pada tiap-tiap etnik. Orang Amerika terkenal dengan serapah: son of a bitch, bastard, idiot, dll yang tidak patut disebut disini. Suku-suku di Indonesia ini umumnya mengeluarkan makian dengan serapah : anjing, babi, sapi, kurang ajar, dll. Pada suku Batak makian seperti itu juga ada, tetapi ada satu yang spesifik. Dalam sumpah serapahnya seorang Batak tak jarang memungut sehelai daun, atau ranting kecil, atau apa saja yang dapat diremuk dengan mudah. Maka sambil merobek daun atau mematahkan ranting yang dipungut/dicabik dari pohon dia mengeluarka 6ea n sumpah serapahnya:, , Sai diripashon Debata ma au songon on molo so hudege, hubasbas, huripashon ho annon !!!". Terjemahannya kira-kira begini:,,Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku kalau kamu tidak kuinjak, kulibas, kuhabisi !!!".

    Robeknya daun atau patahnya ranting dimaksudkan sebagai simbol kehancuran seterunya. Orang-orang Israel kuno juga sangat terbiasa dengan sumpah serapah yang melibatkan Tuhan didalamnya. Vulgarisme seperti ini terdapat banyak dalam kitab Perjanjian Lama, diantaranya serapah Daud pada Nabal. (1 Sam. 25, perhatikan ayat 22 yang persis sama dengan sumpah serapah orang Batak).
  6. Vulgarisme

    Setiap orang dapat marah. Tetapi caci maki dalam kemarahan berbeda- beda pada tiap-tiap etnik. Orang Amerika terkenal dengan serapah: son of a bitch, bastard, idiot, dll yang tidak patut disebut disini. Suku-suku di Indonesia ini umumnya mengeluarkan makian dengan serapah : anjing, babi, sapi, kurang ajar, dll. Pada suku Batak makian seperti itu juga ada, tetapi ada satu yang spesifik. Dalam sumpah serapahnya seorang Batak tak jarang memungut sehelai daun, atau ranting kecil, atau apa saja yang dapat diremuk dengan mudah. Maka sambil merobek daun atau mematahkan ranting yang dipungut/dicabik dari pohon dia mengeluarka 6ea n sumpah serapahnya:, , Sai diripashon Debata ma au songon on molo so hudege, hubasbas, huripashon ho annon !!!". Terjemahannya kira-kira begini:,,Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku kalau kamu tidak kuinjak, kulibas, kuhabisi !!!".

    Robeknya daun atau patahnya ranting dimaksudkan sebagai simbol kehancuran seterunya. Orang-orang Israel kuno juga sangat terbiasa dengan sumpah serapah yang melibatkan Tuhan didalamnya. Vulgarisme seperti ini terdapat banyak dalam kitab Perjanjian Lama, diantaranya serapah Daud pada Nabal. (1 Sam. 25, perhatikan ayat 22 yang persis sama dengan sumpah serapah orang Batak).
  7. Nuh dan bukit Ararat

    Ada beberapa etnik didunia ini yang mempunyai kisah banjir besar yang mirip dengan air bah dijaman Nuh. Tiap etnik berbeda alur ceritanya tetapi polanya serupa. Etnik Tapanuli juga punya kisah tentang air bah, tentu saja formatnya berbeda dengan kisah Alkitab. Apabila orang-orang yang sudah uzur ditanya tentang asal-usul suku Batak, mereka akan menceritakan mitos turun temurun yang mengisahkan kakek moyang orang Batak diyakini mapultak sian bulu di puncak bukit Pusuk Buhit.

    Pusuk Buhit adalah sebuah gunung tunggal yang tertinggi di Tapanuli Utara, dipinggiran danau Toba. Pusuk Buhit sendiri artinya adalah puncak gunung. Pusuk Buhit tidak ditumbuhi pohon, jelasnya tidak ada bambu disana. Yang ada hanya tumbuhan perdu, ilalang, dan rumput gunung. Bambu - dari mana kakek moyang keluar - menurut nalar mendarat di puncak gunung itu dan mereka keluar dari dalamnya setelah bambunya meledak hancur. Mengapa ada bambu pada puncak Pusuk Buhit yang tandus dan terjal? Tentu saja karena genangan air yang mengapungkannya, yang tak lain adalah banjir besar. Dapat dipahami mengapa jalan cerita menjadi seperti itu, karena setelah ribuan tahun terpisah dari induk bangsanya, narasi jadi berbeda. Bahtera Nuh berubah menjadi sebentuk perahu bambu berbentuk pipa yang kedua ujungnya ditutup, dan Bukit Ararat berubah menjadi Pusuk Buhit.
  8. Mangokal Holi atau Eksumasi (Pemindahan tulang belulang)
    Jika Pemerintah mengubah fungsi lahan pekuburan, wajar jika tulang- belulang para almarhum/ah dipindahkan oleh pihak keluarga yang terkait. 

    Bagi orang Tapanuli, penggalian tulang belulang (eksumasi) dari kerabat yang masih satu dalam garis silsilah dan dikuburkan didaerah lain adalah praktek yang sangat umum hingga sekarang. Sering alasannya hanya untuk kepuasan batin belaka walaupun biayanya sangat mahal karena termasuk dalam kategori perhelatan besar. Pada bangsa Israel kuno hal semacam adalah kebiasaan umum. Sejarah sekuler menuturkan bahwa tulang belulang Yusuf dibawa dari Mesir ketika bangsa ini keluar dari sana. Juga dalam kitab lain dalam Perjanjian Lama, sekelompok masyarakat berniat memindahkan tulang belulang dari satu pekuburan (walaupun kemudian dihalangi oleh seorang nabi).
  9. Peratap/Ratapan

    Adalah wajar bagi jika satu keluarga menangis disekeliling anggota keluarga / kerabat yang meninggal dan terbujur kaku. Mereka menangisi si mati, dan seseorang meratapinya. Meratap berbeda dengan menangis. Meratap dalam bahasa Tapanuli disebut mangandung. Mangandung ialah menangis sambil melantunkan bait-bait syair kematian dan syair kesedihan hati.

    Karena sepenuhnya terikat dengan komponen syair-sayir maka mangandung ad 676 alah satu bentuk seni yang menuntut keahlian. Untuk memperoleh kepiawaian harus belajar. Bahasa yang digunakan sangat klasik, bukan bahasa sehari-hari. Setiap orang-tua yang pintar mangandung akan mendapat pujian dan sering diharapkan kehadirannya pada setiap ada kematian.

    Di desa-desa, terutama di daerah leluhur - Tapanuli - tidak mengherankan kalau seseorang orang yang tidak ada hubungan keluarga dengan orang yang meninggal, bahkan tidak dikenal oleh masyarakat setempat, namun turut mangandung disisi mayat. Masyarakat mendukung hal seperti itu. Kata-kata yang dilantukan dalam irama tangisan sangat menyentuh kalbu. Tak jarang pihak keluarga dari si mati memberi pasinapuran (ang pao) kalau si peratap tersebut pintar, sekedar menunjukkan rasa terima kasih.

    Peratap-peratap dari luar ini sebenarnya tidak menangisi kepergian si mati yang tidak dikenalnya itu. Alasannya untuk turut meratap adalah semata-mata mengeluarkan kesedihan akibat kematian keluarga dekatnya sendiri pada waktu yang lalu, dan juga yang lebih spesifik yaitu mengekspresikan seni mangandung itu.

    Ini sangat jelas dari ungkapan pertama sebelum melanjutkan andung- andungnya :,,Da disungguli ho ma sidangolonhi tu sibokka nahinan" Sibokka nahinan adalah anggota keluarga sipangandung yang sudah meninggal sebelumnya. Selanjutnya dia akan lebih banyak berkisah tentang mendiang familinya itu.

    Bagaimana dengan bangsa Israel? Dari sejarah diketahui bahwa ketika Yusuf (perdana menteri Mesir) meninggal, sanak keluarganya membayar para peratap untuk mangandung. Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berkali-kali mencatat kata -kata ratapan, meratap, peratap.  Kitab Ratapan yang ditulis oleh raja Salomo, dalam praktek Israel kuno adalah syair-syair yang dilantunkan sambil mangandung, kendati bukan pada acara kematian.
  10. Hierarki pada tubuh

    Dalam budaya Batak, kepala adalah anggota tubuh yang paling tinggi martabatnya. Menyentuh kepala seseorang dengan tidak disertai permintaan maaf yang sungguh-sungguh, bisa berakibat parah. Sebaliknya anggota tubuh yang paling rendah derajatnya ialah telapak kaki. Adalah penghinaan besar jika seseorang berkata kepada seseorang lain:,,Ditoru ni palak ni pathon do ho = Kau ada dibawah telapak kakiku ini", sambil mengangkat kaki memperlihatkan telapak kakinya pada seteru. Penghinaan seperti ini hanya dilontarkan oleh seseorang yang amarahnya sudah memuncak dan sudah siap berkelahi. Pada zaman dulu, dalam setiap pertemuan, telapak kaki selalu diusahakan tidak nampak ketika duduk bersila. Pada bangsa-bangsa Semitik tertentu di Timur Tengah, tradisi semacam ini masih tetap dijaga hingga sekarang karena memperlihatkan telapak kaki pada orang lain adalah pelanggaran etika yang berat, karena telapak kaki tetap dianggap anggota tubuh yang paling hina derajatnya.
  11. Tangan kanan dan sisi kanan

    Dalam budaya Tapanuli, sisi kanan dan tangan kanan berbeda tingkat kehormatannya dengan sisi kiri dan tangan kiri. Jangan sekali-kali berinteraksi dengan orang lain melalui tangan kiri jika tidak karena terpaksa. Itupun harus disertai ucapan maaf. Dalam Alkitab banyak tercatat aktivitas sisi `kanan' yang melambangkan penghormatan atau kehormatan.

    Yusuf sang perdana menteri Mesir memprotes ayahnya Yakub yang menyilangkan tangannya ketika memberkati Manasye dan Efraim (baca Kejadian 48). Rasul Paulus dalam salah satu suratnya menyiratkan hierarki anggota tubuh ini. Juga baca Pengkhotbah 10:2, Mzm 16:8, Mat 25:33, 26:64 Mrk 14:62, Kis 7:55-56, 1Pet 3:22, dll.
  12. Anak sulung

    Dalam hierarki keluarga, posisi tertinggi diantara seluruh keturunan bapak/ibu ialah anak sulung. Ia selalu dikedepankan dalam memecahkan berbagai masalah, juga sebagai panutan bagi semua adik-adiknya. Jika ayah (sudah) meninggal, maka anak sulung yang sudah dewasa akan mengganti posisi sang ayah dalam hal tanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarga seperti yang diungkapkan dalam umpasa : Pitu batu martindi-tindi, alai sada do sitaon na dokdok. Sitaon na dokdok itu adalah si anak sulung. Tanggung jawab itulah yang membuat dia besar, memberi karisma dan wibawa. Karisma dan wibawa, itulah profil yang melekat pada anak sulung.

    Alkitab ditulis dengan bahasa manusia, bangsa Israel kuno. Deskripsi tentang anak sulung pada bangsa ini sama seperti yang ada pada suku Batak yang sekarang, sehingga the term of the firstborn (istilah anak sulung) banyak terdapat dalam kitab tersebut. (baca Kel 4:22, 34:20, 13:12 dan 15, Im 27:26, Bil 3:13, 8:17, Mzm 89:28, Yer 31:9, Hos 9:20, Rom 8:23, Luk 2:27, 11:16, 1Kor 15:20 dan 23, Kol 1:15 dan 18, Ibr 1:6, Yak 1:18, dll)
  13. Gender

    Hingga sekarang posisi perempuan dalam hubungan dengan pencatatan silsilah selamanya tidak disertakan karena perempuan dianggap milik orang lain, menjadi paniaran ni marga yang berbeda. Hal yang sama terjadi pada bangsa Israel kuno ; bangsa ini tidak memasukkan anak perempuan dalam silsilah keluarga. Ada banyak silsilah dalam Alkitab, tetapi nama perempuan tidak terdapat didalamnya kecuali jika muncul sebagai yang sangat penting seperti Rut dan Maria (ibu Yesus). Kalaupun nama Dina disebut juga dalam Alkitab, itu bukan karena posisinya yang penting tetapi hanya sebagai pelengkap nama- nama keturunan Yakub yang kemudian menurunkan seluruh bangsa Israel. Dalam Tradisi Israel, anak perempuan tidak dihitung sebagai bangsa, tetapi anak laki-laki,
  14. Kemenyan BATAK TOBA

    Ada cerita yang sangat dipercaya oleh masyarakat Tapanuli, Sumatera Utara. Salah satu persembahan yang dibawa tiga majuz atau cendekiawan dari timur untuk bayi Yesus yang baru dilahirkan di Betlehem itu berasal dari Tanah Tapanuli. Persembahan itu berupa kemenyan, mendampingi dua persembahan lainnya, emas dan mur. Lewat cerita turun-temurun, masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus, yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem. Cerita itu semakin bergulir mengingat sebagian besar penduduk Tapanuli beragama Kristen dan Katolik yang erat dengan cerita kelahiran Yesus Kristus. Kebenarannya memang perlu diteliti, tetapi setidaknya dari cerita itu bisa terlihat bahwa sampai sekarang pun getah harum bernama kemenyan, yang dalam bahasa Batak disebut haminjon, itu begitu erat dengan kehidupan orang Tapanuli. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara yang juga mantan Bupati Tapanuli Utara RE Nainggolan menjelaskan, kemenyan pernah sangat menyejahterakan masyarakat Tapanuli.

    Dan, getah harum itu ikut pula membesarkan namanya. "Nenek saya pedagang kemenyan," tuturnya. Ia tahu persis, pada tahun 1936 neneknya sudah mempunyai mobil untuk mengangkut kemenyan dari Tapanuli ke Pelabuhan Sibolga. Saat itu harga satu kilogram kemenyan sama dengan satu gram emas. Standar itu dipakai terus oleh petani dan pengepul di Tapanuli: Satu kilogram kemenyan sama dengan satu gram emas. Satu kilogram kemenyan juga setara satu kaleng (16 kilogram) beras. Selain cerita tentang persembahan dari timur untuk Nabi Isa itu, tak banyak orang tahu sejarah kemenyan di Tapanuli. Kebanyakan warga menyebutkannya sebagai tanaman ajaib yang sudah ada ratusan tahun dan menghidupi masyarakat Tapanuli.
  15. Pemberian Nama Bayi yang Lahir Tujuh Hari

    Di dalam tradisi Parmalim - Agama Leluhur Batak Kuno, setiap anak bayi yang lahir selama tujuh hari harus di bawa ke Pancur untuk Permandian dan sekaligus pemberian nama. Permandian bayi yang sudah tujuh hari itu diserahkan ke Imam Parmalim. Setelah itu diberi nama dengan diadakannya Pesta Martutu Aek.

    Memang tidak ada sunat, tetapi beberapa suku Israel seperti Bene Menashe di India dan Suku Chiang Min pun melakukan hal yang sama. Karena apa? Karena mereka sudah melalui generasi ke generasi, asimilasi, masuknya unsur-unsur lokal dan sebagainya, seperti nama- nama dewa-dewi sesembahan lokal dimana mereka tinggal. Seperti itulah, tetapi identitas keaslian mereka sebagai keturunan Israel masih kelihatan. Seperti budaya, adat, Agama -Kepercayaan Monotheisme (meskipun masuknya paham lokal setempat), dan beberapa kebiasaan yang berbeda dengan suku - suku yang lainnya.
  16. Monoteisme Hamalimon - Parmalim - Ugamo Malim

    Hamalimon - Parmalim - Ugamo Malim, Agama Leluhur Bangso Batak Toba Parmalim, kaum minoritas yang tegar mempertahankan nilai leluhur batak. Kata Malim berasal dari bahasa Arab yang terdapat di kitab- kitab suci; yang berarti suci dan saleh dari asal kata Muallim. Dalam bahasa Arab Muallim merujuk kepada istilah orang suci yang menjadi pembimbing dan sokoguru. Parmalim diistilah Batak berkembang ke dalam pengertian; orang-orang saleh berpakaian sorban putih. Parmalim merupakan agama monotheis asli Bangso Batak Toba. Parmalim sudah ada sejak 497 Masehi atau 1450 tahun Batak. TUHAN menurut Hamalimon -Parmalim - Ugamo Malim Ugamo malim menyebut Tuhan adalah Mulajadi na Bolon (Awal Mula Yang Besar, red). Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bermula dan tidak berujung. Bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau ada. Tetapi tidak dapat dilihat. Dia tidak bermula dan tidak mempunyai ujung. Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan tidak dapat dibandingkan. Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya. Dia adalah kuasa yang menghukum dan kuasa mengampuni. Kuasa kasih dan kuasa murka. Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu bersadarkan Ugamo Malim.

Dalam Injil Perjanjian Lama, menceritakan Raja Salomo dikenal dengan Nabi Sulaiman, memerintahkan rakyatnya melakukan perdagangan dan membeli rempah-rempah hingga ke Ophir. Ophir patut diduga adalah Barus di Tapanuli. Perkiraan itu punya jejak spiritual berbentuk kepercayaan monotheisme. Misalnya Ugamo Parmalim yang menjadi agama asli etnis Batak, meyakini Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Ompu Mulajadi Na Bolon (Parmalim atau Ugamo Malim, pen).

Selain itu, sekelompok penyebar ajaran Kristen Nestorian dari Persia yakni Iran, yang menjejakkan kakinya di Barus. Kelompok itu diperkirakan datang sekira tahun 600an Masehi dan mendirikan gereja pertama di Desa Pancuran, Barus.

Tambahan: Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ophir. Kitab Al-Qur'an, Surat Al-Anbiya' 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s. berlayar ke "tanah yang Kami berkati atasnya" (al-ardha l-lati barak- Na fiha). Di manakah gerangan letak negeri Ophir yang diberkati Allah itu? Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera! Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke- 15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ophir-nya Nabi Sulaiman a.s.

Secara "teologis" bisa dikatakan bahwa ugamo malim juga menganut paham monoteistik, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena tujuan akhir semua doa mereka tetap diarahkan kepada debata Mulajadi Nabolon (Tuhan Pencipta langit dan bumi). Ini hal yang luar biasa uniknya. Tidak ada analisis yang dapat menerangkan itu jika tidak menghubungkannya dengan faham monoteisme Yudaisme bangsa Israel kuno yang terbawa melekat hingga sekarang, tidak lekang oleh kikisan kurun waktu ribuan tahun.

Dalam melaksanakan ibadah, Parmalim melaksanakan upacara (ritual) Patik Ni Ugamo Malim untuk mengetahui kesalahan dan dosa, serta memohon ampun dari Tuhan Yang Maha Esa yang diikuti dengan bergiat melaksanakan kebaikan dan penghayatan semua aturan Ugamo Malim.

Sejak lahir hingga ajal tiba, seorang "Parmalim" wajib mengikuti 7 aturan Ugamo Malim dengan melakukan ritual (doa). Ke-7 aturan tersebut adalah :
  • Martutuaek (kelahiran)
  • Pasahat Tondi (kematian)
  • Mararisantu (peribadatan setiap hari sabtu)
  • Mardebata (peribadatan atas niat seseorang)
  • Mangan Mapaet (peribadatan memohon penghapusan dosa)
  • Sipaha Sade (peribadatan hari memperingati kelahiran Tuhan Simarimbulubosi)
  • Sipaha Lima (peribadatan hari persembahan / kurban)
Selain ke-7 aturan wajib di atas, seorang "Parmalim" harus menjunjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan seperti menghormati dan mencintai sesama manusia, menyantuni fakir miskin, tidak boleh berbohong, memfitnah, berzinah, mencuri, dan lain sebagainya. Diluar hal tersebut, seorang "Parmalim" juga diharamkan memakan daging babi, daging anjing dan binatang liar lainnya, serta darah. Manusia yang mematuhi dan mengikuti ajaran Tuhan dan melakukannya dalam kehidupannya, memiliki pengharapan kelak ia akan mendapat kehidupan roh suci nan kekal.-Kata bijak Ugamo Malim Secara implisit, inilah yang menjadi ajaran suci keyakinan Ugamo Malim atau lebih dikenal dengan Parmalim di Tanah Batak sejak turun temurun, seperti yang dikatakan Raja Marnakkok Naipospos selaku Ulu Punguan (pemimpin spiritual) Parmalim terbesar di Desa Hutatinggi Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Menurut beberapa pandangan ilmuwan sosial, sebenarnya Ugamo Malim layak menjadi sebuah agama resmi. Alasannya ialah dalam ajaran aliran ini juga terdapat nilai-nilai religius yang bertujuan menata pola kehidupan manusia menuju keharmonisan, baik sesama maupun kepada Pencipta.

Dan secara ilmu sosial tujuan ini mengandung nilai luhur. Bahkan, ajaran Parmalim menuntut manusia agar hidup dalam kesucian," jelasnya kemudian menerangkan secara detail asal-muasal kata Parmalim yang berasal dari kata "malim". Malim berarti suci dan hidup untuk mengayomi sesama dan meluhurkan Oppu Mulajadi Nabolon atau Debata (Tuhan pencipta langit dan bumi). "Maka, Parmalim dengan demikian merupakan orang-orang mengutamakan kesucian dalam hidupnya," jelas Marnangkok. Yang kami puja tak lain adalah Oppu Mula Jadi Na Bolon bukan"begu" (roh jahat)," katanya. "Dan inilah yang menjadi bias negatif dari masyarakat terhadap Parmalim." Marnangkok kemudian menjelaskan, Oppu Mula Jadi Nabolon adalah Tuhan pencipta alam semesta yang tak berwujud, sehingga Ia mengutus sewujud manusia sebagai perantaraannya (parhiteon), yakni Raja Sisingamangaraja yang juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi. Raja Nasiak Bagi merupakan julukan terhadap kesucian (hamalimon) serta jasa-jasanya yang hingga akhir hidupnya tetap setia mengayomi Bangsa Batak. Nasiak Bagi sendiri berarti ditakdirkan untuk hidup menderita. Ia bukan raja yang kaya raya tetapi hidup sama miskin seperti rakyatnya.

Dengan demikian, Parmalim meyakini bahwa Raja Sisingamangaraja dan utusan-utusannya mampu mengantarkan mereka (Bangsa Batak) kepada Debata. Ugamo Malim diyakini sebagian orang sudah ada sebelum ajaran Kristen dan Islam masuk ke daerah itu. Hidup dalam kepasrahan. Barangkali itu jugalah intisari dari pernyataan kata bijak Parmalim yang mengatakan: "Baen aha diakkui sude bangso on hita, ia anggo so diakkui Debata pangalahon ta." (Tidakklah begitu berarti pengakuan semua bangsa terhadap kita, dibandingkan pengakuan Tuhan terhadap perilaku kita).

Sisingamangaraja, adalah Singa yang merajai. Para Datu atau Tua-Tua Batak Toba, menjuluki Singa bagi Hukum dan Singa bagi para raja. Padahal Singa tidak ada di Tapanuli, yang ada hanyalah Harimau. Kalau dilihat dari makna simbolis alkitab, hanya Suku Yehuda yang dijuluki Singa Yehudah.

Seperti apa yang kemudian dijelaskan Marnangkok, Pemimpin Parmalim, " Untuk apa pengakuan dari setiap bangsa jika Tuhan sendiri tidak mengakui perbuatan kita di dunia ini?" Nampaknya, perjuangan Ugamo Parmalim sudah berujung pada kepasrahan. Dalam kepasrahan ini tentu saja masih ada harapan. Tapi, harapan itu bukanlah berasal dari dunia, melainkan dari Oppu Mula Jadi Nabolon. Dalam harapan itu, ada pula ketaatan untuk selalu mempertahankan hidup suci. Selanjutnya ia mengucapkan kalimat dalam bahasa Batak, "Berilah kepada kami penghiburan yang menangis ini, bawalah kami dari kegelapan dunia ini dan berilah kejernihan dalam pikiran kami."  Mereka yakin Debata hanya akan memberkati orang yang menangis. Nah, dalam kepasrahan yang berpengharapan inilah mereka hidup. Dalam keterasingan itu juga mereka menyerahkan hidupnya pada "kemaliman" (kesucian). "Parmalim adalah mereka yang menangis dan meratap," katanya. Dalam ritual Ugamo Parmalim sendiri, terdapat beberapa aturan dan larangan. Selain mengikuti 5 butir Patik ni Ugamo Malim (5 Titah Ugamo Malim), juga terdapat berbagai kewajiban lainnya seperti Marari Sabtu atau ibadah rutin yang diadakan setiap Sabtu. Dalam menjelang hari Sabtu, pengikut Parmalim dilarang bekerja atau melakukan kegiatan apapun. Atau melakukan ucapan syukur dilakukan umat Parmalim setiap hari Sabtu.

Marnakkok Naipospos, pemimpin Parmalim mengatakan: "Samisara itu hari ketujuh bagi orang Batak. Diidentikkan dengan hari Sabtu, supaya berlaku untuk selamanya.

Karena kalau kita bertahan pada kalender Batak, yang muda ini bisa bingung. Makanya kakek kita menentukan samisara ini hari Sabtu." Kewajiban lain di antaranya adalah Martutu Aek, yakni pemandian bayi yang diadakan sebulan setelah kelahiran, Pasahat Tondi yaitu ritual sebulan setelah kematian, Pardebataan, Mangan na Paet dan Pangkaroan Hatutubu ni Tuhan.

Ada pun larangan yang hingga kini masih tetap dipertahankan di antaranya adalah larangan untuk memakan daging babi dan darah hewan seperti yang lazim bagi umat Kristen. Memakan daging babi atau darah dianggap tidak malim (suci) di hadapan Debata. Padahal dalam ajaran

Parmalim sendiri dikatakan, jika ingin menghaturkan pujian kepada Debata, manusia terlebih dahulu harus suci. Ketika menghaturkan pelean (persembahan) kesucian juga dituntut agar Debata dan manusia dapat bersatu. Selanjutnya, Raja Sisingamangaraja memiliki keturunan hingga 12 keturunan. Itu pun secara roh.

Inilah yang kemudian menjadi acuan pada acara atau ritual-ritual besar Ugamo Parmalim yang diadakan rutin setiap Sabtu dan setiap tahunnya. Ritual-ritual besar Parmalim itu seperti Parningotan Hatutubu ni Tuhan (Sipaha Sada) dan Pameleon Bolon (Sipaha Lima), yang diadakan pertama pada bulan Maret dan yang kedua bulan Juli. Yang kedua diadakan secara besar-besaran pada acara ini para Parmalim menyembelih kurban kerbau atau lembu. "Ini merupakan tanda syukur kami kepada Debata yang telah memberikan kehidupan," kata Marnangkok.

Catatan: Dalam Kitab Paramalim, yakni Tumbang Holing, terdapat kisah manusia pertama, Adam dan Hawa termasuk taman eden dimana hawa digoda si ular. Hal itu dalam istilah bahasa Batak Toba. Parmalim itu bisa jadi merupakan ajaran usianya sudah ribuan tahun, jauh sebelum Islam dan Kristen masuk dan mempengaruhi keyakinan etnis Batak. Demikian pula dengan simbol dan pakaian kebesaran kerajaan Batak Toba dan Parmalim, agama leluhur Bangso Batak Toba, cenderung mendekati simbol-simbol agama Samawi, misalnya, tongkat, pedang, sorban berwarna putih serta stempel kerajaan. Jika dihubungkan cerita tentang penemuan mummy Mesir yang dibalsem dengan rempah- rempah pengawet di antaranya kanfer (kapur barus) serta kisah tentang Raja (Nabi) Sulaiman/ Salomo membutuhkan rempah-rempah dari Ophir (Barus) di Tapanuli, diperkirakan jejak agama monotheisme Israel terserap dan kemudian mengakar dalam keyakinan Parmalim - Hamlimon - Ugamo Malim, agama Bangso Batak Toba.

Bahkan, Istilah Anak Ni Raja, dalam bahasa BATAK, yang berarti Anak Raja mengacu kepada Si Raja Batak sebagai keturunanRaja Shalomo (Yang terkenal Kebijaksanannya atau Berhikmat), anak dari Raja Israel yang terkenal, Raja Daud (Terkenal Kepahlawanannya dan Ketakwaannya).

Saya cukupkan saja dulu hingga disitu, karena terlalu letih untuk membeberkan semua, termasuk indikasi-indikasi lemah yang banyak jumlahnya. Jika data yang diatas itu saja dibawa kepada ahli statistik, yang tentu akan mempertimbangkan semua aspek-aspek lain yang terkait kedalamnya, simililaritasnya dengan tradisi bangsa Israel kuno dengan bukti autentik tertulis dalam Alkitab, informasi sejarah sekuler, tradisi Semitik yang ada hingga sekarang, serta kesamaan tradisi itu pada suku Batak setelah kurun waktu kurang lebih 3000 tahun, angka perbandingan untuk mengatakan bahwa suku Batak Toba bukan keturunan Israel mungkin 1 : 1,000,000 bahkan bisa jadi lebih.

Tulisan ini tidak bermaksud menampilkan superioritas ras, suku atau bangsa atau budaya tertentu. Jika tulisan ini menimbulkan kesan seolah-olah menonjolkan superioritas suatu budaya tertentu, hal itu semata-mata terjadi karena topik yang berfokus pada peran suatu etnis atau Bangso Batak Toba. Keberadaan unsur asing dalam kebudayaan suatu bangsa adalah sebuah kewajaran. Penyerapan unsur asing ke dalam suatu budaya lokal tidak berarti menunjukkan inferioritas kebudayaan yang menyerapnya.

Sejarah justru mencatat, kebesaran suatu kebudayaan berkorelasi positif dengan banyaknya unsur asing yang diserap dan dikembangkan oleh komunitas budaya bersangkutan. Sejarah juga mencatat interaksi suatu komunitas budaya dengan komunitas budaya lain, berjalan timbal balik, tidak pernah searah saja. Tulisan ini mestilah dipahami sebagai upaya menampilkan kemungkinan terjadinya pertukaran nilai budaya dalam rentang waktu beberapa abad antara Timur dengan Barat. Pada jaman Raja-raja Israel dan Yehudah, telah dilakukan kontak dengan Barus, Tapanuli dengan Israel, Mesir, Persia, Cina, India, Arab, Yunani dan Pakistan yang terjadi satu milenium sebelumnya, hubungan dagang tersebut sudah berlangsung beberapa abad sebelum masehi).

Aug 11, 2015

Kushan

Kekaisaran Kushan (bahasa Sansakerta: Kuṣāṇ Rājavaṃśa; bahasa Parthia Kušanxšaθr) adalah negara yang didirikan pada awal abad ke-1 M oleh Kujula Kadphises di daerah Baktria kuno di sekitar sungai Oxos (Amu Darya). Pada perkembangannya, Kushan berpindah pusat ke dekat Kabul, Afghanistan. Kushan memperluas wilayahnya dari Lembah Sungai Kabul untuk kemudian mengalahkan suku-suku Asia Tengah lainnya yang sebelumnya menaklukan sebagian Dataran Tinggi Iran tengah bagian utara yang pernah dikuasai oleh Kekaisaran Parthia.


Maitreya, dengan sepasang orang Kushan

Pada abad ke-1 dan awal abad ke-2 M, Kushan meluas melewati bagian utara anak benua India, setidaknya hingga sejauh Saketa dan Sarnath di dekat Varanasi (Benares), di sana ditemukan prasasti yang berasal dari masa kaisar Kushan, Kanishka, yang dimulai sekitar 127 M. Sekitar 152 M, Kanishka mengirimkan pasukan ke sebelah utara pegunungan Karakoram. Mereka menaklukan wilayah hingga sejauh Kashgar, Khotan dan Yarkant, di Tarim Basin di Xinjiang, Cina modern. Dibuka jalan langsung dari Gandhara ke Cina, dan jalan tersebut yang berada di bawah kendali Kushan selama lebih dari 100 tahun. Keamanan yang disediakan oleh Kushan mendorong adanya perjalanan melewati Jalur Khunjerab dan memudahkan penyebaran Buddha Mahayana ke Cina.
Bangsa Kushan merupakan bagian dari konfederasi Yuezhi. Yuezhi sendiri pada awalnya merupakan suku nomad yang menghuni Asia Tengah bagian timur, sebelum akhirnya bergerak ke barat laut dan bermukim di Baktria kuno. Mereka memiliki hubungan diplomatik dengan Kekaisaran Romawi, Persia Sasan, dan Cina Han.
Kekaisaran Kushan terpecah menjadi beberapa kerajaan semimerdeka pada abad ke-3 M, yang sebagian kemudian dikuasai oleh Sasan, yang menyerbu Kushan dari barat. Pada abad keempat, Kekaisaran Gupta dari India ikut menyerang Kushan dari timur. Pada akhirnya, kerajaan-kerajaan Kushan dan Sasan terakhir ditaklukan oleh bangsa Hefthalit, yang merupakan suku bangsa India-Eropa lainnya dari utara.

Parthia

Kekaisaran Parthia(247 SM – 224 M), dikenal pula sebagai Kekaisaran Arsakid (bahasa Persia modern: Ashkāniān), adalah kekuatan politik dan kebudayaan Iran yang besar di Persia kuno. Nama Arsakid berasal dari Arsakes I dari Parthia yang, sebagai pemimpin suku Parni, mendirikan kekaisaran ini pada pertengahan abad ke-3 SM setelah dia menaklukan wilayah Parthia di timur laut Iran, yang ketika itu merupakan sebuah kesatrapan (provinsi) yang memberontak terhadap Kekaisaran Seleukia. Mithridates I dari Parthia (berkuasa sek. 171–138 SM) sangat meluaskan kekaisaran dengan merebut Media dan Mesopotamia dari kekuasaan Seleukia. Pada puncak kejayaannya, Kekaisaran Parthia terbentang dari bagian utara Efrat, di tempat yang kini menjadi Turki tenggara, hingga Iran timur. Kekaisaran ini, terletak di jalur perdagangan Jalan Sutra antara Kekaisaran Romawi di Cekungan Mediterania dan Kekaisaran Han di Cina, menjadi pusat perdagangan dan perniagaan dunia kuno.


Arsakes I, pendiri Kekaisaran Parthia

Bangsa Parthia banyak mengadopsi seni, arsitektur, kepercayaan keagamaan, dan lambang kerajaan dari kekaisaran mereka yang memiliki kebudayaan yang beragam. Di Kekaisaran Parthia terdapat kebudayaan Persia, Hellenistik, serta banyak kebudayaan lokal. Kira-kira selama separuh masa keberadaannya, para penguasa Parthia mengadopsi kebudayaan Yunani, meskipun pada akhirnya menggunakan tradisi Iran. Para penguasa Parthia memiliki gelar "Raja Segala Raja" dan mengklaim sebagai pewaris tahta Kekaisaran Akhemenia; dan memang, mereka menerima banyak raja lokal sebagai negara bawahan yang oleh Kekaisaran Akhemenia ditunjuk secara terpusat, meskipun sebagian besar sebagai satrap yang otonom. Kekaisaran Parhia memang menunjukk sejumlah kecil satrap, sebagian besar di luar Iran, namun kesatrapan-kesatrapan ini lebih kecil dan kurang berkuasa dibanding kesatrapan pada masa Akhemenia. Dengan perluasan kekuasaan Parthia, pusat pemerintahan berpindah dari Nisa, Turkmenistan ke Ktesiphon di sepanjang sungai Tigris (sebelah selatan Baghdad modern, Irak), meskipun beberapa tempat lainnya juga digunakan sebagai ibukota.


Pemanah Parthia

Musuh awal Kekaisaran Parthia adalah adalah Kekaisaran Seleukia di barat dan bangsa Skythia di timur. Akan tetapi, seiring Partia meluas ke arah barat, mereka mulai menghadapi konflik dengan Kerajaan Armenia, dan pada akhirnya dengan Republik Romawi akhir. Romawi dan Parthia bersaing satu sama lain untuk menjadikan raja-raja Armenia sebagai klien bawahan mereka. Parthia dengan mudah mengalahkan Marcus Licinius Crassus pada Pertempuran Carrhae pada tahun 53 SM, dan pada tahun 40–39 SM, pasukan Parthia merebut seluruh Levant, kecuali Tyre, dari kekuasaan Romawi. Akan tetapi , Marcus Antonius memimpin serangan balasa terhadap Parthia dan beberapa kaisar Romawi menginvasi Mesopotamia selama Perang Romawi-Parthia. Romawi beberapa kali menaklukan dan menjarah kota Seleukia dan Ktesiphon selama konflik tersebut, namun tidak pernah mampu menguasainya untuk waktu yang lama. Perang saudara yang sering terjadi antara para pesaing tahta Parthia terbukti lebih berbahaya daripada invasi asing, dan kekuasaan Parthia runtuh ketika Ardashir I, penguasa Estakhr di Provinsi Fars, memberontak terhadap Parthia dan membunuh pemimpin terakhir mereka, Artabanos IV, pada tahun 224 M. Ardashir mendirikan Kekaisaran Sassan, yang berkuasa di Iran dan Timur Dekat hingga penaklukan Muslim pada abad ke-7 M, meskipun dinasti Arsakid tetap bertahan melalui Dinasti Arsakid Armenia.

Akhemenia

Kekaisaran Persia Akhemenia (sekitar 550–330 SM; bahasa Persia Lama: Parsā; dinasti yang berkuasa: Haxāmanišiya), dikenal pula sebagai Kekaisaran Persia Pertama, adalah kekaisaran Persia (Iran) di Asia Selatan dan Barat Daya yang didirikan pada abad ke-6 SM oleh Koresh Agung, yang menggulingkan Konfederasi Medes. Kekaisaran ini meluas hingga pada akhirnya menguasai wilayah yang amat besar di dunia kuno dan pada tahun 500 SM membentang dari Lembah Indus di timur, hingga ke Thrakia dan Makedonia di perbatasan timur laut Yunani. Tidak ada kekaisaran lain sebelum masa itu yang lebih besar daripada Kekaisaran Akhemenia. Kekaisaran Akhemenia pada akhirnya menguasai Mesir juga. Kekaisaran ini dipimpin oleh serangkaian raja yang menyatukan suku-suku dan bangsa-bangsanya yang terpisah-pisah dengan membangun jaringan jalan yang rumit.
Bangsa Persia menyebut diri mereka Pars, yang berasal dari nama suku Arya asli mereka Parsa, dan bermukim di daerah yang mereka beri nama Parsua, yang dibatasi oleh Sungai Tigris di barat dan Teluk Persia di timur. Tempat ini menjadi wilayah pusat mereka pada masa Kekaisaran Akhemenia. Dari daerah inilah Koresh Agung (Koresh II dari Persia) pada akhirnya muncul dan mengalahkan bangsa Mede, Lydia, dan Babilonia, membuka jalan untuk penaklukan selanjutnya ke Mesir dan Asia Kecil.


Relief singa dari masa Akhemenia

Pada puncak kejayaannya setelah penaklukan Mesir, kekaisaran ini menempati wilayah seluas kira-kira 8 juta km2, meliputi tiga benua: Asia, Afrika dan Eropa. Pada wilayah terluasnya, kekaisaran ini juga meliputi wilayah yang kini menjadi Iran, Turki, sebagian Asia Tengah, Pakistan, Thrakia dan Makedonia, sebagian besar daerah pesisir Laut Hitam, Afghanistan, Irak, Arab Saudi utara, Yordania, Israel, Lebanon, Suriah, serta semua pusat pemukiman di Mesir kuno hingga ke barat sejauh Libya. Dalam sejarah Barat, Kekaisaran Akhemenia disebutkan sebagai musuh negara-negara kota Yunani selama Perang Yunani-Persia. Kekaisaran ini juga terkenal karena emansipasi terhadap terhadap perbudakan termasuk pembebasan bangsa Yahudi dari pembuangan ke Babilonia dan karena membangun infrastruktur seperti sistem pos, sistem jalan, dan penggunaan bahasa resmi di seluruh wilayah kekuasaannya. Kekaisaran ini menerapkan adminsitrasi birokrasi terpusat di bawah pimpinan Kaisar serta memiliki pasukan militer profesional dan pasukan wajib militer yang besar, mengilhami perkembangan serupa di kekaisaran-kekaisaran lain pada masa selanjutnya.
Menurut pandangan tradisional, wilayah Kekaisaran Akhemenia yang amat luas dan keragaman etnokulturalnya yang luar biasa pada akhirnya menjadi kerugian karena penyerahan kekuasaan kepada pemerintah lokal pada akhirnya melemahkan otoritas pusat milik raja, membuat banyak energi dan sumber daya terbuang akibat harus menghentikan pemberontakan lokal. Ini menjelaskan mengapa ketika Aleksander Agung (Aleksander III dari Makedpnia) menginvasi Persia pada tahun 334 SM, dia menghadapi suatu kekaisaran terpecah belah dengan pemimpin yang lemah, mudah untuk dihancurkan. Akan tetapi, sudut pandang ini ditentang oleh beberapa sejarawan modern yang berpendapat bahwa Kekaisaran Akhemenia tidak menderita krisis semacam itu pada masa Aleksander, dan bahwa hanya kericuhan pergantian kekuasaan internal yang terjadi di dalam keluarga Akhemenid yang pernah hampir melemahkan kekaisaran. Aleksander, yang merupakan pengagum Koresh Agung, pada akhirnya menyebabkan keruntuhan dan perpecahan kekaisaran sekitar tahun 330 SM, membuatnya terbagi menjadi Kerajaan Ptolemaik dan Kekaisaran Seleukia, selain juga wilayah-wilayah kecil lainnya yang memedekakan diri pada masa itu. Akan tetapi, kebudayaan Iran di dataran tinggi tengah tetap berkembang dan pada akrhinya kembali berkuasa pada abad ke-2 SM.


Infanteri Akhemenia

Warisan sejarah Kekaisaran Akhemenia bukan hanya pengaruh teritorial dan militernya saja, melainkan meliputi pula pengaruh kebudaaan, sosial, dan keagamaan. Banyak orang Athena yang mengadopsi kebiasaan Akhemenia dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai akibat dari kontak antarbudaya, beberapa karena pernah dikerahkan oleh, atau bersekutu dengan raja Persia. Pengaruh Dekrit Pemulihan Koresh Agung disebutkan dalam naskah Yudea-Kristen, selain itu kekaisaran ini juga amat berperan dalam penyebaran agama Zoroaster hingga ke timur sejauh Cina. Bahkan Aleksander Agung, yang menaklukan kekaisaran luas ini, menghormati adat-istiadanya dan memerintahkan orang Yunani untuk ikut menghormasi raja-raja Persia termasuk Koresh Agung. Aleksander bahkan melakukan proskynesis, suatu adat kerajaan Persia, meskipun banyak diprotes oleh para tentara Makedonianya. Kekaisaran Akhemenia memberikan pengaruh terhadap politik, warisan dan sejarah Persia modern (kini Iran). Perangaruhnya meliputi pula wilayah Persia sebelumnya yang secara keseluruhan disebut Persia Besar. Prestasi teknik yang penting di Kekaisaran Akhemenia adalah sistem pengelolaan air Qanat, yang berusia lebih dari 3000 tahun dan memiliki panjang lebih dari 44 mil (71 km.)
Pada tahun 480 SM, diperkirakan bahwa sekitar 50 juta orang tinggal di Kekaisaran Akhemenia atau sekitar 44% dari seluruh populasi dunia pada masa itu, menjadikannya kekaisaran dengan jumlah penduduk terbanyak.