Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Feb 5, 2019

Paus Santo Anisetus

Paus Santo Anisetus (???-17 April 167) adalah Paus Gereja Katolik Roma sejak tahun 154 hingga 17 April 167. Menurut Liber Pontificalis, Anisetus adalah seorang Suriah dari kota Emesa (sekarang kota modern Homs).

Saat kepemimpinan gereja, terjadi perselisihan penentuan tanggal hari Paskah di Asia Kecil dan daerah lainnya. Maka dari itu, ia menerima kedatangan Polikarpus, Uskup Smyrna. Di Suriah, hari Paskah dirayakan pada tanggal 14 pada kalender hari raya Yahudi. Kebiasaan hasil peninggalan rasul ini menyebabkan tanggal Paskah tidak menentu pada kalender lainnya. Hari Paskah juga mengalami perbedaan penghayatan yakni antara menekankan wafat Kristus atau kebangkitanNya. Gereja yang memilih tanggal setelah tanggal 14, karena menekankan kebangkitan Yesus. Menurut Irenaeus, pada masa kepausannya, uskup Polikarpus dari Smyrna yang sudah tua, seorang murid Yohanes, mengunjungi Roma untuk membahas hal perayaan Paskah ini dengan Anisetus.

Paus Anisetus mengakhiri perselisihan dengan menetapkan hari Minggu (3 hari setelah wafat Kristus) sebagai hari Paskah. Lama kelamaan keputusan ini diterima oleh gereja di Asia Kecil.

Meskipun ia wafat bukan karena dibunuh, tetapi memiliki jasa yang banyak. Ia ditetapkan sebagai martir.

Paus Eleutherius

Paus Santo Eleutherius, nama lahir Eleuterus/Eleutherius (???-±189), adalah Paus Gereja Katolik Roma sejak tahun ±174 hingga ±189 (Sumber Vatikan menyebutkan juga 171/177 hingga 185/193).[1] Vatikan menyebutkan tahun-tahunnya 171 atau 177 sampai 185 atau 193. MenurutLiber Pontificalis, ia adalah seorang Yunani yang dilahirkan di Nicopolis, Epirus, Yunani.[2] Ia hidup sezaman dengan Hegesippus yang menulis bahwa ia adalah seorang diaken dalam Gereja Katolik Roma dalam masa kepausan Paus Anisetus (~ 154–164), dan tetap dalam jabatan itu di bawah Paus Soter, yang digantikannya sekitar tahun 174.[3]

Ia merupakan murid dari Paus Anisetus yang berperan sebagai diakon selama kepausan Anisetus. Pada masa kepausannya, ia menghapus beberapa kewajiban adat Yahudi mengenai haram atau halalnya makanan. Saat itu terjadi pembantaian hebat yang dibiarkan saja oleh Markus Aurelius. Untuk mempertegas bahwa umat Kristen tidak terlibat, ia menyampaikan surat sebanyak empat kali kepada kaisar.

Paus Eleuterus meninggal pada tahun 189 sebagai martir.

Montanisme

Montanisme adalah sebuah gerakan sektarian Kristen perdana pada pertengahan abad ke-2 Masehi, yang dinamai seturut pendirinya Montanus. Gerakan ini berkembang umumnya di daerah Frigia dan sekitarnya; di sini sebelumnya pengikutnya disebut Katafrigia. Namun gerakan ini merebak cepat ke wilayah-wilayah lain di Kekaisaran Romawi, dan pada suatu masa sebelum agama Kristen ditolerir atau dianggap legal. Meskipun Gereja Kristen arus utama menang atas Montanisme dalam beberapa generasi, dan mencapnya sebagai sebuah ajaran sesat, sekte ini bertahan di beberapa tempat terisolir hingga abad ke-8. Sebagian orang membuat paralel antara Montanisme dan Pentakostalisme (yang disebut sebagian orang Neo-Montanisme). Montanis yang paling terkenal jelas adalah Tertulianus, yang merupakan penulis gereja Latin paling terkemuka sebelum ia beralih ke Montanisme. Penganut paham Montanisme disebut dengan Montanis

Sejarah
Montanus mengunjungi pemukiman-pemukiman pedesaan di Asia Kecil setelah pertobatannya, dan mengajar serta memberikan kesaksian tentang apa yang dikatakannya sebagai Firman Allah. Namun, ajaran-ajarannya dianggap sesat oleh Gereja yang ortodoks karena sejumlah alasan. Ia mengklaim bukan saja telah menerima serangkaian wahyu langsung dari Roh Kudus, tetapi juga secara pribadi merupakan penjelmaan dari roh penghibur yang disebutkan dalam Injil Yohanes 14:16. Montanus disertai oleh dua orang perempuan, Priska, kadang-kadang disebut Priskila, dan Maksimila, yang juga mengklaim sebagai penjelmaan dari Roh Kudus yang menggerakkan dan mengilhami mereka. Kemanapun mereka pergi, "Ketiganya" demikian mereka disebut, berbicara dengan penglihatan ekstatis dan mendesak pengikut-pengikut mereka untuk berpuasa dan berdoa, sehingga mereka pun akan dapat memperoleh wahyu pribadi ini. Pemberitaan Montanus menyebar dari tempat kelahirannya Frigia (dan di sini ia menyatakan bahwa desa Pepuza adalah tempat untuk Yerusalem Baru) hingga ke dunia Kristen saat itu, ke Afrika dan Gaul.

Pada umumnya disepakati bahwa gerakan ini diilhami oleh pembacaan Injil Yohanes oleh Montanus— "Aku akan mengutus kepadamu seorang advocate parakletos, roh kebenaran" (Heine 1987, 1989; Groh 1985). Tanggapan terhadap wahyu yang berlanjut ini memecah komunitas-komunitas Kristen, dan para rohaniwan yang lebih ortodoks umumnya berjuang untuk menekannya. Uskup Apolinarius menemukan gereja di Ancyra terpecah menjadi dua, dan ia menentang "nubuat palsu" (dikutip oleh Eusebius 5.16.5). Tetapi ada keragu-raguan yang sungguh-sungguh di Roma, dan Paus Eleuterus bahkan menulis surat-surat untuk mendukung Montanisme, meskipun ia belakangan menariknya kembali (Tertulianus, "Adversus Praxean" c.1, Trevett 58-59).

Priska mengaku bahwa Kristus menampakkan diri kepadanya dalam rupa seorang perempuan. Ketika ia dikucilkan, ia berseru, "Aku diusir seperti serigala dari antara domba-domba. Aku bukan serigala: Aku adalah firman dan roh dan kuasa."

Pembela kaum Montanis yang paling terkenal jelas adalah Tertulianus, seorang bekas pembela keyakinan ortodoks, yang percaya bahwa nubuat yang baru itu memang tulen dan mulai meninggalkan apa yang disebutnya sebagai “gereja dengan banyak uskup" (On Modesty).

Meskipun gereja Kristen yang ortodoks menang atas Montanisme dalam beberapa generasi saja, prasasti-prasasti di lembah Tembris di Frigiia utara, yang bertanggal antara 249 dan 279, secara terbuka menyatakan kesetiaan mereka kepada Montanisme.

Sepucuk surat dari Hieronimus kepada Marsela, yang ditulis pada 385, menyangkal klaim kaum Montanis yang telah mengganggunya (surat 41) 

Sebuah kelompok "Tertulianis" terus hadir di Kartago. Pengarang Praedestinatus yang anonim mencatat bahwa seorang pengkhotbah datang ke Roma pada 388 ketika ia menghasilkan banyak pengikut dan memperoleh izin penggunaan sebuah gereja bagi jemaatnya dengan alasan bahwa para martir yang kepadanya gereja itu dipersembahkan adalah Montanis. Ia terpaksa melarikan diri setelah kemenangan Teodosius I. Augustinus mencatat bahwa kelompok Tertullianis melorot hingga hampir tidak tersisa pada masanya sendiri, dan akhirnya didamaikan dengan gereja dan menyerahkan basilika mereka. Tidak jelas apakah para Tertulianis itu Montanis atau bukan.

Pada abad ke-6, atas perintah Kaisar Yustinianus, Yohanes dari Efesus memimpin ekspedisi ke Pepuza untuk menghancurkan tempat-tempat suci Montanis di sana, yang berbasis di sekitar makam Montanus, Priskila dan Maksimilia.

Sekte ini bertahan hingga abad ke-8. Columbia Encyclopedia mengklaim bahwa “di tempat-tempat terpencil dari Frigiia, di mana [Montanisme] terus bertahan hingga abad ke-7.”

Beberapa penulis modern mengusulkan bahwa sebagian dari penekanan pada pengalaman pribadi yang langsung dan ekstatis dengan Roh Kudus mempunyai kemiripan dengan semua bentuk Pentakostalisme. “Ia [Montanisme] mengklaim dirinya sebagai agama Roh Kudus dan ditandai oleh ledakan-ledakan ekstatis yang dianggapnya sebagai satu-satunya bentuk Kekristenan yang sejati.”  Sementara memang ada banyak kesamaan antara Montanisme dengan Pentakostalisme modern, tampaknya tidak ada hubungan histories antara keduanya, karena kebanyakan kaum Pentakostal mengklaim otoritasnya berdasarkan Kisah para Rasul (pasal 2).

Perbedaan antara Montanisme dan Kekristenan ortodoks
Keyakinan-keyakinan Montanisme berbeda dengan Kekristenan ortodoks dalam hal-hal berikut:

Keyakinan bahwa nubuat-nubuat kaum Montanis mengalahkan dan menggenapi doktrin-doktrin yang diberitakan oleh para Rasul.
Dorongan untuk bernubuat secara ekstatis, membedakannya dengan pendekatan teologi yang dominan yang lebih berdisiplin dan penuh pertimbangan di kalangan Kekristenan yang ortodoks pada saat itu hingga sekarang.
Pandangan bahwa orang-orang Kristen yang jatuh dari anugerah tidak dapat ditebus, juga bertentangan dengan pandangan Kristen yang ortodoks bahwa penyesalan dapat mengembalikan orang berdosa ke dalam gereja.
Nabi-nabi Montanisme tidak berbicara sebagai utusan-utusan Allah: "Demikianlah firman Tuhan," melainkan lebih menggambarkan dirinya dikuasai oleh Allah, dan berbicara atas namanya. "Akulah Bapa, Firman, dan Sang Penghibur," kata Montanus (Didymus, De Trinitate, III, xli); Kerasukan roh ini, yang berbicara sementara nabi itu tidak mampu menolaknya, digambarkan oleh roh Montanus: "Lihatlah manusia itu bagaikan sebuah lyre, dan aku melesat seperti plectrum. Orang itu tidur, dan aku terjaga" (Epifanius, "Panarion", xlviii, 4).
Penekanan yang lebih kuat untuk menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka lebih menekankan upaya menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka menekankan kesucian seksual, termasuk melarang pernikahan kembali..
Sebagian Montanis juga "Quartodesiman" ("yang 14"), artinya mereka lebih suka merayakan Paskah pada tanggal 14 bulan Nisan menurut kalender Ibrani, tak peduli hari apapun dalam suatu minggu tanggal itu jatuh. Ajaran ortodoks berpendapat bahwa Paskah harus dirayakan pada hari Minggu setelah tanggal 14 Nisan. (Trevett 1996:202)
Hieronimus dan para pemimpin gereja lainnya mengklaim bahwa kaum Montanis pada masa mereka menganut keyakinan bahwa Tritunggal terdiri atas satu pribadi saja, serupa dengan Sabelianisme, jadi berlawanan dengan pandangan ortodoks bahwa Tritunggal adalah satu Allah dengan tiga pribadi, yang juga dianut oleh Tertulianus. Ada beberapa orang yang memang adalah pemeluk monarkian modalistik (Sabelian) dan beberapa lainnya yang lebih dekat dengan doktrin Tritunggal. Dilaporkan bahwa para modalis ini membaptiskan dengan meyebutkan nama Yesus Kristus, bukannya menyebutkan nama Tritunggal. Kebanyakan dari kaum Montanis di kemudian hari berasal dari kubu modalistik.

Stoisisme

Stoisisme adalah salah satu aliran atau mazhab filsafat Yunani-Romawi yang didirikan tahun 108 SM di Athena oleh Zeno dari Citium dan memperluas pengaruhnya dalam Kekaisaran Romawi. Nama mazhab ini diambil dari lokasi di Athena tempat pertama kali mazhab ini ditemukan. Dalam aliran stoisisme terdapat beberapa pokok pikiran yang dapat dijelaskan menjadi 5 bagian. Pertama, Kaum Stoa menggabungkan ajaran filsuf kuno dengan pemikiran Plato dan Aristoteles dengan keyakinan besar bahwa mereka mengajarkan etos dan sikap baru yang mempunyai pengaruh mendalam terhadap etika. Kedua, ideal Stoisisme adalah manusia bijaksana yang hidup selaras dengan alam, mengendalikan afeksinya, menanggung penderitaan secara tenang dan sebagai tujuan kehidupannya ialah rasa puas dengan kebajikan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan. Ketiga, Allah adalah spesies jiwa dunia. Dia memiliki di dalam diriNya sendiri benih atau daya seminal untuk setiap perkembangan sehingga setiap peristiwa seakan direncanakan dan menjadi akibat penyelenggaraan. Keempat, Stoisme bukan filsafat spekulatif dan sistematik melainkan pandangan tentang kehidupan secara mendalam memperhatikan emosi-emosi manusia. Kelima, anjuran kesamaan semua manusia merupakan karakteristik sebagaimana juga suatu kosmopolitanisme tertentu.

Tertulianus

Quintus Septimius Florens Tertullianus, atau Tertulianus, (155–230) adalah seorang pemimpin gereja dan penghasil banyak tulisan selama masa awal Kekristenan.   Ia lahir, hidup, dan meninggal di Kartago, sekarang Tunisia. Ia dibesarkan dalam keluarga berkebudayaan kafir (pagan) serta terlatih dalam kesusasteraan klasik, penulisan orasi, dan hukum. Pada tahun 196 ketika ia mengalihkan kemampuan intelektualnya pada pokok-pokok Kristen, ia mengubah pola pikir dan kesusasteraan gereja di wilayah Barat hingga sebagai Bapa Gereja ia digelari "Bapak Teologi Latin" atau "Bapak Gereja Latin". Ia memperkenalkan istilah "Trinitas" (dari kata yang sama dalam bahasa Latin) dalam perbendaharaan kata Kristen; sekaligus kemungkinan, merumuskan "Satu Allah, Tiga Pribadi". Di dalam Apologeticusnya, ia adalah penulis Latin pertama yang menyatakan Kekristenan sebagai vera religio, dan sekaligus menurunkan derajat agama klasik Kerajaan dan cara penyembahan lainnya sebagai takhyul belaka.

Sebelumnya, para penulis Kristen umumnya menggunakan bahasa Yunani  bahasa yang agak fleksibel dan halus, yang cocok digunakan untuk berfilsafat dan berdebat tentang hal-hal sederhana. Acap kali, orang-orang Kristen yang berbahasa Yunani menggunakan cara berfilsafat seperti ini terhadap keyakinan mereka.

Meskipun Tertulianus, pengacara kelahiran Afrika itu, dapat berbahasa Yunani, ia memilih menulis dalam bahasa Latin, dan karya-karyanya mencerminkan unsur-unsur moral dan praktis orang Romawi yang berbahasa Latin. Pengacara yang berpengaruh ini telah menarik banyak penulis untuk mengikuti gayanya.

Ketika orang-orang Kristen Yunani masih bertengkar tentang keilahian Kristus serta hubunganNya dengan Allah Bapa, Tertulianus sudah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks. Maka, ia pun merintis formula yang sampai hari ini masih kita pegang: Allah adalah satu hakikat yang terdiri dari tiga pribadi.

Ketika dia menyiapkan apa yang menjadi doktrin Trinitas, Tertulianus tidak mengambil terminologinya dari para filsuf, tetapi dari Pengadilan Roma. Kata Latin substantia bukan berarti "bahan" tetapi "hak milik". Arti kata persona bukanlah "pribadi", seperti yang lazim kita gunakan, tetapi merupakan "suatu pihak dalam suatu perkara" (di pengadilan). Dengan demikian, jelaslah bahwa tiga personae dapat berbagi satu substantia. Tiga pribadi (Bapa, Putra dan Roh Kudus) dapat berbagi satu hakikat (kedaulatan ilahi).

Meskipun Tertulianus mempersoalkan "Apa urusan Athena (filsafat) dengan Yerusalem (gereja)?" namun, filsafat Stoa yang populer pada masa itu turut mempengaruhinya. Ada yang berkata bahwa ide dosa asal bermula dari Stoisisme, kemudian diambil alih Tertulianus dan selanjutnya merambat ke Gereja Barat. Agaknya ia berpendapat bahwa roh (jiwa) itu adalah sebentuk benda: seperti tubuh dibentuk ketika pembuahan, maka roh pun demikian. Dosa Adam diwariskan seperti rangkaian genetik.

Gereja-gereja Barat menyimak ide ini, tetapi ide ini tidak dialihkan ke Timur (yang mempunyai pandangan yang lebih optimistik tentang sifat manusia).

Kira-kira pada tahun 206, Tertulianus meninggalkan Gereja untuk bergabung dengan sekte Montanis. Keterlibatannya dengan Montanisme, dan karena sejumlah tulisan menjelang akhir hidupnya dianggap bertentangan dengan ajaran Gereja, kemungkinan membuat Tertulianus tidak pernah diakui sebagai seorang santo oleh Gereja, tidak seperti para Bapa Gereja lainnya.

Tulisan-tulisan Tertulianus disunting dalam jilid 1–2 Patrologia Latina, dan teks modern terdapat dalam Corpus Christianorum Latinorum. Terjemahan bahasa Inggris oleh Sidney Thelwall dan Philip Holmes dapat dibaca pada jilid III dan IV buku Ante-Nicene Fathers yang tersedia gratis online; juga muncul lebih banyak lagi terjemahan modern dari karya-karyanya.

Apologetik
Apologeticus pro Christianis.
Dissertatio Mosheim in Apol.
Libri duo ad Nationes.
De Testimonio animae.
Ad Martyres.
De Spectaculis.
De Idololatria.
Accedit ad Scapulam liber.
Dissertatio D. Le Nourry in Apologet. libr. II ad Nat. et libr. ad Scapulam.
Polemik
De Oratione.
De Baptismo.
De Poenitentia.
De Patientia.
Ad Uxorem libri duo.
De Cultu Feminarum lib. II.
Dogmatik
De Corona Militis.
De Fuga in Persecutione.
Adversus Gnosticos Scorpiace.
Adversus Praxeam.
Adversus Hermogenem.
Adversus Marcionem libri V.
Adversus Valentinianos.
Adversus Judaeos.
De Anima.
De Carne Christi.
De Resurrectione Carnis.
Mengenai moral
De velandis Virginibus.
De Exhortatione Castitatis.
De Monogamia.
De Jejuniis.
De Pudicitia.
De Pallio.
Kemungkinan kronologi
Urutan kronologis berikut diusulkan oleh John Kaye, Bishop di Lincoln pada abad ke-19:

Kemungkinan Katolik (Pra-Montanis):

1. De Poenitentia (Hal Pertobatan)
2. De Oratione (Hal Doa)
3. De Baptismo (Hal Baptisan)
4.,5. Ad Uxorem, lib. I & II, (Kepada Istrinya),
6. Ad Martyras (Kepada para Martir),
7. De Patientia (Hal Kesabaran)
8. Adversus Judaeos (Jawaban untuk orang Yahudi)
9. De Praescriptione Haereticorum (Resep melawan Ajaran Sesat/Heretik),
Tidak dapat ditentukan:

10. Apologeticus pro Christianis (Apologi untuk orang Kristen)
11.,12. ad Nationes, lib. I & II (Kepada Bangsa-bangsa)
13. De Testimonio animae (Hal Kesaksian Jiwa)
14. De Pallio (Hal Jubah Asketik)
15. Adversus Hermogenem (Melawan Hermogenes)
Mungkin Pasca-Montanis:

16. Adversus Valentinianus (Against the Valentinians)
17. ad Scapulam (To Scapula, Proconsul of Africa),
18. De Spectaculis (Of the Games),
19. De Idololatria (Of Idolatry)
20., 21. De cultu Feminarum, lib. I & II (Of Women's Dress)
Pasti Pasca-Montanis:

22. Adversus Marcionem, lib I (Melawan Marcion, Bk. I),
23. Adversus Marcionem, lib II
24. De Anima (Of the Soul),
25. Adversus Marcionem, lib III
26. Adversus Marcionem, lib IV
27. De Carne Christi (Hal Daging Kristus),
28. De Resurrectione Carnis (Hal Kebangkitan Daging)
29. Adversus Marcionem, lib V
30. Adversus Praxean (Melawan Praxeas),
31. Scorpiace (Anti racun untuk Gigitan Kalajengking)
32. De Corona Militis (Hal Mahkota Militer),
33. De velandis Virginibus (Hal Pemakaian Cara para Gadis),
34. De Exhortatione Castitatis (Hal Peringatan untuk Kemurnian Tubuh),
35. De Fuga in Persecutione (Hal Lari dari Penganiayaan)
36. De Monogamia (Hal Monogami)
37. De Jejuniis, adversus psychicos (Hal Puasa, melawan materialis),
38. De Puditicia (Hal Kepatutan)
Karya tidak jelas
Ada banyak karya yang dianggap tulisan Tertulianus di waktu lampau tetapi sekarang sudah dipastikan ditulis oleh orang lain. Namun, karena pengarang sebenarnya belum jelas, karya-karya itu tetap dipublikasikan bersama dalam koleksi karya-karya Tertulianus.

1. Adversus Omnes Haereses (Melawan Semua Ajaran Sesat) – kemungkinan karya Victorinus dari Pettau
2 De execrandis gentium diis (On the Execrable Gods of the Heathens)
3 Carmen adversus Marcionem (Sajak melawan Marcion)
4 Carmen de Iona Propheta (Sajak mengenai Nabi Yunus) – kemungkinan karya Cyprianus Gallus
5 Carmen de Sodoma (Sajak mengenai Sodom) – kemungkinan karya Cyprianus Gallus
6 Carmen de Genesi (Sajak mengenai Genesis)
7 Carmen de Judicio Domini (Sajak mengenai Penghakiman oleh Tuhan)
Naskah terkenal Passio SS. Perpetuae et Felicitatis (Kisah Martir dari SS. Perpetua dan Felicitas), kebanyakan adalah catatan harian pribadi St. Perpetua, pernah dianggap disunting oleh Tertulianus, tetapi sekarang tidak lagi diyakini demikian, sehingga biasanya diterbitkan terpisah dari karya-karya Tertulianus.

Montanisme

Montanisme adalah sebuah gerakan sektarian Kristen perdana pada pertengahan abad ke-2 Masehi, yang dinamai seturut pendirinya Montanus. Gerakan ini berkembang umumnya di daerah Frigia dan sekitarnya; di sini sebelumnya pengikutnya disebut Katafrigia. Namun gerakan ini merebak cepat ke wilayah-wilayah lain di Kekaisaran Romawi, dan pada suatu masa sebelum agama Kristen ditolerir atau dianggap legal. Meskipun Gereja Kristen arus utama menang atas Montanisme dalam beberapa generasi, dan mencapnya sebagai sebuah ajaran sesat, sekte ini bertahan di beberapa tempat terisolir hingga abad ke-8. Sebagian orang membuat paralel antara Montanisme dan Pentakostalisme (yang disebut sebagian orang Neo-Montanisme). Montanis yang paling terkenal jelas adalah Tertulianus, yang merupakan penulis gereja Latin paling terkemuka sebelum ia beralih ke Montanisme. Penganut paham Montanisme disebut dengan Montanis

Sejarah

Montanus mengunjungi pemukiman-pemukiman pedesaan di Asia Kecil setelah pertobatannya, dan mengajar serta memberikan kesaksian tentang apa yang dikatakannya sebagai Firman Allah. Namun, ajaran-ajarannya dianggap sesat oleh Gereja yang ortodoks karena sejumlah alasan. Ia mengklaim bukan saja telah menerima serangkaian wahyu langsung dari Roh Kudus, tetapi juga secara pribadi merupakan penjelmaan dari roh penghibur yang disebutkan dalam Injil Yohanes 14:16. Montanus disertai oleh dua orang perempuan, Priska, kadang-kadang disebut Priskila, dan Maksimila, yang juga mengklaim sebagai penjelmaan dari Roh Kudus yang menggerakkan dan mengilhami mereka. Kemanapun mereka pergi, "Ketiganya" demikian mereka disebut, berbicara dengan penglihatan ekstatis dan mendesak pengikut-pengikut mereka untuk berpuasa dan berdoa, sehingga mereka pun akan dapat memperoleh wahyu pribadi ini. Pemberitaan Montanus menyebar dari tempat kelahirannya Frigia (dan di sini ia menyatakan bahwa desa Pepuza adalah tempat untuk Yerusalem Baru) hingga ke dunia Kristen saat itu, ke Afrika dan Gaul.

Pada umumnya disepakati bahwa gerakan ini diilhami oleh pembacaan Injil Yohanes oleh Montanus "Aku akan mengutus kepadamu seorang advocate parakletos, roh kebenaran" (Heine 1987, 1989; Groh 1985). Tanggapan terhadap wahyu yang berlanjut ini memecah komunitas-komunitas Kristen, dan para rohaniwan yang lebih ortodoks umumnya berjuang untuk menekannya. Uskup Apolinarius menemukan gereja di Ancyra terpecah menjadi dua, dan ia menentang "nubuat palsu" (dikutip oleh Eusebius 5.16.5). Tetapi ada keragu-raguan yang sungguh-sungguh di Roma, dan Paus Eleuterus bahkan menulis surat-surat untuk mendukung Montanisme, meskipun ia belakangan menariknya kembali (Tertulianus, "Adversus Praxean" c.1, Trevett 58-59).

Priska mengaku bahwa Kristus menampakkan diri kepadanya dalam rupa seorang perempuan. Ketika ia dikucilkan, ia berseru, "Aku diusir seperti serigala dari antara domba-domba. Aku bukan serigala: Aku adalah firman dan roh dan kuasa."

Pembela kaum Montanis yang paling terkenal jelas adalah Tertulianus, seorang bekas pembela keyakinan ortodoks, yang percaya bahwa nubuat yang baru itu memang tulen dan mulai meninggalkan apa yang disebutnya sebagai “gereja dengan banyak uskup" (On Modesty).

Meskipun gereja Kristen yang ortodoks menang atas Montanisme dalam beberapa generasi saja, prasasti-prasasti di lembah Tembris di Frigiia utara, yang bertanggal antara 249 dan 279, secara terbuka menyatakan kesetiaan mereka kepada Montanisme.

Sepucuk surat dari Hieronimus kepada Marsela, yang ditulis pada 385, menyangkal klaim kaum Montanis yang telah mengganggunya (surat 41) 

Sebuah kelompok "Tertulianis" terus hadir di Kartago. Pengarang Praedestinatus yang anonim mencatat bahwa seorang pengkhotbah datang ke Roma pada 388 ketika ia menghasilkan banyak pengikut dan memperoleh izin penggunaan sebuah gereja bagi jemaatnya dengan alasan bahwa para martir yang kepadanya gereja itu dipersembahkan adalah Montanis. Ia terpaksa melarikan diri setelah kemenangan Teodosius I. Augustinus mencatat bahwa kelompok Tertullianis melorot hingga hampir tidak tersisa pada masanya sendiri, dan akhirnya didamaikan dengan gereja dan menyerahkan basilika mereka. Tidak jelas apakah para Tertulianis itu Montanis atau bukan.

Pada abad ke-6, atas perintah Kaisar Yustinianus, Yohanes dari Efesus memimpin ekspedisi ke Pepuza untuk menghancurkan tempat-tempat suci Montanis di sana, yang berbasis di sekitar makam Montanus, Priskila dan Maksimilia.

Sekte ini bertahan hingga abad ke-8. Columbia Encyclopedia mengklaim bahwa “di tempat-tempat terpencil dari Frigiia, di mana [Montanisme] terus bertahan hingga abad ke-7.”

Beberapa penulis modern mengusulkan bahwa sebagian dari penekanan pada pengalaman pribadi yang langsung dan ekstatis dengan Roh Kudus mempunyai kemiripan dengan semua bentuk Pentakostalisme. “Ia [Montanisme] mengklaim dirinya sebagai agama Roh Kudus dan ditandai oleh ledakan-ledakan ekstatis yang dianggapnya sebagai satu-satunya bentuk Kekristenan yang sejati.”  Sementara memang ada banyak kesamaan antara Montanisme dengan Pentakostalisme modern, tampaknya tidak ada hubungan histories antara keduanya, karena kebanyakan kaum Pentakostal mengklaim otoritasnya berdasarkan Kisah para Rasul (pasal 2).

Perbedaan antara Montanisme dan Kekristenan ortodoks
Keyakinan-keyakinan Montanisme berbeda dengan Kekristenan ortodoks dalam hal-hal berikut:

Keyakinan bahwa nubuat-nubuat kaum Montanis mengalahkan dan menggenapi doktrin-doktrin yang diberitakan oleh para Rasul.
Dorongan untuk bernubuat secara ekstatis, membedakannya dengan pendekatan teologi yang dominan yang lebih berdisiplin dan penuh pertimbangan di kalangan Kekristenan yang ortodoks pada saat itu hingga sekarang.
Pandangan bahwa orang-orang Kristen yang jatuh dari anugerah tidak dapat ditebus, juga bertentangan dengan pandangan Kristen yang ortodoks bahwa penyesalan dapat mengembalikan orang berdosa ke dalam gereja.
Nabi-nabi Montanisme tidak berbicara sebagai utusan-utusan Allah: "Demikianlah firman Tuhan," melainkan lebih menggambarkan dirinya dikuasai oleh Allah, dan berbicara atas namanya. "Akulah Bapa, Firman, dan Sang Penghibur," kata Montanus (Didymus, De Trinitate, III, xli); Kerasukan roh ini, yang berbicara sementara nabi itu tidak mampu menolaknya, digambarkan oleh roh Montanus: "Lihatlah manusia itu bagaikan sebuah lyre, dan aku melesat seperti plectrum. Orang itu tidur, dan aku terjaga" (Epifanius, "Panarion", xlviii, 4).
Penekanan yang lebih kuat untuk menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka lebih menekankan upaya menghindari dosa dan disiplin gereja daripada di kalangan Kekristenan ortodoks. Mereka menekankan kesucian seksual, termasuk melarang pernikahan kembali..
Sebagian Montanis juga "Quartodesiman" ("yang 14"), artinya mereka lebih suka merayakan Paskah pada tanggal 14 bulan Nisan menurut kalender Ibrani, tak peduli hari apapun dalam suatu minggu tanggal itu jatuh. Ajaran ortodoks berpendapat bahwa Paskah harus dirayakan pada hari Minggu setelah tanggal 14 Nisan. (Trevett 1996:202)
Hieronimus dan para pemimpin gereja lainnya mengklaim bahwa kaum Montanis pada masa mereka menganut keyakinan bahwa Tritunggal terdiri atas satu pribadi saja, serupa dengan Sabelianisme, jadi berlawanan dengan pandangan ortodoks bahwa Tritunggal adalah satu Allah dengan tiga pribadi, yang juga dianut oleh Tertulianus. Ada beberapa orang yang memang adalah pemeluk monarkian modalistik (Sabelian) dan beberapa lainnya yang lebih dekat dengan doktrin Tritunggal. Dilaporkan bahwa para modalis ini membaptiskan dengan meyebutkan nama Yesus Kristus, bukannya menyebutkan nama Tritunggal. Kebanyakan dari kaum Montanis di kemudian hari berasal dari kubu modalistik.

Eusebius dari Kaisarea

Eusebius dari Kaisarea (lahir pada tahun 275 – meninggal pada 30 Mei 339), sering disebut juga Eusebius Pamfili, "Eusebius sahabat Pamfilus dari Kaisaria", adalah seorang Uskup di Kaisarea, (sekarang di Israel). Ia sering disebut sebagai seorang Bapa Sejarah Gereja karena karyanya dalam mencatat sejarah Gereja Kristen mula-mula. Sebuah karya sejarah tulisan Hegesippus yang dijadikan referensi oleh Eusebius, yakni kelima buku Hypomnemata (Riwayat), yang sekarang hilang.

Biografi

Kapan dan di mana persisnya Eusebius dilahirkan tidak diketahui. Demikian pula masa mudanya. Ia berkenalan dengan presbiter (penatua) Dorotheus di Antiokhia dan barangkali memperoleh pendidikan eksegetis daripadanya. Pada tahun 296 ia berada di Palestina dan menyaksikan Konstantin yang mengunjungi negeri itu bersama dengan Diocletianus. Ia berada di Kaisarea ketika Agapius menjadi uskup dan bersahabat dengan Pamfilus dari Kaisarea. Tampaknya ia belajar teks Alkitab daripadanya, dengan bantuan Hexapla karya Origen dan tafsiran-tafsiran yang dikumpulkan oleh Pamfilus, dalam usaha mempersiapkan sebuah versi yang benar.

Karya

Sejumlah tulisan pentingnya antara lain:

* Onomasticon: daftar nama orang dan tempat menurut abjad dan kitab yang memuatnya.
* Pantodape historia (bahasa Yunani: Παντοδαπὴ Ἱστορία; Chronicon, bahasa Inggris: Chronicle; "Sejarah Universal") terdiri dari dua bagian. Bagian pertama,   Chronographia (bahasa Yunani: Χρονογραφία memuat sejarah dunia dari berbagai sumber yang diatur menurut bangsa. Bagian kedua, the Chronikoi kanones   (bahasa Yunani: Χρονικοὶ Κανόνες; bahasa Inggris: Canons berisi materi sejarah yang disusun dalam kolom sejajar menurut garis waktu.

* Historia Ecclesiastica ("Sejarah Gereja").

-