Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Oct 26, 2017

Pusat Kebudayaan

Sulit dibayangkan bahwa sejumlah negara kecil di dunia pernah menjadi pusat kebudayaan dan pemerintahan sebuah kerajaan atau kekaisaran dengan wilayah kekuasaan nan luas.

Di Italia, kita kenal dengan sejarah Kekaisaran Romawi yang sempat menguasai sebagian besar daratan Eropa, Afrika bagian utara, dan Mediterania. Di Tanah Air ada Kerajaan Majapahit yang sempat menjadikan Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam sebagai ranah kekuasaannya.

Bahkan, beberapa negara pada masa lampau pernah menguasai hampir seperempat wilayah dunia. Namun, seiring waktu, munculnya konflik dan peristiwa politik membuat kerajaan atau kekaisaran yang dahulu berwilayah luas kini hanya muncul sebagai sebuah negara dengan teritorial yang sempit.

Berikut 6 negara dengan teritorial yang kecil pada masa kini, namun menjadi 'penguasa dunia' pada masa lalu,

1. Britania Raya menjadi Inggris

Kerajaan Britania Raya

Kerajaan itu terkenal sebagai pencaplok hampir sekitar satu per empat wilayah Bumi pada masa kejayaannya sekitar Abad ke-18 hingga ke Abad ke-19. Tak hanya luas wilayahnya yang mumpuni, Kerajaan Britania Raya mampu mempertahankan wilayah kekuasannya yang luas itu hingga ratusan tahun lamanya, jauh lebih lama jika dibandingkan dengan kerajaan besar lain, seperti Romawi, Spanyol, dan Portugis.

Luasnya wilayah kerajaan Britania Raya dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan Angkatan Laut pada masa Raja Henry VII. Sang raja memiliki tekad untuk meluaskan wilayah kekuasaan Britania Raya lewat jalur maritim dan perdagangan via laut.

Selain itu, pembentukan East India Company --sebuah kongsi dagang Britania Raya-- turut membantu perluasan wilayah kekuasaan kerajaan terbesar sepanjang sejarah manusia itu. Pada masa kejayaannya di Abad ke-19, Kerajaan Britania Raya memiliki wilayah kekuasaan meliputi, pesisir timur Amerika Utara dan Amerika Tengah, sepertiga Benua Afrika, India, dan Benua Australia.

Namun seiring waktu, Britania Raya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti korupsi yang meraja lelas di dalam East India Company, Perang Dunia I, dan Perang Dunia II.

Pasca-PD II, sejumlah wilayah kekuasaaan Britania Raya di Kepulauan Pasifik, Afrika, dan Asia melakukan revolusi kemerdekaan yang melahirkan selusin lebih negara baru.

2. Kesultanan Ottoman menjadi Turki

Kekaisaran Ottoman

Kesultanan ini dibangun oleh Dinasti Ottoman dari Turki, sebuah suku besar yang memiliki cikal bakal sejarah sejak invasi Kekaisaran Mongolia ke Mediterania pada 700 Masehi.

Lewat gejolak kudeta, perang, dan konflik yang terjadi menahun, lahirlah Kesultanan Ottoman sekitar tahun 1380 yang didirikan oleh Sultan Osman Gazi. Ottoman membangun wilayah kekuasaannya dari bekas teritorial Kekaisaran Bizantium juga dikenal dengan Kerajaan Romawi Timur.

Dan, bertolak dari sana, kesultanan yang jadi cikal-bakal Turki modern itu mencaplok wilayah kekuasaan di seluruh perimeter pesisir pantai Semenanjung Mediterania, yang meliputi, Mesir, Aljazair, Tunisia, Bosnia, Herzegovina, Serbia, Albania, Rumania, Irak, Siprus, dan Bulgaria.

Seiring waktu, kesulyanan itu mengalami kemunduran krusial sejak menjadi pihak yang kalah pada Perang Dunia I. Hingga pada 1920, muncul Mustafa Kemal Attaturk, bapak bangsa Turki modern, yang melakukan revolusi terhadap dinasti Ottoman.

Pada tahun 1923, perjuangan Mustafa Kemal Attaturk membuahkan hasil setelah dirinya terpilih menjadi presiden pertama Republik Turki.

Munculnya Presiden Attaturk sebagai pemimpin Turki menandai runtuhnya monarki Ottoman, merdekanya sejumlah negara di pesisir Semenanjung Mediterania di Eropa, dan dicaploknya wilayah kekuasaan kerajaan Sultan Osman Gazi di Timur Tengah oleh Inggris dan Prancis.

3. Austro-Hungaria menjadi Austria

Kekaisaran Austro-Hungaria

Kekaisaran ini terbentuk dari gabungan dua wilayah kekuasaan, yakni Kekaisaran Austria dan Kekaisaran Hungaria. Keduanya menandatangani peleburan dua teritorial pasca kemenangan Kekaisaran Austria atau Kekaisaran Prusia pada Perang Tujuh Minggu 1866.

Pasca-peleburan, Kekaisaran Austro-Hungaria menikmati kejayaan di bidang ekonomi dan militer. Wilayah kekaisaran yang memiliki diversitas etnis yang tinggi menikmati kesejahteraan sepanjang Austro-Hungaria berdiri.

Namun, semua berubah sejak Archduke (Adipati) Franz Ferdinand dibunuh pada 1914. Peristiwa itu jadi salah satu faktor meletusnya Perang Dunia I.

Setelah konflik bersenjata berskala besar itu selesai, Kekaisaran Austro-Hungaria yang menelan kekalahan runtuh dan terpecah menjadi sejumlah negara, seperti Republik Cekoslovakia, Hungaria, Polandia, Yugoslavia, dan Austria. Kemudian, setelah Perang Dunia II meletus, sisa-sisa wilayah Kekaisaran Austro-Hungaria kembali pecah menjadi sejumlah negara kecil.

4. Kekaisaran Mongolia menjadi Mongolia

Kekaisaran Mongolia

Reputasi Bangsa Mongol sebagai penakluk dataran Eurasia sangat terkenal sepanjang sejarah. Pada masa kejayaannya, kekaisaran itu berhasil menaklukkan seluruh dataran Asia dan Rusia modern.

Kepemimpinan Gengis Khan dan Kublai Khan yang mumpuni, serta strategi militer yang ciamik, merupakan kunci kesuksesan Kekaisaran Mongolia. Teritorial mereka mencaplok wilayah Semenanjung Korea di timur hingga jauh ke timur Polandia dan Siberia di utara hingga India di selatan. Keruntuhan kekaisaran itu disebabkan oleh sengketa kepemimpinan, kehadiran Dinasti Ming dari China, dan revolusi sejumlah suku-suku lokal di pelosok wilayah. Kini, kekaisaran penguasa Eurasia itu menjadi Mongolia dengan luas wilayah hanya 1,5 juta km persegi.

5. Kekaisaran Romawi menjadi Seluruh Negara di Eropa Barat

Kekaisaran Romawi

Pada masa kejayaannya dan sebelum terpecah menjadi Barat dan Timur, Kekaisaran Romawi (27 SM - 395 M) merupakan penguasa dataran Eropa Barat, pesisir pantai utara Afrika, Mediterania, dan jauh hingga ke Persia (Irak -Iran). Kekaisaran itu menikmati masa kejayaannya dengan mengkombinasikan sistem pemerintahan monarki dan konstitusional. Kekuatan militer yang mumpuni membuat Kekaisaran Romawi mampu mengembangkan lebih luas lagi wilayah bekas kekuasaan Republik Romawi.

Kekuasaan kekaisaran itu berlangsung selama sekitar 300 tahun, sebelum akhirnya mengalami perpecahan akibat konflik politik, korupsi, dan kemunculan kekuatan gereja yang mendominasi kerajaan.

6. Kekaisaran Persia Achaemenid menjadi Iran dan Irak

Kekaisaran Persia Achaemenid

Kekaisaran yang didirikan oleh Cyrus the Great itu berdiri pada 550 SM dan melalui tahap perkembangan yang kompleks. Perkembangan itu ditandai dengan peleburan sejumlah kerajaan kecil yang terdiri dari bangsa Mesir Kuno, Babylonia, dan Lydia di Semenanjung Arab dan Timur Tengah.

Kepemimpinan Cyrus kala menjadi raja ketiga bangsa itu ternyata menuai popularitas. Karena, ia berhasil menyatukan bangsa berbeda latar-belakang melalui toleransi dan pengakuan terhadap agama minoritas. Sehingga, hal itu membuat Cyrus didukung oleh sejumlah pemimpin wilayah lokal yang menisbatkan dirinya sebagai Raja Persia.

Kepemimpinan Cyrus dilanjutkan oleh keturunannya, Darius, Xerxes, dan Artaxerxes selama sekitar 200 tahun. Namun, konflik politik dan perebutan kekuasaan menjadi akhir kekaisaran yang kini meliputi Semenanjung Arab, Israel, Lebanon, Yordania, Mesir, Turki, Yunani, Krimea, dan Iran itu.

Oct 24, 2017

Yohanes di Pulau Patmos

Pulau Patmos adalah sebuah pulau kecil di Laut Aegea. Pulau ini merupakan bagian dari kumpulan pulau-pulau Dodecanese di Yunani.

Banyak puing-puing bangunan di sana yang dapat membuktikan bahwa pada jaman dahulu, Pulau Patmos pernah padat penduduknya. Namun ketika jatuh ke tangan Romawi, para penduduknya pun meninggalkan pulau tersebut, dan akhirnya Pulau Patmos dijadikan tempat pengasingan bagi para pelanggar hukum dan terpidana.

Ketika itu, Kerajaan Romawi dipimpin oleh Kaisar Titus Flavius Domitianus yang memerintah dengan tangan besi. Kaisar Domitianus yang lebih dikenal dengan nama Domitian, barangkali adalah salah seorang kaisar yang tidak begitu terkenal. Namun di bawah pemerintahannya, dia berhasil membentuk dasar pemerintahan Romawi yang lebih kuat.

Dia tidak mempercayai siapa-siapa. Dia bahkan mempunyai cermin-cermin di setiap ruangan, agar setiap saat dia dapat mengetahui siapapun yang berada di belakangnya. Dia juga pernah mengasingkan istrinya sendiri karena anak mereka satu-satunya meninggal di usia yang muda.

Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, berada di Patmos karena setia mengabarkan Injil (Wahyu 1:9)

Pada tahun 95, rasul Yohanes ditangkap dan dibuang ke Patmos karena mengabarkan Injil. Domitian mengharuskan setiap orang memanggil dirinya  Dominus et Deus yang artinya  Tuhan dan Allah, sementara Injil mengatakan bahwa Tuhan Yesuslah  Tuhan dan Allah. Karena itu Kaisar Domitianus memerintahkan agar rasul Yohanes dibuang ke dalam wajan yang berisikan minyak yang mendidih. Akan tetapi, karena pertolongan Tuhan, rasul Yohanes tidak mengalami luka apapun juga. Maka satu-satunya cara untuk menyingkirkan rasul Yohanes adalah dengan mengasingkannya ke Pulau Patmos.

Oleh sebab itu, kita menjadi mengerti alasan mengapa rasul Yohanes menuliskan di Wahyu 1:9, bahwa dia berada di Pulau Patmos karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. Di sana, ia harus melakukan kerja paksa di siang hari. Pada malam harinya, ia tidur bersama-sama dengan para penjahat di pulau tersebut. Seperti itulah keadaan pada saat itu, yaitu di mana rasul Paulus mendengar suara yang nyaring seperti bunyi sangkakala, berkata: Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia. (Wahyu 1:10). Kitab inilah Kitab Wahyu yang sedang kita pelajari bersama setiap hari, agar kita tahu apa yang harus segera terjadi. Haleluya.

666

Salah satu bagian di Alkitab yang menarik banyak orang adalah tentang angka 666 - bilangan binatang - yang sering juga disebut sebagai simbol antikris. Kita bisa menemukan angka ini dalam Wahyu 13:18

"Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam."

Perhatikan kalimat yang ditulis oleh Rasul Yohanes di atas karena sangat penting, Yohanes mengatakan bahwa kita harus "menghitung" bilangan itu, artinya bahwa ada makna dibalik angka tersebut. Bagaimana cara menghitungnya?

Simbolisasi angka

Salah satu pilihan untuk mengungkap misteri Alkitab adalah gematria. Gematria adalah sebuah sistem tradisional Yahudi-Babylonia-Yunani untuk menghitung nilai huruf pada suatu kata atau frasa, dengan keyakinan bahwa kata-kata atau frasa-frasa bernilai sama mempunya hubungan tertentu satu sama lain.

Banyak orang menganggap sistem tersebut banyak spekulasinya, namun bagi masyarakat Yahudi dan Yunani kuno huruf alfabet biasanya juga mewakili angka. Sebagai contoh jumlah 153 ikan pada kisah di Yohanes 21:11 bisa diterjemahkan sebagai simbol kuno gereja, tubuh kristus. Bahasa Yunani untuk burung dara, memiliki nilai angka sebagai yang pertama dan terakhir dari alfabet Yunani, hal ini menyimbolkan Alfa dan Omega (Wahyu 1:8).

Menghitung 666

Ketika bicara angka 666, salah satu penjelasan yang diberikan ahli gematria adalah angka tersebut mewakili Kaisar Nero. Nama Kaisar Neron dalam huruf Yunani jika dijumlah adalah 1.005, tetapi jika nama itu diterjemahkan dalam bahasa Ibrani maka hurufnya adalah nrwn qsr, dan jika dijumlahkan adalah 666. Kaisar Nero juga masuk dalam jumlah angka "binatang" (616) yang muncul dalam beberapa ayat di Perjanjian Baru. Beberapa ahli berpikir bahwa Yohanes mengarah kepada Nero Redivivus yang memiliki mitos bahwa kaisar tersebut akan bangkit dari kubur untuk menghancurkan ke-Kristenan.

Walau demikian ada banyak masalah dalam sistem penghitungan gemetria ini yang masih belum disepakati oleh para ahli Alkitab.

Sudoku Purbakala

Ini adalah kemungkinan lainnya: 666 adalah sebuah kotak ajaib. Sejak jaman perbakala para ahli filosofi dan matematika sangat terkesan dengan angka 1 hingga 36 bisa atur menjadi sebuah kotak segi empat yang tiap barinya dan diagonal dapat dijumlah menjadi angka yang sama (prinsip yang sama dengan Sudoku moderen). Satu kotak memiliki empat baris dan dua diagonal yang jika keseluruhannya di jumlah menjadi 111. Enam baris 111=666. Setiap kotak ajaib dalam budaya Ibrani dan Yunani kuno berhubungan dengan mahluk roh. Dalam hal ini angka 666 mengarah kepada matahari, yang ada hubungannya dengan Dewa Zeus, dewa tertinggi dalam mitologi Yunani.

Zeus juga berhubungan dengan Baal, agama orang Kanaan pada jaman Israel kuno. Jadi "binatang" dalam kitab Wahyu bisa diartikan berhubungan dengan "Baal-Shamem", penguasa kegelapan pada jaman Perjanjian Lama. Jadi banyak ahli menyimpulkan bahwa angka 666 ini berhubungan dengan akan munculnya kuasa kegelapan yang akan berkuasa.

Jadi, pada akhirnya kita tidak bisa tahu dengan pasti apa maksud dari angka 666. Namun yang pasti semua yang dituliskan oleh Rasul Yohanes adalah sebuah peringatan bagi Gereja Tuhan, yaitu kita yang percaya kepada Yesus Kristus untuk mempersiapkan diri seperti ilustrasi Gadis Bijaksana yang disampaikan Yesus, sehingga kapanpun saatnya tiba, kita siap untuk pulang ke rumah Bapa, baik kita melihat dan mengalami sendiri pengangkatan ataupun setelah kita mati dan dibangkitkan untuk bersama-sama menyambut Anak Allah yang Hidup memerintah.

Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga. ~ Matius 24:44

Kota tujuh jemaat di dalam kitab Wahyu

Letak kota tujuh jemaat di dalam kitab wahyu - dimana pada saat ini merupakan wilayah negara Turki
Peta Anatolia Barat (dahulu termasuk Asia Kecil - sekarang menjadi wilayah Negara Turki) menunjukkan pulau Patmos dan tujuh kota yang disebutkan dalam Kitab Wahyu.
Tujuh Jemaat di Asia Kecil, juga dikenal sebagai Tujuh Jemaat di Asia (bahasa Inggris: The Seven Churches of Revelation, The Seven Churches of the Apocalypse atau The Seven Churches of Asia) merupakan tujuh gereja di Provinsi Romawi, Asia, (meliputi wilayah Asia Kecil, bukan seluruh benua Asia) yang disebutkan dalam Kitab Wahyu Pasal 1, 2 dan 3. Yohanes sedang berada di pulau Patmos dalam pembuangan atas perintah Kekaisaran Romawi karena mengajarkan iman Kristen. Ketika di sana ia mendapatkan penglihatan di mana ia melihat dan mendengar Yesus Kristus berbicara kepadanya dan memerintahkannya untuk menulis surat kepada tujuh jemaat. Ke tujuh jemaat itu adalah:

1. EFESUS (EPHESOS)

Ephesos (bahasa Yunani kuno Ἔφεσος, Ephesos; bahasa Turki Efes) atau Efesus adalah kota Yunani kuno, dan di kemudian hari menjadi kota Romawi, di pesisir barat Asia Kecil, dekat Selçuk modern, Provinsi Izmir, Turki. Kota ini adalah salah satu dari dua belas kota anggota Liga Ionia pada masa Yunani Klasik. Pada masa Romawi, selama bertahun-tahun kota ini menjadi kota kedua terbesar di Romawi setelah kota Roma. Ephesos memiliki populasi sejumlah lebih dari 250.000 orang pada abad ke-1 SM, yang ketika itu menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di dunia.

Kota ini dulunya terkenal karena adanya "Kuil (dewi) Artemis" (Temple of Artemis; selesai dibangun pada tahun 550 SM), salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Kaisar Konstantin I membangun kembali hampir keseluruhan kota ini dan mendirikan tempat-tempat mandi umum yang baru. Berdasarkan surat perintah "Edik Tesalonika" (Edict of Thessalonica) dari kaisar Theodosius I, kuil itu dihancurkan oleh massa yang dipimpin oleh St. Yohanes Krisostomus.Kota ini sebagian hancur akibat gempa bumi pada tahun 614 M. Pentingnya kota ini sebagai pusat perdagangan menurun karena pelabuhannya lambat laun ditumpuki oleh endapan sungai Cayster (Küçük Menderes).
Efesus adalah salah satu dari tujuh Jemaat di Asia Kecil yang disebutkan dalam Kitab Wahyu kepada Yohanes. Diduga Yohanes menulis Injilnya di kota ini.Pada abad ke-5 kota ini menjadi tempat pertemuan besar orang Kristen, yang disebut "Konsili", salah satu yang terkenal adalah "Konsili Efesus".

2. SMIRNA (SMYRNA)

Smirna (bahasa Yunani Kuno: Σμύρνη or Σμύρνα, Smyrna) adalah kota kuno yang terletak di bagian tengah dan strategis di pantai Laut Aegea dari wilayah Anatolia. Karena kondisi pelabuhan yang menguntungkan, mudahnya dipertahankan dan hubungan darat yang bagus, kota Smirna berkembang menjadi penting. Lokasinya sekarang ini terletak di dalam daerah kota modern İzmir, Turki.

Ada dua lokasi bekas kota ini. Yang bertama dibangun dan menjadi besar pada masa Archaic Yunani sebagai pemukiman kuno orang Yunani di bagian Anatolia barat. Yang kedua, landasannya dihubungkan dengan Aleksander Agung, menjadi kota metropolitan pada masa Kekaisaran Romawi. Kebanyakan reruntuhan yang ditemukan sekarang ini berasal dari zaman Romawi, yaitu setelah gempa bumi di abad ke-2 M.
Sebagai salah satu kota Romawi penting di provinsi Asia, Smirna bersaing dengan kota Efesus dan Pergamum untuk gelar "Kota Paling Utama di Asia."

Sebuah gereja Kristen berdiri di sini sejak awal sekali, mungkin bertumbuh dari koloni orang Yahudi. Merupakan salah satu dari "tujuh jemaat di Asia" yang disebutkan namanya dalam Kitab Wahyu. Santo Ignatius dari Antiokhia mengunjungi Smirna dan kemudian menulis surat-surat kepada uskupnya, Polikarpus. Gerombolan orang Yahudi dan Yunani menyebabkan Polikarpus mati syahid pada tahun 153 M. Ireneus, yang pernah mendengarkan Polikarpus ketika masih kecil, nampaknya berasal dari Smirna. Penduduk kota lain yang terkenal dan dari zaman yang sama adalah Aelius Aristides.

Polycrates melaporkan pergantian uskup-uskup termasuk Polikarpus dari Smryna, maupun yang lain di kota-kota terdekat misalnya Melito di Sardis.

3. PERGAMUS (PERGAMON)

Pergamum atau Pergamon (Yunani: Πέργαμος, kini Bergama di Turki) adalah sebuah kota Yunani Kuno, di Mysia, sebelah barat laut Anatolia, 16 mil dari Laut Aegea, terletak di ujung sisi utara sungai Caicus (kini Bakırçay).
Pergamum memiliki perpustakaan terbaik pada saat peradaban Yunani kuno setelah perpustakaan di Alexandria, Mesir.
Di dekat kota terdapat tempat pemujaan Asclepius, dewa penyembuhan. Di sini, orang dengan masalah kesehatan dapat berendam di mata air suci, dan kelak di mimpi pasien, Asclepius akan datang dan memberi tahu bagaimana cara penyembuhannya.
Pada abad pertama, gereja Kristen di Pergamum disebutkan sebagai salah satu dari tujuh gereja pada kitab Wahyu (Wahyu 1:11).

4. TIATIRA (AKHISAR)

Tiatira (Thyateira atau Thyatira) adalah sebuah kota kuno Yunani yang sekarang ini adalah kota modern Akhisar ("kastil putih"; "white castle") di negara Turki. Nama kuno ini berasal dari bahasa Yunani Koine "Θυάτειρα" (Thuateira). Terjemahan bahasa Turki yang setara dengan Thyateira adalah Tepe Mezarlığı, artinya "kuburan bukit" (hill graveyard). Terletak di bagian barat Turki, sebelah selatan Istanbul dan ke arah timur dari Athena. Berjarak sekitar 50 mil (80 km) dari Laut Tengah

Kota ini mula-mula dikenal sebagai Pelopia (bahasa Yunani: Πελοπία), tetapi dinamai Thyateira (Θυάτειρα) oleh raja Seleucus I Nicator pada tahun 290 SM. Ia sedang berperang melawan Lysimachus ketika mendengar bahwa istrinya melahirkan seorang putri. Menurut Stephanus of Byzantium, ia menyebut kota ini "thuateira" dari kata Yunani "θυγατήρ", "θυγατέρα" (thugater, thugatera), artinya "anak perempuan", meskipun kemungkinan juga adalah nama Lydia kuno. Dalam zaman kuno, Tiatira terletak di perbatasan antara Lydia dan Mysia. Terkenal karena industri pewaranaan kain dan pusat dari perdagangan pewarna Indigo (ungu). Di antara reruntuhan kota kuno, terdapat tulisan-tulisan yang berhubungan dengan organisasi pembuat warna di kota itu. Diketahui ada lebih banyak organisasi (guild) di Tiatira daripada kota-kota lain di provinsi Romawi Asia. Tulisan-tulisan itu menyebutkan antara lain: pengerja kain wol, kain lenan, pembuat baju luar, pewarna kain, pengerja kulit, penyamak kulit, tukang periuk, pembuat roti, pedagang budak dan pengerja perunggu.

Dalam zaman gereja Kristen mula-mula di abad pertama Masehi, Tiatira adalah tempat gereja penting yang disebut sebagai salah satu dari tujuh gereja di Asia dalam kitab Wahyu kepada Yohanes.Menurut kitab tersebut, seorang wanita yang disebut "Izebel" dan menyebut dirinya seorang nabiah, mengajar dan menyesatkan orang Kristen di Tiatira untuk berbuat mesum dan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala.

Rasul Paulus dan Silas mungkin saja mengunjungi Tiatira dalam perjalanannya yang kedua atau ketiga, meskipun tidak ada bukti kuat, selain dicatat bahwa mereka melalui sejumlah kota-kota yang tidak disebut namanya di daerah itu dalam perjalanannya yang kedua. Ketika pertama kalinya sampai di kota Filipi, Paulus dan Silas tinggal di tempat seorang perempuan bernama Lidia, penjual kain ungu dari Tiatira, yang beserta seluruh keluarganya merupakan orang Kristen pertama di tempat itu. Perempuan itu terus menolong mereka ketika dipenjarakan dan sampai dilepaskan.

Pada tahun 366, sebuah pertempuran yang dikenal sebagai "battle of Thyatira" terjadi di dekan Thyateira, di mana tentara kaisar Romawi, Valens, mengalahkan pasukan pemberontak bernama Procopius. Pada tahun 1922, Patriarkh Konstantinopel menunjuk seorang Eksarkh untuk Eropa Barat dan Tengah dengan gelar "Uskup Tiatira" (Archbishop of Thyateira). Uskup yang sekarang (sejak tahun 1988) adalah Gregorios Theocharous. Uskup Tiatira tinggal di London dan mempunyai tanggung jawab pastoral untuk Gereja Ortodoks Timur (Ortodoks Yunani) di Britania Raya.

5. SARDIS (SARDES)

Sardis atau Sardes (bahasa Lydia: Sfard; bahasa Yunani: Σάρδεις, Sardeis; bahasa Persia: سارد, Sārd) adalah kota kuno di tempat yang kini mejadi Sart modern (Sartmahmut sebelum 19 Oktober 2005) di Provinsi Manisa di Turki. Sepanjang sejarahnya, Sardis merupakan kota yang penting. Kota ini adalah ibukota kuno kerajaan Lydia, kota penting di Kekasiaran Persia, kota tempat prokonsul di Kekaisaran Romawi, dan kota besar di provinsi Lydia di Kekaisaran Bizantium.
Sebagai salah satu dari Tujuh gereja di Asia, kota ini disebut dalam Kitab Wahyu 3:1). Kota ini menjadi penting antara lain karena kekuatan militernya, letaknya yang terletak di jalur menuju pesisir Aigea, dan karena memiliki tanah subur di Hermus.

6. FILADELFIA (ALASEHIR)

Alaşehir (Pengucapan bahasa Turki: [aˈɫaʃehiɾ]), dalam zaman kuno sampai Abad Pertengahan dikenal dengan nama Filadelfia (bahasa Inggris: Philadelphia; bahasa Yunani: Φιλαδέλφεια), artinya "(kota) kasih sayang persaudaraan", sekarang adalah sebuah kota dan distrik di Provinsi Manisa, di daerah Aegea, negara Turki. Terletak di lembah Kuzuçay (Cogamus, pada zaman kuno), di kaki gunung Bozdağ (gunung Tmolus pada zaman kuno). Kota ini dihubungkan dengan kota İzmir dengan sebuah jalur kereta api sepanjang 105 km (65 mil). Walikota yang menjabat lama adalah Gökhan Karaçoban.

Dataran tinggi di wilayah ini dipenuhi tanah luas dan subur dari sungai Gediz, (nama kuno: Hermus)) yang memberikan pemandangan luar biasa. Terdapat beberapa mesjid dan gereja Kristen. Juga ada sejumlah industri kecil dan pusat perdagangan. Dari salah satu sumber mata air mineral keluarlah air yang bermuatan tinggi yang terkenal di seluruh Turki.

Di Turki, kota ini dikenal sebagai penghasil kismis dari anggur Sultana. Namun, pasaran buah-buahan segar, yang membutuhkan penanganan lebih sedikit daripada pengeringan buah, menanjak ketenarannya dalam dekade-dekade terakhir. Ketika masih bernama Filadelfia, kota ini merupakan pusat kekristenan penting pada zaman gereja mula-mula (abad pertama M) dan terus sampai ke periode Kekaisaran Bizantin. Sampai sekarang, tempat ini tetap dianggap sebagai titular see Gereja Katolik.

Alaşehir mungkin salah satu kota pertama dengan nama "Filadelfia". Didirikan pada tahun 189 SM oleh Raja Eumenes II dari Pergamon (197-160 SM). Eumenes II menamai kota ini karena kasihnya pada saudara laki-lakinya, yang kelak menggantikannya, Attalus II (159-138 SM), yang kesetiaannya menyebabkan Ia diberi julukan, "Philadelphos", arti harafiahnya "orang yang mengasihi saudara laki-lakinya". Karena tidak memiliki ahli waris, Attalus III Philometer, raja terakhir dari dinasti Attalid di Pergamum, menyerahkan kerajaannya, termasuk kota Filadelfia, kepada sekutunya, Kerajaan Romawi, pada waktu Ia meninggal pada tahun 133 SM. Roma membentuk Provinsi Asia pada tahun 129 SM dengan menggabungkan Ionia dan bekas wilayah Kerajaan Pergamum.

Filadelfia berada dalam distrik administratif Sardis (Pliny NH 5.111). Pada tahun 17 M, kota ini rusak berat akibat gempa bumi, sehingga Kaisar Tiberius memberi keringanan tidak usah membayar pajak (Tacitus Annales 2.47, cf. Strabo 12.8.18, 13.4.10, John Lydus de mensibus 4.115). Sebagai balasan, kota itu memberikan berbagai penghormatan kepada Tiberius. Bukti dari mata uang logam menunjukkan bahwa Caligula pernah membantu kota ini. Di bawah pemerintahan Vespasian, Filadelfia menerima cognomen-nya, Flavia. Di bawah Caracalla, Filadelfia menjadi tempat berdirinya satu kultus imperial; mata uang logamnya bertuliskan Neokoron (arti harafiahnya, "penyapu kuil"/"temple-sweeper"--pengurus kuil). Sebuah teater kecil berada di pinggiran utara bukit Toptepe Hill, merupakan apa yang tersisa dari kota ini pada zaman Romawi.
Meskipun sejumlah kota kuno juga bernama Filadelfia, kota yang sekarang bernama Alaşehir ini jelas adalah salah satu dari tujuh kota di Asia Kecil yang disebutkan oleh Yohanes (pada waktu di pulau Patmos) dalam tiga pasal pertama kitab tulisannya, Wahyu kepada Yohanes. Filadelfia adalah kota keenam dari tujuh kota yang dikirimi surat oleh Yohanes. Bagian surat yang secara khusus ditujukan kepada jemaat gereja di Filadelfia tercantum dalam Wahyu 3:7.

7. LAODIKIA (LAODICEA)

Laodikia atau Laodikea di tepi sungai Lycus (bahasa Yunani: Λαοδίκεια πρός τοῦ Λύκου; bahasa Latin: Laodicea ad Lycum; bahasa Inggris: Laodicea on the Lycus, juga ditransliterasi menjadi Laodiceia atau Laodikeia, dahulu juga dikenal sebagai Diospolis dan Rhoas; bahasa Turki: Laodikya) adalah kota metropolitan kuno di Phrygia Pacatiana (juga diatribusikan ke Caria dan Lydia), yang dibangun di tepi sungai Lycus (Çürüksu), di Anatolia dekat desa modern Eskihisar (Eski Hissar), Denizli, Turki.

Laodikea terletak di perbukitan memanjang yang diapit oleh dua lembah sempit sungai Asopus dan Caprus, yang bermuara ke sungai Lycus. Kota ini semula disebut Diospolis, "Kota Zeus", dan kemudian Rhodas, dan Laodikea, dikatakan didirikan oleh Antiokhos II Theos, pada tahun 261-253 SM, untuk menghormati istrinya Laodice, kemungkinan di lokasi kota tua sebelumnya. Kira-kira 17 km di sebelah barat Kolose, 10 km di selatan Hierapolis, sekitar 160 km di timur Efesus dan, menurut Strabo, berada di jalan utama. Terletak di daerah Phrygia, meskipun beberapa penulis purba menempatkannya di wilayah provinsi lain – tidak heran mengingat batas-batas wilayah ini sering tidak jelas dan tidak konsisten – misalnya Ptolemaeus dan Philostratus menyebutnya kota di daerah Caria, sedangkan Stefanus dari Byzantium (s. v.) menulis termasuk ke dalam wilayah Lydia.

Pada tahun 220 SM, Jenderal Achaeus menjadi rajanya. Kemudian tahun 188 SM, di bawah kekuasaan Kerajaan Pergamon, dan setelah 133 SM dikuasai oleh Kekaisaran Romawi.

Oct 8, 2017

Herodes

Herodes adalah nama dari sejumlah anggota dari Dinasti Herodes dari Yudea di Romawi Kuno:
Herodes yang Agung (sekitar 74–4 SM), raja Yudea. Ia membangun kembali Bait Suci Kedua di Yerusalem dan digambarkan sebagai yang memerintahkan pembunuhan anak-anak bayi dalam Injil Matius.
Herodes Arkhelaus (23 SM–sekitar 18 M), etnarkh Samaria, Yudea, dan Idumea.
Herodes Antipas (20 SM–sekitar 40 M), tetrarkh Galilea dan Perea, namanya disebutkan dalam Kis.4:27. Ia digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai orang yang memerintahkan pembunuhan Yohanes Pembaptis dan mengejek Yesus sebelum kematiannya.
Agripa I (sekitar 10 SM– 44 M), raja Yudea, yang disebut "raja Herodes" atau "Herodes" dalam Kisah Para Rasul pasal 12.
Herodes II, kadang disebut Herodes Filipus I, ayah dari Salome
Herodes Filipus II (4 SM– 34 M), tetrarkh Ituraea dan Trakhonitis.
Herodes III (41-48), saudara Agripa I dan raja Kalsis dari 41 hingga 48.
Agripa II (27–100), tetrarkh Kalsis, kadang-kadang disebut "Herodes".
Herodes Atticus (101-177)

Agripa II

Agripa II (27 M - 100 M), anak Agripa I, (seperti ayahnya awalnya juga bernama Marcus Julius Agripa), adalah raja ketujuh dan terakhir dari keluarga Herodes Agung, sehingga terakhir dari Herodian. Saudara-saudara perempuannya bernama Bernike dan Drusila (istri kedua dari prokurator Romawi Antonius Feliks). Dia kadang-kadang juga disebut Herodes Agripa II.

Kehidupan

Menurut Photios I dari Konstantinopel, Agripa mati tanpa mempunyai anak pada usia 70 tahun, yaitu tahun ke-3 pemerintahan Kaisar Romawi Trajan, tahun 100 M, tetapi pernyataan sejarawan Flavius Yosefus (37-100), ditambah dengan epigrafi pada zaman yang sama dari kerajaannya, menimbulkan keraguan atas tahun 100 ini. Pakar modern lebih meyakini bahwa Agripa mati sebelum tahun 93/94. Ia merupakan pemimpin terakhir dari dinasti Herodes.
Menurut catatan Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru, rasul Paulus disidang di hadapannya dan saudara perempuannya, Bernike, atas undangan prokurator Perkius Festus di kota Kaisarea (Maritima), sekitar tahun 59 M.
Ia dikenal dekat dengan sejarawan Flavius Yosefus, dan turut memberikan informasi untuk karya Yosefus, Antiquitates Iudaicae. Yosefus menyimpan dua surat yang diterimanya dari raja itu.

Agripa I

Agripa I (10 SM - 44 M) merupakan penguasa Yudea, cucu dari Herodes Agung, dan anak dari Aristobulus IV dan Bernike. Nama aslinya adalah Marcus Julius Agrippa, dan dia adalah raja yang disebut Herodes dalam Kisah Para Rasul 12, "Herodes (Agripa)" (Ἡρώδης Ἀγρίππας). Menurut Josephus, ia dikenal sebagai "Agripa Agung" pada zamannya. Ia menyuruh bunuh rasul Yakobus dan memenjarakan rasul Petrus.

Menjadi raja atas Yudea dan Samaria

Setelah kaisar Romawi Caligula mati dibunuh pada tahun 41, nasihat Agrippa membantu pemasukan pengangkatan Claudius sebagai kaisar penerusnya. Sebagai hadiah, Claudius memberi Agrippa kekuasaan atas Yudea dan Samaria, sementara kerajaan Khalkis di Libanon, atas permintaannya diberikan kepada saudara laki-lakinya Herodes. Dengan demikian Agrippa menjadi seorang penguasa yang paling berkuasa di timur; wilayahnya melebihi daerah kakeknya, Herodes Agung.

Pembangunan

Di kota Berytus ia membangun sebuah teater dan amfiteater, tempat permandian, dan portiko. Ia membangun dengan kemegahan yang sama kota-kota Sebaste, Heliopolis dan Kaisarea. Kecurigaan Claudius menghalanginya untuk menyelesaikan benteng yang dimulainya di sekeliling Yerusalem. Persahabatannya banyak diminta oleh penguasa-penguasa negara tetangga, beberapa di antara mereka ditempatkannya di Tiberias, yang membuat Claudius merasa kurang senang.

Pemerintahan dan Kematian

Menurut catatan sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100), Agrippa kembali ke Yudea dan memerintah sesuai keinginan orang Yahudi. Ia bekerja giat demi Yudaisme, yang juga dicatat oleh para rabbi. Akibatnya, perjalanannya melewati Aleksandria sekitar tahun 40 menimbulkan kerusuhan anti-Yahudi. Dengan risiko nyawanya sendiri, ia memohon kepada Caligula demi orang Yahudi, ketika kaisar itu berencana mendirikan patungnya di dalam Bait Suci di Yerusalem beberapa waktu sebelum kematiannya tahun 41. Berkat upaya Agrippa, Caligula membatalkan rencananya, sehingga Bait Suci tidak tercemar.

Setelah hari Paskah Yahudi tahun 44, Agrippa pergi ke Kaisarea Maritima, di mana ia mengadakan pertandingan olahraga untuk menghormati Claudius. Di tengah-tengah perayaan itu, ia tiba-tiba mengalami rasa sakit luar biasa di dada dan perutnya, kemudian mati lima hari kemudian. Yosefus juga mencatat bagaimana saudara laki-laki Agrippa, raja Herodes dari Khalkis, dan Helcias menyuruh Aristo untuk membunuh Silas, musuh Agrippa.

Yom Kippur

Yom Kippur (יום כיפור yom kippūr) atau Hari Pendamaian (hari grafirat) adalah hari yang dianggap paling suci dalam agama Yahudi. Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Tisyri dalam kalender Yahudi. Walaupun disebut perayaan, sebenarnya dilakukan puasa selama 25 jam, dihitung dari terbenamnya matahari. Pengecualian diberikan kepada mereka yang sakit dan anak-anak. Dasar penyelenggaraan perayaan ini berasal dari Pentateukh. Hari raya ini adalah satu-satunya dalam hari raya Yahudi yang tidak ditunda apabila berbenturan dengan hari Sabat.

Pelaksanaan pada masa lampau

Tidak banyak catatan mengenai pelaksanaan festival ini pada masa Bait Allah yang pertama, namun ada materi-materi mengenai perayaan Yom Kippur pada masa Bait Allah yang kedua.
Pada masa itu, Yom Kippur terbagi atas dua bagian perayaan. 2 hal terpenting dalam perayaan ini adalah dua ekor lembu (atau kambing) yang dikebiri. Lembu pertama digunakan sebagai kurban penghapus dosa dan lembu lainnya digunakan sebagai kurban bakaran dan dipilih "tugasnya" dengan cara diundi terlebih dahulu.
Bagian pertama adalah pelayanan persembahan korban yang dilakukan di Bait Allah., ketika Imam Besar melakukan pengakuan dosa di depan seluruh umat Israel. Lalu,lembu yang jatuh menjadi kurban bakaran disembelih. Penyembelihan ini dilakukan oleh Imam Besar dan para Imam dari suku Lewi. Puncak dari bagian ini adalah ketika ia masuk ke dalam Ruang Mahakudus mengenakan pakaian dari linen berwarna putih dan mencipratkan darah dari korban persembahan dan menyalakan dupa.
Pada bagian kedua dalam perayaan ini, hewan kedua tidak disembelih, melainkan dicerca, dihina, dan dikutuki oleh seluruh umat Israel sebelum dilepaskan oleh seseorang yang sudah dipilih. Hal ini melambangkan diangkutnya seluruh dosa umat Israel ke padang pasir.

Pelaksanaan Masa Kini

Penekanan dari perayaan ini terletak pada pengakuan dosa. Perhiasan-perhiasan tidak boleh dipakai pada masa ini, setidaknya di dalam Sinagoge. Selain itu, ada kebiasaan untuk terus berada di dalam Sinagoge selama perayaan ini berlangsung.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan selama hari raya ini :
  • Berfokus pada pertobatan diri sendiri.
  • Memperbanyak amal dan melakukan perbuatan baik.
  • Membaca kisah-kisah yang menginspirasikan untuk bertobat.
  • Sebaiknya tidak menggunakan banyak waktu untuk belajar mussar, walaupun dianjurkan untuk mempelajarinya setiap hari.
  • Mempelajari mengenai doa-doa untuk memahami maknanya.
  • Pengakuan dosa tdiak dilakukan hanya untuk dosa-dosa besar, namun juga dosa-dosa kecil dan bahkan kelakuan-kelakuan yang tidak kita yakin apakah itu dosa ataukah tidak.
  • Menuliskan komitmen mereka untuk satu tahun ke depan dan melihat apakah mereka sudah melakukan apa yang mereka komitmenkan selama setahun.
Selain itu, ada hal-hal yang pantang dilakukan selama perayaan ini berlangsung :
  • Tidak diperkenankan untuk makan dan minum. Umat harus berpuasa.
  • Tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual.
  • Tidak diperbolehkan untuk melakukan perminyakan.
  • Tidak diperbolehkan untuk mengenakan sepatu yang terbuat dari kulit.
  • Segala pantangan lainnya yang berlaku pada hari Sabat juga berlaku pada hari ini.

Oct 3, 2017

Aleksander Agung

Aleksander III dari Makedonia (20/21 Juli 356 – 10/11 Juni 323 SM), lebih dikenal sebagai Aleksander Agung (bahasa Yunani: Μέγας Ἀλέξανδρος, Mégas Aléxandros) atau Iskandar Agung, adalah raja Kekaisaran Makedonia (bahasa Yunani: 'Βασιλεύς Μακεδόνων'), sebuah negara di daerah timur laut Yunani. Pada usia tiga puluh tahun, dia memimpin sebuah kekaisaran terbesar pada masa sejarah kuno, membentang mulai dari Laut Ionia sampai pegunungan Himalaya. Dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran dan dianggap sebagai komandan perang terhebat sepanjang masa.Aleksander lahir di Pella pada 356 SM dan merupakan murid seorang filsuf terkenal, Aristoteles. Pada tahun 336 SM Aleksander menggantikan ayahnya, Filipus II dari Makedonia, sebagai pemimpin Makedonia setelah ayahnya dibunuh oleh pembunuh gelap. Filipus sendiri telah menaklukkan sebagian besar negara-kota di daratan utama Yunani ke dalam hegemoni Makedonia, melalui militer dan diplomasi.

Setelah kematian Filipus, Aleksander mewarisi kerajaan yang kuat dan pasukan yang berpengalaman. Dia berhasil mengukuhkan kekuasaan Makedonia di Yunani, dan setelah otoritasnya di Yunani stabil, dia melancarkan rencana militer untuk ekspansi yang tak sempat diselesaikan oleh ayahnya. Pada tahun 334 SM dia menginvasi daerah kekuasaan Persia di Asia Minor dan memulai serangkaian kampanye militer yang berlangsung selama sepuluh tahun. Aleksander mengalahkan Persia dalam sejumlah pertempuran yang menentukan, yang paling terkenal antara lain Pertempuran Issus dan Pertempuran Gaugamela. Aleksander lalu menggulingkan kekuasaan raja Persia, Darius III, dan menaklukkan keseluruhan Kekasiaran Persia (Kekasiaran Akhemeniyah).

Kekaisaran Makedonia kini membentang mulai dari Laut Adriatik sampai Sungai Indus.

Karena berkeinginan mencapai "ujung dunia", Aleksander pun menginvasi India pada tahun 326 SM, namun terpaksa mundur karena pasukannya nyaris memberontak. Aleksander meninggal dunia di Babilonia pada 323 SM, tanpa sempat melaksakan rencana invasi ke Arabia. Setelah kematian Aleksander, meletuslah serangkaian perang saudara yang memecah-belah kekaisarannya menjadi empat negara yang dipimpin oleh Diadokhoi, para jenderal Aleksander. Meskipun terkenal karena penaklukannya, peninggalan Aleksander yang bertahan paling lama bukanlah pemerintahannya, melainkan difusi budaya yang terjadi berkat penaklukannya.

Berkat penaklukan Aleksander, muncul koloni-koloni Yunani di daerah timur yang berujung pada munculnya budaya baru, yaitu perpaduan kebudayaan Yunani, Mediterrania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan Peradaban Hellenis atau Hellenisme. Aspek-aspek Hellenis tetap ada dalam tradisi Kekaisaran Bizantium sampai pertengahan abad 15. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang. Aleksander menjadi legenda sebagai pahlawan klasik dan diasosiasikan dengan karakteristik Akhilles. Aleksander juga muncul dalam sejarah dan mitos-mitos di Yunani maupun di luar Yunani. Aleksander menjadi pembanding bagi para jenderal bahkan hingga saat ini dan banyak Akademi militer di seluruh dunia yang mangajarkan siasat-siasat pertempurannya.

Aleksander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasarkan namanya, seperti Aleksandria atau Aleksandropolis. Salah satu dari kota bernama Aleksandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.

Walaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia mampu membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya. Pada saat ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Aleksander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia). Gelar yang Agung atau Agung di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilannya menaklukkan wilayah yang sangat luas.

Kehidupan awal

Aleksander dilahirkan pada tanggal 20 (atau 21) Juli 356 SM, di Pella, ibu kota Kekaisaran Makedonia di Yunani Kuno. Dia terlahir sebagai putra Filipus II, Raja Makedonia. Ibunya adalah istri keempat Filipus, Olympias, putri Neoptolemos I, raja Epiros. Meskipun Filipus memiliki tujuh atau delapan istri ketika itu, namun Olympias adalah istrinya yang paling utama, barangkali karena dia yang melahirkan Aleksander.

Sebagai anggota Wangsa Argead, Aleksander mengklaim diri sebagai keturunan Herakles melalui Karanos dari Makedonia. Dari pihak ibunya dan Aiakid, dia mengklaim diri sebagai keturunan Neoptelemos, putra Akhilles. Keponakan kedua Aleksander adalah jenderal Pyrrhos dari Epiros, yang oleh Hannibal dianggap sebagai komandan sehebat Aleksander atau kedua terhebat setelah Aleksander.

Menurut biografer Yunani kuno, Plutarch, Olympias, pada malam pernikahannya dengan Filipus, bermimpi bahwa rahimnya disambar petir, yang memicu semburan api yang menyebar sampai "jauh dan luas" sebelum padam. Beberapa waktu sebelum pernikahan, dikatakan bahwa Filipus bermimpi melihat dirinya menyegel rahim istrinya dengan menggunakan segel berukir singa. Plutarch mengajukan sejumlah penafsiran tentang mimpi-mimpi itu: bahwa Olympia telah hamil sebelum menikah, ditunjukkan dengan penyegelan rahimnya; atau bahwa ayah Aleksander adalah Zeus. Para sejarawan ada yang berpendapat bahwa Olympias yang ambisius membesar-besarkan cerita mengenai silsilah dewa Aleksander, yang lain berpendapat Olympias memberitahu Aleksander.

Pada hari kelahiran Aleksander, Filipus sedang bersiap-siap untuk mengepung kota Potidea di semenanjung Chalcidike. Pada hari yang sama, Filipus mendapat kabar bahwa jenderalnya Parmenion telah mengalahkan pasukan gabungan Illyria dan Paionia, dan bahwa kuda-kudanya telah memenangkan Olimpiade. Dikatakan pula bahwa pada hari itu, Kuil Artemis di Ephesos salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno-terbakar. Hegesias dari Magnesia berkata bahwa kuil itu terbakar karena dewi Artemis menghadiri kelahiran Aleksander.

Masa anak-anak

Pada usia-usia awal, Aleksander diasuh oleh susternya, Lanike, saudari Kleitos si Hitam, calon sahabat dan jenderal Aleksander pada masa depan. Pada masa anak-anak, Aleksander belajar pada Leonidas yang disiplin, seorang kerabat ibunya. Aleksander juga berguru pada Lysimakhos. Aleksander dbesarkan sebagai bangsawa muda Makedonia, dia belajar membaca, bermain lira, bertarung, dan berburu.

Ketika Aleksander berusia sepuluh tahun, seorang pedagang kuda dari Thessalia menawarkan seekor kuda pada Filipus. Kuda tersebut diberi harga senilai tiga belas talen. Kuda itu tidak mau ditunggangi oleh siapapun, dan Filipus memerintahkannya untuk dibawa pergi. Akan tetapi, Aleksander berkata bahwa rasa takut kuda itu adalah bayangannya sendiri dan meminta kesempatan untuk memunggangi kuda itu. Aleksander berhasil melakukannya. Menurut Plutarch, Filipus, yang merasa sangat senang melihat keberanian dan ambisi Aleksander, langsung mencium putranya itu dan menyatakan: "Putraku, kau harus menemukan kerajaan yang cukup besar untuk ambisimu. Makedonia terlalu kecil untukmu". Setelah itu Filipus membelikan kuda itu untuk Aleksander. Aleksander menamai kuda itu Bukephalas, bermakna "kepala lembu". Bukephalas akan menjadi teman perjalanan Aleksander dalam penaklukannya sampai ke India. Ketika Bukephalas mati (akibat usia tua, menurut Plutarch, karena sudah berusia tiga puluh tahun), Aleksander menamai sebuah kota sesuai nama kudanya (Bukephala).

Masa remaja dan pendidikan

Ketika Aleksander menginjak usia tiga belas tahun, dia membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi, maka dia pun mencari tutor. Beberapa calon tutornya antara lain Isokrates dan Speusippos, penerus Plato di Akademi Plato. Pada akhirnya, Filipus menawarkan pekerjaan itu pada Aristoteles, yang menerimanya. Filipus memberikan Kuil Para Nimfa di Mieza sebagai ruang belajar mereka. Sebagai imbalan atas pengajarannya, Filipus bersedia untuk membangun kembali kampung halaman Aristoteles di Stageira, yang pernah dihancurkan olehnya. Filipus merepopulasi kota itu dengan cara membeli dan memerdekakan para bekas warga yang sempat menjadi budak, atau dengan mengampuni para warga yang berada di pengasingan.

Mieza menjadi sekolah asrama bagi Aleksander dan anak-anak bangsawan Makedonia lainnya, misalnya, Ptolemaios, Hephaistion, dan Kassandros. Banyak murid di sana yang belajar bersama Aleksander kelak menjadi sahabat dan jenderalnya, atau yang lebih sering disebut sebagai 'Rekan'. Di Mieza, Aristoteles mengajari Aleksander dan kawan-kawannya pengobatan, moral, filsafat, agama, logika, dan seni. Berkat ajaran Aristoteles, Aleksander menjadi berminat pada karya-karya Homeros, terutama Iliad. Aristoteles memberi satu salinan Iliad pada Aleksander, yang selalu dibawanya dalam kampanye militernya.

Mesopotamia

Mesopotamia (dari bahasa Yunani Kuno: Μεσοποταμία: tanah di antara sungai-sungai; Arab: بلاد الرافدين‎ (bilād al-rāfidayn); bahasa Suryani: ܒܝܬ ܢܗܪܝܢ (Beth Nahrain): "tanah dari sungai-sungai" terletak di antara dua sungai besar, Efrat dan Tigris. Daerah yang kini menjadi Republik Irak itu pada zaman dahulu disebut Mesopotamia, yang dalam bahasa Yunani berarti "(daerah) di antara sungai-sungai". Dengan bidang tanah yang panjang dan sempit berbentuk seperti bulan sabit dan tanahnya yang subur, daerah ini juga disebut "Bulan Sabit Subur". Nama Mesopotamia sudah digunakan oleh para penulis Yunani dan Latin kuno, seperti apa Polybius (abad 2 SM) dan Strabo (60 SM-20 M). Tanah subur ini telah menumbuhkan banyak peradaban kuno yangg megah yang secara kolektif dikenal sebagai sebagai peradaban Mesopotamia. Inilah peradaban paling awal di Asia Barat dan salah satu yang tertua di dunia.
Menurut keyakinan Kristen dan Yahudi seperti dalam Perjanjian Lama, ada usaha menghubungkan keluarga Abraham (yang lalu disebut "Bapa Orang Beriman" dan diakui oleh tiga agama monoteistik dunia, Islam, Kristen, dan Yahudi ) dengan Mesopotamia. Dalam kitab Kejadian 11:31 dikatakan, pada suatu masa keluarga Abraham berpindah dari Ur Kaśdim ke Haran sebelum akhirnya berpindah ke Kanaan (Daerah Israel dan Palestina sekarang).
Lokasi Ur Kaśdim biasanya dirujuk pada Tell el-Muqayyar, situs bekas reruntuhan Kota Ur kuno dari periode Sumeria. Sedangkan Haran terletak di bagian utara Mesopotamia, di tepi Sungai Efrat.

Etimologi

Peta yang menunjukkan sistem sungai Tigris-Efrat, yang mendefinisikan Mesopotamia

Toponimi daerah Mesopotamia berasal dari akar kata Yunani Kuno μέσος (mesos) "tengah" dan ποταμός (potamos) "sungai" dan secara harfiah berarti "(negeri) di antara sungai-sungai". Toponimi ini digunakan dalam Septuaginta yang berbahasa Yunani itu (ca. 250 SM) sebagai terjemahan dari padanannya dalam bahasa Ibrani Naharaim. Toponimi ini bahkan sudah lebih awal lagi digunakan oleh bangsa Yunani sebagaimana yang dibuktikan dengan Anabasis Alexandri, yang ditulis pada akhir abad ke-2 Masehi, namun secara khusus mengacu pada sumber-sumber dari zaman Alexander Agung. Dalam Anabasis, Mesopotamia digunakan untuk menyebut wilayah yang membentang di timur Sungai Efrat di utara Suriah. Istilah Aram biritum / birit Narim berhubungan dengan konsep geografis serupa. Kemudian, istilah Mesopotamia itu lebih umum diterapkan untuk semua tanah antara sungai Efrat dan Tigris, sehingga menggabungkan tidak hanya bagian dari Suriah tetapi juga hampir semua Irak dan Turki tenggara. Dataran stepa di sebelah barat sungai Efrat dan bagian barat Pegunungan Zagros juga sering termasuk dalam istilah yang lebih luas Mesopotamia. Perbedaan lebih lanjut biasanya dibuat antara atas atau Utara Mesopotamia dan dataran yang rendah atau Selatan Mesopotamia. Mesopotamia atas juga dikenal sebagai Jezirah, adalah daerah antara Efrat dan Tigris sampai ke Baghdad. Mesopotamia bawah terdiri dari selatan Irak, Kuwait, dan Iran bagian barat. Dalam penggunaan akademis modern, istilah Mesopotamia juga sering memiliki konotasi kronologis. Sering kali digunakan untuk merujuk daerah ini sampai dengan masa Penaklukan Muslim. Nama-nama seperti Suriah, Jezirah, dan Irak digunakan untuk menggambarkan wilayah tersebut setelah masa ini. Istilah ini telah diperdebatkan bahwa eufimisme ini merupakan istilah Eurosentris yang disematkan pada daerah ini pada masa-masa perambahan orang Barat abad ke-19.

Geografi

Ruang lingkup budaya Mesopotamia, Babilonia, dan Assiria yang diketahui dari sumber-sumber dokumenter
Mesopotamia meliputi wilayah antara Sungai Efrat dan Tigris yang sama-sama bersumber dari dataran tinggi Armenia. Kedua sungai ini juga mendapatkan tambahan pasokan air dari banyak anak sungai, dan keseluruhan jaringan sungai ini mengaliri wilayah bergunung-gunung yang sangat luas. Jalur perjalanan darat di Mesopotamia lazimnya menyusuri Sungai Efrat karena tepian Sungai Tigris sebagian besar terjal dan sukar dilalui. Iklim wilayah ini semi-gersang dengan bentangan gurun yang luas di utara serta bentangan daerah berawa-rawa, berlaguna, berlumpur, dan bergelagah seluas 15.000 Km persegi (5.800 Mil persegi) di selatan. Jauh di ujung selatan, Efrat dan Tigris menyatu dan bermuara ke Teluk Persia.
Lingkungan gersang yang membentang dari kawasan-kawasan pertanian tadah hujan di daerah utara sampai ke daerah selatan di mana pertanian dengan irigasi menjadi sangat penting jika orang mengharapkan perolehan surplus energi yang dihasilkan atas energi yang diinvestasikan (Energy Returned On Energy Invested, EROEI). Irigasi ini dipermudah oleh tingginya permukaan air tanah serta lelehan salju dari puncak-puncak tinggi Pegunungan Zagros di wilayah utara dan dari dataran tinggi Armenia, sumber air Sungai Tigris dan Efrat yang menjadi asal-muasal nama negeri itu. Manfaat irigasi bergantung pada kemampuan mengerahkan tenaga kerja yang memadai untuk membuat dan memelihara saluran-saluran air, dan inilah faktor yang sejak permulaan zaman telah membantu pertumbuhan pemukiman-pemukiman perkotaan dan sistem kekuasaan politik yang terpusat.
Usaha pertanian di seluruh wilayah Mesopotamia disokong oleh usaha penggembalaan ternak secara berpindah-pindah. Kaum pengembara yang mendiami kemah-kemah menggembalakan biri-biri dan kambing (dan kemudian unta) dari padang-padang penggembalaan sepanjang sungai pada bulan-bulan musim panas yang kering, menuju padang-padang rumput musiman di sepanjang perbatasan dengan gurun pada musim dingin yang basah. Wilayah Mesopotamia umumnya tidak memiliki batu-batu untuk bahan bangunan, logam mulia, dan kayu, dan karena itulah sepanjang sejarahnya bergantung pada perniagaan jarak jauh atas hasil-hasil pertanian untuk mendapatkan barang-barang langka itu dari luar wilayah. Di daerah rawa-rawa di selatan, terdapat suatu budaya rumit penangkapan ikan dengan kapal-kapal pengangkut semenjak zaman prasejarah, yang menambah keberagaman budaya Mesopotamia.

Kegagalan-kegagalan berkala dalam sistem budaya ini diakibatkan oleh sejumlah faktor. Kebutuhan akan tenaga kerja dari waktu ke waktu telah mengakibatkan peningkatan populasi yang mendesak batas-batas daya tampung ekologi, dan begitu wilayah ini mengalami masa kekacauan iklim, keruntuhan pemerintah pusat dan penurunan populasi dapat terjadi. Di lain pihak, kerentanan militer terhadap serangan dari suku-suku pinggiran dari daerah perbukitan atau padang-padang penggembalaan telah mengakibatkan keruntuhan perniagaan dan penelantaran jaringan-jaringan irigasi selama beberapa waktu. Demikian pula, kecenderungan-kecenderungan memusat yang ada pada negara-negara kota hanya berarti pemerintahan terpusat atas seluruh wilayah Mesopotamia, bilamana dipaksakan, cenderung berumur pendek, dan semangat kedaerahan pun memecah-belah kekuasaan yang utuh menjadi satuan-satuan kesukuan atau kedaerahan yang lebih kecil. Kecenderungan-kecenderungan semacam ini masih terus berlanjut di Irak sampai sekarang.

Sejarah Mesopotamia

Sejarah Mesopotamia diawali dengan tumbuhnya sebuah peradaban, yang diyakini sebagai pusat peradaban tertua di dunia, oleh bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria membangun beberapa kota kuno yang terkenal, yaitu Ur, Ereck, Kish, dll. Kehadiran seorang tokoh imperialistik dari bangsa lain yang juga mendiami kawasan Mesopotamia, bangsa Akkadia, dipimpin Sargon Agung, ternyata melakukan sebuah penaklukan politis, tetapi bukan penaklukan kultural. Bahkan dalam berbagai hal budaya Sumer dan Akkad berakulturasi, sehingga era kepemimpinan ini sering disebut Jilid Sumer-Akkad. Campur tangan Sumer tidak dapat diremehkan begitu saja, pada saat Akkad terdesak oleh bangsa Gutti, bangsa Sumer-lah yg mendukung Akkad, sehingga mereka masih dapat berkuasa di "tanah antara dua sungai-sungai" itu.

Mesopotamia dalam Alkitab

Beberapa catatan lain bisa dikemukakan untuk menunjukkan hubungan antara Abraham dengan Mesopotamia. Dalam kitab Ulangan 26,3; Nabi Musa mengajak umat untuk berdoa kepada Tuhan saat mempersembahkan panen pertama dengan mengawalinya, Bapaku adalah seorang Aram, seorang pengembara. Di tempat lain dikatakan bahwa Ishak, anak Abraham, diperintah Abraham untuk mencari istri dari daerah Aram-Mesopotamia (aram-naharayim) (Kejadian 24,2.10). Demikian juga dengan Yakub, cucu Abraham, dia disuruh pergi ke Padan-Aram untuk mendapatkan istri di sana (Kejadian 28,2). Dalam terjemahan Yunani Septuaginta, kedua nama terakhir ini disebut Mesopotamia.

Bagian potongan dari Epic Gilgamesh dalam bahasa Akkadia
Selain petunjuk yang secara eksplisit ada dalam Alkitab, masih bisa ditemukan informasi lain yang menunjukkan pengaruh Mesopotamia yang cukup kuat. Kesejajaran antara kisah-kisah Enkidu/Shamhat dan Adam/Hawa telah lama diakui oleh para peneliti. Kisah Taman Eden dan kisah Air Bah yang terkenal itu, yang dikisahkan pada bagian awal kitab Kejadian, sebenarnya kuat dipengaruhi sastra Mesopotamia. Biasanya ada tiga karya sastra Mesopotamia yang ditunjuk, yaitu Enuma Elis (dari abad 17 SM), Epos Gilgames (abad 20 SM), dan Athrahasis (abad 18-17 SM). Teks-teks itu cukup terkenal dan tersebar luas karena ditemukan dalam berbagai versi dan bahasa, seperti versi Akkadia, Sumeria, Hittit, dan Asyur. Kemiripan antara sastra Mesopotamia dengan teks-teks Alkitab begitu mencolok sehingga seringkali disimpulkan bahwa ada ketergantungan antara keduanya. Karena teks-teks Mesopotamia berasal dari periode yang jauh lebih tua dari teks-teks Alkitab, maka tidak mengherankan jika bisa disimpulkan, teks Alkitab bergantung pada sastra Mesopotamia itu. Para penulis Israel tampaknya mengambil dan memanfaatkan teks-teks Mesopotamia itu untuk mengungkap keyakinan mereka, sekaligus menyesuaikannya dengan keyakinan itu, terutama di bidang monoteisme.

Salah satu kemungkinan datangnya pengaruh Mesopotamia dalam kitab Kejadian adalah bahwa kisah-kisah Mesopotamia dibawa ke Palestina lalu menyebar-saat terjadi perpindahan penduduk besar-besaran dari Mesopotamia yang disebabkan situasi yang agak kacau sekitar abad 19 SM. Kiranya ini juga yang menjadi konteks berpindahnya keluarga Abraham dari Ur ke Haran, lalu ke Kanaan.

Berbagai kebiasaan dan peraturan yang tercermin dalam kitab Kejadian ternyata juga menemukan banyak kesamaan dengan kebiasaan dan peraturan yang hidup di daerah Mesopotamia. Sebagai contoh, kekhawatiran Abraham karena dia tidak mendapat keturunan, karena itu harus mewariskan segala miliknya kepada abdinya yang setia, Eliezer (Kejadian 15,1-4), ternyata sejajar dengan praktik yang dilakukan masyarakat Nuzi yang mendiami sebelah timur Sungai Tigris. Hal ini bisa diketahui melalui analisis teks-teks hukum yang berlaku di Nuzi, yang berasal dari abad 15 SM. Kisah tentang Abraham yang datang ke negeri asing lalu mengaku istrinya sebagai saudarinya (Kejadian 12,10-20) sering membingungkan orang. Tetapi, kini, dengan ditemukannya teks-teks yang berasal dari bangsa Hori di sebelah utara Mesopotamia, berdekatan dengan Haran, hal itu bisa dipahami dengan lebih baik. Dalam masyarakat Hori, ikatan perkawinan yang paling kuat adalah jika seorang istri sekaligus mendapat status saudari secara hukum. Karena itu, sering terjadi, sesudah perkawinan diadakan upacara lain untuk mengadopsi sang istri menjadi saudari. Hal ini disahkan dengan dua dokumen. Pertama, dokumen tentang perkawinan. Kedua, berkait dengan pengangkatannya sebagai saudari.

Matthias Henze menunjukkan bahwa kegilaan Nebukadnezar dalam Kitab Daniel mengacu pada Epos Gilgames. Dia mengklaim bahwa penulis menggunakan unsur-unsur dari deskripsi Enkidu untuk melukis potret sarkastik dan mengejek raja Babel.
Salah satu warisan peradaban Mesopotamia Kuno yang amat bernilai bagi umat manusia adalah kumpulan hukum yang biasa disebut Codex Hammurabi. Kumpulan hukum yang berbentuk balok batu hitam itu ditemukan di Susa tahun 1901 dalam suatu ekspedisi yang dilakukan arkeolog Perancis di bawah pimpinan M de Morgan. Pada bagian atas balok, yang kini ada di Museum Louvre, Paris, ada relief yang menggambarkan Raja Hammurabi dari Babilonia Kuno (1728-1686 SM) sedang menerima hukum dari Dewa Shamash, dewa Matahari yang juga menjadi dewa pelindung keadilan. Perbandingan dengan kumpulan hukum yang ada dalam kitab Keluaran 21-23 menunjukkan adanya kesejajaran yang dekat. Adanya ketergantungan antara kedua kumpulan hukum itu tidak bisa ditentukan dengan pasti, tetapi pengaruh tidak langsung rasanya merupakan sesuatu yang amat masuk akal.
Codex Hammurabi, yang terdiri dari 282 pasal ditambah Prolog dan Epilog, tidak saja berpengaruh pada kumpulan hukum yang ada dalam Alkitab, tetapi juga pada sistem hukum pada periode selanjutnya. Yang menarik dan mungkin membuat kita (seharusnya) tertunduk malu adalah, kumpulan hukum itu juga mengingatkan kita bahwa sejak abad 18 SM, di Mesopotamia sudah ada seorang pemimpin besar yang sungguh-sungguh mempunyai kesadaran bahwa manusia harus diperlakukan secara adil sebagai manusia.

Ekonomi dan pertanian

Budi daya tanaman pangan yang dibantu irigasi menyebar dari pegunungan Zagros ke arah selatan bersama dengan peradaban Samara dan peradaban Hadji Muhammed sejak sekitar 5,000 SM. Kuil-kuil Sumeria berfungsi sebagai bank dan mengembangkan sistem pinjaman dan kredit berskala besar yang pertama, tetapi bangsa Babilonia yang mengembangkan sistem perbankan dagang yang pertama. Perekonomian Mesopotamia dalam satu dan lain hal dapat dibandingkan dengan ilmu ekonomi pasca-Keynes, tetapi dengan suatu pendekatan yang cenderung "apa saja boleh".

Sejak permulaan sejarah Mesopotamia sampai dengan zaman Ur III, kuil-kuil menguasai sampai dengan sepertiga dari seluruh lahan yang ada, namun jumlah itu menurun dari waktu ke waktu seiring peningkatan kepemilikan tanah oleh pihak istana dan orang-orang pribadi. Ensi adalah kata yang digunakan sebagai sebutan bagi orang yang bertugas mengatur pekerjaan untuk segala macam usaha pertanian di lahan-lahan milik kuil. Rakyat jelata diketahui sebagai golongan yang paling sering bekerja di bidang pertanian sebagai petani-petani penggarap, khususnya di lahan-lahan milik kuil atau istana.

Kondisi geografi Mesopotamia selatan hanya memungkinkan penyelenggaraan pertanian jika dikelola dengan irigasi dan drainase yang baik. Kenyataan ini berdampak besar pada evolusi peradaban Mesopotamia awal. Kebutuhan akan irigasi mendorong bangsa Sumeria, dan selanjutnya bangsa Akkadia, untuk membangun kota-kota mereka di sepanjang tepian sungai Tigris dan Efrat serta cabang-cabangnya. Kota-kota besar seperti Ur dan Uruk, bertempat di sekitar anak-anak Sungai Efrat, sedangkan kota-kota lain, khususnya Lagash, didirikan dekat cabang-cabang Sungai Tigris. Sungai-sungai juga memiliki manfaat lain sebagai sumber pasokan ikan (baik sebagai bahan pangan maupun sebagai pupuk), gelagah, dan lempung (untuk bahan bangunan). Berkat irigasi, pasokan pangan di Mesopotamia sebanding dengan pasokan pangan di padang-padang rumput Kanada. Lembah sungai Tigris dan lembah Sungai Efrat merupakan bagian timur laut dari bentangan Hilal Subur yang juga meliputi lembah Sungai Yordan dan lembah Sungai Nil. Jika semakin dekat dengan sungai membuat lahan menjadi subur dan baik untuk ditanami, maka sebaliknya jarak yang semakin jauh dari sungai membuat lahan menjadi kering dan sebagian besar tidak dapat dihuni. Itulah sebabnya perkembangan irigasi sangat penting artinya bagi para penduduk Mesopotamia. Inovasi-inovasi bangsa Mesopotamia lainnya adalah pengendalian laju air dengan bendungan serta pemanfaatan saluran-saluran air. Orang-orang yang mula-mula menempati tanah yang subur di Mesopotamia mempergunakan luku kayu untuk menggemburkan tanah sebelum ditanami jelai, bawang, anggur, lobak, atau pun apel. Penduduk Mesopotamia terbilang di antara orang-orang pertama yang membuat bir dan tuak anggur. Dilibatkannya keterampilan dalam bertani di Mesopotamia membuat para petani tidak tidak bergantung pada budak belian untuk merampungkan pengerjaan lahan-lahan mereka, akan tetapi ada pula beberapa pengecualian. Tingginya risiko mempekerjakan budak belian (budak belian melarikan diri atau memberontak) membuat banyak petani menghindarinya. Meskipun sungai-sungai menjadi penyokong hidup penduduk Mesopotamia, sungai-sungai jualah yang menghancurkannya dengan banjir yang kerap meluap dan meluluh-lantakkan seisi kota. Cuaca Mesopotamia yang sukar ditebak seringkali tidak berpihak pada para petani; tanaman-tanaman pangan sering dirusak cuaca sehingga orang perlu memelihara sumber-sumber pangan cadangan seperti lembu dan biri-biri. Seiring berlalunya waktu, daerah-daerah paling selatan di Mesopotamia menderita akibat meningkatnya kadar garam pada tanah, sehingga mengakibatkan kota-kota lambat-laun ditinggalkan orang dan terjadi pemusatan kekuasaan di Akkad yang letaknya jauh lebih ke utara.

Pemerintahan

Geografi Mesopotamia sangat berdampak pada perkembangan politik di wilayah itu. Di antara sungai dan kali, orang-orang Sumeria mendirikan kota-kota perdana berikut saluran-saluran irigasinya yang terpisahkan satu sama lain oleh bentangan gurun atau rawa yang luas dan terbuka, tempat berkeliaran suku-suku pengembara. Komunikasi antar kota-kota terisolasi itu sulit dan terkadang berbahaya jika dilakukan. Oleh karena itu, masing-masing kota Sumeria menjadi sebuah negara kota yang merdeka dan gigih mempertahankan kemerdekaannya. Kadang-kadang salah satu kota akan mencoba menaklukkan dan mempersatukan kota-kota yang sewilayah dengannya, tetapi upaya-upaya semacam itu mendapat perlawanan dan tertumbuk pada kegagalan selama berabad-abad. Akibatnya, sejarah politik Sumer penuh dengan peperangan yang berlangsung nyaris tanpa henti. Pada akhirnya Sumer pun dipersatukan oleh Eannatum, tetapi persatuan itu rapuh dan gagal bertahan, karena bangsa Akkadia berjaya menaklukkan Sumeria pada 2331 SM hanya satu generasi sesudahnya. Kekaisaran Akkadia adalah kekaisaran pertama yang mampu bertahan melampaui satu generasi dan menyelenggarakan alih kepemimpinan raja-raja secara damai. Umur kekaisaran ini relatif singkat, karena ditaklukkan bangsa Babilonia setelah bertahan selama beberapa generasi.

Raja-raja

Informasi lebih lanjut: Daftar Raja Sumeria, Daftar Raja Babel dan Daftar Raja Asyur
Bangsa Mesopotamia percaya bahwa raja-raja dan ratu-ratu mereka adalah keturunan dari warga Kota Dewa-Dewa, akan tetapi tidak seperti bangsa Mesir Kuno, mereka tidak pernah meyakini bahwa raja-raja mereka adalah dewa-dewa sejati. Sebagian besar raja-raja menggelari dirinya “raja semesta alam” atau “raja agung”. Gelar lainnya yang lazim dipakai adalah “gembala”, karena raja-raja harus memperhatikan peri kehidupan rakyatnya.

Kekuasaan

Ketika tumbuh menjadi sebuah kekaisaran, wilayah kekuasaan Asyur dibagi-bagi menjadi daerah-daerah yang disebut provinsi. Tiap-tiap provinsi dinamakan menurut nama kota utamanya, seperti Niniwe, Samaria, Damsyik, dan Arpad. Semua provinsi dikepalai gubernurnya masing-masing yang bertugas memastikan setiap orang membayar pajaknya. Para gubernur juga wajib menghimpun pasukan untuk maju berperang dan menyalurkan tenaga kerja bilamana ada pembangunan kuil. Seorang gubernur juga bertanggung jawab atas penerapan hukum di provinsi yang dipimpinnya. Cara ini memudahkan pengendalian sebuah kekaisaran besar. Walaupun sebelumnya cuma sebuah negara kecil di Sumeria, Babel tumbuh pesat selama masa pemerintahan Hammurabi. Ia dikenal sebagai “pencipta aturan hukum”, dan segera saja Babel menjadi salah satu kota utama di Mesopotamia. Kelak Babel disebut Babilonia, yang berarti "gapura dewa-dewa." Kota ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran terbesar dalam sejarah.

Peperangan

Dengan berakhirnya zaman kekuasaan Uruk, tumbuh kota-kota bertembok dan banyak desa terpencil dari zaman Ubaid ditinggalkan yang menyiratkan adanya peningkatan kekerasan yang dilakukan secara berkelompok. Seorang raja awal Lugalbanda diduga telah membangun tembok putih mengitari kota itu. Begitu negara-negara kota mulai tumbuh, lingkup jangkauan pengaruh mereka pun saling tumpang-tindih sehingga menimbulkan perdebatan di antara negara-negara kota lainnya, khususnya menyangkut tanah dan terusan-terusan. Perdebatan-perdebatan ini dicatat pada loh-loh lempung beberapa ratus tahun sebelum pecah perang-perang besar—catatan pertama mengenai peperangan ditulis sekitar 3200 SM namun belum menjadi suatu kelaziman sampai kira-kira 2500 SM. Seorang raja Dinasti Awal II (Ensi) Uruk di Sumer, Gilgamesh (2600 SM), disanjung karena keberhasilannya dalam bertempur melawan Humbaba, penjaga Pegunungan Aras, dan kelak dalam banyak sajak dan kidung ia dipuja-puji pula sebagai makhluk dua pertiga dewa dan hanya sepertiga manusia. Tugu Prasasti Burung Nazar yang berasal dari akhir zaman Dinasti Awal III (2600–2350 SM), yang dibuat untuk memperingati kemenangan Eannatum dari Lagash atas kota tetangga saingannya Umma, adalah monumen tertua di dunia yang dibuat sebagai pernyataan pujian atas sebuah tindakan pembantaian. Mulai dari saat itu sampai seterusnya, peperangan dijadikan bagian dari sistem politik Mesopotamia. Sesekali sebuah kota yang netral dapat bertindak selaku penengah bagi dua kota yang saling berseteru. Keadaan ini mendorong terbentuknya persatuan-persatuan antar-kota yang kelak berkembang menjadi negara-negara kedaerahan. Tatkala kekaisaran-kekaisaran terwujud, mereka pun maju berperang tetapi lebih sering melawan negara-negara asing. Raja Sargon misalnya, menaklukkan seluruh kota di Sumer, beberapa kota di Mari, dan kemudian maju berperang melawan Suriah utara. Banyak dinding istana Asiria dan Babilonia dihiasi dengan gambar-gambar mengenai pertempuran-pertempuran yang berhasil dimenangkan dan seteru yang lari kocar-kacir atau bersembunyi dibalik rumpun-rumpun gelagah.

Hukum

Negara-negara kota Mesopotamia menyusun naskah hukum mereka dengan bersumber pada keputusan-keputusan peradilan dan undang-undang raja-raja. Naskah hukum Urukagina dan Lipit Isytar telah ditemukan. Naskah hukum paling terkenal berasal dari Hammurabi, yang termasyhur setelah kematiannya berkat perangkat aturan hukum yang disusunnya, yakni Naskah Hukum Hammurabi (disusun ca. 1780 SM), yang merupakan salah satu perangkat hukum tertua yang pernah ditemukan dan salah satu contoh dokumen sejenis yang berasal dari Mesopotamia Kuno. Hammurabi menetapkan 200 lebih aturan hukum bagi Mesopotamia. Kajian atas aturan-aturan ini menunjukkan makin lemahnya hak-hak perempuan, dan makin kejamnya perlakuan terhadap budak belian

Seni rupa

Seni rupa Mesopotamia menyaingi Seni rupa Mesir Kuno baik dari segi kemegahan, kecanggihan, maupun tingkat kerumitannya di kawasan barat Eurasia sejak milenium ke-4 SM sampai wilayah itu ditaklukkan Kekaisaran Akhemeniyah Persia pada abad ke-6 SM. Peninggalan seni rupa Mesopotamia sebagian besar berupa berbagai jenis patung batu dan tanah liat yang sangat tahan lama sifatnya; hanya sedikit peninggalan berupa lukisan yang mampu menyintasi zaman, namun peninggalan-peninggalan itu menyiratkan bahwa lukisan-lukisan Mesopotamia umumnya berupa pembubuhan warna pada pola-pola hiasan geometris dan tumbuh-tumbuhan, meskipun sebagian besar patung-patung juga diwarnai.

Pada zaman melek-aksara perdana, tatkala Mesopotamia berada di bawah kekuasaan Uruk, dihasilkan karya-karya yang canggih seperti Bejana Warka dan stempel-stempel silinder. Singa Betina Guennol adalah sebuah patung batugamping kecil yang menarik dari Elam sekitar 3000–2800 SM, berwujud separuh manusia dan separuh singa. Tak lama sesudah zaman itu muncul sejumlah patung berwujud imam-imam dan pemuja-pemuja bermata besar, sebagian besar terbuat dari pualam dengan tinggi mencapai satu kaki, yang tampak tengah menghadiri upacara penyembahan berhala di kuil, namun hanya sejumlah kecil patung-patung ini yang menyintas. Patung-patung dari zaman Sumeria dan Akkadia umumnya bermata besar membelalak dan berjanggut panjang pada sosok pria. Banyak pula mahakarya yang telah ditemukan di makam kerajaan di Ur (ca. 2650 SM), termasuk dua patung domba dalam belukar, lembu tembaga, dan sebuah kepala lembu pada salah satu di antara lira-lira dari Ur.

Dari zaman-zaman berikutnya sebelum bangkitnya Kekaisaran Asiria Baru, seni rupa Mesopotamia menyintas dalam beberapa wujud: stempel-stempel silinder, patung-patung utuh yang relatif kecil, dan relief-relief dalam berbagai ukuran, termasuk plakat-plakat murah dari gerabah cetakan untuk rumah tinggal, sebagian berkaitan dengan keagamaan dan sebagian lagi tampaknya tidak. Relief Burney adalah sebuah plakat terakota dengan tingkat kerumitan yang tidak seperti biasanya dan relatif besar ukurannya (20 x 15 inci) memperlihatkan sesosok dewi bersayap dan berkaki burung pemangsa, dikawal burung-burung hantu dan singa-singa. Relief ini berasal dari abad ke-18 atau ke-19 SM, dan mungkin pula merupakan hasil cetakan. Tugu-tugu batu prasasti, persembahan-persembahan nazar, atau plakat-plakat peringatan kemenangan-kemenangan perang dan pesta-pesta perayaan, ditemukan pula di kuil-kuil, yang tidak seperti barang-barang sejenis keluaran pemerintah yang lebih resmi sifatnya, tidak memuat cukup banyak tulisan untuk menjelaskan barang-barang itu; Kepingan tugu Prasasti Burung Nazar adalah sebuah contoh awal peninggalan barang-barang bertulisan, dan Obelisk Hitam Salmaneser III dari Asyur adalah peninggalan bertulisan yang besar dan kokoh dari zaman kemudian.

Ditaklukkannya seluruh Mesopotamia dan wilayah-wilayah di sekitarnya oleh bangsa Asyur menjadikan negeri itu lebih besar dan lebih makmur dari pada sebelumnya, dan dipajangnya karya seni yang sangat memukau di istana-istana dan tempat-tempat umum pastilah dimaksudkan pula untuk menyaingi semarak seni rupa negeri tetangga mereka, Kekaisaran Mesir. Bangsa Asyur mengembangkan sebuah gaya seni berupa latar-latar yang sangat luas diisi relief-relief pipih naratif yang ditatah dengan sangat rinci pada batu untuk istana-istana, menampilkan adegan-adegan peperangan atau perburuan; British Museum memiliki sekumpulan relief semacam itu. Bangsa Asyur menghasilkan sangat sedikit patung yang dipahat utuh, kecuali untuk sosok-sosok raksasa penjaga, kerapkali berwujud lamassu berkepala manusia, yang dipahat menjadi relief timbul pada dua sisi balok persegi, dengan bagian kepala berupa pahatan utuh (dan juga kelima tungkainya, sehingga tampak terpahat utuh dari masing-masing sisi balok). Bahkan sebelum menguasai Mesopotamia mereka telah meneruskan tradisi pembuatan stempel silinder dengan rancangan-rancangan yang seringkali tampak hidup dan penuh cita rasa seni.

Arsitektur

Kajian mengenai seni bina Mesopotamia Kuno didasarkan pada bukti-bukti arkeologi yang tersedia, gambar-gambar berwujud bangunan, dan naskah-naskah tentang pelaksanaan pembangunan. Karya-karya ilmiah biasanya berkonsentrasi pada kuil-kuil, istana-istana, tembok-tembok dan gerbang-gerbang kota, serta bangunan-bangunan monumental lainnya, namun sesekali dihasilkan pula karya ilmiah terkait seni bina rumah tinggal. Survei permukaan dalam lingkup arkeologi juga telah memungkinkan pembuatan kajian mengenai tata ruang perkotaan di kota-kota Mesopotamia awal.
Batu-bata merupakan bahan bangunan yang paling banyak digunakan karena tersedia dekat dan cuma-cuma, sementara batu bangunan harus didatangkan dari tempat-tempat yang cukup jauh dari sebagian besar kota-kota itu. Ziggurat adalah bentuk bangunan yang paling menonjol, dan kota-kota seringkali memiliki gerbang-gerbang besar. Yang paling masyhur dari gerbang-gerbang itu adalah Gerbang Isytar dari kota Babel yang dibangun pada era Babilonia Baru, dihiasi hewan-hewan yang dibentuk pada batu-bata beraneka warna, dan yang sebagian besar kini menjadi koleksi Pergamon Museum di Berlin.

Sisa-sisa bangunan yang paling menonjol dari zaman awal Mesopotamia adalah gugus-gugus bangunan kuil di Uruk dari milenium ke-4 SM, kuil-kuil dan istana-istana di situs-situs periode Dinasti Awal di lembah Sungai Diyala seperti Khafajah dan Tell Asmar, sisa-sisa peninggalan Dinasti ketiga Ur di Nippur (Tempat suci Enlil) dan Ur (Tempat suci Nanna), sisa-sisa peninggalan dari pertengahan Zaman Perunggu di situs-situs Suriah-Turki seperti Ebla, Mari, Alalakh, Aleppo dan Kultepe, istana-istana dari akhir Zaman Perunggu di Bogazkoy (Hattusha), Ugarit, Asyur dan Nuzi, istana-istana dan kuil-kuil Zaman Besi di situs-situs Assiria (Kalhu/Nimrud, Khorsabad, Nineveh), Babilonia (Babel), Urartu (Tushpa/Van, Kalesi, Cavustepe, Ayanis, Armavir, Erebuni, Bastam) dan Het Baru (Karkamis, Tell Halaf, Karatepe). Rumah-rumah sebagian besar diketahui dari sisa-sisa peninggalan era Babilonia Baru di Nippur dan Ur. Yang paling menonjol dari antara sumber-sumber tertulis mengenai pendirian bangunan dan ritual-ritual yang terkait dengannya adalah silinder-silinder Gudea dari milenium ke-3 SM, demikian pula prasasti-prasasti kerajaan Assiria dan Babilonia dari Zaman Besi.

Yordania

Yordania (Listeni/ˈdʒɔːrdən/: Bahasa Arab: اَلأُرْدُن, Al-'Urdun), resminya Kerajaan Hasyimiyah Yordania (Bahasa Arab: اَلمَمْلَكَة اَلأُرْدُنِيَّة اَلهَاشِمِيَّة), Al-Mamlaka al-Urduniyya al-Hashemiyya) adalah sebuah kerajaan di Tepi Barat Sungai Yordan. Negara ini berbatasan dengan Arab Saudi di timur dan tenggara, Irak di timur-laut, Suriah di utara dan Tepi Barat dan Israel di barat, berbagi kekuasaan atas Laut Mati. Satu-satunya pelabuhan Yordania adalah di ujung barat-daya, di Teluk Aqaba, yang sebagiannya juga dikuasai oleh Israel, Mesir, dan Arab Saudi. Lebih dari separuh Yordania diliputi oleh Gurun Arab. Tetapi, bagian barat Yordania berupa hutan dan lahan layak tanam. Yordania adalah bagian dari Bulan Sabit Subur. Ibu kota dan pusat pemerintahannya adalah Amman.

Yordania didirikan pada tahun 1921, dan diakui oleh Liga Bangsa-Bangsa sebagai sebuah negara di bawah mandat Britania pada tahun 1922 yang dikenal sebagai Emirat Transyordania. Pada tahun 1946, Yordan menggabungi Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai negara merdeka yang secara resmi dikenal sebagai Kerajaan Hasyimiyah Yordania.

Sejarah

Pada zaman dahulu, wilayah yang kini bernama Yordania merupakan jantung peradaban kuno yang diuntungkan oleh letak geografisnya di kawasan Bulan Sabit Subur yang meliputi Babilonia dan Kanaan. Kemudian, Yordania menjadi rumah bagi beberapa kerajaan kuno meliputi: Kerajaan Edom, Moab, Ammon, dan kerajaan Nabath yang menonjol: Petra. Tetapi, melintasi berbagai era sejarah yang berbeda-beda, sebagian wilayah negara ini menjadi berada di bawah kendali beberapa kekuatan tetangga, seperti Mesir Kuno pada masa peperangannya dengan Babilonia dan Hittit; dan pada beberapa peride yang berlainan oleh Bani Israil yang diambil pada masa penahanan Babilonia, dan yang kemudian dikalahkan oleh Bani Moab seperti yang tertulis dalam Batu Moab. Lebih jauhnya, dan karena lokasinya yang strategis di pertengahan dunia kuno, Yordania juga di bawah kendali kekaisaran-kekaisaran kuno Yunani, Persia, Romawi, dan yang berikutnya oleh Bizantium.

Masih, orang Nabath mendirikan kerajaan merdeka yang meliputi sebagian besar wilayah Yordania modern dan wilayah lain yang berdekatan, selama beberapa abad, sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Kekaisaran Romawi. Tetapi, terpisah dari Petra, orang Romawi memelihara kemakmuran sebagian besar kota-kota kuno di Yordania yang menikmati otonomi negara-kota yang singkat di bawah payung aliansi Dekapolis. Dengan mundurnya Kekaisaran Romawi, Yordania menjadi berada di bawah kendali kerajaan Arab Ghassan. Pada abad ke-7, dan karena kedekatannya dengan Damaskus, Yordania menjadi salah satu ranah penting bagi Kekhalifahan Islam-Arab dan oleh karenanya pula mengamankan beberapa abad kestabilan dan kemakmuran, yang mengizinkan bergulirnya identitas Arab Islam terkini. Pada abad ke-11, Yordania menyaksikan sebuah fase ketidakstabilan, sebab ia menjadi salah satu zona inti Perang Salib yang berujung pada kekalahan oleh Dinasti Ayyubiyah. Yordania juga menderita akibat serangan Mongol yang dihalang-halangi oleh Mamluk. Pada tahun 1516, Yordania menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah dan tetap dalam keadaan demikian hingga tahun 1918, ketika Angkatan Darat Pemberontak Arab Raya mengambil alih, dan mengamankan Yordania terkini atas bantuan dan dukungan suku-suku Yordania setempat.

Sebagai saksi bagi kekayaan sejarah Yordania, peradaban Nabath meninggalkan banyak situs arkeologi yang besar di Petra, yang dianggap sebagai salah satu Tujuh Keajaiban Dunia Baru juga telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai Situs Warisan Dunia. Selain Petra, peradaban-peradaban lain juga meninggalkan jejak arkeologinya di Yordania seperti Hellenistik dan Romawi melalui reruntuhan di kota-kota Dekapolis: Jerash, Umm Qais, Amman, Kapitolias (Beit Ras), Rafana, Pella, dan Irbid dan situs Bizantium Umm ar-Rasas (sebuah Situs Warisan Dunia). Kekhalifahan Islam-Arab juga meninggalkan jejak arsitektur yang unik yang terwujud dalam istana-istana gurun di antaranya Qasr Mshatta, Qasr al Hallabat, dan Qasr Amra yang diakui sebagai Situs Warisan Dunia; selain itu kastil Ajloun dan Al Karak yang memadukan era Perang Salib, Dinasti Ayyubiyah, dan Mamluk. Yang terakhir Kesultanan Utsmaniyah meninggalkan beberapa ciri kota, seperti masjid, kuburan, stasiun kereta api, dan kastil.

Sebagian besar wilayah Yordania modern telah berciri perkotaan. Yordania digolongkan sebagai negara dengan tingkat "pembangunan manusia" yang tinggi menurut Laporan Pembangunan Manusia tahun 2010. Lebih jauh lagi, Yordania juga digolongkan sebagai pasar yang sedang tumbuh dengan sebuah ekonomi pasar yang bebas menurut CIA World Factbook. Yordania juga dipandang sebagai sebuah ekonomi "berpendepatan menengah-atas". Perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat berlaku sejak bulan Desember 2001 menghapus segala pungutan untuk hampir semua komoditas di antara kedua-dua negara. Yordania juga menikmati "status maju/terdepan" dengan Uni Eropa sejak bulan Desember 2010 juga menjadi anggota kawasan perdagangan bebas Eropa-Timur Tengah. Yordania mengikuti lebih banyak perjanjian perdagangan bebas daripada negara lain di kawasan. Yordania memiliki kebijakan "pro-Barat" dengan hubungan yang sangat akrab dengan Amerika Serikat dan Britania Raya, dan menjadi sekutu utama (yang bukan anggota NATO) Amerika Serikat sejak tahun 1996. Yordania adalah salah satu negara pendiri Liga Arab, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Baru-baru ini, Yordania telah diundang untuk menggabungi Dewan Kerja sama Teluk (GCC). Pemerintah Yordania adalah satu di antara tiga anggota 22 negara Liga Arab yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, dua lainnya adalah Pemerintah Mesir dan Pemerintah Palestina. Yordania adalah anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Dana Arab untuk Pembangunan Sosial dan Ekonomi, Parlemen Arab, Organisasi Pertambangan dan Pembangunan Industri Arab, Dana Moneter Arab, Dana Moneter Internasional, Mahkamah Pidana Internasional, Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kawasan Perdagangan Bebas Arab Raya, Komisi Sosial dan Ekonomi PBB untuk Asia Barat, Kebijakan Lingkungan Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Yordania menerima arus pengungsi Palestina selama lebih dari 3 dasawarsa, menjadikannya sebagai salah satu penampung pengungsi terbesar dunia. Negara yang miskin bahan tambang ini mengimpor minyak bumi dari negara-negara tetangga.

Kekaisaran Seleukia

Kekaisaran Seleukia (bahasa Yunani: Σελεύκεια, Seleύkeia) adalah negara Yunani-Makedonia yang terbentuk melalui penaklukan Aleksander Agung.
Pada puncak kejayaannya, kekaisaran ini meliputi Anatolia tengah, Levant, Mesopotamia, Persia, dan juga Turkmenistan, Pamir serta sebagian Pakistan modern.
Keaisaran Seleukia merupakan pusat penting kebudayaan Hellenistik yang menjaga keberlangsungan adat Yunani dan tempat elit politik Yunani-Makedonia mendominasi, sebagian besar di daerah perkotaan. Populasi Yunani di kota-kota yang menjadi elit dominan merupakan para emigran dari Yunani. Ekspansi Seleukia ke Anatolai dan Yunani secara tiba-tiba terhenti setelah kekalahan Seleukia oleh pasukan Romawi. Usaha mereka untuk mengalahkan musuh bebuyutan mereka Mesir Ptolemaik dipersulit oleh tuntutan-tuntutan Romawi. Sebagian besar wilayah kekaisaran ditaklukan oleh bangsa Parthia di bawah Mithridates I dari Parthia pada pertengahan abad ke-2 SM, namun para raja Seleukia terus memerintah wilayah yang kecil di Suriah hingga invasi oleh raja Armenia Tigranes Agung dan akhirnya Seleukia diruntuhkan oleh jenderal Romawi Pompeius.

Pembagian wilayah kekaisaran Aleksander (323-281 SM)
Aleksander Agung telah menaklukkan Kekaisaran Persia dalam waktu yang sangat singkat dan meninggal dalam usia muda. Ia meninggalkan sebuah kekaisaran yang sangat luas yang sebagian telah dipengaruhi oleh budaya Helenis, tanpa ahli waris yang dewasa. Karena itu, jenderal-jenderalnya (Diadokhoi) saling memperebutkan kekuasaan atas kekaisarannya.

Seleukos, salah seorang jenderalnya, mengangkat dirinya sendiri sebagai penguasa di Babilonia pada 312 SM. Tanggal ini dijadikannya sebagai tanda pendirian Kekaisaran Seleukia. Ia memerintah bukan hanya atas Babilonia, tetapi juga atas keseluruhan wilayah timur yang luas dari Kekaisaran Aleksander. Setelah kemenangannya dan juga kemenangan Lysimakhos atas Antigonos Monophtalmos dalam Pertempuran Ipsus pada 301 SM, Seleukos menguasai wilayah timur Anatolia dan bagian utara Suriah. Di Suriah ia mendirikan sebuah ibu kota yang baru di Antiokhia di Orontes, sebuah kota yang dinamainya sesuai dengan nama ayahnya. Sebuah ibu kota alternatif dibangun di Seleukia di Tigris, di utara Babilonia. Kekaisaran Seleukia mencapai puncak keluasannya setelah ia mengalahkan orang yang pernah menjadi sekutunya Lysimakhos, pada Korupedion pada 281 SM. Seleukos memperluas kekuasaannya hingga mencakup bagian barat Anatolia. Ia berharap untuk menguasai pula tanah-tanah Lysimakhus di Eropa - terutama Thrakia dan bahkan Makedonia sendiri, namun ia dibunuh oleh Ptolemaios Keraunos ketika ia tiba di Eropa. Anaknya dan penggantinya, Antiokhos I Soter, terbukti tidak mampu meneruskan apa yang tidak bisa diselesaikan ooleh ayahnya dalam menaklukkan wilayah Eropa dari kekaisaran Aleksander, namun demikian ia toh tetap mewarisi sebuah wilayah yang sangat luas terdiri atas hampir semua bagian Asia dari Kekaisaran itu. Para saingannya adalah Antigonos II Gonatas di Makedonia dan Ptolemaios II Philadelphos di Mesir.

Secara geografis Kekaisaran Seleukia merentang dari Laut Aigea hingga ke Afghanistan, hingga mempersatukan berbagai ras dan bangsa: antara lain bangsa Yunani, Persia, Media, Yahudi, India, dll. Para penguasanya berniat untuk menerapkan kebijakan kesatuan rasial yang dimulai oleh Aleksander. Pada 313 SM, gagasan Hellenis telah mulai ekspansinya yang berlangsung selama hampir 250 tahun di lingkungan budaya Timur Dekat, Timur Tengah, dan Asia Tengah. Kekaisaran ini memerintah dengan membangun ratusan kota untuk maksud-maksud perdagangan dan hunian. Banyak di antara kota-kota itu mulai  atau dipaksa  mengadopsi pemikiran filsafat, rasa keagamaan, dan politik Hellenis. Gagasan-gagasan budaya, keagamaan dan filsafat Hellenis disintesiskan dengan apa yang ada di masyarakat setempat dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda – dengan hasil kadang-kadang kedamaian dan pemberontakan secara bersamaan di berbagai wilayah kekaisaran.

Namun demikian, bahkan sebelum kematian Seleukos, wilayah timur yang sangat luas dari Dinasti Seleukid terbukti sulit untuk dikuasai. Seleukos menyerang India (Punjab Pakistan modern) pada 304 SM, namun dikalahkan oleh Chandragupta Maurya (Sandrokottos), pendiri Kekaisaran Maurya. Dikatakan bahwa Chandragupta menurunkan pasukan yang terdiri atas 100.000 orang dan 9.000 gajah perang, dan memaksa Seleukos untuk menyerahkan wilayah-wilayah di bagian timur dan selatan dari Afganistan sekarang. Perdamaian diperkuat oleh sebuah aliansi yang dijamin oleh pernikahan Chandragupta dengan anak perempuan Seleukos. Sebagai gantinya, Chandragupta memberikan kepadanya tidak kurang dari 500 ekor gajah, selain tentaranya sendiri yang kelak memainkan peranan penting dalam kemenangannya di Ipsus.

Seleukos mengutus seorang duta besar yang bernama Megasthenes ke istana Chandragupta, yang berulang kali mengunjungi Pataliputra (kini Patna di negara bagian Bihar), ibu kota Chandragupta. Megasthenes menulis gambaran yang terinci tentang India dan pemerintahan Chandragupta, yang sebagian telah dilestarikan bagi kita melalui Diodoros Sikolos.

Wilayah-wilayah lain yang lepas sebelum kematian Seleukos adalah Gedrosia di tenggara dataran tinggi Iran, dan, di sebelah utaranya, Arakosia di tepi barat Sungai Indus. Antiokhos I (memerintah 281-261 SM) dan anak serta penggantinya Antiokhos II Theos (memerintah 261-246 SM) dihadapkan dengan tantangan-tantangan di barat, termasuk perang berulang-ulang dengan Ptolemaios II dan serangan bangsa Kelt dari Asia Minor – yang mengalihkan perhatiannya dari upaya mempersatukan wilayah bagian timur Kekaisaran. Menjelang akhir masa pemerintahan Antiokhos II, provinsi-provinsi timur Baktria dan Parthia secara berbarengan menyatakan kemerdekaannya.

Yunani-Baktria memisahkan diri (250 SM)

Diodotos, gubernur untuk wilayah Baktria, menyatakan wilayahnya merdeka pada 250 SM untuk membentuk kerajaan Yunani-Baktria. Kerajaan ini dicirikan oleh budaya Hellenis yang kaya, dan melanjutkan dominasinya atas Baktria hingga sekitar 125 SM, ketika ia dikalahkan oleh penyerangan bangsa-bangsa nomaden utara. Salah seorang dari raja-raja Yunani-Baktria, Demetrios I dari Baktria, menyerang India sekitar 180 SM dan membentuk kerajaan Yunani-India, yang bertahan hingga 1 SM.

Parthia memisahkan diri (250 SM)

Seorang ketua suku Parthia yang bernama Arsases merebut wilayah Parthia dari Kekaisaran Seleukia sekitar 250 SM untuk membentuk Dinasti Arsasid – yang merupakan titik awal Kekaisaran Parthia yang kuat.

Kekuasaan memudar dan kebangkitan kembali

Pada saat anak Antiokhos II, Seleukos II Kalinikos naik takhta sekitar 246 SM, kekuasaan Dinasti Seleukd tampak merosot. Selain dari pemisahan diri Parthia dan Baktria, Seleukos II secara dramatis dikalahkan dalam Perang Suriah Ketiga melawan Ptolemaios III dari Mesir, dan kemudian harus menghadapi perang saudara melawan saudaranya sendiri Antiokhos Hierax. Di Asia Kecil pula, Dinasti Seleukid tampaknya kehilangan kekuasaannya – bangsa Galia telah sepenuhnya memantapkan kekuasaannya di Galatia, kerajaan-kerajaan yang semi-independen semi-Helenis bermunculan di Bitinia, Pontus, dan Kapadosia, dan kota Pergamum di sebelah barat menyatakan kemerdekaannya di bawah Dinasti Attalid.

Tetapi Kekaisaran ini bangkit kembali ketika anak Seleukos II yang lebih muda, Antiokhos III yang Agung, naik takhta pada 223 SM. Meskipun mulanya gagal dalam Perang Suriah Keempat melawan Mesir, yang menyebabkan kekalahan yang memalukan pada Pertempuran Raphia (217 SM), Antiokhos belakangan membuktikan dirinya sebagai yang terbesar dari semua penguasa Seleukia setelah Seleukos I sendiri. Setelah kekalahannya di Raphia, ia menghabiskan 10 tahun berikutnya di Anabasisnya di seluruh bagian timur dari wilayah kekuasaannya. Ia memulihkan vasal-vasal yang memberontak seperti Parthia dan Baktria hingga sekurang-kurangnya secara nominal mereka menjadi taat, dan bahkan meniru Aleksander dengan melakukan ekspedisi ke India.

Ketika ia kembali ke barat pada 205 SM, Antiokhos menemukan bahwa dengan kematian Ptolemaios IV, situasinya kini tampak menguntungkan untuk melakukan peperangan lagi ke sebelah barat.
Antiokhos dan Philippos V dari Makedonia kemudian membuat suatu kesepakatan untuk membagi-bagi wilayah kekuasaan Ptolemaios di luar Mesir, dan dalam Perang Suriah Kelima, Dinasti Seleukid menggulingkan Ptolemaios V dari kekuasaannya atas Koele-Suriah. Pertempuran Panium (198 SM) mengukuhkan peralihan kekuasaan dari tangan keluarga Ptolemaios kepada Dinasti Seleukid. Antiokhos tampaknya, sekurang-kurangnya, berhasil memulihkan keagungan Kerajaan Seleukia.

Kekuasaan Romawi dan disintegrasi kembali

Namun keagungan Antiokhos tidak bertahan lama. Setelah kekalahan bekas sekutunya Philippos di tangan Romawi pada 197 SM, Antiokhos kini melihat kesempatan untuk berekspansi ke Yunani. Didorong oleh jenderal Kartago, Hannibal, dan setelah membangun aliansi dengan Liga Aitolia yang merasa tidak puas, Antiokhos pun menyerang Yunani. Malangnya, keputusan ini menyebabkan kejatuhannya: ia dikalahkan oleh pasukan Romawi di Thermopylae (191 SM) dan pada Magnesia (190 SM), dan dipaksa untuk mengadakan perdamaian dengan Romawi melalui Perjanjian Apamia (188 SM) yang memalukan – yang memaksanya untuk melepaskan semua wilayahnya di Eropa, menyerahkan semua daerah di sebelah utara Asia Kecil, Pegunungan Taurus, kepada Pergamum, dan menyetujui pembayaran ganti rugi yang sangat besar. Antiokhos meninggal pada 187 SM dalam sebuah ekspedisi lain ke timur; dengan ekspedisi ini ia berusaha mengumpulkan uang untuk membayar ganti rugi tersebut.

Pemerintahan oleh anak dan penggantinya, Seleukos IV Philopator (187-175 SM) pada umumnya dihabiskan dengan berbagai usaha untuk membayar ganti rugi yang besar itu, dan Seleukos pada akhirnya dibunuh oleh menterinya Heliodoros. Adik laki-laki Seleukos, Antiokhos IV Epiphanes, kini merebut takhta. Ia berusaha memulihkan wibawa Seleukia dengan mengadakan perang yang sukses melawan Mesir; namun demikian, meskipun ia berhasil memukul tentara Mesir mundur hingga ke Alexandria, ia sendiri dipaksa menarik mundur oleh utusan Romawi Popilius Laena, yang terkenal karena membuat lingkaran di pasir di sekeliling raja itu dan menyuruhnya untuk mengambil keputusan apakah ia mau mundur atau tidak dari Mesir sebelum ia meninggalkan lingkaran tersebut. Antiokhos memilih untuk mundur.

Pada masa pemerintahannya di kemudian hari, ia menyaksikan disintegrasi lebih jauh Kekaisarannya. Wilayah timur kekaisarannya hampir tidak bisa dikendalikan, ketika orang-orang Parthia mulai mengambil alih tanah Persia; dan upaya helenisasi Antiokhos yang agresif (atau de-Yahudisasi) menyebabkan bangkitnya pemberontakan bersenjata di Yudea – yaitu pemberontakan Makabe. Upaya-upaya untuk menangani bangsa Parthia dan orang-orang Yahudi terbukti sia-sia, dan Antiokhos sendiri mati dalam sebuah ekspedisi melawan bangsa Parthia pada 164 SM.
Perang saudara dan kehancuran lebih jauh

Setelah kematian Antiokhos IV Epiphanes, Kekaisaran Seleukia menjadi semakin tidak stabil. Berbagai perang saudara yang kerap kali terjadi menggoyahkan kekuasaan sentral. Anak Epiphanes yang masih muda, Antiokhos V Eupator, mula-mula digulingkan oleh anak Seleukos IV, Demetrios I Soter pada 161 SM. Demetrios I berusaha memulikan kekuasaan Seleukia di Yudea khususnya, namun ia digulingkan pada 150 SM oleh Aleksander Balas – seorang penipu yang (dengan dukungan Mesir) mengaku-ngaku sebagai anak Epiphanes. Aleksander Balas memerintah hingga 145 SM, ketika ia digulingkan oleh anak Demetrios I, Demetrios II Nikator. Namun demikian Demetrios II terbukti tidak mampu mengendalikan seluruh kerajaan. Sementara ia memerintah Babilonia dan Suriah bagian timur dari Damaskus, sisa-sisa pendukung Balas – mula-mula mendukung anak Balas, Antiokhos VI, dan kemudian mendukung jenderal yang merebut kekuasaan Diodotos Tryfon – ditahan di Antiokhia.

Sementara itu, terlepasnya daerah kekuasaan Kekaisaran terus berlangsung. Pada 143 SM, orang-orang Yahudi telah sepenuhnya mengukuhkan kemerdekaan mereka. Ekspansi Parthia juga berlanjut terus. Pada 139 SM, Demetrios II dikalahkan dalam pertempuran oleh orang-orang Parthia dan ditangkap. Pada saat ini, keseluruhan Dataran Tinggi Iran telah jatuh ke tangan Parthia. Saudara laki-laki Demetrios Nikator, Antiokhos VII, akhirnya mampu memulihkan kesatuan dan kekuatan untuk sementara waktu ke wilayah kekuasaan Seleukia, namun ia terbukti tidak setara dengan ancaman Parthia. Ia terbunuh dalam pertempuran dengan orang-orang Parthia pada 129 SM, yang menyebabkan keruntuhan terakhir kekuasaan Seleukia atas Babilonia. Setelah kematian Antiokhos VII, seluruh kekuasaan Seleukia praktis hancur, karena berbagai pihak memperebutkan kekuasaan atas apa yang tersisa dari wilayah Seleukia dalam perang saudara yang tidak habis-habisnya.

Keruntuhan Kekaisaran Seleukia

Pada 100 SM, Kekaisaran Seleukia yang pernah begitu jaya kini hanya mencakup wilayah yang sedikit lebih luas daripada Antiokhia dan beberapa kota Suriah. Meskipun kekuasaannya jelas sudah hancur dan kerajaan mereka runtuh di sekitarnya, kaum bangsawannya terus memainkan peranan sebagai tokoh-tokoh berpengaruh dalam peta kekuatan di daerah itu, dengan sekali-sekali campur tangan dari Kerajaan Ptolemaik di Mesir dan kekuatan-kekuatan luar lainnya. Dinasti Seleukid ada semata-mata karena tidak ada bangsa lain yang ingin mencaplok mereka. Mereka dianggap sebagai peredam di antara tetangga-tetangga mereka. Dalam berbagai peperangan di Anatolia antara Mithridates VI dari Pontus dan Sulla dari Romawi, Dinasti Seleukid umumnya dibiarkan oleh para petarung utamanya.

Namun demikian, menantu Mithridates yang ambisius, Tigranes Agung, raja dari Armenia, melihat kesempatan untuk melakukan perluasan dalam untuk memperluas wilayahnya di tengah-tengah perang saudara yang berkelanjutan di selatan. Pada 83 SM, atas undangan dari salah satu pihak yang terlibat dalam perang saudara yang berkelanjutan itu, ia menyerang Suriah, dan segera menetapkan dirinya sebagai penguasa Suriah, dan praktis mengakhir kekuasaan Seleukia.

Namun demikian, kekuasaan Seleukia tidak sama sekali tamat. Setelah kemenangan jenderal Romawi Lucullus atas Mithridates dan Tigranes pada 69 SM, sisa-sisa kerajaan Seleukia dipulihkan di bawah Antiokhos XIII. Bahkan sekarang, perang saudara tidak dapat dicegah, karena seorang penguasa Seleukia lainnya, Filipus II, memperebutkan kekuasaan dengan Antiokhus. Setelah penaklukan Romawi atas Pontus, orang-orang Romawi menjadi semakin kuatir atas ketidakstabilan yang berkelanjutan di Suriah di bawah Dinasti Seleukid. Setelah Mithridates dikalahkan oleh Pompeius pada 63 SM, Pompeius berusaha menciptakan kembali wilayah Timur yang hellenis, dengan menciptakan kerajaan-kerajaan klien yang baru dan mendirikan provinsi-provinsi. Sementara negara-negara klien seperti Armenia dan Yudea dibiarkan tetap mempertahankan otonomi pada batas tertentu di bawah raja-raja setempat, Pompeius menganggap Dinasti Seleukid terlalu merepotkan untuk dibiarkan berlanjut. Sambil menyingkirkan kedua pangeran Seleukia yang merupakan lawannya, ia menjadikan Suriah sebagai sebuah provinsi Romawi.