Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jun 22, 2017

Nahum

Nahum, nabi dalam Alkitab, menggambarkan Niniwe sebagai ”sarang singa” dan ”kota penumpahan darah”. Ia menambahkan, ”Mangsa tidak pergi! Ada bunyi cambuk dan bunyi gemeretak roda, dan kuda yang berderap dan kereta yang berguncang-guncang. Penunggang yang sudah naik ke kudanya, dan nyala pedang, dan kilatan tombak,  dan banyaknya orang yang dibunuh, dan massa bangkai yang sangat banyak; dan tidak ada habisnya mayat-mayat. Mereka terus tersandung di antara mayat-mayat mereka.” (Nahum 2:11; 3:1-3) Apakah sejarah sekuler meneguhkan uraian Alkitab tentang Asiria kuno?

Berikut ini adalah bualan seorang raja Asiria, Asyurnasirpal II, tentang cara ia memperlakukan para penentangnya,

”Aku membangun sebuah pilar di seberang gerbang kotanya, dan aku menguliti semua orang terkemuka yang telah memberontak, dan aku membungkus pilar itu dengan kulit mereka; beberapa orang aku kurung dalam pilar itu, beberapa aku pantek pada pilar itu di atas tiang-tiang, dan aku memotong kaki dan lengan para perwira, para pejabat kerajaan yang telah memberontak. Banyak tawanan kubakar, dan banyak yang kubawa hidup-hidup sebagai tawanan.” Sewaktu para arkeolog menggali istana-istana raja Asiria, mereka menemukan tembok-temboknya dihiasi gambar-gambar tawanan yang diperlakukan secara mengerikan.

Pada 740 SM, Asiria menaklukkan Samaria, ibu kota kerajaan Israel di utara, dan membawa rakyatnya ke pembuangan. Delapan tahun kemudian, Asiria menyerbu Yehuda. (2 Raja 18:13) Raja Asiria, Sanherib, menuntut upeti 30 talenta emas dan 300 talenta perak dari raja Yehuda, Hizkia. Menurut catatan Alkitab, upeti ini dibayarkan. Meskipun demikian, Sanherib terus menuntut agar Yerusalem, ibu kota Yehuda, juga menyerah tanpa syarat kepadanya.2 Raja 18:9-17, 28-31.

Di Niniwe para arkeolog menemukan catatan tentang peristiwa-peristiwa yang sama dalam catatan sejarah Sanherib, yang terukir pada sebuah prisma tanah liat heksagonal. Dalam teks itu, raja Asiria membual, ”Mengenai Hizkia, orang Yahudi itu, ia tidak tunduk di bawah kuk aku, aku mengepung 46 kotanya yang kuat, benteng-benteng bertembok dan desa-desa kecil yang tak terhitung jumlahnya di daerah sekitarnya, dan menaklukkan (itu semua)   Ia sendiri [Hizkia] kujadikan tahanan di Yerusalem, istananya, seperti burung dalam sangkar.” Lalu, Sanherib mengaku bahwa Hizkia mengirimkan kepadanya ”30 talenta emas, 800 talenta perak, batu-batu berharga, (dan) segala jenis barang berharga”, melebih-lebihkan jumlah talenta perak yang sebenarnya ia terima.

Namun, perhatikan bahwa Sanherib tidak menyatakan telah menaklukkan Yerusalem. Sebenarnya, ia tidak mengatakan apa-apa tentang kekalahan total pasukannya akibat campur tangan ilahi. Menurut Alkitab, malaikat Allah membunuh 185.000 prajurit Asiria dalam satu malam. (2 Raja 19:35, 36) Seorang cendekiawan bernama Jack Finegan berkata, ”Namun, mengingat bahwa inskripsi-inskripsi raja-raja Asiria pada umumnya bernada membual, jangan harap Sanherib akan mencatat kekalahan semacam itu.”

Nubuat

Sekitar seratus tahun sebelum kejatuhan Imperium Asiria, Yesaya menyatakan bahwa Allah Yehuwa akan meminta pertanggungjawaban para penakluk yang sombong itu atas  penghinaan mereka terhadap umat-Nya. ”Aku akan membuat perhitungan atas akibat dari sikap tinggi hati raja Asiria serta matanya yang congkak dan sombong,” kata Yehuwa. (Yesaya 10:12) Selanjutnya, Nahum, nabi dari Allah, menubuatkan bahwa Niniwe akan dijarah, gerbang-gerbangnya terbuka bagi musuh-musuhnya, dan para pengawalnya melarikan diri. (Nahum 2:8, 9; 3:7, 13, 17, 19) Nabi dalam Alkitab, Zefanya, menulis bahwa kota itu akan menjadi ”tempat yang tandus dan telantar”.—Zefanya 2:13-15.

Nubuat-nubuat tentang kebinasaan itu tergenap pada 632 SM, yaitu ketika Niniwe jatuh ke tangan pasukan gabungan Babilonia dan Media. Dengan demikian, berakhirlah Imperium Asiria secara memalukan. Sebuah tawarikh Babilonia tentang peristiwa itu menyatakan bahwa para penakluk ”mengangkut hasil rampasan yang sangat besar dari kota itu serta kuilnya” dan menjadikan Niniwe ”timbunan puing”. Dewasa ini, di tempat yang tandus dan telantar bekas kota Niniwe ditemukan banyak timbunan puing, di bantaran timur Sungai Tigris, di seberang kota Mosul, di Irak.

Kehancuran Asiria juga ikut menggenapi nubuat lain lagi dalam Alkitab. Sebelumnya, pada 740 SM, Asiria membawa rakyat kerajaan sepuluh suku ke pembuangan. Kira-kira pada waktu yang sama ketika Asiria melakukan hal ini, Yesaya, nabi dari Allah, menubuatkan bahwa Yehuwa akan ”menghancurkan orang Asiria”, ”menginjak-injaknya”, dan membawa kembali Israel ke tanah airnya. Yesaya menulis, ”Sisa dari umatnya yang masih tertinggal, dari Asiria,   , akan ia [Allah] kumpulkan.” Hal itu persis terjadi sekitar dua ratus tahun kemudian!—Yesaya 11:11, 12; 14:25.

Lama sebelum kejatuhan Niniwe, ketika raja-rajanya masih menimbulkan rasa gentar dalam hati musuh-musuh mereka, Yesaya menubuatkan kedatangan seorang penguasa yang sangat berbeda. Ia menulis, ”Seorang anak telah lahir bagi kita, seorang putra telah diberikan kepada kita; dan kekuasaan sebagai pangeran akan ada di atas bahunya. Ia akan dinamai   Pangeran Perdamaian. Kekuasaannya yang sangat besar sebagai pangeran dan perdamaian tidak akan ada akhirnya, atas takhta Daud dan atas kerajaannya agar itu ditetapkan dengan kokoh dan ditunjang dengan keadilan dan dengan keadilbenaran, dari sekarang sampai waktu yang tidak tertentu. Gairah Yehuwa yang berbala tentara akan melakukan hal ini.” Yesaya 9:6, 7.

Pemerintahan ”Pangeran Perdamaian”, Yesus Kristus, akan meliputi seluruh bumi. Mazmur 72:7, 8 mengatakan, ”Pada zamannya, orang adil-benar akan bertunas, dan damai berlimpah sampai bulan tidak ada lagi. Ia akan mempunyai rakyat dari laut ke laut dan dari Sungai [Efrat] sampai ke ujung-ujung bumi.”

Melalui ”Pangeran Perdamaian” yang perkasa ini, Allah Yehuwa akan memenuhi janji di Mazmur 46:8, 9, ”Mari, kamu sekalian, lihatlah kegiatan Yehuwa, bagaimana ia telah menetapkan peristiwa-peristiwa yang mencengangkan di bumi. Ia menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi. Busur ia patahkan dan tombak ia potong; pedati-pedati ia bakar dalam api.”

Sebelum nubuat Alkitab ini digenapi, Saksi-Saksi Yehuwa melaksanakan program pendidikan Alkitab yang mengajar orang untuk hidup dengan damai, seperti yang Yesus lakukan. Ya, bukan manusia, melainkan Allah yang akan menggenapi nubuat Alkitab yang dicatat di Yesaya 2:4, ”Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan mengangkat pedang melawan bangsa, mereka juga tidak akan belajar perang lagi.” Kontras dengan hal itu, dewasa ini dunia dan para penguasanya membelanjakan satu triliun dolar AS setahun untuk kepentingan militer!

Sejarah dan nubuat yang akurat membuat Alkitab unik, mempertunjukkan kepada orang yang dengan tulus mencari kebenaran bahwa buku ini benar-benar layak kita percayai. Di artikel berikut dari seri ini, kita akan membahas tentang Babilon kuno, ibu kota imperium besar ketiga dalam sejarah Alkitab.

Baghdad

Ketika membahas dinasti Abbasiyah sudah tentu tak dapat dipisahkan dengan kota Baghdad. Kota yang di masa silam dikenal sebagai negeri metropolitan. Negeri 1001 malam.

Ketika pertama kali daulah Abbasiyah mengambil alih kekuasaan dari dinasti Umawiyah yang berpusat di Damaskus, kota itu tidak bersahabat dengan orang-orang Abbasiyah. Damaskus kota yang jauh dari Persia, basis kekuasaan Abbasiyah. Abu al-Abbas al-Saffah, khalifah pertama Daulah Abbasiyah mulai mencari tempat untuk dijadikan pusat pemerintahannya. Ia memilih Kufah, Irak, hingga dia meninggal.

Abu Ja’far al-Mansur, menggantikan Al-Saffah sebagai khalifah kedua Abbasiyah. Dia mencari kota yang baru dan akhirnya menemukan lokasi sebuah dusun kecil Persia bernama Baghdad. Baghdad yang dalam bahasa Persia berarti “Didirikan Tuhan” dahulu adalah kota kuno terletak antara Sungai Tigris dan Sungai Eufrat. Di masa Rasulullah, kota ini menjadi sebuah kota pasar dan ketika khalifah al-Manshur mengunjunginya, pasar-pasar tersebut telah lenyap dan digantikan menjadi biara-biara Kristen.

Pada tahun 146 H (762 M), ketika pertama kali membangun kota Baghdad, pada peletakan batu pertama khalifah al-Manshur mengatakan:
“Bismillahirrahmanirrahim. Bumi adalah milik-Nya. Dia mewariskannya bagi siapa yang Dia kehendaki kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Kemenangan adalah milik orang-orang bertakwa.”

Ratusan ribu pekerja ahli bangunan terdiri dari arsitktur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat dan lainnya yang didatangkan dari Suriah, Mosul, Basrah, dan Kufah dikerahkan untuk membangun kota seribu satu malam tersebut dengan biaya yang sangat besar. Sejarawan mengatakan bahwa Abu Ja’far al-Manshur membiayai biaya pembangunan Baghdad sebesar 18.000 dinar. Dengan dana yang begitu besar, dibangunlah bangunan-bangunan megah: Istana, masjid, jembatan, saluran air, dan berbagai benteng serta kubu pertahanan.

Istana dibangun di tengah-tengah kota Baghdad yang bundar, dan di samping istana dibangun masjid Jami’. Istana khalifah dibangun dengan megah. Pintunya diberi banyak sepuhan emas. Terbuat dari batu dan pualam serta memiliki kubah hijau besar yang dipuncaknya dipasangi patung seorang penunggang kuda yang berputar-putar seperti kincir penunjuk arah angin.

Di atas tembok dalam, sebuah balkon terentang sepanjang kubu benteng yang cukup luas bagi sang khalifah untuk menaiki kuda sembari memeriksa daerah sekilling. Terdapat empat pintu gerbang kota dengan empat jalan raya yang menandai empat penjuru mata angin, menyebar ke luar seperti jari-jari sebuah roda dengan pusatnya adalah istana khalifah. Masing-masing gerbang diberi nama sesuai kota besar atau kawasan yang ditujunya: Damaskus, Basrah, Kufah, dan Khurasan.

Tidak lama, kota Baghdad berkembang psat melampaui rancangan awalnya, menjadi lebih luas dengan banyaknya bangunan-bangunan dan pemukiman. Ia meliputi taman-taman yang luas dan aneka tempat rekreasi. Bahkan orang-orang nonmuslim diberikan kebebasan membangun tempat tinggalnya. Terdapat sebuah kawasan Kristen, dilengkapi dengan gereja, biara, dan asrama biarawati.

Baghdad juga memiliki pelabuhan yang sangat maju untuk penggunaan komersial. Tiga jembatan berukuran besar yang terdapat di hulu, hilir, dan tengah-tengah kota. Dilekatkan ke tiang-tiang besar di kedua tepi sungai Tigris dengan rantai besi. Sekitar tiga ribu sampan juga mengangkut orang bolak-balik.

Sementara itu, di tepi timur sungai Tigris, berdiri istana al-Rusafah milik Muhammad al-Mahdi, putra khalifah al-Manshur. Sebuah pemukiman tumbuh di sekitarnya berseberangan dengan istana kedua yang dikenal sebagai al-Khuld, dibatasi oleh taman-taman luas yang terhampar sepanjang tepi barat.

Setelah beberapa waktu, kota ini memiliki lapangan-lapangan publik berukuran besar untuk balapan kuda dan polo. Sebuah istana yang dibangun di sekilling sebatang pohon perak murni dengan burung mekanis yang berkicau. Terdapat juga kebun binatang dengan kandang-kandang bertrali untuk singa, gajah, merak, macan, dan jerapah.

Baghdad yang dinamakan Madinah al-Salam (Kota Kedamaian) oleh al-Manshur seakan disulap dalam satu malam menjadi kota terbesar di dunia dan tiada bandingannya. Di dalamnya terdapat banyak ulama dan cendikiawan. Al-Manshur mengumpulkan para ulama di Baghdad dari seluruh negara dan wilayah sehingga Baghdad menjadi induk dunia, tuan negara dan tempat lahirnya peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah.

Demikianlah sejarah singkat pembangunan kota Baghdad yang nantinya, di masa Khalifah Harun al-Rasyid dan setelahnya menjadi kota metropolitan dengan penduduk terbanyak di dunia mencapai dua juta orang. Saingannya adalah kota Cordoba di Spanyol dibawah pemerintahan Islam dinasti Umawiyah dengan 500.000 jiwa. Sementara itu, Paris, kota Kristen terbesar di Eropa, hanya mencapai 200.000 hingga 300.000 jiwa saja.

Asal Usul Nama Negara Timur Tengah

Sebutan Timur Tengah berasal dari sudut pandang Eropa Barat yang membagi wilayah timur menjadi 3 kawasan, yaitu Timur Dekat (Near East), Timur Tengah (Middle East), dan Timur Jauh (Far East).
Sejak abad ke-19 terdapat beberapa versi mengenai batas kawasan Timur Tengah. Namun saat ini, sebutan Timur Tengah umumnya meliputi wilayah 16 negara di Asia Barat, dan ditambah Mesir.
Berikut ini asal usul nama-nama negara di Timur Tengah:

1. Bahrain

Dalam Bahasa Arab, Bahrain berarti “dua laut.” Istilah tersebut awalnya digunakan untuk seluruh kawasan timur Semenanjung Arab yang menghadap ke dua laut, yaitu Teluk Persia dan Teluk Oman (bagian dari Laut Arab).
Negara Bahrain sendiri merupakan negara kepulauan kecil yang terletak di Teluk Persia. Karena berada di kawasan timur Semenanjung Arab, kepulauan tersebut kemudian dinamakan Bahrain. Kerajaan Bahrain mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada 15 Agustus 1971.

2. Cyprus

Republik Cyprus adalah negara pulau yang terletak di wilayah timur Laut Mediterania, sebelah barat Suriah dan Lebanon, serta di selatan Turki. Republik Cyprus mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada 16 Agustus 1960.
Nama Cyprus sudah ditemukan dalam catatan bangsa Mycenae pada abad ke-15 SM, yaitu ku-pi-ri-jo. Terdapat beberapa versi mengenai asal nama Cyprus. Namun Georges Dossin berpendapat bahwa nama tersebut berasal dari kata Sumeria, yaitu Zubar yang berarti tembaga, atau Kubar yang berarti perunggu. Perunggu adalah campuran tembaga dengan unsur kimia lain, biasanya dengan timah. Dalam Bahasa Latin, tembaga disebut Cuprum, dan berasal dari ungkapan aes Cyprium, yaitu “logam dari Cyprus.” Sejak zaman dahulu, pulau Cyprus sudah dikenal sebagai salah satu penghasil tembaga untuk kawasan Mediterania dan Asia Barat.

3. Mesir

Pengguna Bahasa Inggris menyebut Mesir dengan nama Egypt. Nama tersebut berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu Aígyptos (a-ku-pi-ti-yo). Kata tersebut diserap dalam Bahasa Arab menjadi Qubṭī (Koptik).
Kata Aígyptos sendiri diserap bangsa Yunani dari kata Mesir Kuno, yaitu Hikuptah (ḥwt-kȝ-ptḥ) yang berarti “rumah dari jiwa dewa Ptah.” Kata Hikuptah merujuk pada kuil Ptah (dewa pencipta) di kota Memphis, Mesir Kuno.
Sedangkan kata Mesir berasal dari Al Qur’an (QS. Yusuf: 21), dan merupakan kata yang berasal dari rumpun Bahasa Semit. Catatan tertua yang menyebut kata Mesir adalah lempeng tanah liat bangsa Akkadia (penutur pertama Bahasa Semit). Kata mi-iṣ-ru dalam Bahasa Akkadia berarti “perbatasan.” Kerajaan Akkadia berpusat di Mesopotamia, sekitar abad ke-23 SM, dimana Mesir menjadi salah satu wilayah perbatasannya.

4. Iran

Catatan tertua yang menyebut nama Iran berasal dari prasasti di reruntuhan kota kuno Naqsh-e Rustam. Prasasti tersebut mencatat penobatan raja Sasanid pertama, yaitu Ardashir I (180 – 242 M). Dalam catatan yang menggunakan Bahasa Persia Pertengahan, Ardashir disebut sebagai ardašīr šāhān šāh ērān. Sedangkan dalam catatan yang menggunakan Bahasa Parthia, Ardashir disebut sebagai ardašīr šāhān šāh aryān. Kedua sebutan tersebut berarti “raja di atas segala raja bangsa Iran.” Kata ērān maupun aryān berasal dari Bahasa Proto-Iranian yang berarti bangsa Arya. Arya berarti “bangsawan,” dan digunakan bangsa Indo-Iranian untuk menyebut diri mereka sendiri. Sebutan tersebut dapat ditemukan dalam naskah Weda (agama Hindu) dan Avesta (agama Zoroaster).
Sedangkan kata Persia merupakan sebutan orang Yunani untuk bangsa Iran, yaitu Persis. Kata Persis sendiri berasal dari Bahasa Assyria, yaitu Parsa. Kerajaan Assyria berpusat di Mesopotamia. Prasasti Assyria dari abad ke-9 SM menyebut Parsa sebagai perbatasan di tenggara Assyria (saat ini provinsi Fars, Iran). Parsa adalah wilayah kekuasaan awal bangsa Iran.

5. Irak

Kata Irak berasal dari nama kota Sumeria, yaitu Uruk (berdiri sekitar 4000 tahun SM) yang berada di selatan Mesopotamia. Bangsa Arab kemudian menyebut wilayah selatan Mesopotamia sebagai al-ʿIrāq.
Sebelum Perang Dunia I, Kekhalifahan Turki Utsmani membagi Irak menjadi 3 provinsi, yaitu Vilayet Mosul, Vilayet Baghdad, dan Vilayet Basra. Pada Perang Dunia I, Inggris merebut Irak dengan bantuan bangsa Arab. Sebelumnya, Inggris berjanji membantu berdirinya negara Arab merdeka, dengan wilayah yang terbentang dari perbatasan timur Mesir sampai perbatasan barat Iran (termasuk wilayah Irak) jika bangsa Arab membantu untuk mengalahkan Utsmani.
Namun setelah Perang Dunia I, Inggris tidak menunjukkan tanda untuk menjadikan Irak sebagai negara merdeka. Sehingga orang-orang Arab di Irak melakukan pemberontakan pada 1920. Inggris kemudian mendirikan Kerajaan Irak (al-Mamlakah al-‘Irāqiyyah) pada 1921, dengan Faisal I (dari Bani Hasyim) sebagai raja pertamanya.
Pada 1932, Inggris memberikan kemerdekaan kepada Kerajaan Irak. Pada 1958 terjadi kudeta militer yang mengganti Kerajaan Irak menjadi Republik Irak.

6. Israel

Nama negara Israel berasal dari nama Kerajaan Israel yang berdiri sekitar 1050 – 930 SM. Kerajaan tersebut dinamakan Israel karena merujuk pada gelar leluhur mereka, yaitu nabi Yakub (Jacob). Terdapat beberapa versi mengenai sebab nabi Yakub diberi gelar Israel. Namun dalam Tafsir At Thabari dan Al Kasyaf disebutkan bahwa Israel berarti “kekasih Allah” atau “hamba Allah.” Yakub memiliki dua belas anak lelaki, yaitu Reuben, Simeon, Levi, Judah (Yahuda), Dan, Naphtali, Gad, Asher, Issachar, Zebulun, Joseph (Yusuf), dan Benjamin. Dua belas anak tersebut kemudian berkembang menjadi dua belas suku Israel. Kerajaan Israel mencapai puncak kejayaan di masa kepemimpinan nabi Daud dan Sulaiman, keduanya berasal dari suku Judah (Yahuda). Setelah wafatnya Sulaiman, Kerajaan Israel mengalami perpecahan. Sepuluh suku Israel menolak kepemimpinan putra Sulaiman (dari suku Yahuda). Sedangkan suku Judah (Yahuda) dan Benjamin tetap mendukung kepemimpinan keturunan Sulaiman.
Sepuluh suku tersebut kemudian mendirikan Kerajaan Israel di utara dengan ibukota Samaria. Sedangkan dua suku mempertahankan kerajaan di selatan dengan ibukota Yerusalem, dan kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Yahudi (Judah). Sehingga sebutan Israel, pada awalnya, berlaku bagi semua keturunan nabi Yakub. Sedangkan sebutan Yahudi berlaku bagi keturunan Yahuda, salah satu putra Yakub.

7. Yordania

Nama Yordania berasal dari sungai Yordan yang mengalir di bagian barat negara tersebut. Kata Yordan sendiri berasal dari Bahasa Ibrani, yaitu Yarad yang berarti “turun, menuju ke bawah.” Bangsa Arab menyebut sungai tersebut sebagai Nahr al-Urdun. Kerajaan Hasyimi Yordania (Al-Mamlakah Al-Urdunnīyah Al-Hāshimīyah) bermula dari pemberontakan bangsa Arab (1916 – 1918) terhadap Turki Utsmani. Pemberontakan tersebut disulut oleh Inggris yang membutuhkan bantuan bangsa Arab dalam Perang Dunia I. Inggris berhasil membujuk pemimpin Utsmani di Mekah, Syarif Hussein bin Ali al-Hasyimi (orang Arab yang masih keturunan nabi Muhammad), untuk memimpin pemberontakan terhadap Utsmani. Dalam surat menyurat antara Syarif Hussein dengan Sir Henry McMahon, Inggris berjanji akan memberikan wilayah Utsmani yang terbentang dari perbatasan timur Mesir sampai perbatasan barat Iran. Namun Inggris dan Perancis mengkhianati Syarif Hussein. Perancis mengambil alih Suriah dan Lebanon, sementara Inggris menguasai Palestina, Yordania, dan Irak. Syarif Hussein hanya berkuasa di Hejaz. Setelah orang-orang Arab di Irak melakukan pemberontakan pada 1920, Inggris kemudian memberikan kekuasaan kepada putra-putra Syarif Hussein, yaitu Abdullah dan Faisal. Faisal I bin al-Hussein menjadi raja Irak pada 1921. Sedangkan Abdullah I bin al-Hussein menjadi raja Yordania pada 1921. Kerajaan Yordania memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 25 Mei 1946.

8. Kuwait

Nama Kuwait berasal dari nama ibukota negara tersebut, yaitu Madinat al-Kuwait. Kata Kuwait sendiri berasal dari kata Kut, yang biasa digunakan di selatan Irak dan timur semenanjung Arab untuk menyebut bangunan berbentuk benteng yang dikelilingi pemukiman. Kota Kuwait bermula dari desa nelayan yang dibangun Bani Khalid pada sekitar 1613. Karena letaknya yang strategis, Kuwait menjadi rebutan berbagai kekuasaan, termasuk Utsmani dan Inggris. Pada 1899, Kuwait menjadi wilayah protektorat Inggris. Protektorat adalah negara atau wilayah yang dikontrol, bukan dimiliki, oleh negara lain yang lebih kuat. Sebuah protektorat biasanya berstatus otonomi dan berwenang mengurus masalah dalam negeri. Status protektorat Inggris di Kuwait berakhir pada 19 Juni 1961.

9. Lebanon

Nama Lebanon berasal dari nama gunung Lebanon yang berada di utara negara tersebut. Kata Lebanon sendiri berasal dari Bahasa Semit, yaitu bentukan akar kata l-b-n yang berarti “putih.” Nama tersebut diberikan karena warna putih dari salju yang menutupi puncak gunung Lebanon. Setelah Perang Dunia I, Perancis mengambil alih wilayah Lebanon dan Suriah dari Utsmani. Pada Perang Dunia II, sebagian wilayah Perancis diduduki Jerman. Lebanon kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada 22 November 1943. Pasukan pendudukan Perancis ditarik keluar dari Lebanon pada Desember 1946.

10. Oman
Oman adalah kata kuno yang sudah muncul di peta-peta zaman dahulu. Terdapat beberapa pendapat mengenai asal nama Oman. Pendapat yang umum digunakan adalah Oman berasal dari nama pendiri tempat tersebut, yaitu Oman bin Qahthan. Keturunan Qahtan dianggap sebagai orang Arab asli (Arab al-‘Aaribah), dan berasal dari wilayah selatan semenanjung Arab. Istilah Arab al-‘Aaribah digunakan untuk membedakan dengan Arab al-Musta’ribah (orang Arab hasil arabisasi), yaitu orang Arab yang berasal dari keturunan nabi Ismail. Nabi Ismail bukanlah orang Arab, ayahnya (Ibrahim) berasal dari Ur (selatan Mesopotamia), ibunya (Hajar) berasal dari Mesir. Nabi Ismail kemudian menikah dengan perempuan suku Jurhum (Arab al-‘Aaribah). Sejak abad ke-8 M, kelompok Khawarij Ibadiyah berkuasa di Oman. Beberapa kekuatan sempat berkuasa di Oman, seperti Seljuk, Portugis, Utsmani, dan Inggris. Namun kelompok Ibadi kembali berkuasa di Oman. Saat ini Oman dipimpin Sultan Qābūs bin Saʿīd, seorang Ibadi dari Dinasti Al Said.

11. Palestina

Catatan tertua yang menyebut nama Palestina adalah prasasti di kuil Medinet Habu, Mesir. Prasasti tersebut menyebut Peleset sebagai salah satu Orang-Orang Laut yang menyerang Mesir di masa Ramses III (sekitar 1217 – 1155 SM), Dinasti Kedua Puluh Mesir Kuno. Orang-Orang Laut adalah sebutan bagi suku-suku yang menyerang Mesir dari laut, sekitar abad ke-13 – 12 SM. Mereka diduga berasal dari pesisir Asia Barat atau Eropa Selatan. Di antara Orang-Orang Laut tersebut adalah suku Peleset, Denyen, Shardana, Meshwesh, dan Tjekker. Suku Peleset berasal dari wilayah antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan (saat ini masuk wilayah negara Palestina). Dalam Alkitab, Kitab Kejadian 10 : 19, wilayah tersebut awalnya dihuni oleh keturunan Kanaan bin Ham bin Nuh. Tidak diketahui arti kata Peleset. Kemungkinan kata tersebut adalah sebutan dari orang-orang Peleset untuk diri mereka sendiri. Ketika bangsa Israel hijrah dari Mesir ke tanah Kanaan (Kitab Keluaran 6 : 4), mereka juga menggunakan sebutan orang Mesir untuk wilayah tersebut, yaitu Peleshet (Kitab Keluaran 13 : 17). Kata tersebut kemudian diserap orang Yunani menjadi Palaistinê.

12. Qatar

Catatan tertua yang menyebut Qatar berasal dari penulis Romawi, Pliny (23 – 79 M), yang menyebut penghuni wilayah tersebut sebagai Catharrei. Kata Qatar sendiri berasal dari Bahasa Arab, yaitu Qathran yang berarti “tar” (minyak mentah yang merembes ke permukaan bumi dan membentuk danau aspal). Sebelum Perang Dunia I, Qatar berada di bawah kekuasaan Utsmani. Saat Perang Dunia I, orang Arab Qatar turut membantu Inggris mengalahkan Utsmani. Qatar kemudian menjadi wilayah protektorat Inggris. Pada 1 September 1971, Qatar mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris.

13. Saudi Arabia

Nama Saudi pada Kerajaan Arab Saudi (al-Mamlakah al-ʻArabīyah as-Suʻūdīyah), berasal dari nama keluarga penguasanya, yaitu Keluarga Saud. Sedangkan kata Arab, akar kata tersebut dalam rumpun Bahasa Semit memiliki arti “gurun pasir” atau “nomad (pengembara).” Dalam Al Qur’an, surat At Taubah: 97, kata ʾaʿrāb merujuk pada orang Arab Badui. Catatan tertua yang menyebut kata Arab adalah prasasti Kurkh dari Kerajaan Assyria. Prasasti tersebut menceritakan raja Assyria (Shalmaneser III) yang berhasil mengalahkan persekutuan 12 raja dalam Pertempuran Qarqar (853 SM). Salah satu anggota persekutuan 12 raja tersebut adalah Gindibu dari mâtu arbâi (tanah Arab) yang memimpin 1000 pasukan penunggang unta.

14. Suriah

Nama Suriah berasal dari nama bangsa Assyria. Nama Assyria sendiri berasal dari nama ibukotanya, yaitu Assur. Sedangkan nama Assur berasal dari nama kepala dewa-dewa Assyria, yaitu Ashur. Kerajaan Assyria awalnya berpusat di Mesopotamia Utara. Bangsa Assyria mulai berkuasa sekitar abad ke-21 SM setelah Kerajaan Akkadia mengalami kemunduran. Wilayah Suriah saat ini, dahulu termasuk dalam kekuasaan Kerajaan Assyria.
Setelah Perang Dunia I, Perancis mengambil alih wilayah Lebanon dan Suriah dari Utsmani. Orang Arab Suriah beberapa kali mengadakan pemberontakan terhadap Perancis. Pada Perang Dunia II, sebagian wilayah Perancis diduduki Jerman. Suriah kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada 24 Oktober 1945. Pasukan pendudukan Perancis ditarik keluar dari Suriah pada April 1946.

15. Turki

Catatan tertua yang menyebut kata Turki sebagai bangsa, terdapat dalam surat dari Ishbara Qaghan (pemimpin suku Göktürks) untuk Kaisar Wen (dari Dinasti Sui di Tiongkok) pada abad ke-6 M. Dalam surat tersebut, Ishbara Qaghan menyebut dirinya sebagai Khan Turki Raya. Catatan Tiongkok sudah menyebut kata tu-jue atau tu-kin untuk menyebut bangsa yang tinggal di Pegunungan Altay, Asia Tengah, sekitar abad ke-2 SM. Akar kata Turk sendiri dalam Bahasa Turki berarti “kekuatan.”

16. Uni Emirat Arab

Negara tersebut bernama Uni Emirat Arab karena merupakan gabungan dari 7 kerajaan (emirat) kecil, yaitu Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Quwain. Ibukota Uni Emirat Arab adalah Abu Dhabi.
Utsmani dan Portugis sempat berkuasa di wilayah Uni Emirat Arab. Pada abad ke-19, Inggris melakukan serangkaian perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut, sehingga menjadikan mereka secara informal sebagai protektorat Inggris. Setelah Perang Dunia II, kekuatan Inggris semakin menurun. Memasuki 1960-an, Inggris sudah tak mampu lagi menyediakan sumber daya untuk melindungi wilayah tersebut. Inggris kemudian mengumumkan akan menarik mundur pasukannya dari wilayah tersebut. Pada 1971, pemimpin Abu Dhabi dan Dubai mengajak kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut untuk membentuk persatuan. Kerajaan terakhir yang bergabung dalam persatuan tersebut adalah Ras Al Khaimah pada 1972.

17. Yaman

Dalam prasasti di selatan semenanjung Arab, wilayah Yaman disebut Yamnat. Sebutan Yaman awalnya meliputi ‘Asir di barat daya Arab Saudi sampai Dhofar di selatan Oman (lebih luas dari negara Yaman saat ini). Kata Yaman dalam Bahasa Arab berarti “kanan.” Kata tersebut juga bisa berarti “kebaikan.” Sedangkan akar kata Yumn berarti “kebahagiaan.” Wilayah selatan semenanjung Arab yang subur, membuat bangsa Romawi menyebutnya Arabia Felix (Arab yang bahagia). Hal ini untuk membedakan dengan wilayah tengah semenanjung Arab yang disebut Arabia Deserta (Arab yang bergurun). Zaidiyah, Utsmani, dan Inggris pernah berkuasa di wilayah yang saat ini menjadi negara Yaman. Pada abad ke-19, wilayah Aden (Yaman Selatan) dikuasai Inggris. Sementara kelompok Zaidiyah kembali mendirikan kerajaan di Sana’a (Yaman Utara) setelah kekalahan Utsmani pada Perang Dunia I. Pada 1962, terjadi pemberontakan militer di Yaman Utara. Dengan didukung Mesir, pemberontak berhasil menguasai Yaman Utara dan membentuk Republik Arab Yaman. Pemberontakan tersebut menginspirasi orang-orang Arab Selatan untuk memberontak terhadap Inggris pada 1963. Pada 1967, Inggris menarik mundur pasukannya, dan Yaman Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya. Pada 1990, Yaman Utara dan Yaman Selatan sepakat untuk membentuk negara bersatu.

Jun 3, 2017

Raja-Raja sejarah Israel

Raja-Raja merupakan babak ketiga dari sejarah Israel. Babak ini mengikuti zaman para Bapa Bangsa (Abraham di tahun 1750 S.M) dan Keluaran dan penaklukan (Musa di tahun 1250 S.M).
Daud menduduki Yerusalem sekitar tahun 1000 S.M. Setelah wafatnya Salomo di tahun 932 S.M, kerajaan Daud dan putranya Salomo terpecah. Bagian Utara yang disebut Kerajaan Israel akan lenyap sebagai bangsa dua abad kemudian. Bagian Selatan yang disebut Kerajaan Yehuda bertahan hingga tahun 587 S.M, tahun penghancuran Yerusalem serta Kenisah dan pembuangan ke Babel.
Masa ini mencakup seluruhnya empat abad. Keempat abad masa raja-raja adalah masa yang terpenting dalam sejarah suci karena pada masa inilah Allah mengangkat para nabi dari antara bangsa pilihan-Nya.
Sebagian besar dari Kitab Suci ditulis pada masa empat abad ini. Bukan hanya para nabi besar yang menghasilkan tulisan-tulisan ini, seperti Yesaya dan Yeremia, tetapi juga kelompok nabi yang kurang peranannya dalam menulis sejarah Israel: sebagian besar dari bagian-bagian kitab Kejadian dan Keluaran, kitab Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Samuel, dan Raja-Raja.
Dapat dikatakan bahwa masa Raja-Raja adalah masa yang terpenting dalam sejarah suci; masa ini jugalah yang dapat kita ketahui dengan sangat pasti.
Keempat abad ini juga tampak menjadi masa kemerosotan kerajaan Israel bila kita hanya memperhatikan kekayaan dan kekuasaannya. Tetapi selama empat abad ini, melalui pencobaan-pencobaan, penganiayaan-penganiayaan dan berbagai bentuk kesulitan, iman Israel menjadi matang sampai akhir, dalam diri para nabi besar, suatu keagungan dan kejelasan yang hanya dilampaui oleh Kristus.

Kitab Raja-Raja

Pada mulanya Kitab Raja-Raja yang asli membentuk satu kitab saja. Karya ini hasil permenungan nabi dan disempurnakan selama masa pengasingan di Babel.
Kitab ini merupakan suatu sejarah keagamaan. Kejadian-kejadian yang bagi sejarahwan lain dianggap penting dengan sengaja dihilangkan. Kitab ini hampir tidak membicarakan masa pemerintahan yang penting dari Omri dan Yerobeam II di Samaria. Penilaiannya ter-hadap Raja-Raja Israel (kerajaan Samaria) selalu negatif, mempersalahkan mereka atas perpecahan kerajaan Daud kuno. Hanya beberapa raja Yehuda yang dipuji karena kesetiaannya pada Tuhan.
Dengan mudah kita dapat mencatat tiga bagian:
  • Kebesaran pemerintahan Salomo dan Kenisah.
  • Sejarah dua kerajaan: Israel dan Yehuda, setelah perpecahan.
  • Setelah kehancuran kerajaan Israel, sejarah kerajaan Yehuda sampai penghancuran Yerusalem di tahun 587.
Bab-bab yang menyangkut Elia dan Elisa merupakan satu kesatuan yang terpisah: 1Raj 17-19 dan 2Raj 2-8.

• 2.1 Bagian pertama dari Kitab Raja-Raja ini mengetengahkan dengan jelas ketiga lembaga yang bertugas membentuk bangsa yang muda ini: raja-raja, para nabi, dan imam-imam. Para imam dalam diri Zadok yang akan menggantikan Abiatar, ke¬turunan Heli (Yes 3:32-35). Para imam merupakan pembantu (pendukung) paling kuat bagi keturunan Daud (2Raj 11).
Nabi-nabi, di sini diwakili oleh nabi Natan, akan menumbuhkan kesadaran terhadap janji Allah kepada Daud (2Sam 7:12), yang sudah tentu, pada awalnya sama sekali tidak jelas. Secara perlahan-lahan orang-orang akan tahu seberapa jauh kese¬tiaan Allah. 
Kedua bab pertama berbicara tentang pergantian Raja Daud.
Pada akhir masa hidupnya, Daud, yang sudah kehilangan dua putranya dalam perebutan kekua¬saan (lih. 2Sam 3:2), memilih istri yang putranya menjadi ahli waris takhta. Karena itu, Batsyeba dipilih (1Raj 1:17) menjadi ratu dan putranya Salomo akan memerintah menggantikan ayahnya Daud. Sejak saat ini, sadar akan pentingnya wangsa Daud dalam sejarah keselamatan, Kitab Raja-Raja akan menyebut dari setiap pemerintahan istri yang diang¬kat menjadi ratu yang putranya akan ditak¬h¬takan di Yerusalem (ini tidak berlaku bagi Raja Israel dari kerajaan yang memberontak). Dan pada saat Yesus, putra Daud yang sesungguhnya, datang, Injil menceritakan kepada kita siapa wanita yang dipilih di antara segala wanita, ibu yang oleh Allah, dengan kekuasaan-Nya, telah ditentukan untuk melahirkan Putra (Allah) dan Ahli Waris (Luk 1:31; 1:42; Ibr1:2).
Penuhilah hukum-hukum Tuhan Allahmu. Inilah kebijaksanaan para nabi: bila raja dan rakyatnya memenuhi hukum-hukum tersebut, mereka akan makmur.
Yoab…Simei…(ay. 5 dan 8) Daud telah me¬ngam¬puni mereka; mengapa sekarang ia meminta Salomo untuk membunuh mereka? Ini tak ada hubungannya dengan dendam Daud dengan mereka tetapi karena dia percaya pada takhayul sebagaimana orang pada masa itu. Bagi mereka kutukan yang diucapkan Simei (2Sam 16:6) atau oleh siapa pun yang masih berlaku dapat secara tiba-tiba jatuh menimpa keturunan Daud. Cara yang paling baik untuk mencegah kutukan yang dapat menyusahkan mereka adalah dengan mengem¬balikan kepada Simei sendiri dan dengan demikian menyelamatkan keturunan Daud. Dengan cara yang sama, darah yang ditumpahkan oleh Yoab (2Sam 3:28) berseru ke surga, dan karena itu lebih baik mengucilkan dia sehingga keadilan Allah jatuh atas dirinya (Yoab) dan bukan atas anak-anak Daud.

• 3.1 Kitab ini menceritakan 3 kegiatan Salomo yang membuatnya menjadi seorang raja terkenal:
  • Kebijaksanaannya (Bab 3-5).
  • Pembangunannya (Bab 6-8).
  • Usaha-usahanya (Bab 9-10).
Kisah ini berakhir pada bab 11 dengan keputusan Allah atas kerajaan: perpecahan-perpecahan dan kekalahan-kekalahan sedang berlangsung.
Kita tahu bahwa putri Firaun adalah satu di antara istri-istri Salomo: bukti kemasyhuran yang dimiliki kerajaan kecil Israel pada waktu itu karena putri Firaun tidak diizinkan menikah dengan sembarang orang.
Dikatakan bahwa ia melakukan pemujaan di mezbah-mezbah yang disebut “Tempat-tempat tinggi”. Ini kemudian dilarang ketika Kenisah Yerusalem menjadi satu-satunya tempat yang layak bagi Tuhan. Untuk saat itu tak ada aturan tentang itu, dan Salomo pergi ke Gibeon di mana terdapat satu mezbah yang sangat tua. Ia sendiri yang memba¬wakan kurban-kurbannya. Hal ini tidak lama lagi akan menjadi hak istimewa dari para imam dari suku Lewi.

• 4. “Impian” Salomo sangatlah masyhur. Ba¬rang¬kali impian ini hanyalah sebuah perumpamaan yang dengannya penulis menggambarkan watak Salomo ketika ia mulai memerintah.
“Mintalah apa yang kauinginkan.” Inilah tawaran Allah kepada Salomo muda, yang dicintai-Nya. Ini juga tawaran Allah kepada setiap orang muda yang dihadapkan pada tanggung jawab untuk pertama kali. Hidupnya bukanlah suatu takdir yang dijatuhkan kepadanya, melainkan dengan satu dan lain cara, Allah akan memberikan kepadanya apa yang ia sendiri inginkan. Apakah yang kamu cari (Yoh 1:38).
Engkau telah memperlihatkan kepada hamba-Mu Daud, ayahku. Raja muda tidak memulai dari awal. Ia menerima segala sesuatu yang ia miliki dari nenek moyangnya, dan segala yang dia terima dari mereka berasal dari Allah. Salomo tahu bahwa Tuhan setia kepada Daud untuk selamanya: “Aku tak akan pernah menolak anak-anakmu”.
“Berikanlah kepada hamba-Mu pikiran yang berpengertian dalam memerintah rakyat-Mu. Salomo peduli akan pelaksanaan tanggung jawab¬nya dan tak ingin rakyatnya dirampas harapan-harapannya.
Namun Salomo dalam pikirannya mempunyai bentuk-bentuk “kebijaksanaan lain” yang dihargai pada masa itu:
  • Mempersiapkan bagi dirinya suatu kehidupan yang panjang dan tenang, tidak mempunyai masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan, dan dijauhkan dari pengorbanan-pengorbanan yang dituntut dari suatu kehidupan sebagai seorang bangsawan.
  • Kekayaan, menikmati hidup, “hidup nyaman”.
  • Kematian musuh-musuhnya, yaitu kekuatan yang membawa kemenangan, kepuasan, kebang¬gaan diri pribadi.
“Sekarang Kuberikan kepadamu pikiran yang bijaksana, Aku juga akan memberikan kepadamu apa yang tidak engkau minta.” Ini adalah pengajaran yang sama dari Yesus dalam Matius 6:33.

• 16. Di sini, keputusan Salomo yang terkenal itu membuktikan kebijaksanaan yang diterimanya demi kebaikan bangsanya.
Marilah kita lihat lebih dekat tingkah laku Salomo. Ia dapat saja mengusir kedua wanita itu, seraya mengatakan pada dirinya: “Orang-orang ini tidak menarik. Biarkan mereka menyelesaikan per¬cek¬cokan mereka sendiri”. Salomo tidak melihat kea¬daan mereka sebagai pelacur, tetapi ia berusaha mencari seorang ibu di antara mereka. Karena itu, ia menemukan suatu jalan keluar yang tidak terdapat dalam hukum.
Tindakannya menunjukkan bahwa keadilan tidak dapat diperoleh melulu melalui teks-teks hukum. Mereka yang bertanggung jawab harus melihat pada pribadinya dengan pengertian yang sama yang dengannya Allah menyelami hati setiap orang.

• 5.1 Arif dalam keputusannya, arif dalam pemerintahan negaranya, arif dalam menulis peribahasa, ungkapan-ungkapan dan mazmur-mazmur; dari Salomolah muncul pokok-pokok pikiran dari Kitab Kebijaksanaan (Salomo). Kemudian siapa pun yang menulis buku tentang kebijaksanaan akan menghubungkannya dengan karya Salomo: karena itu dalam Kitab Suci, Kitab Pengkhotbah, “Kidung Agung” dan Kitab Kebijak¬sanaan dihubungkan dengan Salomo kendatipun dalam kenyataannya ditulis oleh orang lain.
Salomo mengumpulkan para penulis di istananya untuk mengumpulkan dan menulis tentang tradisi-tradisi Israel, yang hingga saat itu masih tercecer dan diturunkan secara lisan. Inilah saat buku-buku tua dari Kitab Suci ditulis (lih. Pengantar Kitab Kejadian).

• 6.1 Pembangunan pertama Salomo adalah rumah Tuhan, yaitu Kenisah Yerusalem, yang ter¬masuk dalam keajaiban-keajaiban masa lalu.
Kemah tempat Tabut di padang gurun telah menjadi pusat ibadat seperti yang dilakukan oleh suku-suku Pengembara. Sejak saat itu, Kenisah yang agak mirip dengan kuil-kuil orang-orang Kanaan, menjadi pusat suatu kebudayaan kota dan kebu¬dayaan menetap. Persembahan-persembahan dan pesta-pesta yang diselenggarakan di sana diilhami oleh cara ibadat orang-orang Kanaan. Israel maju selangkah dalam kebudayaannya, dan cara ibadat juga disesuaikan dengan keadaan yang baru.
Bukan Allah tetapi manusia yang memerlukan Kenisah (lih. 2Sam 7:7):
  • Ada keinginan yang tulus untuk menghormati Tuhan dengan menyediakan bagi-Nya rumah yang terindah. Karena itu Kenisah di dalam Kitab Suci selalu disebut rumah Tuhan.
  • Di pihak lain, bangsa Israel ingin menunjukkan kemakmuran mereka dan mereka bangga memiliki satu Kenisah yang dapat bersaing dengan Kenisah bangsa lain.
  • Ada juga keinginan untuk memiliki sesuatu yang indah yang menjadi gambaran yang kelihatan dari kemuliaan Allah yang tak kelihatan. Bagi bangsa Israel, Kenisah Yerusalem adalah tumpuan dari Kenisah yang tak kelihatan di mana Tuhan berse¬mayam dalam kemuliaan-Nya. Allah melarang me¬reka untuk melukiskannya dengan gambar-gambar dari ciptaan-ciptaan-Nya; tetapi paling tidak, Rumah itu dapat dihiasi dengan emas dan kayu yang berharga.
  • Akhirnya ada perhatian menghadirkan Allah untuk melindungi bangsa-Nya. Walaupun Tuhan mengatakan bahwa Ia tidak mempunyai Kenisah melainkan jagat raya ini (8:27), Ia ingin hadir di tengah-tengah bangsa-Nya (Ul 12:5). Di Yerusalem Tuhan bersemayam “di tempat yang suci” (Yer 25:30) untuk membela bangsa-Nya (Yes 31:5).
Seperti Salomo, raja-raja dan penguasa-pengua¬sa Kristen pada abad-abad yang lalu menghiasi gereja-gereja mereka dengan emas dan perak, mereka percaya bahwa Rumah Allah harus lebih indah daripada rumah mereka sendiri. Marilah kita menghargai kesalehan mereka; tetapi sekarang kita sadar bahwa kota Allah itu diatur dengan aturan-aturan yang berbeda dari peraturan untuk kota dari kebanyakan bangsa. Kekayaan Kenisah-kenisah tidak selalu menolong kita untuk menemukan keagungan Allah.

• 14. Bagian yang paling suci dari Kenisah, tempat yang paling kudus, hanya berisikan Tabut dengan loh batu yang di atas itu perjanjian Tuhan dan bangsa-Nya telah dikukuhkan. Sebelumnya ruang ini adalah Tempat Kudus di mana lilin-lilin suci dibakar dan dupa dinyalakan. Di sini juga disimpan kedua belas ketul roti yang dipersem¬bahkan setiap minggu (lih. 1Sam 21:5). Sebuah ruang masuk melengkapi rumah ini dan di seke¬lilingnya ada halaman yang lebar dan luas di mana orang berdiri untuk berdoa.
Penataan beberapa ruang menuju tempat yang tersuci, merupakan hal yang biasa di dalam keper¬cayaan-kepercayaan kuno. Hal ini mengajarkan bahwa kita tidak dapat mendekati Allah tanpa persiapan yang baik. Walaupun Tuhan tetap berada di tengah bangsa-Nya, misteri-Nya tak dapat diselami.
Dalam beberapa hal, penataan tersebut mencer¬minkan apa yang menjadi paling hakiki pada manusia, Kenisah yang sesungguhnya bagi Allah. Allah di dalam diri kita, suatu tempat yang sangat khusus di mana Allah hadir (Yoh 14:23). Ketika Yesus meminta kita untuk “bertemu Bapa di tempat tersembunyi” (Mat 6:6), hal itu berarti tidak saja berdoa di suatu tempat sunyi, melainkan juga mencari di dalam diri kita tempat yang paling suci di mana Roh menyampaikan cara-Nya untuk mera¬sakan dan berpikir.

• 7.1 Salomo akan mendirikan istananya di bukit Kenisah di samping rumah Allah. Pemindahan kediaman raja dari bagian bawah kota ke bukit Kenisah mungkin tampak tidak penting bagi kita. Tetapi di balik ini ada suatu paham baru tentang kekuasaan yang diperkenalkan Salomo ke Israel. Daud ayahnya, “raja seturut hati Allah” ini, mem¬bangun istananya di tengah bangsa-Nya (2Sam 5:9). Dan ketika dia mendirikan suatu mezbah untuk Tuhan, ia mendirikannya di atas bukit yang me¬nguasai kota di utara. Tetapi Salomo meninggalkan istana ayahnya dan mendirikan kediamannya yang mewah di atas bukit, di samping Kenisah. Hal ini merupakan suatu isyarat yang penting. Untuk seterusnya, Allah dan raja akan berdiam di atas gunung kudus, dan rakyat berdiam di bawah. Dan Samuel dengan tegas sudah mengingatkan Saul, raja pertama, bahwa tuntutan hukum berlaku baik bagi raja maupun bagi rakyat (2Sam 12:14-15).
Tetapi Salomo tidak mau mendengarkan; seperti begitu banyak putra mahkota dan diktator lain, dia berniat memberikan wewenang mutlak kepada kekuasaannya sama seperti kekuasaan Allah. Dia menjauhi rakyat dan menempatkan dirinya di sam¬ping Allah. Penyimpangan dari makna kekuasaan ini dikritik atau dikecam oleh nabi-nabi (Yer 22:13-19), dan Yesus akan menunjukkan dengan contoh-Nya sendiri bahwa semua kekuasaan adalah pelayanan (Mrk 10:41-45).

• 8.2 Pada hari pentahbisan Kenisah itu, Allah membuat kehadiran-Nya terasa dalam bentuk awan. Dalam Kitab Keluaran, ini adalah tanda yang ke¬lihatan dari kehadiran Tuhan di Yerusalem yang melindungi mereka (Kel 14:19 dan 40:34) di ma¬na pun mereka berada.
Dalam perjalanan waktu, banyak hal yang tidak patut terjadi di halaman Kenisah, mereka bahkan mendirikan mezbah-mezbah bagi dewa-dewa dan mempraktekkan pelacuran-pelacuran rahasia sesuai budaya-budaya kafir (lih. 2Raj 23:4-7). Namun tidak dikatakan bahwa Tuhan meninggalkan kemah-Nya di mana Ia tinggal karena kesetiaan-Nya pada per¬janjian-Nya.
Hanya pada tahun-tahun terakhir dari kerajaan, nabi Yehezkiel memperoleh penampakan di mana awan itu meninggalkan Kenisah. Ini berarti Tuhan bisa saja tinggal di antara umat-Nya yang setia yang diasingkan ke Babel (Yeh 9:3).
Beberapa waktu kemudian, Rasul Yohanes me¬lihat awan itu di atas Kenisah Surga (Why 15:8) setelah melihatnya di atas diri Yesus dalam peristiwa transfigurasi-Nya.

• 22. Tuhan telah memenuhi janji-Nya (ay. 20 dan 25).
Daud telah menerima dua janji dari Allah. Pertama, putranya akan mendirikan Kenisah; kedua, keturunannya akan menduduki takhta Israel.
Baik untuk diketahui bagaimana Allah, yang tak kelihatan dan Pencipta alam jagat raya ini, mau berada di suatu tempat tertentu, Yerusalem; dan berada di antara satu bangsa tertentu, keturunan Daud. Pusat yang kelihatan dari kehadiran Sang Ilahi adalah Gereja. Kerajaan Allah adalah universal, namun Gereja berhubungan dengan Kristus melalui orang-orang yang ditunjuk: para Uskup dan Paus.
Doa Salomo ini, yang mungkin disusun oleh seorang nabi pada zaman raja-raja, menekankan pentingnya kenisbian Kenisah. Di sanalah “Nama” Allah bersemayam, di sana Allah akan mende¬ngar¬kan doa-doa bangsa pilihan-Nya (8:30-35). Namun Kenisah ini yang didirikan oleh tangan manusia “tidak dapat menampung” Allah dalam kemuliaan-Nya. Surga yang tak kelihatan tidak dapat menampung-Nya, apalagi kediaman duniawi ini! Pandangan tentang Kenisah ini akan terus-menerus ada dalam ajaran para nabi. Betapapun besarnya, Kenisah tidak pernah akan menjadi satu pesan magis bagi kaum Israel. Kenisah merupakan lambang dan peringatan akan kehadiran Allah yang kudus.
Karena hal ini, secara bertahap semua teologi Israel akan berpusat pada Kenisah. Bumi dan langit milik Allah, tetapi di atas bumi ada satu kerajaan yang menjadi milik-Nya secara khusus – itulah Tanah Terjanji. Di tanah terjanji ini, semua kita adalah milik-Nya, tetapi ada satu kota di antara semua kota menjadi sangat istimewa. Dan di kota ini, di pusat kota ini, ada gunung yang suci yang di atasnya telah didirikan tempat tinggal Tuhan.
Kenisah, menjadi seperti pusat yang sekitarnya seluruh jagat raya berputar atau bergerak. Karena itu dapat dimengerti bahwa bagi iman Israel kehan¬curannya di tahun 587 merupakan cobaan yang tak dapat dibayangkan: tanpa ada Kenisah di Yeru¬salem, jagat raya kehilangan pusatnya.
Kalau jagat raya sedikit demi sedikit sudah terpusat, berkumpul sekitar Kenisah, di Perjanjian Baru, sebaliknya, Kristus – Kenisah Baru – yang men¬jadi titik tolak untuk penyebaran keselamatan: “Kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku, di Yudea dan Samaria dan ke ujung bumi”.

• 30. Setelah menyampaikan permohonan bagi keturunannya, Salomo mengajukan suatu per¬min¬taan bagi bangsanya. Mari kita perhatikan beberapa pokok.
Belalah orang benar. Permohonan pertama sejalan dengan budaya pada masa itu (lih. Bil 5:11). Apabila kebenaran dari suatu kejahatan tidak dapat diputuskan, yang tertuduh harus bersumpah bahwa ia tak bersalah dan bahwa ia mau menerima hukuman apa pun dari Allah bila ia telah melakukan sumpah palsu. Orang yakin bahwa Allah tak akan membiarkan penipu tidak dihukum.
Bila tak ada hujan turun karena mereka telah berdosa terhadapmu. Doa ini untuk para pendosa dan yang tahu bahwa mereka adalah pendosa. Mereka takut akan hukuman Allah tetapi percaya bahwa Allah mengampuni; mereka tahu bahwa Allah tak dapat dibujuk dengan doa-doa dan upacara-upacara melainkan dengan pertobatan.
Sehingga mereka takut kepada-Mu (ay. 40). Dalam Kitab suci, takut akan Allah berarti menganggap Dia dengan sungguh-sungguh dan meng¬hormati Dia. Tetapi benar juga bahwa pada saat itu penyembahan yang sempurna “dalam roh dan ke¬benaran” tidak dikenal (Yoh 4:23), dan orang-orang takut akan Allah dan hukuman-Nya.
Ketika seorang asing datang dari negeri yang jauh. Doa ini ditulis setelah berabad-abad kemudian, ketika usaha misioner kaum Yahudi telah membawa banyak orang kafir ke dalam iman mereka.

• 10.1 Salomo menjalankan perdagangan. Ia mendapat satu armada kapal Tarnish untuk perjalanan-perjalanan jauh dan mengirim mereka untuk mendapatkan emas dan minyak wangi dari Afrika. Ia menjual kereta-kereta orang Mesir kepada orang Hitit di sebelah utara, dan kepada orang-orang Mesir dia menjual kuda-kuda Hitit. Cerita tentang kekayaan dan kebijaksanaannya sampai ke telinga Ratu Syeba di selatan Arabia.
Dalam kenyataan, Israel adalah suatu bangsa kecil di antara dua kerajaan besar Mesir dan Babylonia. Secara kebetulan, selama masa Raja Daud dan Salomo, kedua kerajaan tersebut hidup dalam kea¬daan damai dan tenang. Hal ini sudah cukup mem¬buat bangsa Israel berpikir bahwa mereka (Israel) merupakan negara pertama di dunia, dan mereka melihat Salomo sebagai seorang raja yang paling mulia sepanjang masa.
Ratu Syeba datang untuk mengujinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Kitab Suci tidak memperhatikan aspek dagang dari kunjungan ini yang hanya muncul menjelang akhir dengan cara saling tukar yang disebut dalam ay. 10 dan13.
Pertemuan Salomo dengan Ratu Syeba merupakan suatu peristiwa sejarah:

  • Salomo yang bijak bersama bangsanya menemukan kekayaan dan barang-barang dari negeri lain. “Jadi, dunia lebih besar dari apa yang kita pikir”. Hubungan-hubungan ini menolong kaum Israel memperoleh visi keagamaan yang lebih luas. Tuhan tidak hanya Allah bagi suatu bangsa kecil, Ia berdaulat atas jagat raya yang lebih luas.
  • Ratu Syeba adalah seorang wanita kaya, tetapi ia tidak puas. Tidak disebutkan suaminya. Ia tertarik akan kebijaksanaan Ilahi yang ditunjukkan oleh raja, “yang dikasihi Tuhan” (2Sam 12:24). Yesus akan mengingat kembali kunjungan ini dalam Mat 12:42.

• 23. Untuk sesaat kaum Israel mengagumi kekayaan Salomo, kereta dan kuda yang tak ter¬bilang yang membentuk pasukannya. Beberapa abad kemudian, mereka melihat betapa sedikitnya kekuatan ini bermanfaat bagi mereka dan betapa banyak biaya yang ditanggung oleh bangsa mereka; politik demi kemasyhuran dan demi karya-karya besar menuntut dilaksanakannya kerja paksa di antara bangsa itu. Ini adalah satu alasan mengapa kerajaan terpecah-belah setelah Salomo meninggal. Itulah sebabnya mereka tidak lagi mengenang dan bangga akan kesemarakan bangsanya, tetapi justru mereka lebih menunjukkan kepercayaan pada keadilan (Salomo).
Pengikut yang benar-benar menginginkan kemakmuran bangsanya, tak dapat dikelabui dengan ilusi-ilusi kebesaran. Gereja akan selalu mencela dosa yang bersangkut paut dengan dana untuk membangun kekuatan militer atau dana khusus untuk mendapatkan kemasyhuran. Setiap orang tahu dana semacam ini jauh melebihi dana untuk memajukan semua bangsa.

• 11.1 Kitab Suci tidak menyembunyikan banyaknya istri Salomo. Pada masa itu mempunyai banyak istri menunjukkan kekayaan seseorang. Kitab Suci mencelanya karena mengambil istri-istri dari orang kafir. Ia menambah istri-istri dari suku asing dan pada saat yang sama masuk dalam persekutuan dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan meniru aliran materialisme yang mereka anut.
Kemewahan merusak kebijaksanaan. Salomo menunjukkan kehebatannya, tanpa sadar bahwa istri-istrinya menguasainya. Istri-istri dari suku asing ini datang bersama imam-imamnya dan upacara-upacara yang akan membawa Israel ke dalam berhala dan materialisme. Bahkan hati Salomo sendiri berpaling dari Allah.
Orang-orang berpikir bahwa raja-raja yang diberkati Tuhan harus hidup dalam kemewahan dan kehormatan. Tetapi kemudian, nabi-nabi menga¬takan bahwa kekuasaan, kekayaan, dan kemewahan mematikan hati seorang penguasa (Ul 17:14). Semua bangsa dalam perjalanan sejarah mem¬punyai pengalaman yang sama. Bahkan di dalam Gereja, selama berabad-abad kaum beriman berpikir bahwa pantas bila uskup-uskup dan paus-paus tampak seperti orang ningrat, dan mereka masih merasakan akibat dari kesalahan tersebut.
Engkau belum memenuhi perjanjian-Ku (ay. 11). Kesalahan Salomo sesungguhnya adalah mengatur hidupnya dan bangsanya tanpa menuruti kehendak Allah. Ia hidup seperti raja lainnya dan bekerja untuk mewujudkan ambisi-ambisinya, seraya berpikir bahwa sudah cukup meminta berkat berlimpah dari Tuhan.

• 26. Yerobeam juga memberontak melawan raja. Dalam tahun-tahun terakhir masa Salomo, beberapa penentangnya mengadakan pemberon¬takan-pemberontakan. Sekarang muncul orang yang akan menguasai hampir seluruh kerajaan dari putra Salomo dan memecah belah bangsa itu secara pasti.
Dalam syair tentang menara Babel (Kej 11), perpecahan bangsa diketengahkan sebagai akibat dan hukuman atas sikap yang sombong. Hal yang sama akan terjadi pada kerajaan Israel.
Aku akan memberi kamu sepuluh suku, Israel terdiri dari dua belas suku. Dalam kenyataan, se¬seorang boleh mengatakan hanya dua. Di Selatan, terdapat Yehuda dengan tetangga Simeon, suatu kelompok yang sangat kecil. Di bagian utara, terdapat Israel yang memimpin suku-suku lain yang kurang penting. Setelah Daud mempersatukan mereka, Absalom, dan yang lainnya setelah Daud membangkitkan hasrat berdikari di bagian utara. Salomo, sebagai diktator yang lebih terasa atas suku-suku di bagian utara, memicu mereka untuk memisahkan diri.
Nabi Ahia mengatakan bahwa Tuhan akan memecah kerajaan untuk menghukum Salomo. Ini adalah salah satu gaya berbicara. Setiap orang menyiapkan hukuman bagi dirinya sendiri dan perpecahan datang langsung dari kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa raja.

• 12.1 Segera setelah kematian Salomo, apa yang diumumkan oleh nabi Ahia benar terjadi:
Kerajaan terpecah belah. Penulis menonjolkan kesalahan dan kebodohan Yerobeam. Raja tidak mendengarkan rakyatnya. Begitu juga Salomo tidak mendengarkan mereka ketika ia hidup terkurung dalam kemewahannya.
Tetapi ketika bangsa Israel terpecah, mereka kehilangan janji yang diberikan Allah kepada Daud, dan tidak akan ditarik walau dari keturunan Daud yang bersalah sekalipun. Kerajaan Utara (atau Kerajaan Israel) akan melewati suatu masa di mana muncul nabi-nabi besar: Elia, Hosea. Akan tetapi tidak akan ada kemantapan dalam kekuasaan, dan banyak pemberontak menjadi raja, tetapi ketu¬ru¬n¬annya tidak dapat mempertahankan kedudukan-nya sebagai raja. Kelihatan bahwa Allah memper¬lakukan mereka menurut jasanya masing-masing.
Sebaliknya, selama masa inidi Yudea, raja-raja – keturunan Daud, yang baik dan yang jahat – saling menggantikan tanpa hambatan selama empat abad. Sejarah mereka diatur dan didominasi oleh janji Allah. Santo Paulus mengatakan bahwa kejadian-kejadian dalam Perjanjian Lama menggambarkan apa yang terjadi dengan Yesus dan yang terjadi dalam Gereja (Ibr 9). Di sini kita mendapat gam¬baran tentang perpecahan yang telah memecah belah Gereja Kristus yang unik.
Sepanjang abad ke-15 Gereja lebih mirip satu kerajaan dengan lebih banyak kepentingan manusiawi daripada pelayanan kepada Allah. Pemimpin-pemimpinnya sering didorong oleh keinginan untuk meninggalkan tanda yang tak dapat rusak akan kebesaran mereka, membebani umat dengan pajak untuk membiayai bangunan basilika yang megah, tetapi tidak menjawab kehausan spiritual dari orang beriman. Orang-orang (beriman) ini memberontak demi kesetiaan kepada Injil, dan menimbulkan Protestantisme.
Akan tetapi, walaupun kita mengakui semua yang baik dari kaum Protestan dan Evangelis, jelas bahwa sesudah perpecahan dari pengganti rasul-rasul, mereka harus menghadapi perpecahan lagi, sambil mencari persatuan yang tak dapat mereka temukan. Gereja Katolik telah mengalami banyak krisis di mana Gereja bertanggung jawab penuh, akan tetapi rupanya Allah memperlakukan Gereja sesuai janji-Nya, dan bukan menurut jasanya, untuk mengem¬balikannya di jalan yang benar. Gereja tentu saja mengakui segi susunan dan praktek saat ini yang begitu jauh dari semangat Injil, meskipun Gereja tahu bahwa Gereja harus bergantung pada janji Kristus. Gereja menjadi pusat, tempat pertemuan, di mana kiranya semua orang pada suatu hari nanti harus bersatu (lih. Yeh 16:52-59; Mzm 87).

• 26. Kedua belas suku dipersatukan oleh agama yang sama, tetapi Yerobeam sadar dan merasa yakin bahwa kekuasaannya akan lemah bila kaum Israel naik ke Yerusalem untuk memberikan persem¬bahan mereka di sana. Ia membuat perpecahan politik me¬la¬lui suatu perpecahan, yaitu perpecahan agama. Ia menyuruh orang membuat seekor anak lembu untuk menggambarkan Allah yang tak keli¬hatan kendati ada larangan untuk membuat gambar Allah dan menurunkan derajat-Nya sampai pada tingkatan binatang.
Dalam menceritakan perbuatan-perbuatan raja Israel di bagian utara, Kitab Suci secara terus-menerus mengulangi: “mereka mengikuti Yero¬beam dan melakukan dosa Yerobeam”. Demikian¬lah Kitab Suci menekankan perlunya tetap bersatu pada satu pusat yang didirikan Allah di Yerusalem. Tidakkah cukup untuk memikirkan: “Kita menyem¬bah Allah yang sama”, tetapi “kita menyembahnya dengan cara kita sendiri”.
Yerobeam adalah contoh penguasa-penguasa lain yang memerintah bertahun-tahun kemudian yang berusaha mendirikan Gereja-geraja berukuran na¬sional di Inggris pada masa reformasi, di Perancis setelah masa revolusi, di Cina dan negara-negara So¬sialis setelah revolusi komunis. Banyak orang Ka¬tolik dihukum dan mati karena tetap percaya kepada Gereja yang satu, Katolik atau Universal.

• 13.1 Ketaatan lebih bernilai daripada kurban (1Sam 15:22). Demikian sabda Tuhan ketika Ia mengingkari Saul dalam beberapa keadaan yang mirip.
Teks ini menyoroti berbagai aspek ketaatan yang sejati dan sangat menyenangkan Allah. Nabi sendiri harus tetap tegar, karena tahu bahwa kelak tidak mengubah perintahnya.

• 14.1 Kata-kata Ahia mempermaklumkan kudeta yang pertama dalam sejarah Israel. Akan ada lebih banyak kudeta, setiap kali anggota keluarga dan putra-putra dari seorang raja yang dijatuhkan akan dibunuh. Menyusul peristiwa ini adalah sejarah dua kerajaan selama 50 tahun pertamanya.

• 16.29 Ahab melakukan hal yang tidak menyenangkan bahkan lebih dari semua pendahulunya. Mulai dari teks ini (bab ini) dan di dalam 6 bab berikutnya, cerita menyoroti pemerintahan Ahab di Israel. Karena pada masa inilah iman bangsa Israel diselamatkan nabi yang paling besar: Elia, dan penggantinya Elisa.
Ahab bahkan menikahi Yezebel, putri raja orang-orang Sidon. Orang-orang Tirus dan Sidon adalah bangsa yang kuno dan makmur yang mendiami pelabuhan-pelabuhan bagian utara Palestina; me¬reka juga disebut sebagai bangsa “Fenisia”. Raja mereka Hiram adalah sekutu Daud tetapi dari kota mereka pengaruh kafir sampai ke Israel. Pemerin¬tahan Ahab membawa kepada Israel tahun-tahun kemakmuran dan kebesaran militer tetapi krisis kepercayaan juga mencapai titik puncak.
Dengan kemenangan-kemenangannya, Daud telah mempersatukan berbagai kelompok orang Kanaan ke dalam kerajaannya. Mereka tetap mempertahankan praktek kafirnya yang merusak iman kaum Israel. Kegairahan tampak berkurang. Ketika kebudayaan orang Tirus memiliki kepercayaan sama dengan orang-orang Kanaan masuk ke Israel lebih kuat, tiba-tiba tampak jelas bahwa ke¬percayaan mereka telah menggantikan keper¬ca¬yaan bangsa Israel terhadap Tuhan: Kaum Israel membiarkan dirinya terbawa ke meja Baal dan Asheroth.
Baal adalah dewa-dewa, penguasa hidup, seks, hujan dan musim, (lih. kata pengantar Kitab Hakim-Hakim). Karena percaya bahwa dewa-dewa ini mempunyai kuasa atas kesuburan, orang-orang bersumpah kepada mereka untuk bertemu dengan pelacur yang disucikan untuk mereka. Karena itu kata pelacuran dalam Kitab Suci merujuk baik pada tindakan tak bermoral maupun tindakan menjauhi Tuhan dengan memberikan diri seluruhnya kepada dewa-dewa lain. Tidak semuanya jelek dalam kepercayaan yang bebas ini: tidak salah menikmati hidup ini. Namun kepercayaan tersebut membuat manusia bertindak hanya pada tingkatan naluri.
Yezebel menggunakan kekuasaannya untuk melaksanakan suatu hukuman berdarah. Yang pertama dibunuh adalah para nabi Tuhan. Mereka ini adalah para nabi yang ditulis di dalam 1Sam 19:18 dan 2Raj 2:15. Mereka ditentang oleh keempat pesaing dari para nabi Baal.
Hiel mengorbankan Segub putra bungsunya. Dengan pengaruh ibadat orang-orang kafir, praktek mengorbankan anak-anak meningkat jumlahnya.

• 17.1 Sekarang Elia muncul; namanya akan tetap menjadi yang terbesar di antara para nabi. Pada peristiwa transfigurasi Yesus, Elia berada di samping-Nya (lih. Mrk 9:2).
Nama Elia adalah simbolis, yang berarti: Tuhan adalah Allahku. Ia berasal dari Tisbe, sebuah kota di seberang Yordan. Daerah yang miskin dan terpencil ini terlindung dari pengaruh-pengaruh baru, dan tetap teguh pada imannya.
Menghadapi kemurtadan, yaitu: ketidaksetiaan semua orang (bangsa Israel), Elia berdiri seorang diri. Ia merasa dirinya bertanggung jawab atas perkara Allah, dan bertindak tanpa menunggu yang lain untuk memulai.
Tak ada embun atau hujan yang turun. Elia, orang yang kuat imannya ini, mengetahui bahwa kata-kata ini berasal dari Allah dan akan terjadi. Dalam hubungan dengan ini, lih. Yakobus 5:17, di mana Elia digambarkan sebagai teladan iman.
Tak ada embun maupun hujan. Tentu saja kekeringan adalah kejadian alamiah. Tetapi, tanpa secara langsung mencampuri setiap saat, Allah mengatur berbagai peristiwa. Iman orang yang percaya merupakan kekuatan, seperti hukum-hukum fisik di jagat raya ini, dan ketika meminta dari Allah sesuatu yang mustahil, dan yakin bahwa Ia sendiri mau memberikannya, Ia membuat ini terjadi, tanpa sarana-sarana.
Orang-orang menganggap Baal sebagai dewa hujan dan alam. Kekeringan yang datang akan menunjukkan kepada mereka bahwa Tuhan, Allah bangsa Israel, adalah juga Allah pencipta.
Elia memulai misinya sebagai seorang nabi dengan mengeritik kekacauan-kekacuan besar: tidak menempatkan Allah di atas segalanya.

• 7. Pergilah ke Sarfat! Kekeringan meru¬gikan setiap orang, termasuk Elia yang telah meminta tanda ini dari Allah. Tetapi bagi yang beriman, bencana ini adalah kesempatan untuk mengalami bahwa Bapa Surgawi tidak mening¬gal¬kannya.
Aku telah berfirman kepada seorang janda untuk memberi kamu makan. Nabi yang akan menerima makanan juga akan mendapatkan kenyamanan dari Allah dengan menemukan perempuan yang percaya ini. Janda miskin mempunyai sesuatu untuk diberi¬kannya kepada nabi besar ini, dan ini merupakan rahmat bagi keduanya.
Bawakan saya sedikit air adalah sebuah langkah awal. Bawakan saya sepotong roti. Elia memuji imannya, “pertama engkau harus membuat untuk saya sedikit roti”, dan janda itu memberikannya. Janda ini sama dengan yang dipuji Yesus dalam Mrk. 12:41.
Tempayan tepung tidak pernah kosong. Allah mengganjari iman seperti ini yang rela mengorbankan segala sesuatu yang dimiliki.

• 17. Ini merupakan kebangkitan pertama yang kita temukan di dalam Kitab Suci.
Allah biasanya mengatur dunia dan jemaat-Nya melalui proses-proses alamiah, melalui akibat hukum-hukum alam yang diadakan sendiri. Tetapi Ia juga mempunyai hak untuk membuat pengecualian-pengecualian atas hukum-hukum itu: air berubah menjadi anggur, roti dilipatgandakan.
Apakah engkau datang untuk mengingatkan dosa-dosa masa lampau, manusia pilihan Allah? Kema¬tian putra satu-satunya membuat wanita malang itu ketakutan tanpa alasan seperti mereka yang melihat Allah sebagai pendakwa yang memata-matai ma¬nusia untuk memberi hukuman kepada mereka. Ia berpikir bahwa kehadiran nabi telah menarik perhatian Tuhan atas rumahnya dan Allah meng¬hukumnya dengan kemarahan-Nya.
Ia merebahkan dirinya di atas anak itu tiga kali. Dengan tanda nabi ini, yang memberi hidup dengan napasnya sendiri, siapa yang tidak mengenal Kristus yang datang untuk mempersatukan diri-Nya lebih dekat dengan manusia untuk memberi kekuatan kebangkitan?
Tuhan mendengar suara Elia. Elia adalah orang yang terpilih untuk membalikkan suatu situasi yang penuh dengan keputusasaan dan membatalkan semua ramalan manusia. Tuhan mengizinkannya untuk membangkitkan anak janda itu dan beberapa waktu kemudian di gunung Karmel, ia akan mem-bangkitkan kembali iman bangsanya.

• 18.17 Kurban persembahan di gunung Kar¬mel merupakan satu dari manifestasi agung dari Allah di dalam Perjanjian Lama. Tuhan berpra¬karsa untuk memberi semangat kepada bangsa yang acuh tak acuh.
Baal atau Tuhan. Bangsa Israel tidak dapat melihat secara jelas perbedaan antara keduanya. Mereka menganggap keduanya sebagai dua kekuatan atau dua orang yang memiliki kemampuan yang berbeda tetapi sama-sama berguna. Tuhan adalah Allah dari bangsa ini, penolong yang setia dalam perang. Sementara Baal selalu siap melayani kaum tani: melalui persembahan-persembahan dan pesta-pesta, mereka meminta hujan darinya.
Berapa lama lagi kalian mau mengikuti dua jalan pada waktu yang sama? Elia mengharuskan kaum Israel membuat satu keputusan. Orang yang percaya tidak boleh mempunyai dua tuan:
  • Allah atau uang (Mat 6:24).
  • Mengikuti Kristus atau menentangnya (Mat 12:30).
  • Anggota Gereja yang suka bekerja sama atau menjadi bagian dari pendengar yang suam-suam kuku pada suatu hari akan dimuntahkan Allah dari mulut-Nya (Why 3:6).
Allah yang benar adalah Allah yang memberi jawaban dengan api. Ini adalah tandanya: api yang menghancurkan, menyucikan, mengubah; api yang mengadakan pengudusan kurban-kurban persem¬bahan kepada Allah.
Israel juga perlu diubah “dengan api”, dan kemudian dengan Yesus, kita akan dibaptis atau malah dibersihkan dan diperbarui “melalui api dan Roh Kudus” (Luk 3:16).
Mereka memanggil Baal tetapi tidak ada jawaban. Kita yang membaca ejekan Elia terhadap Baal, apakah kita yakin bahwa Allah mendengarkan dan menja¬wabi doa-doa kita? Allah tidak perlu memenuhi semua keinginan kita, tetapi kita mempunyai keharusan untuk meminta sebegitu rupa dan dengan sebegitu tekun hingga Ia akan mewujudkan tanda-tanda kehadiran-Nya di antara kita.
Engkaulah yang membawa kembali mereka ke¬padamu. Api, mukjizat, hujan tidak mempunyai tujuan lain: Tuhan mencintai Israel dan ingin membangkitkan cinta mereka sekali lagi. Ia tidak bermaksud menakuti atau membuat mereka kagum, tetapi sebaliknya membuat bangsa ini menemukan bahwa Allah hidup dan ingin mencari mereka.
Kemenangan di Karmel adalah kemenangan Tuhan. Itu juga adalah kemenangan Elia. Allah menemukan nabi-nabi dan menyelamatkan bangsa-Nya melalui mereka. Kita terkejut dengan pem¬bunuhan massal yang menyusul; tetapi Elia hidup di suatu dunia yang kejam di mana kematian adalah hukuman normal bagi yang kalah, dan pemikirannya sejalan dengan zaman itu.
Selain itu, hukuman kejam ini mengajarkan kepada kita bahwa kehilangan hidup seseorang tidaklah seserius kehilangan diri sendiri karena menganut nilai-nilai yang salah, menipu diri sendiri, dan menipu setiap orang.

• 19.1 Elia takut dan lari menyelamatkan hidupnya. Maka mukjizat tidak menyelesaikan masalah-masalah iman secara ajaib. Pertobatan bangsa ini akan menjadi suatu pekerjaan yang lama dan berat. Kita dapat melihat pada peta bagaimana Elia melewati dua kerajaan Israel dan Yudea dari utara ke selatan. Karmel letaknya 250 km dari Bersyeba, kota terakhir sebelum padang pasir di sebelah selatan Yudea. Perjalanan ini terlalu panjang untukmu. Elia hanya mencari jalan masuk ke padang pasir untuk menyelamatkan dirinya, tetapi Allah membawanya lebih jauh lagi. Ia diberi roti yang ajaib yang mengingatkan kita pada manna yang diterima bangsa Yahudi di padang gurun dan meramalkan roti Ekaristi yang akan diberi Yesus bagi perjalanan rohani kita (Yoh 6:8).
Ia berjalan 40 hari 40 malam (Kel 24:18). Elia pergi bertemu muka dengan Tuhan. Yesus sendiri akan pergi ke padang pasir sebagai bukti penting dan kita juga waktu-waktu tertentu, perlu “pergi ke padang pasir” (kadang kala Allah sendiri me¬nem¬patkan kita di padang pasir (Hos 2:16). Perjalanan Elia seorang diri menunjukkan apa yang harus dijalani oleh mereka yang mencari Allah. Betapapun kita membutuhkan dukungan dari pasangan kita, teman-teman kita, dari Gereja, setiap kita membuat perjalanan sendiri-sendiri, dan Allah memanggilnya secara pribadi untuk bertemu dengan-Nya.

• 9. Demikian Elia tiba di Horeb: Horeb adalah nama lain dari Sinai, di mana Tuhan menyatakan diri kepada Musa empat abad sebelumnya.
Naiklah menggantikan Tuhan. Kepada dia yang terbakar oleh cinta yang besar kepada Allah, Allah menyatakan kelembutan-Nya yang luar biasa yang tak dapat kita bayangkan. Demikian, Tuhan lebih sering menyatakan diri melalui angin sepoi-sepoi daripada badai atau gempa.
Apa yang sedang engkau kerjakan di sini, Elia? Pertama, Allah mengajukan sebuah pertanyaan dan mengharuskan sang nabi untuk menyelami keda¬laman hatinya. Tetapi tak ada sesuatu dalam diri Elia, kecuali cintanya yang sepenuh hati kepada Tuhan. Sebaliknya Tuhan menyatakan rencana-rencana-Nya yang sempurna.
Hazael, Yehu, Elisa. Tuhan mengatakan kepada Elia tentang masa depan Israel dengan sebuah kebenarannya yang tragis: kerajaan yang secara gemilang lahir pada masa Daud dan Salomo akan lenyap. Ini merupakan akibat dari ketidaktaatan bangsa Israel.
  • Hezael, raja Siria, adalah raja musuh yang akan menaklukkan dan mempermalukan Israel.
  • Yehu akan menghancurkan keluarga Ahab dan membasmi para pemuja Baal.
  • Elisa akan menyebarkan kata-kata ancaman dari Tuhan.
Namun, Israel tak akan lenyap seluruh¬nya, karena Allah memelihara sisa yang dinyatakan secara simbolis dengan tujuh ribu orang Israel yang belum menyembah Baal.
Wahyu ini menjelaskan perutusan dari para nabi dalam Kitab Suci. Kebanyakan dari mereka, dan yang terbesar di antara mereka, hidup selama tiga abad di mana Israel melewati masa keemasan Salomo ke masa pengasingan. Demikian para nabi:
  • Mencoba menghentikan ketidaksetiaan bangsa terpilih yang sedang menuju kebinasaan.
  • Menganjurkan perubahan dari dalam, yaitu hati mereka.
  • Mengajarkan masa depan yang indah yang telah disediakan Allah bagi “sisa” kaum Israel, setelah kehancuran kerajaan mereka di tanah Palestina.
• 19. Elia melewati Elisa dan melemparkan jubahnya kepadanya. Ia memanggilnya sama seperti Allah memanggil rasul-rasul-Nya: “Ikutilah Aku”. Barangkali Elia menafsirkan jawaban: “Biarkan saya memeluk orang tua saya”, sebagai bukti keraguan Elisa untuk meninggalkan segala-galanya, dan karena alasan ini, ia menjawab: “Kembalilah bila engkau menghendaki, tak ada yang penting”. Tetapi Elisa sesungguhnya hanya ingin berpamitan dengan sanak keluarganya secara sopan (bdk. Luk 9:61). Sejak saat itu, Elisa menjadi murid Elia dan menjadi penggantinya di Israel.

• 21.1 Nabot menjaga kebun anggurnya, lebih karena merasa hormat atas warisan dari ayahnya daripada untuk kenyamanan dirinya.
Umumkan suatu masa puasa (ay. 9). Tentu saja Izebel mengambil keuntungan dari malapetaka saat itu, baik musim kemarau atau wabah. Para tetua kota harus mengumpulkan semua orang untuk berpuasa dengan khidmat dan suatu pertemuan di mana mereka dapat menemukan “siapa yang mendatangkan hukuman Allah ini”.
Yang bersalah adalah Nabot dan dengan ini Izebel secara sah memerintahkan untuk mem¬bunuh dia.
Engkau membunuh dan pada saat yang sama mengambil harta. Kejahatan Ahab tidak lebih jelek dari kejahatan Daud yang menyuruh membunuh Uria agar ia mendapatkan istrinya (2Sam 12). Elia menemui Ahab seperti Natan datang dan mema¬rahi Daud.

• 22.1 Pada masa itu, perang adalah sesuatu yang biasa. Suatu bangsa tidak akan bertahan hidup tanpa terus-menerus berperang dengan yang lain. Berperang, membunuh dan mati bukan apa-apa melainkan tanda-tanda kehidupan (lih. 2Sam 11:1). Paling tidak satu kali raja-raja Israel dan Yudea bersatu tetapi penulis menggambarkan keduanya sangat berbeda.

• 5. Mikha ini tidak boleh dikacaukan/disa¬makan dengan nabi Mikha dari Morasti (Mi 1:1). Raja-raja duduk pada pintu gerbang. Pada abad-abad itu, pintu masuk ke kota sangat sering berupa pintu gerbang dari tembok yang mengelilingi seluruh kota. Di sanalah tempat orang-orang berkumpul, seperti yang dilakukan sekarang di alun-alun. Di sanalah pengadilan memutuskan hukuman dan perkara-perkara disidangkan; di sanalah para tetua menghabiskan waktu berjam-jam bercerita sambil duduk.
Teks ini ingin mengajarkan dua hal:
  • Sabda Allah yang mengutuk keluarga Ahab dinyatakan secara sempurna: penipuan-penipuan nabi-nabi, strategi raja dan kejadian-kejadian yang tak terduga terjadi bersamaan untuk memenuhi apa yang telah diumumkan: raja akan mati dan anjing-anjing akan menjilat darahnya.
  • Pertentangan antara nabi-nabi yang benar dan nabi-nabi yang palsu.
Kepada para nabi orang-orang meminta nasihat tentang masa depannya, dan mereka menolong iman orang-orang tersebut. Pekerjaan mereka sulit, karena mereka harus memberikan jawaban yang menyenangkan pelanggannya. Sementara itu, Roh Tuhan yang adalah satu-satunya yang dapat menyingkap masa depan dengan pasti, berbicara bila mau dan ia sangat sering mengatakan apa yang kita tidak ingin dengar, karena itu banyak nabi tidak memberikan jawaban dari Allah.
Aku akan mengatakan apa yang Tuhan perintahkan. Inilah ciri utama nabi yang benar untuk menghadapi pertentangan.
Aku telah melihat Tuhan (ay. 9). Mikha mengatakan kepada kita secara jelas bahwa seseorang tidak boleh percaya pada mimpi-mimpi dan khayalan-khayalan yang datang dari dalam rohnya sendiri.
Juga seorang hendaknya tidak percaya begitu saja kepada mereka yang berpura-pura mendapat ilham, seperti politisi, teoritisi, para ahli perdagangan dan semua yang berjanji membuat kita bahagia.

• 39. Pernyataan yang mengacu kepada Ahab membuat orang berpikir bahwa ia mengalami kematian secara biasa. Orang dapat melihat bahwa semua kisah terdahulu hanya berbicara tentang raja Israel, dan menyebut Ahab sekali saja pada 22:20. Sesungguhnya, kisah ini pada awalnya merujuk pada Yoram, putra Ahab (2Raj 1:14-16), dan dalam dia (Yoram) nubuat Elia dalam 1Raj 21:21 dipenuhi.