Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jan 22, 2020

Sejarah kuno

Sejarah kuno adalah himpunan peristiwa-peristiwa masa lampau mulai dari permulaan pencatatan sejarah umat manusia sampai dengan Permulaan Zaman Pertengahan atau Zaman Pascaklasik. Sejarah tertulis meliputi kurun waktu sekitar 5.000 tahun, bermula dengan Aksara Paku Sumeria, tata cara tulis-menulis koheren tertua yang ditemukan dari kurun waktu Protomelek-Aksara sekitar abad ke-30 SM.

Istilah Zaman Klasik seringkali digunakan sebagai sebutan bagi kurun waktu dalam sejarah Dunia Lama mulai dari permulaan pencatatan sejarah Yunani pada 776 SM (Olimpiade Pertama), kira-kira bersamaan waktu dengan pendirian kota Roma pada 753 SM, permulaan sejarah Romawi Kuno, dan permulaan Zaman Arkais dalam sejarah Yunani Kuno. Meskipun batas akhir kurun waktu sejarah kuno masih diperdebatkan, sebagian pakar Barat menggunakan Kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat pada 476 M (paling banyak digunakan),  penutupan Akademi Plato pada 529 M, mangkatnya Kaisar Yustinianus I pada 565 M, datangnya Islam atau bangkitnya Karel Agung sebagai penghujung kurun waktu sejarah kuno dan Eropa Klasik.

di India, sejarah kuno meliputi permulaan kurun waktu Kerajaan-Kerajaan Pertengahan, dan, di Tiongkok, sampai dengan Zaman Wangsa Qin.

Prasejarah adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan periode sebelum sejarah tertulis. Pola Migrasi manusia awal pada Paleolitikum Rendah menunjukkan penyebaran Homo Erectus di seluruh Eurasia. Kemampuan mengendalikan api dimulai sekitar delapan ratus ribu tahun yang lalu pada Paleolitikum Pertengahan. Sekitar 250 ribu tahun yang lalu, Homo Sapiens berevolusi di Afrika. Sekitar 70–60 ribu tahun yang llau, manusia modern bermigrasi ke luar dari Afrika di sepanjang pesisir ke Asia Selatan dan Asia Tenggara dan mencapai Australia. Sekitar 50 ribu tahun yang lalu, manusia modern menyebar dari Asia ke Timur Dekat. Eropa dicapai oleh manusia modern sekitar 40 ribu tahun yang lalu. Akhirnya, sekitar 15 ribu tahun yang lalu pada Paleolitikum Atas, migrasi ke Amerika berlangusng.

Milenium ke-10 SM adalah waktu terawal yang diketahui untuk penemuan pertanian dan permulaan zaman kuno. Göbekli Tepe didirikan oleh para pengumpul-pemburu pada milenium ke-10 SM (sek. 11.500 tahun yang lalu). Bersama dengan Nevalı Çori, ini merevolusi pemahaman mengenai Neolitikum Eurasia. Pada milenium ke-7 SM, kebudayaan Jiahu muncul di Tiongkok. Pada milenium ke-5 SM, peradaban Neolitikum akhir ditandai dengan penemuan roda dan penyebaran tulisan proto. Pada milenium ke-4 SM, kebudayaan Cucuteni-Trypillia berkembang di daerah Ukraina-Moldova-Romania. Pada tahun 3400-an SM, kuneiform "protoliterat" menyebar di Timur Tengah. Pada abad ke-30 SM, yang disebut sebagai Zaman Perunggu Awal II, terjadi permulaan periode literat di Mesopotamia dan Mesir kuno. Sekitar abad ke-27 SM, Kerajaan Lama Mesir dan Dinasti Pertama Uruk didirikan, berdasarkan masa pemerintahan yang terawal yang dapat dipercaya.

Garis waktu sejarah kuno

Zaman Perunggu merupakan bagian dari sistem tiga zaman. Dalam sistem ini, Zaman Perunggu berlangsung setelah Zaman Neolitikum di beberapa daerah di dunia. Pada abad ke-24 SM, Kekaisaran Akkadia didirikan. Periode Menengah Pertama Mesir (sek. abad ke-22 SM) diikuti oleh Kerajaan Pertengahan Mesir antara abad ke-21 dan k-17 SM. Renaisans Sumeria juga berkembang sekitar abad ke-21 M. Sekitar abad ke-18 SM, Periode Menengah Kedua Mesir dimulai.

Pada tahun 1600-an SM, Peradaban Mykenai berkembang di Yunani, awal mula Dinasti Shang muncul di Tiongkok dan ada bukti mengenai sudah berkembangnya sistem tulisan Tiongkok. Sekitar tahun 1600-an SM juga, dimulai dominasi Bangsa Hittit di Mediterania timur. Masa antara abad ke-16 dan ke-11 SM di sekitar sungai Nil disebut Kerajaan Baru Mesir. Antara tahun 1550 SM dan 1292 SM, Periode Amarna berkembang.

Zaman Besi Awal

Zaman Besi adalah periode penting akhir dalam sistem tiga zaman, dan zaman ini berlangsung setelah Zaman Perunggu. Waktu dan konteksnya beragam beradasarkan daerah geografis. Selama abad ke-13 dan ke-12 SM, Periode Ramsses berlangsung di Mesir. Sekitar tahun 1200-an SM, Perang Troya diduga terjadi. Pada tahun 1800-an SM, perpecahan Kekaisaran Hittit terjadi.


Pada tahun 1046 SM, pasukan kerajaan Zhou, yang dipimpin oleh Raja Wu dari Zhou, mengalahkan raja terakhir Dinasti Shang. Dinasti Zhou didirikan di Tiongkok tidak lama setelahnya. Pada 1000 SM, Kerajaan Mannea berdiri di Asia Barat. Sekitar abad ke-10 dan ke-7 SM, Kekaisaran Assyria Baru berdiri di Mesopotamia. Pada tahun 800 SM, negara-negara kota mulai bermunculan di Yunani. Pada tahun 776 SM, Olimpiade pertama diselenggarakan.

Antikuitas Klasik adalah istilah yang luas untuk suatu periode yang panjang dalam sejarah kebudayaan yang berpusat di sekitar Laut Tengah. Periode ini bermula dengan sajak berbahasa Yunani pertama yang tercatat dalam sejarah yang ditulis oleh Homeros sekitar abad ke-9 SM, dan berlanjut sampai berkembangnya agama Kristen dan keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat sekitar abad ke-5 M, daan berakhir pada berhentinya kebudayaan klasik dengan selesainya Antikuitas Akhir.

Prasejarah

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) secara harfiah berarti "sebelum sejarah", dari bahasa Latin untuk "sebelum," præ, dan historia. Prasejarah manusia adalah masa di mana perilaku dan anatomi manusia pertama kali muncul, sampai adanya catatan sejarah yang kemudian diikuti dengan penemuan aksara. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Sumeria di Mesopotamia dan Mesir kuno, merupakan peradaban pertama yang mengenal tulisan, dan selalu diingat sebagai catatan sejarah; hal ini sudah terjadi selama awal Zaman Perunggu. Sebagian besar peradaban lainnya mencapai akhir prasejarah selama Zaman Besi.

Zaman prasejarah di Indonesia sendiri diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah. Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti prasejarah didapat dari artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs prasejarah.

Prasejarah mengacu pada suatu periode di mana keberadaan manusia masih belum dicatat dalam catatan sejarah. Prasejarah juga dapat mengacu pada semua waktu sebelum keberadaan manusia dan penemuan tulisan.

Konsep "prasejarah" pertama kali muncul pada saat abad Pencerahan dalam pekerjaan kolektor barang kuno yang menggunakan kata "primitive" untuk menggambarkan masyarakat yang telah ada sebelum catatan ditulis.  Penggunaan pertama kata dalam bahasa Inggris untuk prasejarah, ada pada Foreign Quarterly Review pada tahun 1836

Pembagian zaman

Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, bedasarkan bahan untuk membuat alat-alatnya (terbagi menjadi Zaman Batu & Zaman Besi), & bedasarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya (terbagi menjadi Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan, Masa Bercocok Tanam, & Masa Perundagian)

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:
Zaman Batu Tua (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal)

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

    Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-variannya seperti kapak perimbas & kapak penetak
    Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes & peralatan dari tulang)

Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada Palaeolithikum antara lain:

    Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar)
    Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan untuk menggemburkan tanah).
    Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan (buah-buahan & umbi-umbian).
    Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, maka masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan).
    Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di dekat sumber air ada banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan).
    Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
    Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di China, di mana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah gua).

Zaman Batu Tengah (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

    Kebudayaan Kjokkenmoddinger

Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur & moddinger yang berarti sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput & kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak Sumatra/Pebble & batu pipisan.

    Kebudayaan Abris Sous Roche

Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung panah, flakke, batu penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam gua.

Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada zaman Mesolithikum antara lain:

    a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra, yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum)
    b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)
    c.Gundukan Kjokkenmoddinger yang dapat mencapai tinggi tujuh meter dengan diameter tiga puluh meter ini tentu terbentuk dalam waktu lama, sehingga disimpulkan bahwa manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara waktu, ketika makanan habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman Palaeolithikum) di tepi pantai.
    d. Peralatan yang ditemukan dari Abris Sous Roche memberi informasi bahwa manusia juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.

Zaman Batu Muda (Masa Bercocok Tanam)

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:

    Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
    Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.
    Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
    Pakaian dari kulit kayu
    Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatra, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)
Kebudayaan Megalith

Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalith, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalith justru pada zaman logam. Hasil kebudayaan Megalith, antara lain:

    Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang.
    Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang
    Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)
    Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
    Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup
    Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

Zaman Logam (Masa Perundagian)

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Zaman logam di Indonesia dibagi atas:
Zaman Perunggu

Pada zaman Perunggu/disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tongkin China (pusat kebudayaan ini) manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3: 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:

    Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
    Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatra, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
    Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatra.
    Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)

Zaman Besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:

    Mata Kapak bertungkai kayu
    Mata Pisau
    Mata Sabit
    Mata Pedang
    Cangkul

Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

Zaman Besi & Batu

Zaman Besi adalah suatu tahap perkembangan budaya manusia di mana penggunaan besi untuk pembuatan alat dan senjata sangat dominan. Penggunaan bahan baru ini, di dalam suatu masyarakat sering kali mencakup perubahan praktik pertanian, kepercayaan agama, dan gaya seni, walaupun hal ini tidak selalu terjadi.

Zaman Besi adalah periode utama terakhir dalam sistem tiga zaman untuk mengklasifikasi masyarakat prasejarah, yang didahului oleh Zaman Perunggu. Waktu berlangsung dan konteks zaman ini berbeda, tergantung pada negara atau wilayah geografis. Secara klasik, Zaman Besi dianggap dimulai pada Zaman Kegelapan Yunani pada abad ke-12 SM dan Timur Tengah Kuno, abad ke-11 SM di India, dan antara abad ke-8 SM (Eropa Tengah) dan abad ke-6 SM (Eropa Utara) di Eropa. Zaman Besi dianggap berakhir dengan kebangkitan kebudayaan Hellenisme dan Kekaisaran Romawi, atau Zaman Pertengahan Awal untuk kasus Eropa Utara.

Zaman Besi berhubungan dengan suatu tahap di mana produksi besi adalah salah satu bentuk paling rumit dari kerajinan logam. Kekerasan besi, titik lebur yang tinggi, dan sumber bijih besi yang melimpah, membuat besi lebih dipilih dan murah daripada perunggu, yang memengaruhi dipilihnya besi sebagai logam yang paling umum digunakan. Karena kerajinan besi diperkenalkan secara langsung ke Amerika dan Australasia oleh kolonisasi Eropa, daerah-daerah tersebut tidak pernah mengalami Zaman Besi.

Zaman Batu

Zaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu (karena tak memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu, tulang, dan bahan lain juga digunakan, tetapi batu (terutama flint) dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan senjata. Istilah ini berasal sistem tiga zaman. Zaman Batu sekarang dipilah lagi menjadi masa Paleolitikum, Mesolitikum,Megalitikum dan Neolitikum, yang masing-masing dipilah-pilah lagi lebih jauh

Zaman Perunggu

Zaman Perunggu  adalah periode perkembangan sebuah peradaban yang ditandai dengan penggunaan teknik melebur tembaga dari hasil bumi dan membuat perunggu. Secara urut, zaman ini berada di antara Zaman Batu dan Zaman Besi. Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman untuk masyarakat prasejarah dan terjadi setelah Zaman Neolitikum di beberapa wilayah di dunia. Di sebagian besar Afrika subsahara, Zaman Neolitikum langsung diikuti Zaman Besi.

Sebagian besar perkakas perunggu yang tersisa adalah alat atau senjata, meskipun ada beberapa artefak ritual yang tersisa.

Waktu dimulainya Zaman Perunggu berbeda-beda pada setiap kebudayaan, bergantung pada perkembangan sejarah tulisan pertama. Berdasarkan bukti arkeologis, budaya di Mesir (hieroglif Mesir), Timur Dekat (kuneiform), dan Mediterania menggunakan sistem penulisan yang masih bertahan.

Zaman Perunggu

Sekitar 8.000 tahun lalu manusia menemukan cara mengolah logam. Mula-mula orang membuat barang dari tembaga dan emas yang ditempa dengan batu keras. Tapi lambat laun perajin belajar mengolah logam dengan cara memanaskannya sampai cair. Lalu logam cair itu dituang ke cetakan. Keunggulan logam adalah bisa dibuat menjadi bentuk yang rumit, seperti perkakas dan senjata. Jika patah, logam bisa dicairkan dan dibentuk lagi. Perunggu diperkirakan ditemukan orang pertama kali secara tak sengaja ketika mencampurkan sedikit timah dengan tembaga. Perunggu lalu diketahui lebih keras dan lebih tahan lama dibandingkan dengan logam lain serta bisa dibuat tajam. Zaman perunggu dimulai ketika rakyat di desa dan di tempat kerja mulai memakai perunggu. Salah satu daerah pertama yang membuat perunggu adalah Sumeria di Mesopotamia, tempat kota pertama dibangun.
Mesopotamia

Salah satu peradaban pertama Zaman Perunggu bermula dari Sumeria, Mesopotamia, yaitu dataran subur di antara Sungai Tigris dan Sungai Efrat, lahan pertanian bangsa Sumer.
Tulisan dan Roda

Tulisan paku (kuneiform), bentuk tulisan paling awal, muncul pada zaman perunggu. Tulisan paku direkacipta orang Sumeria, yang juga merekacipta roda pertama. Roda dipakai untuk gerobak, kereta perang, dan perkakas pembuatan tembikar. Kereta perang ialah lambang kota Ur.
Kuda

Tenaga kuda mulai banyak dipakai di akhir Zaman Perunggu. Kereta perang bangsawan biasanya dihiasi perunggu. Hiasan ada yang berpola enamel merah dan pernah ditemukan di Norfolk, Inggris.
Sumeria

Meski kering, dataran Sumeria subur. Petani menggali parit dari kanal guna mengontrol air dari sungai dan mengairi tanah. Petani bisa mendapat panen besar dan terkadang sampai dua kali setahun.
Pembuatan Batu Bata

Seperti banyak daerah Timur Tengah di Zaman Perunggu, di Sumeria tak ada batu dan kayu pun hanya sedikit. Bangunan besar terbuat dari batu bata. Orang Sumeria membuat batu bata dari campuran lumpur dan jerami. Setelah dicetak, batu bata dijemur di panas matahari.
Pertanian dan Perikanan

Orang Sumeria membuat perahu dan kandang dari gelagah. Gelagah didapat dari tepi sungai. Orang Sumeria tunduk pada dewa dan penguasa, yakni wakil dewa di Bumi. Mereka taat membayar pajak kepada penguasa.

Sejarah Zaman Perunggu

    6000 SM – Masyarakat kuno memanfaatkan tembaga. Beberapa benda kecil dari perunggu dibuat di Timur Tengah.
    5500 SM – Sistem irigasi pertama kali muncul di Mesopotamia.
    4500 SM – Bajak dipakai pertama kali di Mesopotamia. Layar mulai pada perahu di Sungai Tigris dan Sungai Efrat.
    3500 SM – Perkotaan pertama dibangun di Mesopotamia. Di sini orang mulai menggunakan perunggu. Mulailah zaman perunggu di Timur Tengah.
    3500 SM – Tulisan gambar muncul di Mesopotamia.
    2800 SM – Di lembah Sungai Indus timbul kebudayaan zaman perunggu, suatu peradaban India yang bertumpu pada pertanian.
    2500 SM – Penggunaan perunggu menyebar ke Eropa.
    2100 SM – Kota Ur di Sumeria mencapai puncak kejayaannya.
    Sekitar 1600 SM – Zaman perunggu mulai di Cina. Bejana untuk upacara terbuat dari perunggu.
    Sekitar 1200 SM – Kerajaan Asiria berdiri.
    1000 SM – Besi menggantikan perunggu sebagai logam utama.[1]

Etimologi

Istilah "Zaman Perunggu" terutama diturunkan dari "Zaman (perabadan) Manusia" (Ages of Man), yaitu tingkat-tingkat perkembangan keberadaan manusia di bumi menurut mitologi Yunani. Dari kisah ini, sejarawan modern menganggap kategori-kategori "Zaman Emas" (Golden Age) dan "Zaman Perak" (Silver Age) sebagai kisah khayalan (mitos), tetapi menganggap "Zaman Perunggu" (Bronze Age) dan "Zaman Besi" (Iron Age) bersejarah. Ciri umum periode ini adalah penggunaan perkakas dari perunggu di banyak wilayah, meskipun tempat dan waktu pengenalan dan perkembangannya tidaklah bersamaan secara universal.[2] Teknologi pembuatan timah (timah putih) perunggu oleh manusia membutuhkan suatu teknik proses produksi tertentu. Timah putih harus digali dari tambang (terutama sebagai batu timah atau tin ore atau cassiterite) dan dilelehkan terpisah-pisah, kemudian ditambahkan kepada tembaga yang dilelehkan untuk membuat campuran perunggu (bronze alloy). Zaman Perunggu ditandai dengan banyak penggunaan logam dan perkembangan jaringan perdagangan.
Timur Dekat

Asia Tenggara / Timur Tengah

Zaman Perunggu di Timur Dekat kuno dimulai dengan munculnya bangsa Sumer pada milenium ke-4 SM. Budaya-budaya di Timur Dekat kuno (sering disebut, "the cradle of civilization"; "tempat penyemaian peradaban") berpusat sekitar pertanian intensif setahun penuh, pengembangan sistem penulisan, penemuan roda pembuatan periuk (potter's wheel), menciptakan suatu pemerintahan, aturan hukum, dan kerajaan yang tersentralisasi, serta memperkenalkan stratifikasi sosial, perbudakan, dan peperangan yang terorganisir. Masyarakat-masyarakat di daerah tersebut meletakkan dasar ilmu astronomi dan matematika.

Kapak perunggu

Kapak perunggu upacara adalah benda Zaman Perunggu yang diproduksi di nusantara pada abad ke-1 dan ke-2 masehi. Kapak upacara ditemukan di situs-situs arkeologi di Jawa, Bali, Sulawesi, dan pulau-pulau di bagian timur Indonesia, dan juga disekitar Danau Sentani di Papua. Penemuan kapak perunggu di seluruh nusantara menunjukkan intensifnya perdagangan di antara pulau-pulau di nusantara pada awal tahun Masehi.

Pertama kali pembuatan logam terjadi di Indonesia adalah sekitar tahun 500 Sebelum Masehi. Objek-objek perunggu paling pertama di Indonesian mungkin digunakan dalam sebuah upacara. Banyak sekali ditmeukan objek perunggu dari masa ini di Indonesia. Objek perunggu bahkan ditemukan di Indonesia Timur, padahal belum ada tanda-tanda kontak perdagangan antara pulau-pulau di Indonesia Timur dengan negara lain seperti India. Objek-objek perunggu ini pasti diimpor dari pulau-pulau di Indonesia, terutama karena banyak dari pulau-pulau kecil di Indonesia yang tidak memiliki pertambangan tembaga atau timah, bahan utama di pembuatan objek peerunggu.

Kapak perunggu upacara terus dikembangkan ketika Indonesia memasuki Zaman pre-Klasik dimulai dari abad ke-1 hingga abad ke-2 Masehi. Selama periode ini, industri pencetakan perunggu berkembang, terutama di Jawa dan Bali. Industri-industri ini mungkin berperan dalam pembuatan berbagai jenis benda perunggu di Indonesia, termasuk kapak perunggu upacara. Beberapa contoh kapak perunggu yang ditemukan di Indonesia misalnya kapak corong dengan bentuk ekor walet yang banyak ditemukan di Jawa, kapak perunggu upacara berukuran besar, dan kapak perunggu berbentuk pisau melengkung yang ditemukan dalam berbagai ukuran.  Temuan-temuan arkeologi ini menunjukkan bahwa perdagangan antar pulau di Indonesia sudah terjadi sejak di milenium pertama Maseihi. pusat produksi benda perunggu ini dan berbagai situs yang menunjukkan penggunaannya dalam sebuah upacara menunjukkan perdagangan antar pulau yang berkembang di kepulauan Indonesia di milenium pertama 


Ada berbagai bentuk kapak perunggu upacara yang ditemukan di Indonesia. Kesamaan antara kapak perunggu satu dengan lainnya adalah pola-pola artistiknya yang dibuat dengan sangat detail dan desainnya yang tidak praktis untuk dapat digunakan sebagai alat pertanian atau sebagai senjata perang. Kapak perunggu upacara yang ditemukan di Landu di Kepulauan Rote bagian utara pada tahun 1875, dipahat dengan bentuk-bentuk figur manusia dan dihiasi dengan pola geometris seperti lingkaran konsentris, pola tulang ikan, dan spiral, sangat mirip dengan pola-pola artistik yang ditemukan di Pasifik Selatan; dan juga dengan pola-pola geometris yang ditemukan di daratan Asia misalnya pola lurik. Kapak perunggu upacara yang ditemukan di Landu memiliki bentuk yang sangat mirip dengan kapak perunggu upacara yang ditemukan di Makassar dan saat ini disimpan di Museum Gajah.

Kapak perunggu upacara berukuran besar di Indonesia, misalnya Kapak Makassar Sumbu perunggu seremonial besar di Indonesia, seperti Axel Makassar  (berukuran 70,5 cm x 30 cm) dan contoh serupa yang disimpan di Museum Metropolitan of Art di New York terlalu besar untuk dapat digunakan secara praktis. Jenis kapak perunggu upacara ini diproduksi dengan menggunakan metode cetak lilin dan dibuat dalam dua bagian yang kemudian digabungkan di bagian tengahnya. Kapak perunggu yang dihias dengan berbagai figur dan pola pada permukaannya ini pasti digunakan dalam sebuah upacara. Kapak perunggu upacara mungkin digunakan sebagai bejana air karene beronggo, atau digantung dan dipukul sebagai instrumen perkusi. Objek ini sudah pasti diberikan turun-temurun dalam keluarga sebagai objek pusaka.

Kapak corong dengan ujung berbentuk ekor walet juga banyak ditemukan di Jawa. Sebuah kapak corong dengan ukuran sangat besar ditemukan di Bogor, bagian ekor waletnya didekorasi dengan pahatan topeng dengan mata besar.

Tipe kapak perunggu upacara lain yang ditemukan di Indonesian adalah kapak perunggu dengan bentuk seperti pisau lengkung. Kapak perunggu berbentuk pisau lengkung ini ditemukan di seluruh nusantara dari Jawa Barat (seperti kapak yang ditemukan di Bandung) sampai Sulawesi. Kapak perunggu berbentuk pisau tersebut diproduksi dalam berbagai ukuran. Meski terlihat seperti senjata, kapak tersebut terlalu lemah untuk dapat digunakan sebagai senjata perang ataupun sebagai alat pertanian.

Gambar figur prajurit dengan bulu di topinya dan memegang kapak perunggu telah ditemukan di nekara Dong Son.

Jan 18, 2020

Mesopotamia

Mesopotamia  : "tanah dari sungai-sungai" terletak di antara dua sungai besar, Efrat dan Tigris. Daerah yang kini menjadi Republik Irak itu pada zaman dahulu disebut Mesopotamia, yang dalam bahasa Yunani berarti "(daerah) di antara sungai-sungai". Dengan bidang tanah yang panjang dan sempit berbentuk seperti bulan sabit dan tanahnya yang subur, daerah ini juga disebut "Bulan Sabit Subur". Nama Mesopotamia sudah digunakan oleh para penulis Yunani dan Latin kuno, seperti apa Polybius (abad 2 SM) dan Strabo (60 SM-20 M). Tanah subur ini telah menumbuhkan banyak peradaban kuno yang megah dan secara kolektif dikenal sebagai sebagai peradaban Mesopotamia. Inilah peradaban paling awal di Asia Barat dan salah satu yang tertua di dunia.

Menurut keyakinan Kristen dan Yahudi seperti dalam Perjanjian Lama, ada usaha menghubungkan keluarga Abraham (yang lalu disebut "Bapa Orang Beriman" dan diakui oleh tiga agama monoteistik dunia, Islam, Kristen, dan Yahudi ) dengan Mesopotamia. Dalam kitab Kejadian 11:31 dikatakan, pada suatu masa keluarga Abraham berpindah dari Ur Kaśdim ke Haran sebelum akhirnya berpindah ke Kanaan (Daerah Israel dan Palestina sekarang).

Lokasi Ur Kaśdim biasanya dirujuk pada Tell el-Muqayyar, situs bekas reruntuhan Kota Ur kuno dari periode Sumeria. Sedangkan Haran terletak di bagian utara Mesopotamia, di tepi Sungai Efrat.

Toponimi daerah Mesopotamia berasal dari akar kata Yunani Kuno μέσος (mesos) "tengah" dan ποταμός (potamos) "sungai" dan secara harfiah berarti"(negeri) di antara sungai-sungai". Toponimi ini digunakan dalam Septuaginta yang berbahasa Yunani itu (ca. 250 SM) sebagai terjemahan dari padanannya dalam bahasa Ibrani yaitu Naharaim. Toponimi ini bahkan sudah lebih awal digunakan oleh bangsa Yunani sebagaimana yang dibuktikan dengan Anabasis Alexandri, yang ditulis pada akhir abad ke-2 Masehi, namun secara khusus mengacu pada sumber-sumber dari zaman Alexander Agung. Dalam Anabasis, Mesopotamia digunakan untuk menyebut wilayah yang membentang di timur Sungai Efrat di utara Suriah. Istilah Aram biritum / birit Narim berhubungan dengan konsep geografis serupa.  Kemudian, istilah Mesopotamia itu lebih umum diterapkan untuk semua tanah antara sungai Efrat dan Tigris, sehingga menggabungkan tidak hanya bagian dari Suriah tetapi juga hampir semua Irak dan Turki tenggara. Dataran stepa di sebelah barat sungai Efrat dan bagian barat Pegunungan Zagros juga sering termasuk dalam istilah yang lebih luas Mesopotamia. Perbedaan lebih lanjut biasanya dibuat antara atas atau Utara Mesopotamia dan dataran yang rendah atau Selatan Mesopotamia. Mesopotamia utara juga dikenal sebagai Jezirah, adalah daerah antara Efrat dan Tigris sampai ke Baghdad. Mesopotamia selatan terdiri dari Irak selatan, Kuwait, dan Iran bagian barat. Dalam penggunaan akademis modern, istilah Mesopotamia juga memiliki konotasi kronologis. Sering kali digunakan untuk merujuk daerah ini sampai dengan masa Penaklukan Muslim. Nama-nama seperti Suriah, Jezirah, dan Irak digunakan untuk menggambarkan wilayah tersebut setelah masa ini . Istilah ini telah diperdebatkan bahwa eufimisme ini merupakan istilah Eurosentris yang disematkan pada daerah ini pada masa-masa perambahan orang Barat abad ke-19.

Geografi

Ruang lingkup budaya Mesopotamia, Babilonia, dan Assiria yang diketahui dari sumber-sumber dokumenter

Mesopotamia meliputi wilayah antara Sungai Efrat dan Tigris yang sama-sama bersumber dari Dataran Tinggi Armenia. Kedua sungai ini juga mendapatkan tambahan pasokan air dari banyak anak sungai, dan keseluruhan jaringan sungai ini mengaliri wilayah bergunung-gunung yang sangat luas. Jalur perjalanan darat di Mesopotamia lazimnya menyusuri Sungai Efrat karena tepian Sungai Tigris sebagian besar terjal dan sukar dilalui. Iklim wilayah ini semi-gersang dengan bentangan gurun yang luas di utara serta bentangan daerah berawa-rawa, berlumpur, dan bergelagah seluas 15.000 Km persegi (5.800 Mil persegi) di selatan. Jauh di ujung selatan, Efrat dan Tigris menyatu dan bermuara ke Teluk Persia.

Lingkungan gersang yang membentang dari kawasan-kawasan pertanian tadah hujan di daerah utara sampai ke daerah selatan di mana pertanian dengan irigasi menjadi sangat penting jika orang mengharapkan perolehan surplus energi yang dihasilkan atas energi yang diinvestasikan (Energy Returned On Energy Invested, EROEI). Irigasi ini dipermudah oleh tingginya permukaan air tanah dan lelehan salju dari puncak-puncak tinggi Pegunungan Zagros di wilayah utara dan dari dataran tinggi Armenia, sumber air Sungai Tigris dan Efrat yang menjadi asal-muasal nama negeri itu. Manfaat irigasi bergantung pada kemampuan mengerahkan tenaga kerja yang memadai untuk membuat dan memelihara saluran-saluran air. Maka, faktor ini yang sejak permulaan zaman telah membantu pertumbuhan pemukiman-pemukiman perkotaan dan sistem kekuasaan politik yang terpusat.

Usaha pertanian di seluruh wilayah Mesopotamia disokong oleh usaha penggembalaan ternak secara berpindah-pindah. Kaum pengembara yang mendiami kemah-kemah menggembalakan biri-biri dan kambing (dan kemudian unta) dari padang-padang penggembalaan sepanjang sungai pada bulan-bulan di musim panas yang kering, menuju padang-padang rumput musiman di sepanjang perbatasan dengan gurun pada musim dingin yang basah. Wilayah Mesopotamia umumnya tidak memiliki batu-batu untuk bahan bangunan, logam mulia, dan kayu, karena itulah sepanjang sejarahnya bergantung pada perniagaan jarak jauh atas hasil-hasil pertanian untuk mendapatkan barang-barang langka itu dari luar wilayah. Di daerah rawa-rawa di selatan, terdapat suatu budaya rumit penangkapan ikan dengan kapal-kapal pengangkut semenjak zaman prasejarah, yang menambah keberagaman budaya Mesopotamia.

Kegagalan-kegagalan berkala dalam sistem budaya ini diakibatkan oleh sejumlah faktor. Kebutuhan akan tenaga kerja dari waktu ke waktu telah mengakibatkan peningkatan populasi yang mendesak batas-batas daya tampung ekologi, dan saat wilayah ini mengalami masa kekacauan iklim, keruntuhan pemerintah pusat dan penurunan populasi dapat terjadi. Di lain pihak, kerentanan militer terhadap serangan dari suku-suku pinggiran dari daerah perbukitan atau padang-padang penggembalaan telah mengakibatkan keruntuhan perniagaan dan penelantaran jaringan-jaringan irigasi selama beberapa waktu. Demikian pula, kecenderungan-kecenderungan memusat yang ada di negara-negara kota hanya pemerintahan terpusat atas seluruh wilayah Mesopotamia. Bilamana dipaksakan, cenderung berumur pendek, dan semangat kedaerahan pun terpecah-belah kekuasaan yang utuh menjadi satuan kesukuan atau kedaerahan yang lebih kecil.  Kecenderungan semacam ini masih terus berlanjut di Irak sampai sekarang.

Sejarah Mesopotamia

Sejarah Mesopotamia diawali dengan tumbuhnya sebuah peradaban, yang diyakini sebagai pusat peradaban tertua di dunia, oleh bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria membangun beberapa kota kuno yang terkenal, yaitu Ur, Ereck, Kish, dll. Kehadiran seorang tokoh imperialistik dari bangsa lain yang juga mendiami kawasan Mesopotamia, bangsa Akkadia, dipimpin Sargon Agung, ternyata melakukan sebuah penaklukan politis, tetapi bukan penaklukan kultural. Bahkan dalam berbagai hal budaya Sumeria dan Akkadia berakulturasi, sehingga era kepemimpinan ini sering disebut Jilid Sumeria-Akkadia. Campur tangan Sumeria tidak dapat diremehkan begitu saja, pada saat Akkadia terdesak oleh bangsa Gutti, bangsa Sumeria yang mendukung Akkadia, sehingga mereka masih dapat berkuasa di "tanah antara dua sungai-sungai" itu.

Mesopotamia dalam Alkitab

Beberapa catatan lain bisa dikemukakan untuk menunjukkan hubungan antara Abraham dengan Mesopotamia. Dalam Kitab Ulangan 26:3; Nabi Musa mengajak umat untuk berdoa kepada Tuhan saat mempersembahkan panen pertama dengan mengawalinya, Bapaku adalah seorang Aram, seorang pengembara. Di tempat lain dikatakan bahwa Ishak, anak Abraham, diperintah Abraham untuk mencari istri dari daerah Aram-Mesopotamia (aram-naharayim) (Kejadian 24:2,10). Demikian juga dengan Yakub, cucu Abraham, dia disuruh pergi ke Padan-Aram untuk mendapatkan istri di sana (Kejadian 28:2). Dalam terjemahan Yunani Septuaginta, kedua nama terakhir ini disebut Mesopotamia.

Selain petunjuk yang secara eksplisit ada dalam Alkitab, masih bisa ditemukan informasi lain yang menunjukkan pengaruh Mesopotamia yang cukup kuat. Kesejajaran antara kisah-kisah Enkidu/Shamhat dan Adam/Hawa telah lama diakui oleh para peneliti. Kisah Taman Eden dan kisah Air Bah yang terkenal itu, yang dikisahkan pada bagian awal kitab Kejadian, sebenarnya kuat dipengaruhi sastra Mesopotamia.  Biasanya ada tiga karya sastra Mesopotamia yang ditunjuk, yaitu Enuma Elis (dari abad 17 SM), Epos Gilgames (abad 20 SM), dan Athrahasis (abad 18-17 SM). Teks-teks itu cukup terkenal dan tersebar luas karena ditemukan dalam berbagai versi dan bahasa, seperti versi Akkadia, Sumeria, Hittit, dan Asyur. Kemiripan antara sastra Mesopotamia dengan teks-teks Alkitab begitu mencolok sehingga seringkali disimpulkan bahwa ada ketergantungan antara keduanya. Karena teks-teks Mesopotamia berasal dari periode yang jauh lebih tua dari teks-teks Alkitab, maka tidak mengherankan jika bisa disimpulkan, teks Alkitab bergantung pada sastra Mesopotamia itu. Para penulis Israel tampaknya mengambil dan memanfaatkan teks-teks Mesopotamia itu untuk mengungkap keyakinan mereka, sekaligus menyesuaikannya dengan keyakinan itu, terutama di bidang monoteisme.

Salah satu kemungkinan datangnya pengaruh Mesopotamia dalam kitab Kejadian adalah bahwa kisah-kisah Mesopotamia dibawa ke Palestina lalu menyebar-saat terjadi perpindahan penduduk besar-besaran dari Mesopotamia yang disebabkan situasi yang agak kacau sekitar abad 19 SM. Kiranya ini juga yang menjadi konteks berpindahnya keluarga Abraham dari Ur ke Haran, lalu ke Kanaan.

Berbagai kebiasaan dan peraturan yang tercermin dalam kitab Kejadian ternyata juga menemukan banyak kesamaan dengan kebiasaan dan peraturan yang hidup di daerah Mesopotamia. Sebagai contoh, kekhawatiran Abraham karena dia tidak mendapat keturunan, karena itu harus mewariskan segala miliknya kepada abdinya yang setia, Eliezer (Kejadian 15:1-4), ternyata sejajar dengan praktik yang dilakukan masyarakat Nuzi yang mendiami sebelah timur Sungai Tigris. Hal ini bisa diketahui melalui analisis teks-teks hukum yang berlaku di Nuzi, yang berasal dari abad 15 SM. Kisah tentang Abraham yang datang ke negeri asing lalu mengaku istrinya sebagai saudarinya (Kejadian 12:10-20) sering membingungkan orang. Tetapi, kini, dengan ditemukannya teks-teks yang berasal dari bangsa Hori di sebelah utara Mesopotamia, berdekatan dengan Haran, hal itu bisa dipahami dengan lebih baik. Dalam masyarakat Hori, ikatan perkawinan yang paling kuat adalah jika seorang istri sekaligus mendapat status saudari secara hukum. Karena itu, sering terjadi, sesudah perkawinan diadakan upacara lain untuk mengadopsi sang istri menjadi saudari. Hal ini disahkan dengan dua dokumen. Pertama, dokumen tentang perkawinan. Kedua, berkait dengan pengangkatannya sebagai saudari.

Matthias Henze menunjukkan bahwa kegilaan Nebukadnezar dalam Kitab Daniel mengacu pada Epos Gilgames. Dia mengklaim bahwa penulis menggunakan unsur-unsur dari deskripsi Enkidu untuk melukis potret sarkastik dan mengejek raja Babel.

Salah satu warisan peradaban Mesopotamia Kuno yang amat bernilai bagi umat manusia adalah kumpulan hukum yang biasa disebut Codex Hammurabi. Kumpulan hukum yang berbentuk balok batu hitam itu ditemukan di Susa tahun 1901 dalam suatu ekspedisi yang dilakukan arkeolog Prancis di bawah pimpinan M de Morgan. Pada bagian atas balok, yang kini ada di Museum Louvre, Paris, ada relief yang menggambarkan Raja Hammurabi dari Babilonia Kuno (1728-1686 SM) sedang menerima hukum dari Dewa Shamash, dewa Matahari yang juga menjadi dewa pelindung keadilan. Perbandingan dengan kumpulan hukum yang ada dalam Kitab Keluaran 21-23 menunjukkan adanya kesejajaran yang dekat. Adanya ketergantungan antara kedua kumpulan hukum itu tidak bisa ditentukan dengan pasti, tetapi pengaruh tidak langsung rasanya merupakan sesuatu yang amat masuk akal.

Codex Hammurabi, yang terdiri dari 282 pasal ditambah Prolog dan Epilog, tidak saja berpengaruh pada kumpulan hukum yang ada dalam Alkitab, tetapi juga pada sistem hukum pada periode selanjutnya. Yang menarik dan mungkin membuat kita (seharusnya) tertunduk malu adalah, kumpulan hukum itu juga mengingatkan kita bahwa sejak abad 18 SM, di Mesopotamia sudah ada seorang pemimpin besar yang sungguh-sungguh mempunyai kesadaran bahwa manusia harus diperlakukan secara adil sebagai manusia.

Hari raya


Bangsa Mesopotamia Kuno setiap bulan menyelenggarakan upacara-upacara. Tema upacara dan perayaan untuk tiap-tiap bulan ditentukan oleh sekurang-kurangnya enam faktor utama:

    Pergantian penampakan bulan (separuh-terang bermakna kelimpahan dan pertumbuhan, sedangkan separuh-gelap dikait-kaitkan dengan penurunan, pelestarian, dan perayaan "Alam Bawah"")

    Pergantian musim bercocok-tanam

    Titik khatulistiwa matahari dan titik balik matahari

    Mitos-mitos setempat beserta dewa-dewi yang terkait dengannya

    Keberhasilan dari raja yang berkuasa saat itu

    Akitu, atau perayaan Tahun Baru (purnama pertama sesudah matahari melintasi katulistiwa di musim semi)

    Peringatan peristiwa-peristiwa bersejarah (hari pendirian, kemenangan-kemenangan perang, hari-hari suci bagi kuil, dst)

Olahraga

Perburuan populer di kalangan raja-raja Asyur. Tinju dan gulat sering ditampilkan dalam seni rupa, dan beberapa bentuk permainan polo agaknya merupakan olahraga yang populer, dengan pemain yang duduk di atas pundak orang bukannya di atas punggung kuda. Mereka juga memainkan majore, sebuah permainan yang mirip rugbi, tetapi dimainkan dengan sebuah bola yang terbuat dari kayu. Mereka juga memainkan sebuah permainan papan yang mirip dengan senet dan backgammon, dan yang kini dikenal sebagai "Permainan Kerajaan dari Ur."

Ekonomi dan pertanian

Budi daya tanaman pangan yang dibantu sistem irigasi menyebar dari pegunungan Zagros ke arah selatan bersama dengan peradaban Samara dan peradaban Hadji Muhammed sejak sekitar 5,000 SM.  Kuil-kuil Sumeria berfungsi sebagai bank dan mengembangkan sistem pinjaman dan kredit skala besar pertama, tetapi bangsa Babilonia yang mengembangkan sistem perbankan dagang yang pertama. Perekonomian Mesopotamia dalam satu dan lain hal dapat dibandingkan dengan ilmu ekonomi pasca-Keynes, tetapi dengan suatu pendekatan yang cenderung "apa saja boleh".

Sejak permulaan sejarah Mesopotamia sampai dengan zaman Ur III, kuil-kuil menguasai sampai dengan sepertiga dari seluruh lahan yang ada, namun jumlah itu menurun dari waktu ke waktu seiring peningkatan kepemilikan tanah oleh pihak istana dan orang-orang pribadi. Ensi adalah kata yang digunakan sebagai sebutan bagi orang yang bertugas mengatur pekerjaan untuk segala macam usaha pertanian di lahan-lahan milik kuil. Rakyat jelata diketahui sebagai golongan yang paling sering bekerja di bidang pertanian sebagai petani penggarap, khususnya di lahan-lahan milik kuil atau istana.

Kondisi geografi Mesopotamia selatan hanya memungkinkan penyelenggaraan pertanian jika dikelola dengan irigasi dan drainase yang baik. Kenyataan ini berdampak besar pada evolusi peradaban Mesopotamia awal. Kebutuhan irigasi mendorong bangsa Sumeria, dan selanjutnya bangsa Akkadia, untuk membangun kota-kota mereka di sepanjang tepian sungai Tigris dan Efrat serta cabang-cabangnya. Kota-kota besar seperti Ur dan Uruk, bertempat di sekitar anak-anak Sungai Efrat, sedangkan kota-kota lain, khususnya Lagash, didirikan dekat cabang-cabang Sungai Tigris. Sungai-sungai juga memiliki manfaat lain sebagai sumber pasokan ikan (baik sebagai bahan pangan atau sebagai pupuk), gelagah, dan lempung (untuk bahan bangunan). Berkat irigasi, pasokan pangan di Mesopotamia sebanding dengan pasokan pangan di padang-padang rumput Kanada. Lembah sungai Tigris dan lembah Sungai Efrat merupakan bagian timur laut dari bentangan Hilal Subur yang juga meliputi lembah Sungai Yordan dan lembah Sungai Nil. Jika semakin dekat dengan sungai membuat lahan menjadi subur dan baik untuk ditanami, maka sebaliknya jarak yang semakin jauh dari sungai membuat lahan menjadi kering dan sebagian besar tidak dapat dihuni. Itulah sebabnya perkembangan irigasi sangat penting artinya bagi para penduduk Mesopotamia. Inovasi bangsa Mesopotamia lainnya adalah pengendalian laju air dengan bendungan serta pemanfaatan saluran-saluran air. Orang-orang yang mula-mula menempati tanah yang subur di Mesopotamia mempergunakan luku kayu untuk menggemburkan tanah sebelum ditanami jelai, bawang, anggur, lobak, maupun apel. Penduduk Mesopotamia terbilang di antara orang-orang pertama yang membuat bir dan tuak anggur. Dilibatkannya keterampilan dalam bertani di Mesopotamia membuat para petani tidak bergantung pada budak belian untuk merampungkan pengerjaan lahan-lahan mereka, akan tetapi ada pula beberapa pengecualian. Tingginya risiko mempekerjakan budak belian (budak belian melarikan diri atau memberontak) membuat banyak petani menghindarinya. Meskipun sungai-sungai menjadi penyokong hidup penduduk Mesopotamia, sungai-sungai juga menghancurkannya dengan banjir yang kerap meluap dan meluluh-lantakkan seisi kota. Cuaca Mesopotamia yang sukar ditebak seringkali tidak berpihak pada para petani; tanaman-tanaman pangan sering dirusak cuaca sehingga orang perlu memelihara sumber-sumber pangan cadangan seperti lembu dan biri-biri. Seiring berlalunya waktu, daerah-daerah paling selatan di Mesopotamia menderita akibat meningkatnya kadar garam pada tanah, sehingga mengakibatkan kota-kota lambat-laun ditinggalkan orang dan terjadi pemusatan kekuasaan di Akkadia yang letaknya jauh lebih ke utara.

Pemerintahan

Geografi Mesopotamia sangat berdampak pada perkembangan politik di wilayah itu. Di antara sungai dan kali, orang-orang Sumeria mendirikan kota-kota perdana dengan saluran-saluran irigasinya yang terpisahkan satu sama lain oleh bentangan gurun atau rawa yang luas dan terbuka, tempat berkeliaran suku-suku pengembara. Komunikasi antar kota-kota terisolasi itu sulit dan kadang berbahaya jika dilakukan. Oleh karena itu, masing-masing kota Sumeria menjadi sebuah negara kota yang merdeka dan gigih mempertahankan kemerdekaannya. Kadang-kadang salah satu kota akan mencoba menaklukkan dan mempersatukan kota-kota yang sewilayah dengannya, tetapi upaya-upaya semacam itu mendapat perlawanan dan tertumbuk pada kegagalan selama berabad-abad. Akibatnya, sejarah politik Sumeria penuh dengan peperangan yang berlangsung tanpa henti. Pada akhirnya Sumeria pun dipersatukan oleh Eannatum, tetapi persatuan itu rapuh dan gagal bertahan, karena bangsa Akkadia berjaya menaklukkan Sumeria pada 2331 SM hanya satu generasi sesudahnya. Kekaisaran Akkadia adalah kekaisaran pertama yang mampu bertahan melampaui satu generasi dan menyelenggarakan alih kepemimpinan raja-raja secara damai. Umur kekaisaran ini relatif singkat, karena ditaklukkan bangsa Babilonia setelah bertahan selama beberapa generasi.

Raja-raja

Bangsa Mesopotamia percaya bahwa raja-raja dan ratu-ratu mereka adalah keturunan dari warga Kota Dewa-Dewa, tetapi tidak seperti bangsa Mesir Kuno, mereka tidak pernah meyakini bahwa raja-raja mereka adalah dewa-dewa sejati. Sebagian besar raja-raja menggelar dirinya "raja semesta alam" atau "raja agung". Gelar lainnya yang lazim dipakai adalah "gembala", karena raja-raja harus memperhatikan peri kehidupan rakyatnya.

Kekuasaan

Ketika tumbuh menjadi sebuah kekaisaran, wilayah kekuasaan Asyur dibagi-bagi menjadi daerah-daerah yang disebut provinsi. Tiap-tiap provinsi dinamakan menurut nama kota utamanya, seperti Niniwe, Samaria, Damsyik, dan Arpad. Semua provinsi dikepalai gubernurnya masing-masing yang bertugas memastikan setiap orang membayar pajaknya. Para gubernur juga wajib menghimpun pasukan untuk maju berperang dan menyalurkan tenaga kerja bila ada pembangunan kuil. Seorang gubernur juga bertanggung jawab atas penerapan hukum di provinsi yang dipimpinnya. Cara ini memudahkan pengendalian sebuah kekaisaran besar. Walaupun sebelumnya cuma sebuah negara kecil di Sumeria, Babel tumbuh pesat selama masa pemerintahan Hammurabi. Ia dikenal sebagai "pencipta aturan hukum", dan segera Babel menjadi salah satu kota utama di Mesopotamia. Kelak Babel disebut Babilonia, yang berarti "gapura dewa-dewa." Kota ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran terbesar dalam sejarah.

Peperangan

Dengan berakhirnya zaman kekuasaan Uruk, tumbuh kota-kota bertembok dan banyak desa terpencil dari zaman Ubaid ditinggalkan yang menyiratkan adanya peningkatan kekerasan yang dilakukan secara berkelompok. Seorang raja awal yaitu Lugalbanda diduga telah membangun tembok putih mengitari kota itu. Begitu negara-negara kota mulai tumbuh, lingkup jangkauan pengaruh mereka pun saling tumpang-tindih sehingga menimbulkan perdebatan di antara negara-negara kota lainnya, khususnya menyangkut tanah dan terusan-terusan. Perdebatan-perdebatan ini dicatat pada loh-loh lempung beberapa ratus tahun sebelum pecah perang-perang besar—catatan pertama mengenai peperangan ditulis sekitar 3200 SM. Namun, belum menjadi suatu kelaziman sampai kira-kira 2500 SM. Seorang raja Dinasti Awal II (Ensi) Uruk di Sumer, Gilgamesh (2600 SM), disanjung karena keberhasilannya dalam bertempur melawan Humbaba, penjaga Pegunungan Aras, dan kelak dalam banyak sajak dan kidung ia dipuja-puji pula sebagai makhluk dua pertiga dewa dan hanya sepertiga manusia. Tugu Prasasti Burung Nazar yang berasal dari akhir zaman Dinasti Awal III (2600–2350 SM), yang dibuat untuk memperingati kemenangan Eannatum dari Lagash atas kota tetangga saingannya Umma, adalah monumen tertua di dunia yang dibuat sebagai pernyataan pujian atas sebuah tindakan pembantaian. Mulai saat itu sampai seterusnya, peperangan dijadikan bagian dari sistem politik Mesopotamia. Sesekali sebuah kota yang netral dapat bertindak selaku penengah bagi dua kota yang saling berseteru. Keadaan ini mendorong terbentuknya persatuan-persatuan antar-kota yang kelak berkembang menjadi negara-negara kedaerahan. Tatkala kekaisaran-kekaisaran terwujud, mereka pun maju berperang tetapi lebih sering melawan negara-negara asing. Raja Sargon misalnya, menaklukkan seluruh kota di Sumeria, beberapa kota di Mari, dan kemudian maju berperang melawan Suriah utara. Banyak dinding istana Asiria dan Babilonia dihiasi dengan gambar-gambar mengenai pertempuran-pertempuran yang berhasil dimenangkan dan musuh yang lari kocar-kacir atau bersembunyi dibalik rumpun-rumpun gelagah.

Negara-negara kota Mesopotamia menyusun naskah hukum mereka dengan bersumber pada keputusan-keputusan peradilan dan undang-undang raja-raja. Naskah hukum Urukagina dan Lipit Isytar telah ditemukan. Naskah hukum paling terkenal berasal dari Hammurabi, yang termasyhur setelah kematiannya berkat perangkat aturan hukum yang disusunnya, yakni Naskah Hukum Hammurabi (disusun ca. 1780 SM), yang merupakan salah satu perangkat hukum tertua yang pernah ditemukan dan salah satu contoh dokumen sejenis yang berasal dari Mesopotamia Kuno. Hammurabi menetapkan 200 lebih aturan hukum bagi Mesopotamia. Kajian atas aturan-aturan ini menunjukkan makin lemahnya hak-hak perempuan, dan makin kejamnya perlakuan terhadap budak belian

Seni rupa.

Seni rupa Mesopotamia menyaingi Seni rupa Mesir Kuno baik dari segi kemegahan, kecanggihan, maupun tingkat kerumitannya di kawasan barat Eurasia sejak milenium ke-4 SM sampai wilayah itu ditaklukkan Kekaisaran Akhemeniyah Persia pada abad ke-6 SM. Peninggalan seni rupa Mesopotamia sebagian besar berupa jenis patung batu dan tanah liat yang sangat tahan lama sifatnya; hanya sedikit peninggalan berupa lukisan yang mampu menyintasi zaman, namun peninggalan-peninggalan itu menyiratkan bahwa lukisan-lukisan Mesopotamia umumnya berupa pembubuhan warna pada pola-pola hiasan geometris dan tumbuh-tumbuhan, meskipun sebagian besar patung-patung juga diwarnai.

Pada zaman melek-aksara perdana, tatkala Mesopotamia berada di bawah kekuasaan Uruk, dihasilkan karya-karya yang canggih seperti Bejana Warka dan stempel-stempel silinder. Singa Betina Guennol adalah sebuah patung batu gamping kecil yang menarik dari Elam sekitar 3000–2800 SM, berwujud separuh manusia dan separuh singa. Tidak lama sesudah zaman itu, muncul sejumlah patung berwujud imam-imam dan pemuja-pemuja bermata besar, sebagian besar terbuat dari pualam dengan tinggi mencapai satu kaki, yang tampak tengah menghadiri upacara penyembahan berhala di kuil, namun hanya sejumlah kecil patung-patung ini yang menyintas. Patung-patung dari zaman Sumeria dan Akkadia umumnya bermata besar membelalak dan berjanggut panjang pada sosok pria. Banyak pula mahakarya yang telah ditemukan di makam kerajaan di Ur (ca. 2650 SM), termasuk dua patung domba dalam belukar, lembu tembaga, dan sebuah kepala lembu pada salah satu di antara lira-lira dari Ur.

Dari zaman-zaman berikutnya sebelum bangkitnya Kekaisaran Asiria Baru, seni rupa Mesopotamia menyintas dalam beberapa wujud yaitu stempel-stempel silinder, patung-patung utuh yang relatif kecil, dan relief-relief dalam berbagai ukuran, termasuk plakat-plakat murah dari gerabah cetakan untuk rumah tinggal, sebagian berkaitan dengan keagamaan dan sebagian lagi tampaknya tidak. Relief Burney adalah sebuah plakat terakota dengan tingkat kerumitan yang tidak seperti biasanya dan relatif besar ukurannya (20 x 15 inci) memperlihatkan sesosok dewi bersayap dan berkaki burung pemangsa, dikawal burung-burung hantu dan singa-singa. Relief ini berasal dari abad ke-18 atau ke-19 SM, dan mungkin pula merupakan hasil cetakan. Tugu-tugu batu prasasti, persembahan-persembahan nazar, atau plakat-plakat peringatan kemenangan-kemenangan perang dan pesta-pesta perayaan, ditemukan pula di kuil-kuil, yang tidak seperti barang-barang sejenis keluaran pemerintah yang lebih resmi sifatnya, tidak memuat cukup banyak tulisan untuk menjelaskan barang-barang itu; Kepingan tugu Prasasti Burung Nazar adalah sebuah contoh awal peninggalan barang-barang bertulisan, dan Obelisk Hitam Salmaneser III dari Asyur adalah peninggalan bertulisan yang besar dan kokoh dari zaman kemudian.

Ditaklukkannya seluruh Mesopotamia dan wilayah-wilayah di sekitarnya oleh bangsa Asyur menjadikan negeri itu lebih besar dan lebih makmur daripada sebelumnya, serta dipajangnya karya seni yang sangat memukau di istana-istana dan tempat-tempat umum dimaksudkan pula untuk menyaingi semarak seni rupa negeri tetangga mereka, Kekaisaran Mesir. Bangsa Asyur mengembangkan sebuah gaya seni berupa latar-latar yang sangat luas diisi relief-relief pipih naratif yang ditata dengan sangat rinci pada batu untuk istana-istana, menampilkan adegan-adegan peperangan atau perburuan; British Museum memiliki sekumpulan relief semacam itu. Bangsa Asyur menghasilkan sangat sedikit patung yang dipahat utuh, kecuali untuk sosok-sosok raksasa penjaga, kerapkali berwujud lamassu berkepala manusia, yang dipahat menjadi relief timbul pada dua sisi balok persegi, dengan bagian kepala berupa pahatan utuh (dan juga kelima tungkainya, sehingga tampak terpahat utuh dari masing-masing sisi balok). Bahkan sebelum menguasai Mesopotamia mereka telah meneruskan tradisi pembuatan stempel silinder dengan rancangan-rancangan yang seringkali tampak hidup dan penuh cita rasa seni.

Arsitektur

Kajian mengenai seni bina Mesopotamia Kuno didasarkan pada bukti-bukti arkeologi yang tersedia seperti gambar-gambar berwujud bangunan, dan naskah-naskah tentang pelaksanaan pembangunan. Karya-karya ilmiah biasanya berkonsentrasi pada kuil-kuil, istana-istana, tembok-tembok dan gerbang-gerbang kota, serta bangunan-bangunan monumental lainnya. Namun, sesekali dihasilkan pula karya ilmiah terkait seni bina rumah tinggal. Survei permukaan dalam lingkup arkeologi juga telah memungkinkan pembuatan kajian mengenai tata ruang perkotaan di kota-kota Mesopotamia awal.

Batu-bata merupakan bahan bangunan yang paling banyak digunakan karena tersedia dekat dan terjangkau, sedangkan batu bangunan harus didatangkan dari tempat-tempat yang cukup jauh dari sebagian besar kota-kota itu. Ziggurat adalah bentuk bangunan yang paling menonjol, dan kota-kota seringkali memiliki gerbang-gerbang besar. Yang paling masyhur dari gerbang-gerbang itu adalah Gerbang Isytar dari kota Babel yang dibangun pada era Babilonia Baru, dihiasi hewan-hewan yang dibentuk pada batu-bata beraneka warna, dan sebagian besar kini menjadi koleksi Pergamon Museum di Berlin.

Sisa-sisa bangunan yang paling menonjol dari zaman awal Mesopotamia adalah gugus-gugus bangunan kuil di Uruk dari milenium ke-4 SM, kuil-kuil dan istana-istana di situs-situs periode Dinasti Awal di lembah Sungai Diyala seperti Khafajah dan Tell Asmar, sisa-sisa peninggalan Dinasti ketiga Ur di Nippur (Tempat suci Enlil) dan Ur (Tempat suci Nanna), sisa-sisa peninggalan dari pertengahan Zaman Perunggu di situs-situs Suriah-Turki seperti Ebla, Mari, Alalakh, Aleppo dan Kultepe, istana-istana dari akhir Zaman Perunggu di Bogazkoy (Hattusha), Ugarit, Asyur dan Nuzi, istana-istana dan kuil-kuil Zaman Besi di situs-situs Assiria (Kalhu/Nimrud, Khorsabad, Nineveh), Babilonia (Babel), Urartu (Tushpa/Van, Kalesi, Cavustepe, Ayanis, Armavir, Erebuni, Bastam) dan Het Baru (Karkamis, Tell Halaf, Karatepe). Rumah-rumah sebagian besar diketahui dari sisa-sisa peninggalan era Babilonia Baru di Nippur dan Ur. Yang menonjol dari antara sumber-sumber tertulis mengenai pendirian bangunan dan ritual-ritual yang terkait dengannya adalah silinder-silinder Gudea dari milenium ke-3 SM, demikian pula prasasti-prasasti kerajaan Assiria dan Babilonia dari Zaman Besi.