Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Dec 15, 2009

Minggu Hari Sabat

Kebaktian pada hari Minggu Sabat bukan hanya ditetapkan oleh seorang Paus atau seorang Raja yang berkuasa atau rapat-rapat yang diadakan oleh para ahli agama, tetapi hal itu memiliki ke-absahan yang sangat alkitabiah:

Dalam bahasa aslinya Yunani, Matius 28:1 (dan juga ketika Injil lainnya: Markus, Lukas, Yohanes) ada ditulis demikian:

"Setelah Sabat-Sabat [jamak] lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama Sabat-Sabat [jamak] itu,"

Dalam Alkitab bahasa Indonesia (versi Terjemahan Baru) ditulis demikian:

"Setelah hari Sabat [seharusnya ini ditulis dalam bentuk jamak] lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu [ini juga seharusnya adalah kata Sabat dalam bentuk jamak] itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu."

Jadi ada dua kata Sabat dalam ayat ini yang seharusnya diterjemahkan dalam bentuk jamak. Dalam Alkitab bahasa Inggris (Young's Literal Translation 1898) ditulis demikian:

"And on the eve of the sabbaths [perhatikan ini ditulis dalam bentuk jamak], at the dawn, toward the first of the sabbaths [jamak], came Mary the Magdalene, and the other Mary, to see the sepulchre"

Ini adalah terjemahan yang benar sesuai dengan bahasa aslinya, Stephanos-1550 menulis demikian:

"oye de sabbatwn [jamak] th epifwskoush eiV mian sabbatwn [jamak] hlqen maria h magdalhnh kai h allh maria qewrhsai ton tafon"

Kebenaran yang sama juga ditemukan dalam tiga Injil yang lain di ayat-ayat pembukaan dari Markus 16, Lukas 24, dan Yohanes 20. Hal ini menandakan sudah berakhirnya era hari ke-tujuh Sabat Perjanjian Lama (Sabtu) dan dimulainya era Sabat Perjanjian Baru (Minggu) yaitu hari pertama Sabat ketika Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari Minggu pagi di tahun 33 Masehi. Ini adalah satu-satunya alasan mengapa Tuhan menulis kata tersebut dalam bentuk jamak.

Dec 10, 2009

Raja Damai

"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat, Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yesaya 9:6)

Kebanyakan dari orang-orang yang percaya sudah sering mendengar ungkapan "Raja Damai" yang menunjuk kepada Tuhan Yesus seperti yang kita baca dalam ayat diatas yang sering dikutip pada saat Natal. Ada banyak orang yang berpikir bahwa sebagai "Raja Damai" Kristus datang untuk memberikan suatu macam kedamaian politik atau kedamaian antar bangsa di dunia ini. Dan ayat lain yang "kelihatannya" mendukung ide ini ditemukan dalam kitab Lukas 2:13-14 yang kita baca demikian:

"Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."

Salah satu keinginan terbesar dari umat manusia adalah untuk hidup dengan damai, terpisah dari perang dan kesusahan. Akan tetapi perang adalah akibat dari sifat alami manusia yang berdosa, dan perang tidak akan pernah hilang dari dunia yang sudah dikutuk karena dosa ini karena hati manusia sangat jahat atau licik, "lebih licik dari segala sesuatu" (Yeremia 17:9).

Dan ketika berbicara tentang "Masa Siksaan Yang Dahsyat" atau "Masa Kesusahan Yang Besar" yang terjadi tepat sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali, Tuhan Yesus berkata dalam kitab Matius 24:6-7 demikian:

"Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar [berita] tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi [yaitu penghakiman Tuhan] di berbagai tempat."

Dari ayat ini kita melihat bahwa peperangan yang ditimbulkan oleh manusia itu sendiri maupun gempa bumi akan terus terjadi dan membunuh banyak jiwa di bumi ini sampai pada saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya di hari yang terakhir. Tidak ada kesalahan tentang hal ini, Tuhan Yesus juga mengatakan dengan pasti mengenai tujuan dari kedatangan-Nya ke bumi dalam kitab Matius 10:34-36 demikian:

"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya."

Dari ayat ini kita belajar bahwa Yesus, sebagai Allah dalam wujud daging, datang untuk membawa perpecahan dan kesusahan -- bahkan di dalam keluarga, yaitu suatu perkumpulan sosial yang paling erat di dunia ini. Jadi mengapa Yesus dipanggil sebagai "Raja Damai" di dalam Alkitab? Karena Alkitab adalah sebuah "buku rohani" tentang hal-hal rohani yang sangat penting -- yaitu rencana keselamatan Allah untuk umat manusia yang berdosa, oleh karena itu kita harus mencari arti rohani dari ungkapan ini dan juga segala sesuatu lainnya yang dibicarakan di dalam Alkitab, membandingkan ayat yang satu dengan ayat yang lain, supaya kita bisa sampai kepada Kebenaran.

Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa ada perang yang lebih besar dari segala perang yang pernah terjadi di dalam sejarah manusia yang sedang terjadi pada saat sekarang ini. Dan itu adalah "perang rohani" antara Allah dengan umat manusia yang memberontak terhadap Allah. Dalam kitab Roma 8:7 kita membaca demikian:

"Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."

Nah, itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang untuk memberikan "kedamaian" antara Allah dengan umat pilihan-Nya. Hal ini kita baca dalam kitab Yohanes 14:27 dimana Tuhan berkata demikian:

"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu."

Sekarang kita mengerti bahwa kedamaian yang dihasilkan oleh keselamatan disebut sebagai "damai sejahtera dengan Allah", seperti yang kita baca dalam kitab Roma 5:1 demikian:

"Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus."

Orang-orang percaya yang sejati memiliki "damai sejahtera" dengan Allah karena karya atau pekerjaan penebusan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus sehingga dapat "mempersatukan" atau "mendamaikan" mereka dengan Allah, seperti yang dijelaskan dalam kitab 2 Korintus 5:19 demikian:

"Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian [atau Injil] itu kepada kami..."

Dengan kata lain, jika kita telah sungguh-sungguh "diselamatkan" (yaitu dilahirkan kembali dari atas), kita tidak lagi menjadi "musuh Allah" atau "berseteru" (berperang) dengan Allah, karena perang yang terjadi antara kita dengan Allah sebagai akibat dari dosa-dosa kita telah berakhir, atau telah didamaikan oleh Kristus.

Dalam kitab Roma 5:9-10 kita membaca demikian:

"Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru [yaitu berperang], diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"

Disisi yang lain, Allah menyatakan tentang sifat alami dari orang-orang yang belum diselamatkan dalam kitab Roma 3:10-18 demikian:

"seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah [yang benar]. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan Jalan damai tidak mereka kenal [yaitu mereka tidak mengenal Kristus]; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu."

Dan ayat 19-25 melanjutkan demikian:

"Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena JUSTRU oleh hukum Taurat [yaitu hukum-hukum Tuhan] orang mengenal dosa. Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya...... Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia [yaitu anugrah] telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya"

Ketika kita sudah diperdamaikan dengan Allah melalui keselamatan, Allah juga memberikan kepada kita "damai sejahtera Allah" menurut kitab Filipi 4:6-7 yang kita baca demikian:

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

Dan kitab Yesaya 32:17-18 menyatakan kepada kita demikian:

"Di mana ada Kebenaran [yaitu keselamatan] di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat Kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Bangsaku [yaitu Israel rohani] akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman."

Ketika kita memiliki "damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal", jiwa kita dapat beristirahat dengan tentram bersama Allah karena kita menaruh percaya kita kepada-Nya di dalam setiap aspek dari kehidupan kita. Dalam kitab Matius 11:28-29 Tuhan Yesus berkata demikian:

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan [yaitu istirahat] kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."

Dec 9, 2009

Kelahiran Kristus

"Ia [yaitu Maria] akan melahirkan anak laki-laki dan engkau [yaitu Yusuf] akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita. "(Matius 1:21-23)

Karena hari Natal dirayakan hampir di setiap negara, tidak diragukan lagi peristiwa kelahiran Kristus adalah bagian dari Alkitab yang paling banyak diketahui oleh seluruh penduduk dunia. Tetapi dibalik peristiwa seorang bayi di dalam palungan yang datang membawa "damai sejahtera" di bumi dan "maksud baik terhadap manusia" (Lukas 2:14), ada banyak orang yang tidak mengerti arti sesungguhnya dari peristiwa kelahiran ini. Tuhan Yesus Kristus datang untuk suatu misi yang sangat khusus, yaitu untuk menjadi Juruselamat bagi umat pilihan-Nya. Dan itulah arti dari nama "Yesus" seperti yang kita baca dalam ayat di atas.

Adalah benar bahwa Kristus datang untuk membawa "damai sejahtera", tetapi ini adalah perdamaian "rohani" yang menghentikan perang antara manusia dan Pencipta-Nya, yaitu Allah Yang Maha Kuasa. Kitab Kisah Para Rasul 10:36 menyatakan kepada kita demikian:

"Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang."

Dan kitab Efesus 2:14-15 berkata demikian:

"Karena Dialah [yaitu Kristus] damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera"

Nah, mengapa ada perang atau "perseteruan" atau kebencian antara umat manusia dengan Tuhan? Hal itu terjadi karena dosa-dosa kita, yang akan membuat kita dibuang ke dalam hukuman yang kekal seperti yang kita baca dalam kitab Efesus 2:1-5 demikian:

"Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa [yaitu Iblis], yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia [anugrah] kamu diselamatkan --"

Ayat-ayat ini cukup jelas menekankan kebutuhan akan kedatangan Kristus untuk membayar upah dosa-dosa umat-Nya, untuk menutupi mereka dengan jubah atau "pakaian kebenaran-Nya" untuk membuat mereka layak masuk ke dalam surga-Nya yang suci. Kitab Yesaya 61:10 dengan indahnya menyatakan anugrah yang Allah berikan kepada umat pilihan-Nya ini demikian:

"Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan Pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan Jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya."

Peristiwa kelahiran Tuhan Yesus ini sudah dinubuatkan jauh sebelumnya oleh Mikha seorang nabi dalam Perjanjian Lama. Dalam kitab Mikha 5:2 kita membaca demikian:

"Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala."

Nubuat Mikha ini memberitahukan kepada kita bahwa Tuhan Yesus harus dilahirkan di kota Betlehem, dan nama Betlehem berarti "Rumah Roti". Hal ini seharusnya tidak mengejutkan karena Alkitab berkata tentang Yesus Kristus sebagai "Roti Yang Hidup". Dalam kitab Yohanes 6:35 kita membaca demikian:

"Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi."

Alkitab juga memberikan kita perincian dari peristiwa Kelahiran-Nya dari seorang perawan, kesucian-Nya, dan beberapa dari nama-nama-Nya. Kita akan melihat hanya beberapa saja dari nama-nama-Nya dimana setiap nama menggambarkan "sifat" atau karakter dari Allah.

Pertama-tama kitab Matius 1:18 berbicara tentang kelahiran-Nya dari seorang perawan demikian:

"Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri."

Kemudian kitab Matius 1:23 menekankan bahwa salah satu nama-Nya adalah Imanuel (Allah beserta kita), dan kitab Yeremia 23:5-6 memberitahukan kepada kita demikian:

"Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN -- keadilan kita."

Dan kitab Yesaya 9:6 adalah ayat yang paling sering dikutip pada saat Natal. Dalam ayat itu tertulis beberapa nama dari Tuhan Yesus demikian:

"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat, Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."

Dan kitab Lukas 2:7 memberikan informasi lebih lanjut tentang peristiwa kelahiran-Nya demikian:

"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."

Tuhan Yesus tidak disambut dengan baik sebagai bayi, maupun sebagai manusia. Kitab Yesaya 53:2-3 menubuatkan tentang Yesus demikian:

"Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan."

Akan tetapi dalam kitab Lukas 2:8-11 kita membaca demikian:

"Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."

Ungkapan "kesukaan besar" yang dikatakan oleh malaikat, atau sang pembawa pemberita, dalam ayat ini menunjuk kepada pemberitaan dari Injil keselamatan. Sekali lagi kita harus dingatkan bahwa ini adalah misi utama dari Tuhan Yesus Kristus seperti yang Ia katakan dalam kitab Lukas 4:18-19 demikian:

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."

Tugas dan tanggung-jawab untuk memberitakan Injil kasih karunia tidak hanya dibebankan kepada Kristus sendirian saja, tetapi juga kepada setiap orang yang menjadi pengikut-pengikut-Nya sampai hari sekarang ini. Biarlah Tuhan memberikan kepada kita semua kasih karunia-Nya untuk mematuhi perintah ini.

Dec 8, 2009

Kemenangan

"Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"(Markus 8:35-37)

Ayat-ayat ini mendukung konsep yang menyatakan bahwa untuk hidup secara materialistik tanpa kehidupan rohani yang benar hanya akan membawa seseorang kepada hukuman yang kekal, kematian kedua. Disisi yang lain, ketika seseorang sudah diselamatkan dalam keberadaan jiwanya, kehidupannya secara fisik akan dipergunakan untuk melayani dan mematuhi sang Juruselamat untuk mempersiapkan hidup yang kekal bersama dengan-Nya.

Sebagai contohnya rasul Paulus, dibawah inspirasi dari Allah Roh Kudus, menyatakan apa yang orang lain katakan tentang perjalanan rohaninya dalam kitab Galatia 1:23 demikian:

" ....bahwa ia [yaitu Paulus] yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya."

Untuk membantu kita mengerti kalimat "barangsiapa kehilangan nyawanya karena Kristus dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya", kita dapat melihat pada kitab Filipi 3:4-9 dimana rasul Paulus menjelaskan demikian:

"Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah [yaitu injil pekerjaan], aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat [yaitu jemaat Kristus atau jemaat Injil anugrah], tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku [yaitu hal-hal yang disebutkan diatas], sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan."

Lebih lanjut ayat 10-14 menyatakan demikian:

"Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya [yaitu kematian terhadap dosa], supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."

Jadi apakah sebenarnya yang kita anggap benar-benar menguntungkan? Alkitab menjelaskan dalam ayat yang sangat penting di kitab Yohanes 6:63 demikian:

"Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu [yaitu Firman Tuhan] adalah Roh dan Hidup."

Yang betul-betul "menguntungkan" atau "berharga" adalah Alkitab itu sendiri. Ingatlah kitab Roma 10:17 berkata demikian:

"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Tuhan."

Kita tidak dapat pernah menekankan dengan cukup betapa pentingnya Alkitab itu. Akan tetapi Firman Tuhan juga bisa menjadi "tidak menguntungkan" bagi orang-orang yang hanya mendengarkan dengan "telinga fisik" dan bukan dengan "telinga rohani", seperti yang kita lihat dalam contoh yang menyedihkan dalam Ibrani 4:2, mengenai bangsa Israel yang keluar dari tanah perbudakan di Mesir tetapi tidak pernah sampai ke Tanah Perjanjian. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi Firman pemberitaan itu tidak berguna [yaitu tidak menguntungkan] bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya."

Kepuasan yang sejati hanya bisa diterima oleh seseorang yang jiwanya telah diberikan kehidupan yang kekal oleh "sang Pengarang dan Penyelesai dari iman" -- yaitu Tuhan Yesus Kristus, kitab Ibrani 12:2 menekankan demikian:

"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman [yaitu pengarang dari iman kita], dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan [yaitu penyelesai dari iman kita], yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."

Ingatlah dalam khobah di bukit Yesus mengajar orang banyak di kitab Matius 5:10-13 demikian:

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab Kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."

Dan di dalam seluruh Alkitab kita akan mempelajari bahwa Allah sendiri adalah kepuasan kita. Kitab Mazmur 16:11 menyatakan demikian:

"Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."

Dalam kitab Kejadian 15:1 Allah berjanji kepada Abram (yang kemudian namanya diganti menjadi Abraham) demikian:

"Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."

Dan Mazmur 42:1-2 menggambarkan tentang mereka-mereka yang haus kepada Allah sendiri demikian:

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?"

Nah dimanakah kita dapat menemukan Allah? Kita beribadah atau bersekutu dengan Allah ketika kita mempelajari Firman-Nya dengan sangat teliti dan berhati-hati. Kitab Mazmur 107:7-9 berkata demikian:

"Dibawa-Nya mereka menempuh Jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang [yaitu orang-orang hidup]. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib [yaitu keselamatan] terhadap anak-anak manusia, sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan."

Semua umat Kristen yang sejati menunggu suatu hari dimana mereka akan "mewarisi segala sesuatu", seperti yang dinyatakan dalam kitab Wahyu 21:6-7 demikian:

"Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku."

Dec 3, 2009

Kerendahan Hati

"Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan [memperbaharui] semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan [memperbaharui] hati orang-orang yang remuk."  (Yesaya 57:15)

Sebagai sang Juruselamat Yesus merupakan contoh dan intisari dari kerendahan hati di dalam kehidupan-Nya dan juga kematian-Nya, dimana Ia telah menderita penderitaan yang setara dengan hukuman kutukan yang kekal untuk setiap dari umat pilihan-Nya. Pertama-tama marilah kita memeriksa kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai ungkapan "remuk" (dakka) yang ada di dalam ayat ini. Kata ini juga muncul dalam dua ayat lainnya, dan salah satunya adalah kitab Mazmur 34:18, yang mengajarkan kepada kita demikian:

"TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."

Yang lainnya adalah kitab Mazmur 90:3, dimana kata "remuk" diterjemahkan sebagai ungkapan "debu" atau "hancur". Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"

Siapakah individu ini yang memiliki jiwa yang remuk? Kata ini digunakan dalam banyak cara, seperti dalam ungkapan "pecah", "hancur berkeping-keping", "digilas", dan "memar". Sebagai contohnya, kita menemukan kata ini dalam ayat-ayat berikut dari Yesaya 53, ayat 5 dan 10 yang diterjemahkan sebagai diremukkan dan meremukkan, dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Tetapi Dia [yaitu Kristus] tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh........ Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya."

Jadi dengan aman kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan Yesus memiliki " ... jiwa yang remuk dan hancur ..." Dan pada gilirannya, orang-orang yang Tuhan sudah pilih untuk Ia selamatkan akan dibuat menjadi "rendah hati" atau dibuat menjadi "remuk" ketika Tuhan memberikan mereka kebangkitan jiwa yang baru dan menyelamatkan mereka melalui kasih karunia-Nya untuk kemuliaan Tuhan sendiri.

Dan dalam kitab Yeremia 44:10 kata "daka" (yaitu ejaan yang sama dengan kata dakka) diterjemahkan sebagai ungkapan "remuk hati". Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Mereka tidak remuk hati sampai kepada hari ini, mereka tidak takut dan tidak mengikuti Taurat-Ku dan ketetapan-Ku [yaitu Firman Tuhan] yang telah Kuberikan kepadamu dan kepada nenek moyangmu."

Hal ini menekankan tentang orang-orang yang "bukan" merupakan orang percaya yang sejati. Ayat ini berhubungan dengan pemberontakan Yehuda dan Yerusalem dalam situasi sejarahnya, akan tetapi secara figuratif hal ini juga menjelaskan apa yang sedang terjadi pada hari kita sekarang ini ketika Tuhan telah selesai menggunakan organisasi gereja-gereja dan denominasi-denominasi untuk memberitakan Injil Yang Sejati, dan sekarang mereka telah berada di bawah murka dan penghakiman Tuhan (1 Petrus 4:17, Markus 13:9, Wahyu 13:7, Matius 24:15, 2 Tesalonika 2, Yesaya 1). Kitab 1 Petrus 4:17 menjelaskan kasih karunia Tuhan kepada kita demikian:

"Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?"

Kemudian bagaimana dengan kata Ibrani untuk ungkapan "rendah" (shaphal) yang juga muncul dalam kitab Yesaya 57:15? Kata ini juga ditemukan dalam kitab Ayub 5:11 yang diterjemahkan sebagai ungkapan "hina". Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Ia menempatkan orang yang hina pada derajat yang tinggi dan orang yang berdukacita [berkabung] mendapat pertolongan yang kuat [yaitu pertolongan dari Firman Tuhan]"

Dan kitab Mazmur 38:6 adalah ayat yang mirip, dimana kata ini diterjemahkan sebagai ungkapan "dukacita" atau "berkabung". Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"aku terbungkuk-bungkuk, sangat tertunduk; sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita."

Hal ini juga mengingatkan kita akan janji yang indah dalam kitab Matius 5:4 dimana Tuhan berkata demikian:

"Berbahagialah orang yang berdukacita [yaitu berkabung], karena mereka akan dihibur."

Sekarang kita mengerti mengapa Alkitab banyak berbicara tentang dukacita atau perkabungan dari orang-orang percaya yang sejati karena setiap hari mereka melihat bagaimana jahatnya dunia ini. Sebelum keselamatan benar-benar terjadi, secara rohani Tuhan harus "mematahkan" atau "meremukkan" kita terlebih dahulu, dan membuat kita menjadi "rendah hati" karena dalam sifat alaminya kita adalah orang-orang yang egois dan sombong yang sangat meremehkan Tuhan dan Firman-Nya yang sejati, Alkitab.

Kitab Yesaya 53:1-5 berbicara tentang Tuhan Yesus demikian:

"Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk Ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh."

Kemudian kata Ibrani untuk ungkapan "menghidupkan" atau "memperbaharui" (chayah) yang ditemukan dalam kitab Yesaya 57:15 digunakan dalam beberapa cara yang berbeda yang berhubungan baik dengan kehidupan secara fisik maupun kehidupan rohani. Kata ini diterjemahkan sebagai ungkapan "hidup" dalam Yesaya 55:1-4, yang merupakan deklarasi yang sangat indah dari Injil. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi [yaitu Injil] dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud. Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang Raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa"

Bagian Alkitab ini menjelaskan bagaimana Tuhan "memperbaharui" atau "membuat hidup", jiwa yang rendah hati, dan orang-orang yang remuk hatinya, demikian:

  1. Tuhan harus "memberikan" kita telinga rohani, atau memberikan kita pengertian rohani, supaya kita dapat "mendengarkan" Injil dengan seksama.
  2. Tuhan akan memberikan umat Kristen yang sejati "kasih setia yang teguh (atau yang pasti)" seperti yang diberikan kepada raja Daud, dimana ia merupakan gambaran yang agung dari Tuhan Yesus Kristus, Raja dari segala raja.
  3. Orang-orang yang Tuhan sudah pilih sebelum dunia dijadikan untuk Ia selamatkan akan "datang kepada-Nya".
Dan kitab Yakobus 4:6 menjelaskan kepada kita demikian:

"Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."

Jadi orang-orang yang "rendah hati" secara rohani adalah orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk Ia selamatkan, sedangkan orang-orang yang lainnya dengan sangat keras kepala akan terus menentang Firman Tuhan yang sejati seperti halnya ahli-ahli Taurat yang ada pada zaman Yesus dan para rasul. Disisi yang lain, dalam kitab Matius 11:29 Tuhan Yesus menasihatkan kita demikian:

"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."

Biarlah Tuhan memberikan kepada kita kasih karunia-Nya supaya kita dapat berjalan dengan sangat rendah hati dan untuk menjadi lebih taat lagi kepada Firman-Nya.

Nov 24, 2009

Tiga Kematian

"Ketika saat kematian Daud mendekat, ia berpesan kepada Salomo, anaknya: "Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala Ketetapan, Perintah, Peraturan dan Ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju"  (1 Raja-raja 2:1-3)

Ini adalah pesan-pesan terakhir dari raja Daud kepada anaknya Salomo sebagai pewaris kerajaannya. Dan mungkin tidak ada nasihat yang lebih baik lagi daripada nasihat seorang ayah kepada anaknya ketika ia akan meninggalkan dunia ini. Hal ini berbicara tentang "kematian secara fisik" -- yang merupakan bukti bahwa manusia benar-benar berdosa. Kita mengerti hal ini karena dalam kitab Kejadian 2:17 Tuhan berkata demikian:

"tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Nah, apakah Adam dan Hawa mati pada saat mereka makan buah dari pohon itu? Tidak, mereka tidak mati secara "fisik", tetapi pada saat mereka melakukan pelanggaran tersebut mereka mati secara rohani. Kitab Kejadian 5:5 menjelaskan bagaimana Adam telah hidup, disitu kita baca demikian:

"Jadi Adam mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati."

Akan tetapi kitab Ayub 34:15 meningatkan kepada kita demikian:

"maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu."

Adalah sangat menarik bahwa di dalam kitab Kejadian 2:17 kata Ibrani untuk ungkapan "pastilah" dan ungkapan "mati" adalah kata yang identik. Jadi frasa kata ini secara harafiah berarti, "matilah engkau pasti mati". Disini Tuhan bukan hanya menekankan proses dan kepastian dari kematian secara fisik, tetapi Dia juga menunjuk kepada kematian rohani, yaitu "kematian kedua" di dalam kekekalan. Kitab Wahyu 20:14 menyatakan kepada kita demikian:

"Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api."

Dan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dosa menyebabkan kematian rohani, seperti yang dinyatakan dalam kitab Yakobus 1:14-15 demikian:

"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."

Karena Adam dan Hawa merupakan simbol atau gambaran dari umat manusia, maka kutuk Tuhan akan kematian yang kekal juga berlaku untuk semua keturunan mereka, seperti yang dinyatakan dalam kitab Roma 5:12 demikian:

"Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [yaitu Adam], dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.... "

Dan lebih jauh, kitab Mazmur 51:5 menunjukkan kepada kita demikian:

"Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku."

Jadi walaupun manusia dilahirkan hidup secara fisik, tetapi sesungguhnya secara rohani ia adalah mati, seperti yang dinyatakan dalam kitab Kolose 2:13 demikian:

"Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita... "

Kemudian menunjuk kepada orang-orang percaya sejati sebagai "umat Yahudi rohani", kitab Roma 2:29 memberitahukan kepada kita suatu bentuk sunat yang diperlukan untuk bisa masuk ke dalam kerajaan Allah, disitu kita baca demikian:

"Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya [yaitu Yahudi di dalam hati] dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara harafiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah."

Orang-orang yang tidak memiliki Juruselamat adalah mati secara rohani dari sejak mereka dilahirkan dan mereka akan tetap terus berada dalam keadaan itu untuk selama-lamanya. Oleh karen itu tidaklah mengherankan kalau ada pertanyaan yang diangkat dalam kitab Maleakhi 3:2 demikian:

"Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri?"

Dan kitab Daniel 7:9-10 dan kitab Wahyu 20:12b dan 15 menekankan peristiwa menakutkan yang akan terjadi pada hari penghakiman yang sedang mendekat itu, disitu kita baca demikian:

"Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab......... Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.......... Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu."

Nov 19, 2009

Anugrah Takut Akan Allah

"tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi."  (Ayub 28:28)

Seperti halnya rasa takut dapat memberikan kita kesehatan dan keuntungan dalam beberapa hal, rasa takut akan Allah juga adalah sesuatu hal yang sangat berharga bagi kesehatan jiwa kita. Hikmat dan pengertian yang sejati keduanya adalah "hadiah" atau anugrah dari Allah yang sebenarnya tidak pantas untuk kita dapatkan. Pada kenyataannya tidak ada seorangpun yang pantas untuk mendapatkan anugrah rasa takut akan Allah sama halnya seperti anugrah keselamatan itu sendiri, mengingat sifat alami manusia yang sangat berdosa.

Kitab Daniel 9:8-9 adalah penjelasan yang kontras tentang belas kasihan Allah dan kejahatan manusia, dalam ayat itu kita membaca demikian:

"TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia"

Bahkan setelah kita diselamatkan, perjuangan terbesar kita adalah untuk melawan keinginan berdosa yang ada di dalam "tubuh" kita yang terus-menerus berperang melawan "jiwa" kita. Seorang anak Allah yang telah ditebus akan turut merasakan pengakuan Petrus di dalam Lukas 5:8 yang kita baca demikian:

"Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."

Dan Yakub yang berada dibawah inspirasi dari Allah Roh Kudus berkata dalam kitab Kejadian 32:10 demikian:

"sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini...."

Jadi bagaimana seseorang bisa mendapatkan rasa takut akan Allah? Dalam kitab Yohanes 3:27 Allah memberikan kita prinsip yang sangat-sangat penting, disitu kita baca demikian:

"... Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga."

Dan kalau kita benar-benar jujur terhadap diri kita sendiri, kita akan mengakui bahwa segala sesuatu yang anda dan saya miliki diberikan oleh Allah sebagai anugrah -- yaitu hadiah yang sama sekali tidak pantas kita dapatkan. Kitab Yakobus 1:17 menunjukkan kenyataan ini demikian:

"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna [yaitu keselamatan], datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran [yaitu 100% anugrah dalam semua aspek-aspeknya]."

Diturunkan dari atas, dari surga, dari Allah -- dan diberikan kebawah kepada kita. Kitab 2 Timotius 1:9 mencatat demikian:

"Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman"

Itulah sebabnya mengapa kitab Yunus 2:9 menjelaskan sebagai berikut:

" ....Keselamatan adalah dari TUHAN!"

Keselamatan yang sejati berasal dari Allah dan diberikan kepada kita oleh Allah supaya kita berbaik kembali kepada Allah. Kitab Efesus 2:8 dengan jelas menyatakan demikian:

"Sebab karena kasih karunia [anugrah] kamu diselamatkan oleh iman; itu [yaitu iman itu] bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah..."

Dan kitab 1 Korintus 4:7 bertanya demikian:

"Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?"

Dan kitab Titus 3:4-5 menyatakan demikian:

"Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus"

Setelah kita diselamatkan kita juga terus diingatkan untuk menjalankan hidup kita di dalam rasa takut akan Allah seperti yang ditunjukkan dalam kitab Yesaya 26:12 di Perjanjian Lama demikian:

"Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan Damai Sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami."

Dan kitab Ibrani 12:28 secara tidak langsung juga menunjukkan bagaimana hidup yang baru di dalam Kristus dinyatakan demikian:

"Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut... "

Perhatikan bagaimana dua ayat-ayat tersebut menekankan pekerjaan dari Allah Roh Kudus (yaitu kasih karunia Allah), yang adalah faktor yang dominan baik ketika Allah menarik kita ke dalam program keselamatan-Nya maupun setelah kita diselamatkan. Kitab 1 Petrus 1:17 menambahkan demikian:

"Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini...."

Kemudian 2 Korintus 7:1 juga menjelaskan prinsip yang sangat penting ini demikian:

"Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah."

Kita diperintahkan untuk memuliakan Allah melalui kehidupan kita dan segala yang kita miliki -- waktu kita, talenta kita, uang kita, serta kata-kata dan tindakan kita. Dan setelah semuanya dilakukan dengan rendah hati kita akan berkata dengan pernyataan yang ditemukan dalam Lukas 17:10 sbb:

"Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Kalau kita belum memilikinya -- biarlah Allah memberikan kita anugrah "rasa takut kepada-Nya" sesuai dengan kasih dan pengampunan-Nya yang tidak terhingga.

Nov 17, 2009

Menghakimi

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu."  (Matius 7:1-4)

Salah satu dosa yang kita mudah untuk jatuh ke dalamnya adalah keinginan untuk menghakimi orang lain. Adalah mudah untuk melihat dosa-dosa orang yang lain akan tetapi kita tidak menyadari dosa-dosa kita sendiri. Kita mendapatkan ide dari betapa biasanya dosa ini ketika kita melihat bagaimana Yesus sang Juruselamat dihakimi dengan tidak adil dan banyak disalah mengerti bahkan sampai hari sekarang ini. Dengarkanlah apa Tuhan Yesus katakan mengenai bagaimana tidak konsisten-nya penghakiman manusia dalam kitab Yohanes 7:24 demikian:

"Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan Adil."

Dan kitab Yohanes 8:15 menunjuk kepada pusat dari permasalahannya, disitu kita baca demikian:

"Kamu menghakimi menurut ukuran manusia... "

Lebih jauh kitab 1 Korintus 4:5 menambahkan demikian:

"Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah."

Kitab Roma 2:16 berbicara mengenai hari terakhir itu demikian:

"Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus."

Dan Roma 2:1 dan 3 berkata demikian:

"Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama...... Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?"

Sesunguhnya Tuhan Yesus datang untuk orang-orang yang berdosa, bukan untuk orang-orang yang sudah merasa dirinya benar. Dalam kitab Matius 7:5 Yesus berkata demikian:

"Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Sebelum diselamatkan, dalam sifat alaminya, seluruh umat manusia adalah munafik, seperti yang kita lihat dalam kitab Matius 15:7-9 dimana Tuhan menentang pemimpin-pemimpin rohani yang ada pada zaman dahulu dan juga pada hari sekarang ini, dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia [yaitu perintah-perintah manusia yang dicampur dengan perintah Tuhan]."

Akan tetapi ingatlah, hanya Tuhan yang mengetahui dengan pasti siapakah mereka-mereka yang "munafik", dan ayat ini menunjuk kepada "masalah hati" atau masalah rohani yang ada di dalam diri mereka semua yang belum benar-benar dilahirkan kembali dari atas.

Kitab Ibrani 3:12 dan 19 menekankan kebenaran ini demikian:

"Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup..... Demikianlah kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka."

Dan kitab Matius 5:20 menekankan apa yang diperlukan untuk bisa masuk ke dalam kerajaan Allah, demikian:

"Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu TIDAK akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."

 Dengan demikian "kebenaran" macam apakah yang dimiliki orang para pemimpin agama yang ada pada zaman Yesus dan rasul-rasul? Itu adalah kebenaran buatan manusia, kebenaran yang palsu, yang hanya dapat memimpin mereka kepada hukuman kutukan yang kekal. Apa yang betul-betul kita perlukan adalah "jubah kebenaran Kristus", seperti yang dibicarakan dalam kitab Wahyu 19:8 demikian:

"Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.) [** dalam Alkitab King James hanya dikatakan Kebenaran orang-orang kudus, bukan perbuatan orang-orang kudus]"

Individu-individu yang percaya merupakan anggota dari Tubuh Kristus, atau para pengantin rohani Kristus, yang telah diberikan karunia "jubah kebenaran Kristus" -- sehingga mereka telah sungguh-sungguh diselamatkan dari atas. Dan perhatikan bagaimana Tuhan menekankan kenyataan bahwa Dia-lah yang memberikan anugrah "jubah kebenaran" tersebut, yaitu keselamatan, kepada para penerima yang sebenarnya tidak layak untuk mendapatkan anugrah tersebut.

Mengapa kita semua tidak layak? Kita tidak layak karena berdasarkan kelahiran, dan berdasarkan sifat alaminya, kita adalah "mati secara rohani" di dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita, dan karena kita berpikir bahwa kita adalah cukup baik untuk menerima atau menghargai pemberian Tuhan.

Dalam kitab Matius 22:11-14 kita melihat perumpamaan tentang seseorang yang tidak mempunyai jubah (baju) pesta untuk acara pernikahan Anak Domba di akhir zaman, dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Ketika Raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

Perumpamaan ini bukan hanya menunjuk kepada etiket atau kebiasaan yang berlaku di dunia ini, tetapi hal itu sangat menekankan tentang apa yang diperlukan untuk bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kitab Yesaya 61:10 membantu kita untuk melihat kebenaran ini dengan lebih jelas lagi demikian:

"Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan Kebenaran dan Puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa."

Nov 11, 2009

Roh Kudus dan Alkitab

"Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh Firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai Fajar menyingsing dan Bintang Timur terbit bersinar di dalam hatimu. Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat [kitab suci] dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan [Allah] Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.  (2 Petrus 1:19-21)

Dalam waktu kita bersama kali ini kita akan melihat hubungan antara Allah Roh Kudus dan Kitab Suci. Adalah sangat penting untuk kita ketahui bahwa Allah Roh Kudus adalah "Pengarang" dari Firman Allah, Alkitab. Dalam kitab Kisah Para Rasul 4:25 kita membaca demikian:

"Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? [Mazmur 2:1]"

Dengan kata lain, orang-orang kudus pada zaman dahulu telah menulis Kitab Suci berdasarkan inspirasi atau ilham dari Allah. Itulah sebabnya kita harus selalu -- membandingkan ayat suci dengan ayat suci yang lain untuk benar-benar mengerti apa yang ada dalam pandangan Allah. Dan kitab Efesus 6:17 menjelaskan bahwa Firman Allah adalah pedang Roh yang amat tajam, disitu kita baca demikian:

"dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,"

Nah mengapa Allah menggunakan gambaran "pedang" sebagai satu-satunya senjata yang dapat digunakan untuk menyerang dalam catatan persenjataan orang-orang yang percaya? Kitab Ibrani 4:12 memberikan jawabannya demikian:

"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."

Jadi ya, Pedang Allah yang bermata dua ini memiliki kekuatan untuk mengakibatkan "kematian rohani" (menghukum) ataupun juga "kehidupan rohani" (keselamatan). Ketika kita mempelajari Alkitab, kita akan melihat bahwa Alkitab terutama perduli dengan dua kerajaan rohani - yaitu, kerajaan Allah dan kerajaan Iblis (Kolose 1:13, Kis. 26:18). Dan dua kerajaan ini dipimpin oleh dua roh yang berbeda -- Roh Kebenaran (yaitu Allah dan orang-orang yang percaya) dan roh yang menyesatkan (yaitu Iblis dan orang-orang yang tidak percaya). Di seluruh dunia ini hanya ada dua kerajaan rohani ini dan tidak ada orang yang dapat berdiri ditengah-tengah.

Hal ini dinyatakan dalam kitab 1 Yohanes 4:6 yang berkata demikian:

"Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan."

Dan kitab Yohanes 14:17 menambahkan demikian:

"yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu [yaitu Roh Kudus = Roh Allah = Roh Kristus]."

Sedang kitab Roma 8:9 yang berbicara mengenai keselamatan menjelaskan demikian:

"Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus."

Dalam kitab Efesus 2:2 kita membaca tentang sifat alami manusia ketika kita dilahirkan sebagai anak-anak Adam dan kebanyakan dari umat manusia ini akan terus berada di dalam jalan ini dan akan mati di dalam kehancuran kekal. Dalam ayat itu kita membaca:

"Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa [yaitu Iblis], yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka."

Disisi yang lain, kita sangat membutuhkan Allah Roh Kudus dan Firman yang sejati untuk menggenapkan keselamatan kita. Allah Roh Kudus berkerja melalui kata-kata yang ada tertulis di dalam Kitab Suci seperti yang dijelaskan dalam kitab Roma 10:17:

"Jadi, iman [yaitu kata yang sama dengan keselamatan] timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Tuhan."

Ini adalah caranya dimana seseorang menerima anugrah keselamatan, yaitu hidup yang kekal. Dan ini adalah apa yang digambarkan dalam kitab Lukas 4:18-19 ketika Yesus berbicara tentang dikuatkan oleh Roh Kudus untuk menyelesaikan tugas menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka. Disitu kita baca:

"Roh Tuhan [Roh Kudus] ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik [Injil] kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, ....."

Dan inilah sebabnya dalam kitab Yohanes 3:5 Yesus berkata demikian:

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari Air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah."

Dan dalam kitab Yohanes 6:63 Tuhan lebih jauh menekankan demikian:

"Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah Roh dan Hidup."

Allah menjelaskan masalah yang ada pada manusia dan sekaligus juga jalan keluar yang hanya Allah saja yang dapat memberikannya kepada kita dalam kitab Yehezkiel 36:26 demikian:

"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan Roh yang baru di dalam batinmu dan AKU akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat."

Dan kitab Yohanes 15:26 menyebut Roh Allah atau Roh Kudus sebagai "Sang Penghibur" dan "Roh Kebenaran", dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku."

Dan kitab Yohanes 16:13-14 menambahkan demikian:

"Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan MEMULIAKAN Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."

Jadi apakah sebenarnya yang terjadi dalam keselamatan? Kebanyakan organisasi gereja dan denominasi-denominasi sama sekali tidak mengerti tentang hal ini bahwa di dalam Alkitab Allah menggunakan beberapa analogi atau gambaran sebagai lambang dari bagaimana dan dimana seseorang dapat dilahirkan kembali dari atas, atau menjadi diselamatkan. Satu dari gambaran tersebut adalah penyunatan jasmani. Kemudian Allah memberitahukan kepada kita bahwa penyunatan secara fisik tidak akan menghasilkan apa-apa secara rohani karena hal itu hanyalah "bayangan" dan itu melayani sebagai "tanda" atau gambaran atau perumpamaan dari isi rohani yang sebenarnya. Hal ini dijelaskan dalam kitab Roma 2:29 (dan banyak ayat-ayat lainnya) demikian:

"Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya [yaitu Yahudi atau Israel di dalam hati] dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara harafiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah."

Ketika di dalam Alkitab Allah menunjuk kepada "hati" atau "roh" atau "pikiran" (seperti yang kita baca dalam Yehezkiel 36:26 di atas), Allah sedang berbicara tentang "jiwa" kita, yaitu bagian yang tidak kelihatan dari pribadi kita. Dan untuk alasan ini dalam kitab Filipi 3:3 Allah menyatakan demikian:

"karena kitalah [yaitu orang-orang yang percaya] orang-orang bersunat [rohani], yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah [jasmani]."

Allah seringkali berbicara tentang penyunatan yang hanya bisa dimengerti dengan benar ketika kita melihatnya sebagai "penyunatan secara rohani". Dan kitab Titus 3:5-7 menggambarkan kebenaran rohani ini demikian:

"pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, BUKAN karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya [anugrah-Nya] oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya [yaitu anugrah-Nya], berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita."


Nov 10, 2009

Tahta Daud

Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, berkatalah raja kepada nabi Natan: "Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda." Lalu berkatalah Natan kepada raja: "Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab TUHAN menyertai engkau."

Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: "Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami? Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman. Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umat-Ku Israel, demikian: Mengapa kamu tidak mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras?

Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel. Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu.

Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, ANAK KANDUNGMU, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya UNTUK SELAMA-LAMANYA [Yohanes 2:19-21, Roma 1:1-4].

Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka AKU akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.  Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh UNTUK SELAMA-LAMANYA di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh UNTUK SELAMA-LAMANYA."

Tepat seperti perkataan ini dan tepat seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud. Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? Dan hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH. Apakah yang dapat dikatakan Daud kepada-Mu lebih lagi dari pada itu. Bukankah Engkau yang mengenal hamba-Mu ini, ya Tuhan ALLAH?

Oleh karena Firman-Mu dan menurut hati-Mu Engkau telah melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukannya kepada hamba-Mu ini. Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami. Dan bangsa manakah di bumi seperti umat-Mu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umat-Nya, untuk mendapat nama bagi-Nya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umat-Nya?

Engkau telah mengokohkan bagi-Mu umat-Mu Israel menjadi umat-Mu untuk selama-lamanya, dan Engkau, ya TUHAN, menjadi Allah mereka. Dan sekarang, ya TUHAN Allah, tepatilah untuk selama-lamanya janji yang Kauucapkan mengenai hamba-Mu ini dan mengenai keluarganya dan lakukanlah seperti yang Kaujanjikan itu. MAKA nama-Mu akan menjadi besar untuk selama-lamanya, sehingga orang berkata: TUHAN semesta alam ialah Allah atas Israel; maka keluarga hamba-Mu Daud akan tetap kokoh di hadapan-Mu. Sebab Engkau, TUHAN semesta alam, Allah Israel, telah menyatakan kepada hamba-Mu ini, demikian: Aku akan membangun keturunan bagimu. Itulah sebabnya hamba-Mu ini telah memberanikan diri untuk memanjatkan doa ini kepada-Mu.

Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah KEBENARAN; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu. Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk SELAMA-LAMANYA. Sebab, ya Tuhan ALLAH, Engkau sendirilah yang berfirman dan oleh karena berkat-Mu keluarga hamba-Mu ini diberkati untuk SELAMA-LAMANYA."  (2 Samuel 7:1-29)

Nov 9, 2009

Tersembunyi

"Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku"  (Yohanes 5:39)

Alkitab adalah sebuah buku rohani, tujuan Allah menulis Alkitab bukanlah untuk memberikan kepada kita sebuah buku sejarah atau buku ilmu pengetahuan, tujuannya adalah untuk menyatakan rencana keselamatan-Nya, dan Allah melakukan hal ini dalam konteks sejarah yang benar-benar telah terjadi. Ketika Allah memilih suatu kejadian atau percakapan sejarah yang dicatat di dalam Alkitab melaluinya kita dapat melihat program keselamatan Allah bersinar.

Nah Allah adalah satu-satunya yang dapat membuat "gambaran-gambaran" atau "perumpamaan-perumpamaan" mengenai keselamatan melalui kejadian-kejadian dan percakapan-percakapan yang seperti ini. Jadi Alkitab adalah lebih dari sekedar peristiwa sejarah yang nyata karena Alkitab juga memiliki ajaran moral dan nilai-nilai rohani yang sangat mendalam.

Mereka yang percaya kepada Kristus, yaitu orang-orang yang telah menerima anugrah roh kebangkitan yang kekal, sejak pada saat keselamatannya akan memiliki keinginan yang jujur, sungguh-sungguh dan terus-menerus untuk patuh kepada Allah. Mereka akan memperhatikan teguran dan nasihat Alkitab karena mereka mengasihi Allah, yang melakukan teguran.

Ketika jatuh ke dalam dosa, seorang yang percaya akan sungguh-sungguh berada di dalam masalah; di dalam kebangkitan jiwanya yang baru, ia akan merasa sedih dan sangat tidak bahagia. Secara tubuh (daging) mereka masih memiliki keinginan untuk berzinah dengan dosa, tetapi di dalam rohnya (jiwanya), dimana ia telah dilahirkan kembali dari atas, ia tidak ingin untuk berbuat dosa lagi. Allah dalam pribadi Roh Kudus telah bersemayam di dalam dirinya. Ia telah menjadi seorang anak Allah, dan Roh Kudus akan mengingatkannya akan kebenaran dan penghukuman.

Proses ini sering disebut "bertumbuh di dalam kasih karunia" atau "bertumbuh di dalam kekudusan". Inilah pengalaman dari setiap anak Allah. Inilah proses yang melaluinya anak-anak Allah akan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yaitu, ia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menyenangkan hati Allah. Perbuatan-perbuatan baik tersebut bukan merupakan "penyebab" atau dasar bagi keselamatan, akan tetapi itu adalah "hasil" dari keselamatan (Efesus 2:8-10).

Ada banyak peraturan yang memimpin manusia yang dapat dibaca di dalam Alkitab. Sebagai contoh, Alkitab berkata bahwa kita harus terlebih dahulu mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Dan Alkitab mencatat ratusan peristiwa bersejarah yang dapat diuji menurut keterangan dari peraturan-peraturan tersebut untuk mendapatkan berkat yang merupakan hasil dari kepatuhan, dan kutuk yang merupakan hasil dari ketidaktaatan. Alkitab memberikan cerita mengenai Yusuf dan Daniel dan berkat-berkat yang mereka terima sebagaimana mereka taat kepada Allah, dan cerita mengenai Israel dan Yehuda, ketika menghadapi penghakiman Allah karena ketidaktaatan mereka. Allah menyatakan dalam 1 Korintus 10:11 demikian:

"Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, dimana zaman akhir telah tiba."

Salah satu cara dimana Allah menyembunyikan pesan-pesan keselamatan adalah di dalam Hukum Taurat. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Lama Allah telah menetapkan Hari Raya Paskah. Hari raya ini pertama kali dilakukan pada saat bangsa Israel keluar dari Mesir, dan malaikat kematian membunuh semua anak sulung yang ada di Mesir. Alkitab dengan cukup jelas menyatakan bahwa peristiwa bersejarah tersebut adalah suatu "gambaran" mengenai keselamatan yang disediakan melalui Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah Paskah kita. Dia adalah Anak Domba yang disembelih sehingga kita tidak mengalami kematian kedua. Kitab 1 Korintus 5:7 menyatakan demikian:

"Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus."

Sebagai tambahan terhadap hari-hari raya yang dilakukan sebelum kedatangan Kristus, hukum Taurat juga meliputi persembahan, kurban binatang, hukum mengenai makanan dan minuman, hukum mengenai tanaman, hukum mengenai pakaian, dan sekumpulan peratutan-peraturan lainnya. Dan semua hal-hal ini adalah "perumpamaan" atau "gambaran" atau "bayangan" dari kebenaran rohani yang sesungguhnya yang berhubugan dengan beberapa aspek dari keselamatan.

Dan "setelah" peristiwa kayu salib, orang-orang yang percaya sudah tidak perlu menjalankan hukum-hukum upacara ini tetapi kita hanya mencari arti rohaninya saja. Itulah sebabnya kitab Kolose 2:16-17 mengajarkan kepada kita demikian:

"Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus."

Ketika Kristus berada di Bumi Ia menyatakan dari waktu ke waktu bahwa Ia berbicara dalam perumpamaan-perumpamaan (Markus 4:34, Matius 13:34). Dalam perumpamaan-perumpamaan tersebut Kristus memberikan kisah duniawi dengan arti surgawi (arti rohani). Dan perumpamaan-perumpamaan ini adalah sama dengan pelaksanaan hukum-hukum upacara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, -- yang dilaksanakan secara duniawi dengan arti rohani.

Oleh karena itu, Hukum Taurat, adalah perumpamaan bersejarah; mereka dilakukan di dunia ini oleh bangsa Israel kuno yang mengarah kepada beberapa aspek rohani dari keselamatan. Metode lainnya yang Allah gunakan untuk menyatakan pelajaran rohani kepada kita ialah dengan menggunakan peristiwa-peristiwa bersejarah yang benar-benar terjadi di Bumi. Allah menunjukkan kepada kita dalam Kitab Suci bahwa peristiwa sejarah tertentu dicatat di dalam Alkitab sehingga melaluinya kita dapat mengerti kebenaran rohani yang berhubungan dengan keselamatan.

Dalam kitab Kejadian kita membaca mengenai Abraham yang memperoleh anak dari Hagar dan kemudian tentang pengusiran Hagar dan Ismael dari rumah Abraham. Dalam kitab Galatia pasal 4, Allah mempertegas peristiwa bersejarah ini untuk mengajarkan kebenaran rohani yang kita miliki baik yang memimpin kepada belenggu rohani (digambarkan melalui Hagar dan Ismael), atau suatu keselamatan yang memimpin kepada kemerdekaan rohani (digambarkan melalui Sarah dan Ishak).

Kitab Galatia 4:24-26 menyatakan demikian:

"Ini adalah suatu kiasan [yaitu perumpamaan]. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar --Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab-- dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang [Yerusalem duniawi], karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita [yaitu Sarah]."

Lebih jauh dalam kitab Maleaki 4 Allah berbicara tentang kedatangan Elia, dan dalam kitab Matius 11:11-14 Ia menunjukkan kepada kita bahwa Elia menunjuk kepada Yohanes Pembaptis. Jadi Allah mengindikasikan bahwa Elia digambarkan sebagai Yohanes Pembaptis. Ilustrasi Alkitab yang saling berhubungan ini menunjukkan bahwa pesan keselamatan terus diperluas diseluruh Alkitab, jauh melebihi pernyataan keselamatan seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 3:16, Yesaya 53, dan lain-lain.

Ketika Allah mengindikasikan bahwa Ia sedang berbicara dalam perumpamaan, bahwa suatu peristiwa sejarah atau seseorang sebagai gambaran dari aspek keselamatan, atau hukum Taurat tersebut menunjuk kepada Tuhan Yesus Kristus, maka tepatlah untuk mengembangkan kebenaran rohani dari peristiwa-peristiwa yang dicatat di dalam Kitab Suci. Dalam kitab Markus 4 Allah menyatakan bahwa, "tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka". Jadi penggunaan perumpamaan adalah metode pengajaran yang sangat umum dari Tuhan Yesus.

Dan dalam kitab 1 Petrus 1:11 kita membaca bahwa Roh Kristus berbicara melalui nabi-nabi Perjanjian Lama:

"Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu."

Perhatikan ayat ini berkata bahwa Perjanjian Lama adalah Firman Kristus sama seperti Perjanjian Baru. Hal ini tidaklah mengherankan karena kitab Yohanes pasal 1 menyatakan bahwa Kristus adalah Firman. Yesus berbicara secara langsung ketika Ia berada di dunia ini, dan Ia berbicara langsung di seluruh Alkitab karena Ia adalah Firman Allah. Jadi kitab Markus 4:34 yang berkata, "tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka" berlaku terhadap seluruh Alkitab.

Allah mempertegas hal ini dalam kitab Mazmur 78:1-3 demikian:

"Nyanyian pengajaran Asaf. Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami."

Dan kitab Wahyu 2:17a menyatakan demikian:

"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi... "

Penipuan Dosa

"Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan." Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu."  (Kejadian 3:11-14)

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas sudut pandang Alkitab bahwa segala jenis dosa didasarkan pada penipuan, atau kelicikan. Dan penipuan adalah lawan dari "Kebenaran", oleh karena itu, penipuan adalah lawan dari Firman Kebenaran, Alkitab.

Dosa dapat menunjukkan dirinya di tempat yang tidak disangka-sangka, di sebuah lingkungan yang sempurna dimana ada dua orang individu yang diciptakan sempurna dalam "gambar dan rupa" (citra) Allah sendiri dimana mereka dapat bercakap-cakap langsung dengan sang Pencipta. Sayang sekali, situasi yang indah ini hanya berlangsung singkat karena Allah membuat suatu ujian bagi mereka, dan mereka gagal dalam ujian tersebut seperti yang kita baca dalam ayat-ayat diatas.

Nah, disini kita melihat bagaimana dosa menjalar dengan begitu cepat yang muncul dari suatu bentuk penipuan, dan sifat menyalahkan orang lain. 1 Timotius 2:14 berkata demikian:

"Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa."

Dan 2 Korintus 11:3 lebih lanjut menerangkan:

"Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya."

Dan kitab Kejadian 3:6-7 menerangkan demikian:

"Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat."

Pakaian yang terbuat dari "daun pohon ara" disini menggambarkan bahwa manusia itu berusaha untuk menutupi ketelanjangan mereka melalui "perbuatan mereka sendiri", tetapi kemudian Tuhan menyembelih seekor binatang (yang melambangkan Kristus) untuk membuat pakaian penutup bagi mereka, seperti yang kita baca dalam kitab Kejadian 3:21 demikian:

"Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka."

Dan kesadaran akan ketelanjangan mereka secara fisik menekankan gambaran dari ketelanjangan mereka secara rohani, yang berarti bahwa mereka telah "mati secara rohani" karena melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah tersebut (Kejadian 2:17), dan mereka pantas untuk dihukum mati karena ketidaktaatan mereka. Tetapi mereka berpikir bahwa mereka DAPAT BERBUAT SESUATU melalui pekerjaan mereka sendiri untuk menghindari hukuman kematian -- itulah alasannya mengapa mereka membuat sejenis pakaian dari daun pohon ara sebagai usaha untuk menyembunyikan ketelanjangan mereka.

Kemudian kita akan melihat bagaimana dosa ini menular kepada seluruh umat manusia yang dilahirkan setelah Adam dan Hawa. Kitab Roma 5:12 menjelaskan demikian:

"Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa."

Dan Roma 7:11 menjelaskan demikian:

"Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku."

Ingatlah selalu bahwa Hukum diberikan bukan untuk menyelamatkan, sebaliknya Hukum tersebut memberitahukan kepada kita bahwa pelanggaran kita banyak, bahwa kita adalah orang-orang yang berdosa, itulah sebabnya dikatakan oleh rasul Paulus bahwa "oleh perintah [hukum] itu ia membunuh aku". Akan tetapi kemudian Kristus datang sebagai penggenapan dari Hukum supaya orang-orang yang percaya kepada-Nya dapat diberikan penutup atau anugrah "pakaian keselamatan" supaya kita dapat terlihat bersih dimata Allah.

Berikutnya dalam kitab Wahyu 12:9 kita menemukan pernyataan ini:

"Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya."

Berdasarkan sifat alaminya Iblis telah menjadi penguasa di Bumi yang sekarang ini, sama seperti yang kita lihat terjadi pada orang tua kita yang pertama, Adam dan Hawa. Itulah sebabnya Alkitab menyatakan di Yohanes 8:44 demikian:

"Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam Kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada Kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."

Dan kitab 1 Yohanes 1:8 menjelaskan demikian:

"Jika kita [yaitu orang-orang percaya] berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan Kebenaran tidak ada di dalam kita."

Dan kitab 2 Korintus 2:11 menambahkan demikian:

"supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya."

Penipuan yang paling besar dari dosa adalah penyangkalan dari keadaan yang berdosa itu sendiri. Itulah sebabnya 2 Korintus 4:3-4 menyatakan sbb:

"Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini [yaitu Iblis], sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah."

Pada kenyataannya hanya Kebenaran Allah yang dapat mengalahkan penipuan dari dosa. Dalam kitab Titus 3:3 kita menemukan kata-kata yang mengambarkan kehidupan dari seseorang yang belum "dilahirkan kembali dari atas" demikian:

"Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci."

Ini adalah potret atau gambaran yang sebenarnya dari "sifat alami" manusia, atau orang-orang yang tidak percaya. Dan kitab 1 Korintus 2:14 menyatakan demikian:

"Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani."

Kemudian Ibrani 3:10 menjelaskan kepada kita demikian:

"Itulah sebabnya Aku [Tuhan] murka kepada angkatan itu, dan berkata: "Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku"

Harap diperhatikan bahwa sesungguhnya bagian ini sedang berbicara tentang --umat Allah--, yaitu bangsa Israel yang berada di padang gurun, yang Allah juga katakan tentang mereka sebagai "biji mata-Nya" (Ulangan 32:10, Mazmur 17:8). Akhirnya kita mengetahui dari Alkitab bahwa hanya umat Israel yang berumur 20 tahun ke bawah yang dapat tiba dengan selamat di "Tanah Perjanjian", yang merupakan gambaran dari Surga.

Dalam kitab 1 Petrus 2:25 Allah menyamakan orang-orang yang percaya dengan "domba yang tersesat" (dan ini adalah kondisi alami dari setiap umat pilihan sebelum mereka diselamatkan), yang juga merupakan kondisi yang sama dengan "hati yang sesat". Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada Gembala dan pemelihara jiwamu [yaitu Kristus]."

Dan kitab 2 Korintus 4:6 menekankan keperluan dari keselamatan yang disediakan oleh Tuhan Yesus Kristus, satu-satu Juruselamat bagi orang-orang yang berdosa. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus."

Wajah Tuhan tidak lain menunjuk kepada "suara Tuhan" yaitu Firman-Nya, Alkitab (Bilangan 6:25, Mazmur 119:35). Dan kemuliaan Tuhan tidak lain menunjuk kepada Kristus sendiri sang Firman yang hidup (Yohanes 1;14). Dan kitab Ibrani 1:3a menjelaskan demikian:

"Ia [Kristus] adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan."

Biarlah Allah memberikan kasih karunia-Nya kepada kita semua supaya kita dapat melihat bagaimana kita telah ditipu oleh dosa-dosa kita, dan biarlah kita "lari" kepada Alkitab, kepada Tuhan Yesus Kristus dan kebenaran-Nya sendiri saja sebagai penebus dari dosa-dosa kita.

Nov 4, 2009

Pesan pesan Keselamatan yang disembunyikan

"Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku [Kristus]"  (Yohanes 5:39)

Alkitab adalah sebuah buku rohani, tujuan Allah menulis Alkitab bukanlah untuk memberikan kepada kita sebuah buku sejarah atau buku ilmu pengetahuan, tujuannya adalah untuk menyatakan rencana keselamatan-Nya, dan Allah melakukan hal ini dalam konteks sejarah yang benar-benar telah terjadi. Ketika Allah memilih suatu kejadian atau percakapan sejarah yang dicatat di dalam Alkitab melaluinya kita dapat melihat program keselamatan Allah bersinar.

Nah Allah adalah satu-satunya yang dapat membuat "gambaran-gambaran" atau "perumpamaan-perumpamaan" mengenai keselamatan melalui kejadian-kejadian dan percakapan-percakapan yang seperti ini. Jadi Alkitab adalah lebih dari sekedar peristiwa sejarah yang nyata karena Alkitab juga memiliki ajaran moral dan nilai-nilai rohani yang sangat mendalam.

Mereka yang percaya kepada Kristus, yaitu orang-orang yang telah menerima anugrah roh kebangkitan yang kekal, sejak pada saat keselamatannya akan memiliki keinginan yang jujur, sungguh-sungguh dan terus-menerus untuk patuh kepada Allah. Mereka akan memperhatikan teguran dan nasihat Alkitab karena mereka mengasihi Allah, yang melakukan teguran.

Ketika jatuh ke dalam dosa, seorang yang percaya akan sungguh-sungguh berada di dalam masalah; di dalam kebangkitan jiwanya yang baru, ia akan merasa sedih dan sangat tidak bahagia. Secara tubuh (daging) mereka masih memiliki keinginan untuk berzinah dengan dosa, tetapi di dalam rohnya (jiwanya), dimana ia telah dilahirkan kembali dari atas, ia tidak ingin untuk berbuat dosa lagi. Allah dalam pribadi Roh Kudus telah bersemayam di dalam dirinya. Ia telah menjadi seorang anak Allah, dan Roh Kudus akan mengingatkannya akan kebenaran dan penghukuman.

Proses ini sering disebut "bertumbuh di dalam kasih karunia" atau "bertumbuh di dalam kekudusan". Inilah pengalaman dari setiap anak Allah. Inilah proses yang melaluinya anak-anak Allah akan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yaitu, ia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menyenangkan hati Allah. Perbuatan-perbuatan baik tersebut bukan merupakan "penyebab" atau dasar bagi keselamatan, akan tetapi itu adalah "hasil" dari keselamatan (Efesus 2:8-10).

Ada banyak peraturan yang memimpin manusia yang dapat dibaca di dalam Alkitab. Sebagai contoh, Alkitab berkata bahwa kita harus terlebih dahulu mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Dan Alkitab mencatat ratusan peristiwa bersejarah yang dapat diuji menurut keterangan dari peraturan-peraturan tersebut untuk mendapatkan berkat yang merupakan hasil dari kepatuhan, dan kutuk yang merupakan hasil dari ketidaktaatan. Alkitab memberikan cerita mengenai Yusuf dan Daniel dan berkat-berkat yang mereka terima sebagaimana mereka taat kepada Allah, dan cerita mengenai Israel dan Yehuda, ketika menghadapi penghakiman Allah karena ketidaktaatan mereka. Allah menyatakan dalam 1 Korintus 10:11 demikian:

"Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, dimana zaman akhir telah tiba."

Salah satu cara dimana Allah menyembunyikan pesan-pesan keselamatan adalah di dalam Hukum Taurat. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Lama Allah telah menetapkan Hari Raya Paskah. Hari raya ini pertama kali dilakukan pada saat bangsa Israel keluar dari Mesir, dan malaikat kematian membunuh semua anak sulung yang ada di Mesir. Alkitab dengan cukup jelas menyatakan bahwa peristiwa bersejarah tersebut adalah suatu "gambaran" mengenai keselamatan yang disediakan melalui Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah Paskah kita. Dia adalah Anak Domba yang disembelih sehingga kita tidak mengalami kematian kedua. Kitab 1 Korintus 5:7 menyatakan demikian:

"Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus."

Sebagai tambahan terhadap hari-hari raya yang dilakukan sebelum kedatangan Kristus, hukum Taurat juga meliputi persembahan, kurban binatang, hukum mengenai makanan dan minuman, hukum mengenai tanaman, hukum mengenai pakaian, dan sekumpulan peratutan-peraturan lainnya. Dan semua hal-hal ini adalah "perumpamaan" atau "gambaran" atau "bayangan" dari kebenaran rohani yang sesungguhnya yang berhubugan dengan beberapa aspek dari keselamatan

Dan "setelah" peristiwa kayu salib, orang-orang yang percaya sudah tidak perlu menjalankan hukum-hukum upacara ini tetapi kita hanya mencari arti rohaninya saja. Itulah sebabnya kitab Kolose 2:16-17 mengajarkan kepada kita demikian:

"Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus."

Ketika Kristus berada di Bumi Ia menyatakan dari waktu ke waktu bahwa Ia berbicara dalam perumpamaan-perumpamaan (Markus 4:34, Matius 13:34). Dalam perumpamaan-perumpamaan tersebut Kristus memberikan kisah duniawi dengan arti surgawi (arti rohani). Dan perumpamaan-perumpamaan ini adalah sama dengan pelaksanaan hukum-hukum upacara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, -- yang dilaksanakan secara duniawi dengan arti rohani.

Oleh karena itu, Hukum Taurat, adalah perumpamaan bersejarah; mereka dilakukan di dunia ini oleh bangsa Israel kuno yang mengarah kepada beberapa aspek rohani dari keselamatan. Metode lainnya yang Allah gunakan untuk menyatakan pelajaran rohani kepada kita ialah dengan menggunakan peristiwa-peristiwa bersejarah yang benar-benar terjadi di Bumi. Allah menunjukkan kepada kita dalam Kitab Suci bahwa peristiwa sejarah tertentu dicatat di dalam Alkitab sehingga melaluinya kita dapat mengerti kebenaran rohani yang berhubungan dengan keselamatan.

Dalam kitab Kejadian kita membaca mengenai Abraham yang memperoleh anak dari Hagar dan kemudian tentang pengusiran Hagar dan Ismael dari rumah Abraham. Dalam kitab Galatia pasal 4, Allah mempertegas peristiwa bersejarah ini untuk mengajarkan kebenaran rohani yang kita miliki baik yang memimpin kepada belenggu rohani (digambarkan melalui Hagar dan Ismael), atau suatu keselamatan yang memimpin kepada kemerdekaan rohani (digambarkan melalui Sarah dan Ishak).

Kitab Galatia 4:24-26 menyatakan demikian:

"Ini adalah suatu kiasan [yaitu perumpamaan]. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar --Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab-- dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang [Yerusalem duniawi], karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita [yaitu Sarah]."

Lebih jauh dalam kitab Maleaki 4 Allah berbicara tentang kedatangan Elia, dan dalam kitab Matius 11:11-14 Ia menunjukkan kepada kita bahwa Elia menunjuk kepada Yohanes Pembaptis. Jadi Allah mengindikasikan bahwa Elia digambarkan sebagai Yohanes Pembaptis. Ilustrasi Alkitab yang saling berhubungan ini menunjukkan bahwa pesan keselamatan terus diperluas diseluruh Alkitab, jauh melebihi pernyataan keselamatan seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 3:16, Yesaya 53, dan lain-lain.

Ketika Allah mengindikasikan bahwa Ia sedang berbicara dalam perumpamaan, bahwa suatu peristiwa sejarah atau seseorang sebagai gambaran dari aspek keselamatan, atau hukum Taurat tersebut menunjuk kepada Tuhan Yesus Kristus, maka tepatlah untuk mengembangkan kebenaran rohani dari peristiwa-peristiwa yang dicatat di dalam Kitab Suci. Dalam kitab Markus 4 Allah menyatakan bahwa, "tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka". Jadi penggunaan perumpamaan adalah metode pengajaran yang sangat umum dari Tuhan Yesus.

Dan dalam kitab 1 Petrus 1:11 kita membaca bahwa Roh Kristus berbicara melalui nabi-nabi Perjanjian Lama:

"Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu."

Perhatikan ayat ini berkata bahwa Perjanjian Lama adalah Firman Kristus sama seperti Perjanjian Baru. Hal ini tidaklah mengherankan karena kitab Yohanes pasal 1 menyatakan bahwa Kristus adalah Firman. Yesus berbicara secara langsung ketika Ia berada di dunia ini, dan Ia berbicara langsung di seluruh Alkitab karena Ia adalah Firman Allah. Jadi kitab Markus 4:34 yang berkata, "tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka" berlaku terhadap seluruh Alkitab.

Allah mempertegas hal ini dalam kitab Mazmur 78:1-3 demikian:

"Nyanyian pengajaran Asaf. Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami."

Dan kitab Wahyu 2:17a menyatakan demikian:

"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi... "