Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Dec 15, 2009

Minggu Hari Sabat

Kebaktian pada hari Minggu Sabat bukan hanya ditetapkan oleh seorang Paus atau seorang Raja yang berkuasa atau rapat-rapat yang diadakan oleh para ahli agama, tetapi hal itu memiliki ke-absahan yang sangat alkitabiah:

Dalam bahasa aslinya Yunani, Matius 28:1 (dan juga ketika Injil lainnya: Markus, Lukas, Yohanes) ada ditulis demikian:

"Setelah Sabat-Sabat [jamak] lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama Sabat-Sabat [jamak] itu,"

Dalam Alkitab bahasa Indonesia (versi Terjemahan Baru) ditulis demikian:

"Setelah hari Sabat [seharusnya ini ditulis dalam bentuk jamak] lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu [ini juga seharusnya adalah kata Sabat dalam bentuk jamak] itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu."

Jadi ada dua kata Sabat dalam ayat ini yang seharusnya diterjemahkan dalam bentuk jamak. Dalam Alkitab bahasa Inggris (Young's Literal Translation 1898) ditulis demikian:

"And on the eve of the sabbaths [perhatikan ini ditulis dalam bentuk jamak], at the dawn, toward the first of the sabbaths [jamak], came Mary the Magdalene, and the other Mary, to see the sepulchre"

Ini adalah terjemahan yang benar sesuai dengan bahasa aslinya, Stephanos-1550 menulis demikian:

"oye de sabbatwn [jamak] th epifwskoush eiV mian sabbatwn [jamak] hlqen maria h magdalhnh kai h allh maria qewrhsai ton tafon"

Kebenaran yang sama juga ditemukan dalam tiga Injil yang lain di ayat-ayat pembukaan dari Markus 16, Lukas 24, dan Yohanes 20. Hal ini menandakan sudah berakhirnya era hari ke-tujuh Sabat Perjanjian Lama (Sabtu) dan dimulainya era Sabat Perjanjian Baru (Minggu) yaitu hari pertama Sabat ketika Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari Minggu pagi di tahun 33 Masehi. Ini adalah satu-satunya alasan mengapa Tuhan menulis kata tersebut dalam bentuk jamak.

Dec 10, 2009

Raja Damai

"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat, Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yesaya 9:6)

Kebanyakan dari orang-orang yang percaya sudah sering mendengar ungkapan "Raja Damai" yang menunjuk kepada Tuhan Yesus seperti yang kita baca dalam ayat diatas yang sering dikutip pada saat Natal. Ada banyak orang yang berpikir bahwa sebagai "Raja Damai" Kristus datang untuk memberikan suatu macam kedamaian politik atau kedamaian antar bangsa di dunia ini. Dan ayat lain yang "kelihatannya" mendukung ide ini ditemukan dalam kitab Lukas 2:13-14 yang kita baca demikian:

"Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."

Salah satu keinginan terbesar dari umat manusia adalah untuk hidup dengan damai, terpisah dari perang dan kesusahan. Akan tetapi perang adalah akibat dari sifat alami manusia yang berdosa, dan perang tidak akan pernah hilang dari dunia yang sudah dikutuk karena dosa ini karena hati manusia sangat jahat atau licik, "lebih licik dari segala sesuatu" (Yeremia 17:9).

Dan ketika berbicara tentang "Masa Siksaan Yang Dahsyat" atau "Masa Kesusahan Yang Besar" yang terjadi tepat sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali, Tuhan Yesus berkata dalam kitab Matius 24:6-7 demikian:

"Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar [berita] tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi [yaitu penghakiman Tuhan] di berbagai tempat."

Dari ayat ini kita melihat bahwa peperangan yang ditimbulkan oleh manusia itu sendiri maupun gempa bumi akan terus terjadi dan membunuh banyak jiwa di bumi ini sampai pada saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya di hari yang terakhir. Tidak ada kesalahan tentang hal ini, Tuhan Yesus juga mengatakan dengan pasti mengenai tujuan dari kedatangan-Nya ke bumi dalam kitab Matius 10:34-36 demikian:

"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya."

Dari ayat ini kita belajar bahwa Yesus, sebagai Allah dalam wujud daging, datang untuk membawa perpecahan dan kesusahan -- bahkan di dalam keluarga, yaitu suatu perkumpulan sosial yang paling erat di dunia ini. Jadi mengapa Yesus dipanggil sebagai "Raja Damai" di dalam Alkitab? Karena Alkitab adalah sebuah "buku rohani" tentang hal-hal rohani yang sangat penting -- yaitu rencana keselamatan Allah untuk umat manusia yang berdosa, oleh karena itu kita harus mencari arti rohani dari ungkapan ini dan juga segala sesuatu lainnya yang dibicarakan di dalam Alkitab, membandingkan ayat yang satu dengan ayat yang lain, supaya kita bisa sampai kepada Kebenaran.

Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa ada perang yang lebih besar dari segala perang yang pernah terjadi di dalam sejarah manusia yang sedang terjadi pada saat sekarang ini. Dan itu adalah "perang rohani" antara Allah dengan umat manusia yang memberontak terhadap Allah. Dalam kitab Roma 8:7 kita membaca demikian:

"Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."

Nah, itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang untuk memberikan "kedamaian" antara Allah dengan umat pilihan-Nya. Hal ini kita baca dalam kitab Yohanes 14:27 dimana Tuhan berkata demikian:

"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu."

Sekarang kita mengerti bahwa kedamaian yang dihasilkan oleh keselamatan disebut sebagai "damai sejahtera dengan Allah", seperti yang kita baca dalam kitab Roma 5:1 demikian:

"Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus."

Orang-orang percaya yang sejati memiliki "damai sejahtera" dengan Allah karena karya atau pekerjaan penebusan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus sehingga dapat "mempersatukan" atau "mendamaikan" mereka dengan Allah, seperti yang dijelaskan dalam kitab 2 Korintus 5:19 demikian:

"Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian [atau Injil] itu kepada kami..."

Dengan kata lain, jika kita telah sungguh-sungguh "diselamatkan" (yaitu dilahirkan kembali dari atas), kita tidak lagi menjadi "musuh Allah" atau "berseteru" (berperang) dengan Allah, karena perang yang terjadi antara kita dengan Allah sebagai akibat dari dosa-dosa kita telah berakhir, atau telah didamaikan oleh Kristus.

Dalam kitab Roma 5:9-10 kita membaca demikian:

"Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru [yaitu berperang], diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"

Disisi yang lain, Allah menyatakan tentang sifat alami dari orang-orang yang belum diselamatkan dalam kitab Roma 3:10-18 demikian:

"seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah [yang benar]. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan Jalan damai tidak mereka kenal [yaitu mereka tidak mengenal Kristus]; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu."

Dan ayat 19-25 melanjutkan demikian:

"Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena JUSTRU oleh hukum Taurat [yaitu hukum-hukum Tuhan] orang mengenal dosa. Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya...... Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia [yaitu anugrah] telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya"

Ketika kita sudah diperdamaikan dengan Allah melalui keselamatan, Allah juga memberikan kepada kita "damai sejahtera Allah" menurut kitab Filipi 4:6-7 yang kita baca demikian:

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

Dan kitab Yesaya 32:17-18 menyatakan kepada kita demikian:

"Di mana ada Kebenaran [yaitu keselamatan] di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat Kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Bangsaku [yaitu Israel rohani] akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang aman."

Ketika kita memiliki "damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal", jiwa kita dapat beristirahat dengan tentram bersama Allah karena kita menaruh percaya kita kepada-Nya di dalam setiap aspek dari kehidupan kita. Dalam kitab Matius 11:28-29 Tuhan Yesus berkata demikian:

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan [yaitu istirahat] kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."

Dec 9, 2009

Kelahiran Kristus

"Ia [yaitu Maria] akan melahirkan anak laki-laki dan engkau [yaitu Yusuf] akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita. "(Matius 1:21-23)

Karena hari Natal dirayakan hampir di setiap negara, tidak diragukan lagi peristiwa kelahiran Kristus adalah bagian dari Alkitab yang paling banyak diketahui oleh seluruh penduduk dunia. Tetapi dibalik peristiwa seorang bayi di dalam palungan yang datang membawa "damai sejahtera" di bumi dan "maksud baik terhadap manusia" (Lukas 2:14), ada banyak orang yang tidak mengerti arti sesungguhnya dari peristiwa kelahiran ini. Tuhan Yesus Kristus datang untuk suatu misi yang sangat khusus, yaitu untuk menjadi Juruselamat bagi umat pilihan-Nya. Dan itulah arti dari nama "Yesus" seperti yang kita baca dalam ayat di atas.

Adalah benar bahwa Kristus datang untuk membawa "damai sejahtera", tetapi ini adalah perdamaian "rohani" yang menghentikan perang antara manusia dan Pencipta-Nya, yaitu Allah Yang Maha Kuasa. Kitab Kisah Para Rasul 10:36 menyatakan kepada kita demikian:

"Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang."

Dan kitab Efesus 2:14-15 berkata demikian:

"Karena Dialah [yaitu Kristus] damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera"

Nah, mengapa ada perang atau "perseteruan" atau kebencian antara umat manusia dengan Tuhan? Hal itu terjadi karena dosa-dosa kita, yang akan membuat kita dibuang ke dalam hukuman yang kekal seperti yang kita baca dalam kitab Efesus 2:1-5 demikian:

"Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa [yaitu Iblis], yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia [anugrah] kamu diselamatkan --"

Ayat-ayat ini cukup jelas menekankan kebutuhan akan kedatangan Kristus untuk membayar upah dosa-dosa umat-Nya, untuk menutupi mereka dengan jubah atau "pakaian kebenaran-Nya" untuk membuat mereka layak masuk ke dalam surga-Nya yang suci. Kitab Yesaya 61:10 dengan indahnya menyatakan anugrah yang Allah berikan kepada umat pilihan-Nya ini demikian:

"Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan Pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan Jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya."

Peristiwa kelahiran Tuhan Yesus ini sudah dinubuatkan jauh sebelumnya oleh Mikha seorang nabi dalam Perjanjian Lama. Dalam kitab Mikha 5:2 kita membaca demikian:

"Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala."

Nubuat Mikha ini memberitahukan kepada kita bahwa Tuhan Yesus harus dilahirkan di kota Betlehem, dan nama Betlehem berarti "Rumah Roti". Hal ini seharusnya tidak mengejutkan karena Alkitab berkata tentang Yesus Kristus sebagai "Roti Yang Hidup". Dalam kitab Yohanes 6:35 kita membaca demikian:

"Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi."

Alkitab juga memberikan kita perincian dari peristiwa Kelahiran-Nya dari seorang perawan, kesucian-Nya, dan beberapa dari nama-nama-Nya. Kita akan melihat hanya beberapa saja dari nama-nama-Nya dimana setiap nama menggambarkan "sifat" atau karakter dari Allah.

Pertama-tama kitab Matius 1:18 berbicara tentang kelahiran-Nya dari seorang perawan demikian:

"Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri."

Kemudian kitab Matius 1:23 menekankan bahwa salah satu nama-Nya adalah Imanuel (Allah beserta kita), dan kitab Yeremia 23:5-6 memberitahukan kepada kita demikian:

"Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN -- keadilan kita."

Dan kitab Yesaya 9:6 adalah ayat yang paling sering dikutip pada saat Natal. Dalam ayat itu tertulis beberapa nama dari Tuhan Yesus demikian:

"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat, Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."

Dan kitab Lukas 2:7 memberikan informasi lebih lanjut tentang peristiwa kelahiran-Nya demikian:

"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."

Tuhan Yesus tidak disambut dengan baik sebagai bayi, maupun sebagai manusia. Kitab Yesaya 53:2-3 menubuatkan tentang Yesus demikian:

"Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan."

Akan tetapi dalam kitab Lukas 2:8-11 kita membaca demikian:

"Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."

Ungkapan "kesukaan besar" yang dikatakan oleh malaikat, atau sang pembawa pemberita, dalam ayat ini menunjuk kepada pemberitaan dari Injil keselamatan. Sekali lagi kita harus dingatkan bahwa ini adalah misi utama dari Tuhan Yesus Kristus seperti yang Ia katakan dalam kitab Lukas 4:18-19 demikian:

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."

Tugas dan tanggung-jawab untuk memberitakan Injil kasih karunia tidak hanya dibebankan kepada Kristus sendirian saja, tetapi juga kepada setiap orang yang menjadi pengikut-pengikut-Nya sampai hari sekarang ini. Biarlah Tuhan memberikan kepada kita semua kasih karunia-Nya untuk mematuhi perintah ini.

Dec 8, 2009

Kemenangan

"Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"(Markus 8:35-37)

Ayat-ayat ini mendukung konsep yang menyatakan bahwa untuk hidup secara materialistik tanpa kehidupan rohani yang benar hanya akan membawa seseorang kepada hukuman yang kekal, kematian kedua. Disisi yang lain, ketika seseorang sudah diselamatkan dalam keberadaan jiwanya, kehidupannya secara fisik akan dipergunakan untuk melayani dan mematuhi sang Juruselamat untuk mempersiapkan hidup yang kekal bersama dengan-Nya.

Sebagai contohnya rasul Paulus, dibawah inspirasi dari Allah Roh Kudus, menyatakan apa yang orang lain katakan tentang perjalanan rohaninya dalam kitab Galatia 1:23 demikian:

" ....bahwa ia [yaitu Paulus] yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya."

Untuk membantu kita mengerti kalimat "barangsiapa kehilangan nyawanya karena Kristus dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya", kita dapat melihat pada kitab Filipi 3:4-9 dimana rasul Paulus menjelaskan demikian:

"Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah [yaitu injil pekerjaan], aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat [yaitu jemaat Kristus atau jemaat Injil anugrah], tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku [yaitu hal-hal yang disebutkan diatas], sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan."

Lebih lanjut ayat 10-14 menyatakan demikian:

"Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya [yaitu kematian terhadap dosa], supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."

Jadi apakah sebenarnya yang kita anggap benar-benar menguntungkan? Alkitab menjelaskan dalam ayat yang sangat penting di kitab Yohanes 6:63 demikian:

"Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu [yaitu Firman Tuhan] adalah Roh dan Hidup."

Yang betul-betul "menguntungkan" atau "berharga" adalah Alkitab itu sendiri. Ingatlah kitab Roma 10:17 berkata demikian:

"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Tuhan."

Kita tidak dapat pernah menekankan dengan cukup betapa pentingnya Alkitab itu. Akan tetapi Firman Tuhan juga bisa menjadi "tidak menguntungkan" bagi orang-orang yang hanya mendengarkan dengan "telinga fisik" dan bukan dengan "telinga rohani", seperti yang kita lihat dalam contoh yang menyedihkan dalam Ibrani 4:2, mengenai bangsa Israel yang keluar dari tanah perbudakan di Mesir tetapi tidak pernah sampai ke Tanah Perjanjian. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi Firman pemberitaan itu tidak berguna [yaitu tidak menguntungkan] bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya."

Kepuasan yang sejati hanya bisa diterima oleh seseorang yang jiwanya telah diberikan kehidupan yang kekal oleh "sang Pengarang dan Penyelesai dari iman" -- yaitu Tuhan Yesus Kristus, kitab Ibrani 12:2 menekankan demikian:

"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman [yaitu pengarang dari iman kita], dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan [yaitu penyelesai dari iman kita], yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."

Ingatlah dalam khobah di bukit Yesus mengajar orang banyak di kitab Matius 5:10-13 demikian:

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab Kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."

Dan di dalam seluruh Alkitab kita akan mempelajari bahwa Allah sendiri adalah kepuasan kita. Kitab Mazmur 16:11 menyatakan demikian:

"Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."

Dalam kitab Kejadian 15:1 Allah berjanji kepada Abram (yang kemudian namanya diganti menjadi Abraham) demikian:

"Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."

Dan Mazmur 42:1-2 menggambarkan tentang mereka-mereka yang haus kepada Allah sendiri demikian:

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?"

Nah dimanakah kita dapat menemukan Allah? Kita beribadah atau bersekutu dengan Allah ketika kita mempelajari Firman-Nya dengan sangat teliti dan berhati-hati. Kitab Mazmur 107:7-9 berkata demikian:

"Dibawa-Nya mereka menempuh Jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang [yaitu orang-orang hidup]. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib [yaitu keselamatan] terhadap anak-anak manusia, sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan."

Semua umat Kristen yang sejati menunggu suatu hari dimana mereka akan "mewarisi segala sesuatu", seperti yang dinyatakan dalam kitab Wahyu 21:6-7 demikian:

"Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku."

Dec 3, 2009

Kerendahan Hati

"Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan [memperbaharui] semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan [memperbaharui] hati orang-orang yang remuk."  (Yesaya 57:15)

Sebagai sang Juruselamat Yesus merupakan contoh dan intisari dari kerendahan hati di dalam kehidupan-Nya dan juga kematian-Nya, dimana Ia telah menderita penderitaan yang setara dengan hukuman kutukan yang kekal untuk setiap dari umat pilihan-Nya. Pertama-tama marilah kita memeriksa kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai ungkapan "remuk" (dakka) yang ada di dalam ayat ini. Kata ini juga muncul dalam dua ayat lainnya, dan salah satunya adalah kitab Mazmur 34:18, yang mengajarkan kepada kita demikian:

"TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."

Yang lainnya adalah kitab Mazmur 90:3, dimana kata "remuk" diterjemahkan sebagai ungkapan "debu" atau "hancur". Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"

Siapakah individu ini yang memiliki jiwa yang remuk? Kata ini digunakan dalam banyak cara, seperti dalam ungkapan "pecah", "hancur berkeping-keping", "digilas", dan "memar". Sebagai contohnya, kita menemukan kata ini dalam ayat-ayat berikut dari Yesaya 53, ayat 5 dan 10 yang diterjemahkan sebagai diremukkan dan meremukkan, dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Tetapi Dia [yaitu Kristus] tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh........ Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya."

Jadi dengan aman kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan Yesus memiliki " ... jiwa yang remuk dan hancur ..." Dan pada gilirannya, orang-orang yang Tuhan sudah pilih untuk Ia selamatkan akan dibuat menjadi "rendah hati" atau dibuat menjadi "remuk" ketika Tuhan memberikan mereka kebangkitan jiwa yang baru dan menyelamatkan mereka melalui kasih karunia-Nya untuk kemuliaan Tuhan sendiri.

Dan dalam kitab Yeremia 44:10 kata "daka" (yaitu ejaan yang sama dengan kata dakka) diterjemahkan sebagai ungkapan "remuk hati". Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Mereka tidak remuk hati sampai kepada hari ini, mereka tidak takut dan tidak mengikuti Taurat-Ku dan ketetapan-Ku [yaitu Firman Tuhan] yang telah Kuberikan kepadamu dan kepada nenek moyangmu."

Hal ini menekankan tentang orang-orang yang "bukan" merupakan orang percaya yang sejati. Ayat ini berhubungan dengan pemberontakan Yehuda dan Yerusalem dalam situasi sejarahnya, akan tetapi secara figuratif hal ini juga menjelaskan apa yang sedang terjadi pada hari kita sekarang ini ketika Tuhan telah selesai menggunakan organisasi gereja-gereja dan denominasi-denominasi untuk memberitakan Injil Yang Sejati, dan sekarang mereka telah berada di bawah murka dan penghakiman Tuhan (1 Petrus 4:17, Markus 13:9, Wahyu 13:7, Matius 24:15, 2 Tesalonika 2, Yesaya 1). Kitab 1 Petrus 4:17 menjelaskan kasih karunia Tuhan kepada kita demikian:

"Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?"

Kemudian bagaimana dengan kata Ibrani untuk ungkapan "rendah" (shaphal) yang juga muncul dalam kitab Yesaya 57:15? Kata ini juga ditemukan dalam kitab Ayub 5:11 yang diterjemahkan sebagai ungkapan "hina". Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Ia menempatkan orang yang hina pada derajat yang tinggi dan orang yang berdukacita [berkabung] mendapat pertolongan yang kuat [yaitu pertolongan dari Firman Tuhan]"

Dan kitab Mazmur 38:6 adalah ayat yang mirip, dimana kata ini diterjemahkan sebagai ungkapan "dukacita" atau "berkabung". Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"aku terbungkuk-bungkuk, sangat tertunduk; sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita."

Hal ini juga mengingatkan kita akan janji yang indah dalam kitab Matius 5:4 dimana Tuhan berkata demikian:

"Berbahagialah orang yang berdukacita [yaitu berkabung], karena mereka akan dihibur."

Sekarang kita mengerti mengapa Alkitab banyak berbicara tentang dukacita atau perkabungan dari orang-orang percaya yang sejati karena setiap hari mereka melihat bagaimana jahatnya dunia ini. Sebelum keselamatan benar-benar terjadi, secara rohani Tuhan harus "mematahkan" atau "meremukkan" kita terlebih dahulu, dan membuat kita menjadi "rendah hati" karena dalam sifat alaminya kita adalah orang-orang yang egois dan sombong yang sangat meremehkan Tuhan dan Firman-Nya yang sejati, Alkitab.

Kitab Yesaya 53:1-5 berbicara tentang Tuhan Yesus demikian:

"Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk Ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh."

Kemudian kata Ibrani untuk ungkapan "menghidupkan" atau "memperbaharui" (chayah) yang ditemukan dalam kitab Yesaya 57:15 digunakan dalam beberapa cara yang berbeda yang berhubungan baik dengan kehidupan secara fisik maupun kehidupan rohani. Kata ini diterjemahkan sebagai ungkapan "hidup" dalam Yesaya 55:1-4, yang merupakan deklarasi yang sangat indah dari Injil. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi [yaitu Injil] dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud. Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang Raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa"

Bagian Alkitab ini menjelaskan bagaimana Tuhan "memperbaharui" atau "membuat hidup", jiwa yang rendah hati, dan orang-orang yang remuk hatinya, demikian:

  1. Tuhan harus "memberikan" kita telinga rohani, atau memberikan kita pengertian rohani, supaya kita dapat "mendengarkan" Injil dengan seksama.
  2. Tuhan akan memberikan umat Kristen yang sejati "kasih setia yang teguh (atau yang pasti)" seperti yang diberikan kepada raja Daud, dimana ia merupakan gambaran yang agung dari Tuhan Yesus Kristus, Raja dari segala raja.
  3. Orang-orang yang Tuhan sudah pilih sebelum dunia dijadikan untuk Ia selamatkan akan "datang kepada-Nya".
Dan kitab Yakobus 4:6 menjelaskan kepada kita demikian:

"Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."

Jadi orang-orang yang "rendah hati" secara rohani adalah orang-orang yang dipilih oleh Tuhan untuk Ia selamatkan, sedangkan orang-orang yang lainnya dengan sangat keras kepala akan terus menentang Firman Tuhan yang sejati seperti halnya ahli-ahli Taurat yang ada pada zaman Yesus dan para rasul. Disisi yang lain, dalam kitab Matius 11:29 Tuhan Yesus menasihatkan kita demikian:

"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."

Biarlah Tuhan memberikan kepada kita kasih karunia-Nya supaya kita dapat berjalan dengan sangat rendah hati dan untuk menjadi lebih taat lagi kepada Firman-Nya.