"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:16-18)
Ketika kita membaca pernyataan, "tetaplah berdoa" [yaitu berdoa tanpa henti], kita bertanya-tanya bagaimana kita mampu untuk melakukan hal itu? Dan ketika kita memperhatikan ayat ini dengan lebih teliti kita akan menemukan bahwa ayat ini berada di tengah-tengah dua ayat lainnya yang sama sulitnya untuk dilakukan.
Ayat 16 berkata:
"Bersukacitalah senantiasa."
Dan ayat 18 berkata:
"Mengucap syukurlah dalam segala hal ...."
Jadi kita melihat bahwa yang dinyatakan disini adalah bagaimana kita harus bersukacita dan bersyukur kepada Dia yang memberikan "pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna" seperti yang dengan sangat hati-hati Tuhan ingatkan kepada kita dalam kitab Yakobus 1:17.
Sama halnya seperti Tuhan memerintahkan orang-orang yang percaya untuk terus berdoa mengenai setiap perkataan, setiap pikiran, setiap keputusan, setiap tindakan, bahkan masalah-masalah dan tantangan-tantangan yang ada, Tuhan juga memberikan kita kesempatan untuk berterimakasih kepada Tuhan untuk segala kasih karunia-Nya. Allah Roh Kudus memberikan kekuatan kepada orang-orang percaya yang sejati untuk melakukan hal itu.
Ide yang sama dengan "berdoa tanpa henti" juga ditemukan dalam beberapa ayat-ayat lainnya. Seperti misalnya rasul Paulus berterimakasih kepada Tuhan atas karya iman di dalam kehidupan orang-orang percaya yang ada di kota Roma dan mengingat mereka di dalam doa-doanya seperti yang kita baca dalam kitab Roma 1:8-9 demikian:
"Pertama-tama aku mengucap syukur kepada Allahku oleh Yesus Kristus atas kamu sekalian, sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia. Karena Allah, yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil Anak-Nya, adalah saksiku, bahwa dalam doaku aku selalu mengingat kamu"
Akan tetapi tidak ada contoh berdoa yang lebih baik daripada yang ditemukan dalam pribadi Allah Putera, Tuhan Yesus Kristus sendiri, yaitu pribadi yang kedua dari Allah Tri-tunggal, Firman yang hidup, yang "menjelma menjadi manusia dan diam diantara kita" (Yohanes 1:14).
Sebagai pengarang dari Alkitab Tuhan Yesus mempunyai banyak hal yang harus Ia katakan mengenai berbicara kepada Allah di dalam doa. Bagaimanapun juga, doa adalah anugrah dan hak istimewa yang Allah ciptakan dan berikan kepada setiap dari umat Kristen. Dan pada kesempatan ini kita akan melihat pada hal-hal apa saja yang Yesus perbuat. Dalam Markus 1:35 kita membaca demikian:
"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."
Dan kita menemukan dalam ayat yang pararel dalam Lukas 6:12 berkata demikian:
"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah."
Dan kita juga membaca dalam doa Yesus kepada Bapa akhiran yang sangat sempurna dalam doa untuk menunjukkan kuasa Bapa, "....tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Lukas 22:42). Hal ini Yesus katakan sebanyak tiga kali di Taman Getsemani (dan nama Getsemani berarti "kilangan anggur Allah"), yaitu tempat dimana Yesus mulai menanggung murka Allah pada hari Kamis malam ketika keringat-Nya bercucuran ke tanah (yaitu bumi) seperti tetesan darah.
Dan kitab Ibrani 5:7 berkomentar tentang doa tersebut demikian:
"Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia [yaitu Kristus] telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya [yaitu rasa takut-Nya kepada Allah] Ia telah didengarkan."
Ketika kita berdoa kita harus selalu mengingat Dia yang kepada-Nya kita berdoa, yaitu Allah Bapa yang di Surga. Doa Musa dalam Mazmur 90:1-2 merangkumnya dengan sangat baik dan sederhana, dalam ayat itu kita membaca demikian:
"Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah."
Sebagai Pencipta dan Pemelihara kita, yang pertama-tama dan terutama adalah fakta bahwa Allah sangat layak untuk menerima pujian dan rasa syukur kita, dan kita juga dapat membuat permohonan dan keresahan-keresahan kita kepada-Nya. Dalam kitab Ulangan 33:27a kita membaca demikian:
"Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal [yaitu Kristus atau Firman Kristus] ..... "
Dan kitab Mazmur 29:2 menambahkan demikian:
"Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!"
Dan kitab Roma 10:13 berkata demikian:
"Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan."
Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru kita diperingatkan untuk memfokuskan rasa syukur kita kepada semua yang Allah kerjakan dan terus Ia kerjakan "untuk" kita dan "demi" kita. Ia adalah Allah yang setia, salah satu nama-Nya adalah "Yang Setia dan Yang Benar" (Wahyu 19:11). Jadi kita harus mengerti bahwa kita hanya dapat diselamatkan oleh karena "kesetiaan" Allah. Perhatikan kitab Mazmur 89:5 menekankan demikian:
"Sebab itu langit bersyukur karena keajaiban-keajaiban-Mu [yaitu keajaiban dari keselamatan, ini bukan menunjuk kepada keajaiban-keajaiban yang mengherankan], ya TUHAN, bahkan karena KESETIAAN-MU di antara jemaah orang-orang kudus."
Dan dalam Mazmur 40:10 berada dibawah ilham ilahi Daud bersaksi demikian:
"Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan-Mu dan keselamatan dari pada-Mu kubicarakan, kasih-Mu dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang besar."
Dan Mazmur 33:4 berkata demikian:
"Sebab firman TUHAN itu Benar [yaitu Kristus - Yoh. 14:6], segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan Kesetiaan."
Jika kita memeriksa kitab Mazmur dan juga kitab-kitab lainnya dengan teliti maka kita akan menemukan banyak sekali ayat-ayat yang seperti ini. Betapa agung-Nya sang Juruselamat kita yang mau merendahkan diri-Nya sebagai manusia yang hina untuk menyelamatkan umat-Nya dari kegelapan dosa dan upah dosa-dosa mereka.
Kemudian kita juga dapat melihat kasih Allah yang memperbolehkan kita untuk tanpa takut-takut, yaitu dengan penuh keyakinan, untuk datang menghadap "tahta kasih karunia-Nya" seperti yang dicatat dalam contoh mengenai doa permintaan dari Nehemia dan jawaban yang diberikan terhadap doa tersebut dalam kitab Nehemia 1:11 dan 2:4-6, dimana kita membaca demikian:
"Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." Ketika itu aku ini juru minuman raja. Lalu kata raja kepadaku: "Jadi, apa yang kauinginkan?" Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit, kemudian jawabku kepada raja: "Jika raja menganggap baik dan berkenan kepada hambamu ini, utuslah aku ke Yehuda, ke kota pekuburan nenek moyangku, supaya aku membangunnya kembali." Lalu bertanyalah raja kepadaku, sedang permaisuri duduk di sampingnya: "Berapa lama engkau dalam perjalanan, dan bilakah engkau kembali?" Dan raja berkenan mengutus aku, sesudah aku menyebut suatu jangka waktu kepadanya."
Biarlah Tuhan bekerja di dalam hati kita semua supaya kita juga memiliki kemauan yang sama seperti umat Kristen pada zaman dahulu seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 6:4, yang berdasarkan kasih karunia Allah dengan taat mereka menyediakan diri mereka untuk "memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."
Dan dalam kitab Kolose 4:2 kita membaca demikian:
"Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur"
No comments:
Post a Comment