Pada hari sekarang ini ada banyak ajaran yang salah mengenai kata "baptis" di dalam Alkitab sehingga sering membawa kita kepada kesalahan yang sangat serius pada pengajaran tentang dasar dari keselamatan. Oleh karena itu sangat penting sekali kalau kita mengerti dengan jelas ajaran Alkitab mengenai baptisan. Pertama-tama di dalam Alkitab kata "baptis" selalu berarti disucikan/dibersihkan/dibasuh. Dan kita dibersihkan dari dosa-dosa kita ketika Allah Roh Kudus menerapkan Firman Tuhan di dalam kehidupan kita seperti yang kita baca di Yohanes 3:3-6 demikian:
"Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali [yaitu menerima kebangkitan jiwa yang baru], ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari Air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari DAGING, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh."
Jadi baptisan ini bukan menunjuk kepada suatu pekerjaan yang dapat kita lakukan sendiri, tetapi ini adalah pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan dalam semua aspek-aspeknya. Perhatikan dalam kitab Yehezkiel 36:24-27 Tuhan berkata demikian:
"AKU akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu [yaitu Tanah Perjanjian atau Kerajaan Surga]. AKU akan mencurahkan [yaitu memercikkan atau sprinkle - KJV] kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu AKU akan mentahirkan kamu. Kamu akan KUBERIKAN hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan AKU akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan KUBERIKAN kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan KUBERIKAN diam di dalam batinmu dan AKU akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya."
Pada kenyataannya kita tidak dapat memberikan kepada diri kita sendiri "kebangkitan jiwa yang baru", pada kenyataannya kita tidak dapat pergi ke dalam Neraka yang kekal untuk menebus upah dosa-dosa kita dan kemudian keluar lagi dari sana. Hanya Allah sendiri yang dapat berbuat demikian.
Kemudian adalah benar kalau kita melihat di dalam kamus kata Yunani Baptizo kadang dapat diartikan sebagai celup atau selam, akan tetapi Alkitab menggunakan kata "Bapto" yang berarti dicelup dan kata Baptizo dan Baptismos yang berarti "disucikan/dibersihkan/dibasuh" secara berbeda.
Contoh yang cukup jelas dari hal ini bisa kita lihat dalam kitab Markus 7:3-4 yang kita baca demikian:
"Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan [baptizo] tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci [baptismos] cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga [dan meja makan - KJV]."
Disini kita melihat bahwa kita tidak mencelup perkakas atau "meja makan" untuk membersihkannya, tetapi kita membasuhnya dengan air untuk membuatnya menjadi bersih. Dan kita harus ingat bahwa arti rohani dari ungkapan "air" di dalam Alkitab adalah "Injil" atau Gospel (God's Spell).
Ini menerangkan bahwa kata "baptis" di dalam Alkitab digunakan untuk menunjuk kepada "penyucian" atau "pembersihan" atau "pembasuhan". Di dalam seluruh Alkitab kata ini tidak pernah berarti untuk dicelup atau diselam.
Ungkapan "turun ke dalam air" atau "keluar dari air" (Mat. 3:16, Kis. 8:38-39) tidak selalu berarti bahwa mereka melakukan upacara baptis air secara selam. Bila airnya hanya ada sampai sebatas mata kaki atau lutut kita juga bisa menggunakan ungkapan "keluar dari air" atau "turun ke dalam air". Dalam kitab Kisah Para Rasul 8:38-39 sangat jelas dikatakan bahwa mereka "berdua" yaitu Filipus dan sida-sida Etiopia itu turun ke dalam air dan "mereka berdua" keluar dari air. Oleh karena itu tidak mungkin kalau ungkapan "turun ke dalam air" atau "keluar dari air" itu berarti baptisan secara selam.
Lagipula Yesus harus melakukan upacara baptis air dengan cara yang sama persis seperti cara imam-imam keturunan Harun, yaitu suku Lewi, di dalam Perjanjian Lama melakukan upacara baptis air, yaitu dengan cara membasuh "tangan dan kaki" mereka dengan air yang ada di bejana tembaga yang terletak di Bait Suci.
Dalam hukum Taurat di kitab Keluaran 30:17-21 kita membaca demikian:
"Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Haruslah engkau membuat bejana dan juga alasnya dari tembaga, untuk pembasuhan, dan kautempatkanlah itu antara Kemah Pertemuan dan mezbah, dan kautaruhlah air ke dalamnya. Maka Harun dan anak-anaknya haruslah membasuh TANGAN dan KAKI mereka dengan air dari dalamnya. Apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan, haruslah mereka membasuh tangan dan kaki dengan air, supaya mereka jangan mati. Demikian juga apabila mereka datang ke mezbah itu untuk menyelenggarakan kebaktian dan untuk membakar korban api-apian bagi TUHAN, haruslah mereka membasuh tangan dan kaki mereka, supaya mereka jangan mati. Itulah yang harus menjadi ketetapan bagi mereka untuk SELAMA-LAMANYA, bagi dia dan bagi keturunannya turun-temurun."
Tetapi karena Yesus adalah keturunan Daud dari suku Yehuda dan imam-imam adalah keturunan suku Lewi maka untuk resminya Allah mempersiapkan Yohanes Pembaptis (Yahya bin Zakaria) seorang imam keturunan Harun untuk membaptis Yesus di sungai Yordan karena Yesus tidak dapat menggunakan bejana tembaga yang ada di dalam Bait Suci.
Sebenarnya bejana pembasuhan dan ruang maha suci secara harafiah berada di kota Yerusalem di Timur Tengah, sedangkan mezbah Yesus adalah kayu salib dan tempat yang maha kudus itu adalah Surga sendiri dimana Allah berada (Ibrani 8:1-2, Ibrani 9:24). Oleh karena itu hal ini cukup berbeda dengan bejana tembaga di Bait Suci yang digunakan untuk upacara pembasuhan imam-imam Perjanjian Lama.
Perhatikan setelah Yesus dibaptis di Sungai Yordan, langit terbuka dan "Roh Allah" yang berbentuk seperti burung merpati turun ke atas Yesus. Hal ini menunjuk kepada "baptisan rohani" atau "baptisan Roh Kudus" yang juga disebut sebagai "minyak urapan" dalam Perjanjian Lama.
Para imam keturunan Harun harus diurapi dengan "minyak" setelah mereka dibasuh dengan air. Mereka harus ditahbiskan dengan "minyak urapan yang kudus" sebelum mereka dapat melayani sebagai imam (Keluaran 30:22-31). Di dalam Alkitab "minyak" secara rohani adalah simbol dari "Roh Kudus". Dan Tuhan Yesus datang ke dunia sebagai Imam Besar Agung (Ibrani 4:14, Ibrani 5:6, Ibrani 7) jadi Dia juga harus memenuhi tata cara ibadah yang ada di dalam Perjanjian Lama.
Dapatkah anda melihat bagaimana semua hal ini berhubungan dengan sangat erat? Begitulah karakter dari Alkitab baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru berbicara tentang hal yang sama yaitu YESUS KRISTUS (Yohanes 5:39).
Ia yang tidak berdosa tetapi telah menjadi berdosa karena dosa-dosa kita dan Ia telah mengosongkan diri-Nya dari segala kemuliaan yang dimiliki-Nya dan sepenuhnya menyamakan diri dengan manusia yang berdosa (2 Korintus 5:21, Filipi 2:6-7).
Jadi Yesus harus mengikuti tata cara ibadat dari imam-imam Perjanjian Lama karena Yesus adalah Imam Besar Agung yang kekal untuk selama-lamanya, dan pengurapan tidak harus dengan minyak yang merupakan simbol dari Roh Kudus, tetapi Ia diurapi langsung dengan Roh Kudus yang digambarkan seperti burung merpati di hadapan orang banyak. Dalam kitab Matius 3:16-17 kita membaca demikian:
"Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Disini Yesus diurapi untuk tugas-Nya sebagai Imam Besar Agung dan rasul Petrus menegaskan hal ini lagi dalam kitab Kisah Para Rasul 10:38 demikian:
"yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa ........... "
Setelah Yesus dibasuh air dan diurapi Roh Kudus, sekarang Ia siap melayani sebagai Imam Besar Agung (Imam Mahdi) untuk mempersembahkan kurban bagi pengampunan dosa-dosa umat-Nya. Jadi sebenarnya disini Yesus memiliki peran ganda, Ia bukan saja datang sebagai Imam Besar Agung yang bertugas mengurbankan kurban yang tidak bercacat untuk dosa-dosa umat-Nya tetapi Ia juga sekaligus adalah Anak Domba yang tidak bercacat (yaitu tidak pernah berbuat dosa baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan) yang menyerahkan tubuh dan darah-Nya sekali untuk selama-lamanya sebagai kurban penebus dosa yang sesuai dengan syarat-syarat Allah.
Sekarang kita melihat dengan cukup jelas bahwa upacara baptis air hanyalah sebuah "tanda" atau kiasan atau bayangan atau perumpamaan dimana hal ini menunjuk kepada pembersihan yang sudah terjadi atau yang kita harapkan akan terjadi di dalam kehidupan kita, yaitu, pembersihan dari dosa-dosa kita (pembersihan rohani).
Semua referensi yang kita miliki di dalam Alkitab tentang kata Yunani Baptizo atau Baptismos yang diterjemahkan menjadi ungkapan "baptisan" atau "membaptis" memiliki pengertian baptisan rohani, yaitu penyucian/pembasuhan/pembersihan yang akan dilakukan oleh Tuhan untuk menyelamatkan kita.
Sekarang kita dapat mengerti mengapa Yesus berkata dalam kitab Markus 16:16 demikian:
"Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum."
Cukup jelas dinyatakan disini bahwa baptisan adalah suatu syarat yang harus dipenuhi supaya kita dapat diselamatkan. Tetapi ini tidak menunjuk kepada upacara baptis air secara fisik atau suatu pekerjaan yang dapat kita lakukan sendiri, karena bukanlah sejumlah air betulan yang akan membasuh dosa-dosa kita, hal ini menunjuk kepada penyucian/pembasuhan/pembersihan yang dilakukan oleh Allah Roh Kudus ketika Ia menerapkan Firman Tuhan di dalam kehidupan kita.
Jika satu buah dosa yang paling kecil saja tidak diserahkan untuk ditanggungkan kepada Tuhan Yesus, sehingga Ia menderita murka Allah bagi dosa tersebut, maka orang itu tidak dapat diselamatkan. Tetapi semua orang yang Allah rencanakan untuk Ia selamatkan akan diselamatkan karena seluruh dosa-dosa mereka sudah ditanggungkan kepada Tuhan Yesus Kristus.
Dan bukti dari keselamatan itu adalah kita memiliki iman untuk percaya dengan sepenuh hati dan memiliki kemauan yang jujur, sungguh-sungguh dan terus menerus untuk melakukan kehendak-kehendak Tuhan. Dan "Iman" atau Kepercayaan tersebut adalah hasil dari karya Tuhan bukan karya kita sendiri.
Demikian juga dengan baptisan yang dibicarakan dalam Kisah Para Rasul 2:38 adalah sama seperti Markus 16:16. Dalam kitab Kisah Para Rasul 2:38 kita baca demikian:
"Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus."
Kita harus mengerti bahwa upacara baptis air secara harafiah bukanlah baptisan yang dimaksudkan di dalam ayat ini. Baptisan ini adalah baptisan rohani yang kita alami sebagaimana Tuhan melalui Firman-Nya membersihkan dosa-dosa kita. Hanya ketika Tuhan menerapkan pembasuhan atau pembersihan rohani ini di dalam hidup kita maka kita dapat diselamatkan.
Perintah untuk bertobat dan dibaptis adalah sama dengan pernyataan rasul Paulus kepada sipir penjara di Filipi ketika ia mengatakan kepadanya supaya ia "percaya kepada Tuhan Yesus" (Kis. 16:31).
Orang-orang yang berbicara kepada rasul Petrus di Kisah Para Rasul 2:38 adalah sama seperti sipir penjara di Filipi yang belum diselamatkan dan masih berada dalam keadaan "mati atau sakit secara rohani" (Roma 3:10-12, Yohanes 5:25, Yohanes 11:25, 1 Korintus 15:22, Efesus 2:1). Dan untuk membasuh dosa-dosa mereka atau untuk sampai kepada suatu syarat supaya mereka dapat percaya kepada Kristus dengan sepenuh hati adalah sesuatu hal yang tidak mampu untuk mereka lakukan sendiri. Tuhan-lah yang harus melakukan karya itu di dalam diri mereka. Itulah sebabnya kita membaca prinsip Alkitab yang sangat penting di Efesus 2:8-9 demikian:
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu [yaitu iman atau kepercayaan tersebut] bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu [yaitu iman atau kepercayaan tersebut] bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."
Kita tidak pernah dapat diselamatkan oleh suatu pekerjaan yang dapat kita lakukan sendiri, pekerjaan keselamatan seluruhnya harus dilakukan secara rohani oleh Tuhan. Adalah benar bahwa seseorang yang belum diselamatkan juga mampu berbalik dari dosa ini atau dosa itu, akan tetapi pertobatan yang merupakan "hasil" dari keselamatan yang sejati adalah kita harus secara utuh berbalik ke arah yang berlawanan dari arah yang kita jalani sebelumnya. Dan seserang yang masih mati secara rohani tidak mampu untuk melakukan hal ini.
Untuk percaya dengan segenap hati, untuk bertobat dengan segenap hati, untuk dibaptis (yaitu dibersihkan dari dosa-dosa kita) semua ini harus dilakukan oleh Tuhan. Tuhan-lah yang harus menyucikan kita dari semua dosa-dosa kita, Tuhan-lah yang harus memberikan kepada kita "kebangkitan jiwa/roh yang baru" sehingga hidup kita akan berbalik dari melayani diri sendiri kepada melayani Tuhan.
Tuhan harus memberikan kita Iman sehingga selanjutnya kita percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati, yaitu, kita akan menggantungkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, percaya bahwa apa yang dinyatakan di dalam Alkitab adalah mutlak benar dan memiliki otoritas yang tertinggi dan terutama di atas segala sesuatu yang lain.
Dengan cara yang sama kita dapat mengerti perintah yang diberikan kepada Paulus, atau Saulus dari Tarsus, setelah ia dibutakan selama tiga hari dan ketika Yesus menampakkan diri kepadanya. Kita membaca bahwa seorang pengikut jalan Tuhan yang bernama Ananias berkata kepada Paulus dalam kitab Kisah Para Rasul 22:16 demikian:
"Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah [yaitu bangkitlah], berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!"
Beberapa orang mungkin menyimpulkan bahwa ayat ini adalah bukti tertulis bahwa upacara baptis air adalah syarat mutlak bagi keselamatan. Tetapi seperti yang telah kita pelajari, hal itu adalah mustahil. Sesungguhnya air betulan secara harafiah tidak disebutkan di dalam ayat ini atau juga dalam kitab Markus 16:16 atau di Kisah Rasul 2:38. Sesungguhnya apa yang terjadi adalah Ananias yang beriman melalui karya yang dilakukan oleh Tuhan memerintahkan Paulus untuk bangun (menjadi bangkit secara rohani) dan dibaptis (dibersihkan dari dosa-dosanya oleh karya Roh Kudus).
Tentu saja Paulus tidak dapat melakukan hal-hal itu sendirian. Hanya Tuhan saja yang mampu melakukan hal-hal itu, sehingga kita dapat mengerti bahwa inilah saat keselamatan bagi dirinya. Ini tidak disebabkan karena Paulus dalam suatu cara telah ikut berusaha dalam suatu perbuatan atau pekerjaan tertentu untuk membuat dirinya diselamatkan. Pada kenyataannya pada waktu itu Paulus, yang adalah Saulus dari Tarsis, masih berada dalam pemberontakan yang keras terhadap jalan Tuhan. Paulus sedang menangkapi dan membunuh pengikut-pengikut "jalan Tuhan" (Injil Kasih Karunia). Dan Tuhan-lah yang harus melakukan semua pekerjaan-pekerjaan untuk membangkitkan jiwanya dari kematian rohani dan menghapuskan semua dosa-dosanya.
Dan bukti bahwa ini adalah saat keselamatan ketika Tuhan menyembuhkan Paulus dapat dilihat dalam pernyataan di kitab Kisah Para Rasul 9:18 yang kita baca demikian:
"Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis."
Ada selaput yang gugur dari matanya mengingatkan kita tentang pernyataan dalam kitab 2 Korintus 3:14-16 yang berkata demikian:
"Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca Perjanjian Lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya KRISTUS saja yang dapat menyingkapkannya. Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan [yaitu Kristus], maka selubung itu diambil dari padanya."
Dengan kata lain, gugurnya selaput dari mata Paulus ini berarti mata rohaninya telah dibuka. Ia telah diselamatkan, telah disembuhkan secara rohani dan dosa-dosanya telah dihapuskan. Jadi kesimpulan yang kita dapatkan adalah di dalam Perjanjian Baru kata "baptisan" selalu digunakan untuk menerangkan "penyucian" atau "pembersihan" atau "pembasuhan" dari dosa-dosa kita.
Kata ini tidak pernah berarti untuk dicelup atau diselam. Dalam Perjanjian Lama, sebagai bagian dari tata cara ibadat, tiga metode diterapkan untuk menandakan penyucian rohani: kurban darah, kurban bakaran dan pembasuhan secara fisik. Tetapi tidak satupun dari tindakan tersebut yang dapat menyediakan penyucian rohani yang sebenarnya. Mereka hanya bernilai sebagai "bayangan" atau tanda atau kiasan yang menunjuk kepada penyucian yang akan disediakan melalui kematian dan kebangkitan dari Tuhan Yesus Kristus.
Baptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis adalah sama seperti baptisan yang diberikan oleh murid-murid pada waktu "sebelum" peristiwa penyaliban, jadi pada dasarnya itu adalah sama dengan tata cara ibadat baptisan dalam Perjanjian Lama walaupun artinya rohaninya jauh lebih bermakna karena saat penyaliban sudah hampir tiba. Sedangkan baptisan Perjanjian Baru (yaitu baptisan Roh Kudus untuk penyucian dosa-dosa kita) dimulai "setelah" peristiwa kayu salib.
Dengan kata lain, sama seperti semua upacara-upacara ibadat semua upacara pembasuhan yang dilakukan di dalam Perjanjian Lama sebelum peristiwa kayu salib, bersama dengan pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis dan para murid adalah "bayangan" yang menunjuk kepada penyucian/pembasuhan/pembersihan yang disediakan oleh karya Tuhan Yesus Kristus pada kayu salib.
Itulah sebabnya dalam kitab Kisah Para Rasul 19:3-5 kita membaca demikian:
"Lalu kata Paulus kepada mereka: "Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?" Jawab mereka: "Dengan baptisan Yohanes." Kata Paulus: "Baptisan Yohanes [yaitu baptisan jasmani] adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus PERCAYA kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus." Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus [yaitu baptisan rohani]."
Ketika Yesus menderita di kayu salib, Ia disucikan atau dibersihkan dari semua dosa-dosa yang ditanggungkan kepada diri-Nya. Jadi Ia menyediakan pembasuhan yang kekal bagi semua orang yang percaya kepada-Nya sebagai penebus dari dosa-dosa mereka. Dan lebih lanjut, Yesus menggenapi seluruh hukum-hukum upacara yang merupakan bayangan di dalam Perjanjian Lama yang menunjuk kepada tindakan pembasuhan pada peristiwa kayu salib (Kolose 2:16-17).
No comments:
Post a Comment