"Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah" (Matius 27:50-51)
Ketika Kristus masih berada di atas kayu salib semua hal-hal ini betul-betul terjadi secara harafiah. Ada "kegelapan" di daerah itu pada tengah hari, dan tabir yang menutupi Ruang Maha Kudus yang ada di dalam Bait Suci benar-benar terbelah dua. Tabir itu adalah tirai yang sangat besar, tingginya mungkin lebih dari 50 kaki dan tebalnya beberapa inci. Dan secara ajaib tabir itu benar-benar terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Ada alasan ilahi tersendiri mengapa hal itu terjadi seperti itu.
Kira-kira 1500 tahun sebelum Kristus pergi ke kayu salib, Allah memerintahkan supaya Kemah Suci didirikan di padang gurun sewaktu bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian di Kanaan. Di dalam Kemah Suci itu adalah satu ruangan yang dinamakan tempat Yang Maha Kudus. Dan di dalam tempat Yang Maha Kudus itu ada sebuah tabut, yaitu kotak emas yang di dalamnya terdapat dua loh batu yang tertulis sepuluh perintah Allah, dan pot yang berisi manna (yaitu roti surgawi), dan ada satu atau dua barang-barang lainnya.
Tidak ada orang yang pernah masuk ke dalam tempat Yang Maha Kudus kecuali imam besar. Setahun sekali, imam besar harus menyucikan dirinya dan kemudian mengenakan pakaian yang sangat khusus dengan serban dan sebagainya untuk masuk ke dalam tempat itu. Semua imam-imam lainnya tidak boleh masuk ke dalam Kemah Suci pada saat itu. Kemah Suci itu adalah kemah yang sangat besar dan bangsa Israel pada waktu itu masih mengembara di padang gurun.
Hanya imam besar keturunan Harun yang boleh masuk ke dalam tempat suci yang paling suci itu untuk memercikan darah ke atas tutup tabut yang disebut "tutup pendamaian". Dan di dalam tabut tersebut terdapat sepuluh perintah Allah (Keluaran 20, Ulangan 5). Jadi upacara ibadah ini sebetulnya menunjuk kepada darah Kristus yang dikurbankan sebagai "pendamaian" atas pelangaran-pelangaran kita terhadap hukum-hukum Allah. Kristus-lah yang telah mengorbankan darah-Nya untuk menyediakan keselamatan bagi umat-Nya.
Beberapa ratus tahun kemudian raja Salomo membangun Bait Suci di kota Yerusalem menurut rancangan yang diberikan Allah. Itu adalah suatu bangunan yang sangat besar dan permanen. Di dalam Bait Suci itu juga dibangun Ruang Maha Kudus yang akan dimasuki imam-imam besar setahun sekali untuk melakukan upacara ibadah. Bait Suci itu adalah tempat utama bagi bangsa Israel untuk beribadah untuk selama kira-kira 400 tahun, dan kemudian bangunan itu dan kota Yerusalem dihancur-leburkan sama sekali oleh bangsa Babel pada tahun 587 SM.
Pada akhirnya mungkin sekitar 50 tahun sebelum Kristus dilahirkan, Bait Suci itu dibangun kembali dan menjadi bangunan yang megah dimana di dalamnya terdapat tempat Ruang Yang Maha Kudus. Ruangan itu terpisah dari tempat kudus lainnya, yaitu tempat dimana ada altar untuk mempersembahkan kurban dimana setiap harinya ada domba yang dikurbankan disana.
Ketika Kristus pergi ke kayu salib, semua upacara-upacara pengorbanan ini tidak dijalankan lagi, semua hal-hal ini menunjuk kepada pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib. Sebelum peristiwa kayu salib, tempat Yang Maha Kudus adalah tempat yang sangat suci, dan hal itulah membuat seluruh bangunan Bait Suci menjadi tempat yang suci, dan itu membuat kota Yerusalem, dimana Bait Suci berada, menjadi kota yang suci. Alasan utamanya adalah karena Allah Yang Maha Suci bersemayam di dalam Ruang Yang Maha Kudus.
Tetapi ketika Kristus menghembuskan nafas yang terakhir di atas kayu salib, tabir yang ada di depan Ruang Yang Maha Kudus itu secara ajaib terbelah dua dari atas sampai ke bawah sebagai tanda bahwa pembayaran atas upah dosa sudah dilunasi. Sekarang kita tidak lagi mempersembahkan kurban bakaran atau kurban darah atau merayakan hari-hari raya tertentu atau upacara-upacara lainnya dari hukum Taurat. Imam-imam tidak lagi masuk ke tempat Yang Maha Kudus untuk memercikan darah, Allah sudah merobek tabir yang ada di depan ruang Yang Maha Kudus sehingga ruangan itu terbuka lebar-lebar, dan sejak
saat itu siapapun dapat melihat ke dalamnya.
Oleh karena itu tempat itu tidak lagi menjadi tempat yang suci. Bangunan Bait Suci bukan lagi menjadi tempat yang suci, kota Yerusalem yang ada di Timur Tengah tidak lagi menjadi kota yang suci. Semuanya sekarang dipusatkan pada Tuhan Yesus Kristus. Dia-lah Yang Maha Kudus. Kita harus selalu berfokus kepada-Nya bukan kepada bangunan Bait Suci yang ada di kota Yerusalem.
No comments:
Post a Comment