Atas perintah Tuhan nabi Yeremia menyembunyikan sebuah ikat pinggang di dalam tanah di tepi sungai Efrat, tanah itu sangat lembab sehingga ikat pinggang itu dengan cepat menjadi kotor, hancur dan lapuk, dan ayat 7 berkata bahwa ikat pinggang itu tidak berguna lagi untuk apapun.
Disini Tuhan sedang memberikan sebuah gambaran yang menyatakan bahwa seperti halnya orang memakai ikat pinggang, -- yang dipergunakan seperti sabuk untuk melekatkan pakaian pada badan --, demikianlah seharusnya yang orang-orang percaya perbuat terhadap Tuhan. Kita harus berada di dalam suatu hubungan yang erat dengan Tuhan, kita dilekatkan dengan erat satu sama lain. Dan di dalam Perjanjian Baru, Tuhan menekankan bahwa badan kumpulan orang-orang percaya merupakan tubuh Kristus (1 Korintus 12:27).
Akan tetapi di tangan Yeremia, ikat pinggang itu sudah menjadi lapuk dan tidak dapat berguna lagi. Ikat pinggang itu tidak dapat digunakan lagi dan hanya dapat dibuang. Yehuda dan Israel telah menjadi lapuk oleh karena dosa-dosa mereka, oleh karena pemberontakan-pemberontakan mereka melawan Tuhan, dan mereka akan dibuang seperti halnya ikat pinggang itu.
Dan di ayat 1 dari Yeremia 13 ini kita melihat sesuatu yang menarik, dalam ayat itu kita membaca demikian:
"Beginilah firman TUHAN kepadaku: "Pergilah membeli ikat pinggang lenan, ikatkanlah itu pada pinggangmu, tetapi JANGAN kaucelupkan ke dalam air!"
Satu alasan mengapa ikat pinggang itu tidak boleh dicelupkan ke dalam air adalah karena "air" di dalam Alkitab seringkali digunakan sebagai gambaran dari Injil, dan Injil digunakan untuk membawa orang-orang untuk mendekat kepada Tuhan. Jadi ini adalah sebagian ungkapan tentang keselamatan yang berasal dari Tuhan dan juga merupakan gambaran dari penghakiman Tuhan.
Tentang perumpamaan ini anda mungkin ingat di Matius pasal 25 tentang seorang hamba yang diberi satu talenta, dan dia menguburkannya "di dalam tanah". Ini merupakan pemikiran yang sama. Hal ini menggambarkan mereka-mereka yang secara total terpendam di dalam hikmat dunia ini dan apa yang dapat dihasilkan dunia untuk mereka. Secara rohani mereka akan menjadi semakin lapuk dan rusak, hingga pada akhirnya tidak berguna lagi secara rohani dan hanya dapat dibuang.
Kemudian dalam ayat 4 Tuhan berkata demikian:
"Ambillah ikat pinggang yang telah kaubeli dan yang sekarang pada pinggangmu itu! Pergilah segera ke sungai Efrat untuk menyembunyikannya di sana di celah-celah bukit batu!"
Biasanya, ungkapan "batu" menunjuk kepada Kristus, Dia adalah sang "Batu Karang" (1 Korintus 10:4). Dan ungkapan "celah-celah" membuat kita berpikir mengenai "lubang jurang maut" di mana Iblis dibuang. Jadi sesungguhnya kita akan menjadi lapuk pada saat kita terlibat dengan pekerjaan Iblis, dimana ia merupakan penguasa dari dunia ini. Ungkapan "celah-celah bukit batu" menunjukkan bahwa Kristus telah mempersiapkan Neraka, Tuhan akan menempatkan orang-orang yang memberontak kepada-Nya ke bawah penghakiman-Nya yang sangat hebat.
Mengenai makna dari kata "lenan", kita lihat misalnya di Perjanjian Baru ungkapan "lenan putih" disebutkan sebagai "perbuatan-perbuatan kebenaran dari orang-orang kudus". Kita membaca dalam kitab Wahyu 19:8 demikian:
"Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)"
[* ada terjadi kesalahan translasi di ayat ini, dalam bahasa aslinya bagian akhir dari ayat ini berkata: "kebenaran orang-orang kudus", bukan "perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus"]
Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan-lah yang menggerakkan kita, baik dalam kehendak maupun pekerjaan, menurut kerelaan-Nya, seperti yang dinyatakan dalam kitab Filipi 2:13 demikian:
"karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya."
Dan kitab Yesaya 26:12 berkata demikian:
"Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami."
Jadi, perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan yang berkenan di mata Tuhan sesungguhnya adalah "perbuatan Tuhan". Dengan demikian itu juga berarti bahwa sebelum Tuhan berkenan kepada kita, segala perbuatan yang kita anggap baik untuk dilakukan itu bukanlah perbuatan-perbuatan yang baik di mata Tuhan. Kitab Amsal 21:2-3 menjelaskan demikian:
"Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban."
Ketika kain lenan itu diletakkan di dalam "celah-celah bukit batu", artinya, perbuatan-perbuatan kita masih mengikuti cara-cara dunia ini atau kita melakukan hal-hal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang dunia ini, maka itu merupakan pemberontakan melawan Tuhan, dan kain lenan itu akan menjadi lapuk dan tidak dapat dipergunakan lagi. Ini berlawanan dengan "kain lenan yang putih bersih" yang mencerminkan kebenaran Tuhan. Tetapi kain lenan ini penuh dengan dosa, kotor, lapuk dan tidak ada gunanya lagi selain untuk dibuang.
No comments:
Post a Comment