Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jan 12, 2013

Perjalanan Mengelilingi Edom

Perkemahan Israel di Kades tidak jauh dari perbatasan Edom, baik Musa dan orang banyak ingin mengikuti jalan melalui negeri ini ke Tanah Perjanjian; oleh karena itu mereka mengirim suatu kabar, sebagaimana yang diperintahkan Allah, kepada raja Edom:

"Beginilah perkataan saudaramu Israel: Engkau tahu segala kesusahan yang telah menimpa kami, bahwa nenek moyang kami pergi ke Mesir, dan kami lama diam di Mesir dan kami dan nenek moyang kami diperlakukan dengan jahat oleh orang Mesir; bahwa kami berteriak kepada Tuhan, dan Ia mendengarkan suara kami, mengutus seorang malaikat dan menuntun kami ke luar dari Mesir. Sekarang ini kami ada di Kadesy, sebuah kota di tepi perbatasanmu. Izinkanlah kiranya kami melalui negerimu; kami tidak akan berjalan melalui ladang-ladang dan kebun-kebun anggurmu dan kami tidak akan minum air sumurmu; jalan besar saja akan kami jalani dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sampai kami melalui batas daerahmu."

Permohonan yang sopan ini telah dibalas dengan satu penolakan yang disertai ancaman: "Tidak boleh kamu melalui daerah kami, nanti kami keluar menjumpai kamu dengan pedang."

Musa terkejut atas penolakan ini, para pemimpin Israel telah mengirimkan satu permohonan yang kedua kepada raja, dengan satu janji, "Kami akan berjalan melalui jalan raya, dan jika kami dan ternak kami minum airmu, maka kami akan membayar uangnya, asal kami diizinkan lalu dengan berjalan kaki, hanya itu saja."

"Tidak boleh kamu lalu," adalah jawabnya. Tentara Edom yang lengkap bersenjata telah ditempatkan di jalan‑jalan yang sukar, sehingga perjalanan yang penuh damai melalui tempat itu tidak mungkin dilakukan, dan orang Ibrani dilarang menggunakan kekerasan. Mereka harus mengadakan perjalanan yang jauh dengan mengelilingi Edom.

Andaikata bangsa itu, pada waktu dihadapkan kepada ujian, telah berharap kepada Allah, maka Penghulu bala tentara Tuhan akan memimpin mereka berjalan melalui Edom, dan rasa takut terhadap mereka akan memenuhi penduduk negeri itu, sehingga gantinya menunjukkan sikap permusuhan, mereka akan memberikan pertolongan. Tetapi bangsa Israel tidak mau bertindak cepat sesuai dengan perintah Allah, dan sementara mereka sedang bersungut‑sungut, maka peluang keemasan itu pun berlalulah. Pada waktu mereka akhirnya menghadapkan permohonan mereka kepada raja, permohonan itu telah ditolak. Semenjak mereka meninggalkan Mesir, Setan senantiasa berusaha mengadakan rintangan‑rintangan dan godaan‑godaan sepanjang perjalanan, agar mereka tidak dapat mewarisi Kanaan. Dan oleh sikap tidak percaya, berulang‑ulang mereka telah membuka pintu bagi dia untuk menentang maksud Allah.

Adalah penting untuk mempercayai Firman Allah dan bertindak cepat sesuai dengan perintah itu, sementara malaikat‑malaikat‑Nya menunggu untuk bekerja bagi kita. Malaikat‑malaikat jahat siap untuk menghalangi setiap langkah dalam perjalanan kita. Dan apabila pimpinan Allah menyuruh anak‑anak‑Nya untuk bergerak maju, apabila Ia siap untuk berbuat perkara‑perkara yang besar bagi mereka, Setan menggoda mereka untuk mendukakan hati Allah dengan cara berlambat‑lambatan; ia berusaha untuk membangkitkan satu roh pemberontakan atau membangkitkan persungutan dan sikap tidak percaya, dan dengan demikian menghalang‑halangi berkat‑berkat yang akan diberikan Allah kepada mereka. Hamba‑hamba Allah haruslah berlaku sebagai orang‑orang yang bertindak cepat, selalu siap bergerak dengan cepat pada saat pimpinan Allah membuka jalan. Setiap sikap berlambatan akan memberikan waktu bagi Setan untuk bekerja mengalahkan mereka.

Di dalam petunjuk‑petunjuk yang pertama yang diberikan kepada Musa sehubungan dengan perjalanan melalui Edom, setelah menyatakan bahwa bangsa Edom takut terhadap Israel, Tuhan telah melarang umat‑Nya menggunakan keuntungan ini untuk melawan mereka. Oleh sebab kuasa Allah diadakan untuk Israel dan perasaan takut bangsa Edom akan menjadikan mereka sebagai satu mangsa yang empuk, orang‑orang Israel dilarang mengganggu mereka. Perintah yang telah diberikan kepada mereka adalah, "Tetapi hati-hatilah sekali; janganlah menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberikan kepadamu setapak kaki dari negeri mereka, karena kepada Esau telah Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya." Ulangan 2:4, 5. Bangsa Edom adalah keturunan Abraham dan Ishak, dan demi hamba‑hamba‑Nya ini, Allah telah berbuat baik terhadap anak‑anak Esau. Ia telah memberikan kepada mereka Gunung Seir sebagai satu warisan, dan mereka tidak boleh diganggu kecuali oleh dosa‑dosa mereka, mereka menempatkan diri di luar jangkauan rahmat‑Nya. Bangsa Israel harus mengusir dan membinasakan sama sekali akan bangsa Kanaan, yang telah mencapai puncak kejahatan mereka; tetapi bangsa Edom masih berada dalam masa percobaan dan orang‑orang seperti ini harus tetap diperlakukan dengan penuh rahmat. Allah penuh rahmat, dan Ia menyatakan belas kasihan‑Nya sebelum menyatakan hukuman‑Nya. Ia mengajak Israel untuk membiarkan bangsa Edom hidup, sebelum menuntut mereka untuk membinasakan penduduk Kanaan.

Leluhur Israel dan Edom adalah bersaudara dan sopan santun serta manis budi persaudaraan seharusnya ada di antara mereka. Bangsa Israel dilarang, baik pada waktu itu atau kemudian hari, membalas tindakan mereka dalam mengadakan penolakan untuk melewati negeri tersebut. Mereka tidak boleh berharap memiliki bagian manapun dari tanah Edom. Sekalipun bangsa Israel adalah bangsa pilihan dan yang disukai Allah, mereka harus memperhatikan larangan‑larangan yang telah Ia adakan bagi mereka. Allah telah menjanjikan kepada mereka satu pusaka yang baik; tetapi mereka tidak boleh merasa bahwa mereka saja yang mempunyai hak di dalam dunia ini, dan mencoba untuk mengusir orang lain. Mereka telah diberi petunjuk sehubungan dengan pergaulan mereka dengan orang Edom, untuk tidak berbuat sesuatu tindakan yang tidak adil terhadap mereka. Mereka harus berjual beli dengan orang Edom, membeli apa yang mereka butuhkan, dan dengan segera membayar apa yang mereka terima. Sebagai satu dorongan bagi Israel untuk berharap kepada Allah, dan menurut akan Firman‑Nya, mereka telah diingatkan, "Sebab Tuhan, Allahmu, memberkati engkau, . . . dan engkau tidak kekurangan apapun." Ulangan 2:7. Mereka tidaklah bergantung kepada bangsa Edom, oleh karena mereka mempunyai seorang Allah yang kaya dalam segala sesuatu. Mereka tidak boleh berusaha melalui kekerasan atau tipu daya, untuk memperoleh sesuatu yang menjadi milik bangsa Edom, tetapi di dalam segala urusan mereka harus menunjukkan prinsip‑prinsip hukum Ilahi, "Hendaklah engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri."

Jikalau mereka telah melalui Edom dengan cara seperti ini, sebagaimana dimaksudkan Allah, maka perjalanan mereka itu akan merupakan suatu berkat, bukan hanya kepada mereka sendiri tetapi juga kepada penduduk negeri itu; karena itu akan memberikan kepada mereka suatu kesempatan berkenalan dengan umat Allah dan perbaktian‑Nya, dan bersaksi sebagaimana Allah Yakub telah membuat makmur mereka yang mengasihi dan takut kepada‑Nya. Tetapi semuanya ini telah dihilangkan oleh karena sikap orang Israel yang tidak percaya. Allah telah memberikan air kepada orang banyak itu sebagai jawab terhadap persungutan mereka, tetapi Ia telah membiarkan sikap tidak percaya mereka itu untuk melaksanakan hukumannya. Sekali lagi mereka harus berjalan melalui padang pasir dan memuaskan rasa dahaga mereka dari mata air mukjizat, yang sebenarnya tidak diperlukan lagi, jikalau mereka telah berharap kepada‑Nya.
Kemudian bangsa Israel sekali lagi berbalik ke selatan dan berjalan melalui padang pasir yang nampaknya lebih tandus lagi setelah sesaat mereka melihat tempat‑tempat yang hijau di antara bukit‑bukit dan lembah‑lembah Edom. Dari barisan bukit yang melatar‑belakangi padang pasir ini tampak gunung Hor menjulang tinggi, yang puncaknya menjadi tempat meninggal dan dikuburnya Harun. Waktu bangsa Israel tiba di bukit ini, perintah Ilahi diberikan kepada Musa:

"Panggillah Harun dan Eliezer, anaknya, dan bawalah mereka naik ke gunung Hor."

Bersama‑sama kedua orang yang sudah lanjut usia itu, dan seorang yang masih muda mendaki puncak gunung itu. Kepala Musa dan Harun telah memutih karena usia yang sudah seratus dua puluh tahun. Kehidupan mereka yang lama dan bersejarah itu telah ditandai oleh ujian‑ujian berat dan juga kehormatan‑kehormatan yang tertinggi yang pernah diberikan kepada manusia. Mereka adalah orang‑orang yang mempunyai kesanggupan alamiah yang besar, dan segala kesanggupan itu telah dikembangkan, ditinggikan dan diagungkan oleh berhubungan dengan Seorang Yang Tidak Terbatas itu. Kehidupan mereka telah digunakan untuk bekerja dengan tidak mementingkan diri bagi Allah dan sesama mereka; wajah mereka memberikan bukti akan adanya daya pikir yang kuat; keteguhan serta keagungan tekad dan kasih yang kuat.

Selama bertahun‑tahun lamanya Musa dan Harun telah berdiri berdampingan di dalam pekerjaan dan kesulitan‑kesulitan mereka. Bersama‑sama mereka telah menghadapi bahaya‑bahaya yang tidak terhitung dan telah menikmati akan berkat‑berkat Allah yang nyata; tetapi waktunya telah dekat dimana mereka harus berpisah. Mereka bergerak dengan lambat sekali karena setiap detik dari waktu selagi bersama‑sama itu sangatlah berharga. Jalan mendaki itu sangat curam dan meletihkan; dan apabila mereka beristirahat, mereka membicarakan tentang masa lalu dan masa yang akan datang. Di hadapan mereka, sejauh mata memandang, terbentang pemandangan daripada pengembaraan di padang belantara. Di padang datar yang ada di bawah kaki mereka terdapat kemah‑kemah orang Israel yang banyak itu, yang bagi  orang‑orang pilihan ini telah menggunakan sebagian waktu dari hidup mereka; yang bagi kesejahteraannya mereka telah memberikan perhatian yang amat dalam dan mengadakan pengorbanan yang amat besar. Di satu tempat di balik bukit‑bukit Edom terbentang jalan menuju ke Tanah Perjanjian--negeri yang berkat‑berkatnya tidak dapat dinikmati oleh Musa dan Harun. Tidak ada perasaan yang memberontak terdapat di dalam hati mereka, tidak ada cetusan persungutan keluar dari bibir mereka; tetapi satu gambaran kesedihan yang khidmat terlihat di wajah mereka apabila mereka mengingat apa yang telah menghalangi mereka dari pusaka leluhur mereka itu.

Pekerjaan Harun bagi Israel telah selesai. Empat puluh tahun sebelumnya, pada usia delapan puluh tiga tahun, Allah telah memanggil dia supaya bergabung dengan Musa di dalam tugasnya yang besar dan penting itu. Ia telah bekerja sama dengan saudaranya dalam memimpin Israel ke luar dari Mesir. Ia telah menunjang tangan pemimpin besar itu pada waktu bangsa Israel sedang berperang dengan orang Amalek. Ia telah diizinkan mendaki Gunung Sinai untuk mendekati hadirat Allah, dan memandang kemuliaan Ilahi. Tuhan telah memberikan kepada keluarga Harun pekerjaan keimamatan dan telah menghormati dia dengan penyerahan yang suci daripada imam besar. Ia telah membela dia di dalam tugasnya yang suci oleh pernyataan yang hebat dalam membinasakan Korah dan sahabat‑sahabatnya. Dengan pengantaraan Harun, kutuk itu telah dihentikan. Pada waktu kedua anak lelakinya dibunuh oleh karena melanggar perintah Allah, ia tidak berontak atau pun bersungut. Namun demikian catatan hidupnya; yang agung itu telah dinodai. Harun telah melakukan satu dosa yang keji pada waktu ia menyerah kepada tuntutan orang banyak, dan membuat patung emas anak lembu di Sinai; dan kembali pada waktu ia bersama‑sama dengan Miryam menunjukkan rasa cemburu dan bersungut‑sungut terhadap Musa. Dan dia, dengan Musa, telah menghina Tuhan di Kades oleh melanggar perintah supaya berbicara kepada batu itu agar itu mengeluarkan air bagi mereka.

Allah menghendaki agar pemimpin‑pemimpin besar bangsa‑Nya ini menjadi wakil‑wakil Kristus. Harun membawa nama Israel di atas dadanya. Ia menyampaikan kepada orang banyak itu kehendak Allah. Ia memasuki bilik yang Mahasuci pada hari Pendamaian, "bukannya tanpa darah," sebagai seorang pengantara bagi segenap bangsa Israel. Ia keluar dari pekerjaan itu untuk kemudian memberkati perhimpunan itu, sebagaimana Kristus juga akan datang untuk memberkati umat‑Nya yang sedang menunggu apabila pekerjaan penebusan untuk mereka akan berakhir. Adalah sifat yang agung daripada jabatannya yang suci sebagai wakil daripada Imam Besar kita yang telah menjadikan dosa Harun di Kades sangat keji sekali.

Dengan rasa sedih yang amat dalam Musa menanggalkan dari Harun jubah keimamatannya yang suci itu dan memakaikannya kepada Eliezer, yang dengan demikian menjadi penggantinya oleh pengangkatan Ilahi. Oleh karena dosanya di Kades, Harun kehilangan kesempatan untuk bertugas sebagai imam besar Allah di Kanaan kesempatan untuk mempersembahkan korban yang pertama di negeri yang baik itu, dan dengan demikian menyerahkan pusaka Israel.

Musa harus melanjutkan untuk memikul bebannya di dalam memimpin Israel sampai ke perbatasan Kanaan. Ia harus pergi sampai ke tempat di mana ia akan dapat melihat Tanah Perjanjian itu, tetapi tidak boleh masuk ke dalamnya. Jikalau hamba‑hamba Allah ini, pada waktu mereka berdiri di atas batu karang di Kades, telah menghadapi ujian itu dengan tidak bersungut‑sungut, betapa bedanya masa depan mereka itu! Satu tindakan yang salah tidak dapat ditarik kembali. Boleh jadi pekerjaan seumur hidup tidak akan dapat menebus apa yang telah hilang di dalam pencobaan yang sekejap saja atau bahkan dalam kelalaian.

Kepergian kedua pemimpin besar itu dari kemah mereka, dan kenyataan bahwa mereka ditemani oleh Eliezer, yang, seperti telah diketahui, akan menjadi pengganti Harun dalam jabatan yang suci, telah membangkitkan satu perasaan sedih dan kembalinya mereka itu sangat dinanti‑nantikan. Apabila orang banyak itu memandang ke sekeliling mereka, kepada perhimpunan yang besar itu, mereka melihat bahwa hampir semua orang dewasa yang meninggalkan Mesir telah binasa di padang belantara. Semua merasakan adanya satu gejala yang tidak baik apabila mereka mengingat hukuman yang dijatuhkan kepada Musa dan Harun. Beberapa dari antara mereka mengetahui tujuan perjalanan rahasia ke puncak gunung Hor itu, dan penyesalan mereka bagi pemimpin‑pemimpin mereka itu menjadi lebih dalam lagi oleh karena kenangan‑kenangan yang pahit dan menuduh diri mereka.

Samar‑samar akhirnya Musa dan Eliezer terlihat di kejauhan sedang menuruni lereng bukit itu, tetapi Harun tidak bersama dengan mereka. Eliezer memakai jubah keimamatan, menunjukkan bahwa ia telah menggantikan bapanya dalam jabatan yang suci itu. Apabila orang banyak itu dengan hati yang berat berkumpul mengelilingi pemimpin‑pemimpin mereka, Musa menceritakan kepada mereka bahwa Harun telah mati di atas pangkuannya di gunung Hor, dan bahwa mereka telah menguburkannya di sana. Perhimpunan itu menangis tersedu‑sedu, oleh karena mereka semua mengasihi Harun, sekali pun mereka sering menduka‑citakan hatinya. "Mereka berkabung bagi Harun untuk tiga puluh hari lamanya, yaitu segenap bani Israel."

Tentang penguburan imam besar Isuel ini, Alkitab hanya memberikan satu catatan yang sederhana, "Di sanalah Harun mati dan dikuburkan." Ulangan 10:6. Betapa bedanya dengan kebiasaan yang diikuti sekarang ini penguburan Harun itu, yang diadakan sesuai dengan perintah Ilahi yang dinyatakan. Pada zaman modern ini upacara penguburan orang‑orang yang berkedudukan tinggi sering dijadikan sebagai satu peristiwa untuk mengadakan pertunjukan yang mewah dan berlebih‑lebihan. Pada waktu Harun mati, salah seorang manusia yang paling besar yang pernah hidup, hanya ada dua orang sahabatnya yang akrab berada di tempat itu untuk menyaksikan kematiannya, dan menghadiri penguburannya. Dan kubur yang sepi di gunung Hor itu tersembunyi dari pemandangan orang Israel untuk selama‑lamanya. Allah tidak dihormati dalam pertunjukan yang berlebih‑lebihan dalam upacara penguburan orang besar yang sering diadakan, dan di dalam mengeluarkan biaya yang besar untuk mengembalikan tubuh mereka ke tanah.

Segenap perhimpunan itu berkabung bagi Harun, tetapi mereka tidak merasakan seperti apa yang dirasakan oleh Musa atas kehilangan saudaranya itu. Kematian Harun mengingatkan Musa bahwa kematiannya sudah dekat; tetapi bagaimana pun singkat hidupnya di dunia ini, ia sungguh‑sungguh merasakan kehilangan sahabatnya yang dekat itu seorang yang telah sama‑sama menikmati kegembiraan dan kesedihannya, pengharapan dan rasa takutnya, selama bertahun‑tahun. Musa sekarang harus melanjutkan pekerjaannya sendirian; tetapi ia mengetahui bahwa Allah adalah sahabatnya, dan ia lebih bersandar lagi kepada‑Nya.

Segera setelah meninggalkan gunung Hor bangsa Israel mengalami kekalahan dalam peperangan melawan Arad, salah seorang dari raja‑raja Kanaan. Tetapi apabila dengan sungguh‑sungguh mereka mencari pertolongan dari Allah, pertolongan Ilahi diberikan kepada mereka, dan musuh mereka pun diusirnya. Kemenangan ini gantinya mengilhami rasa syukur dan menuntun orang banyak itu merasakan ketergantungan mereka kepada Allah, telah menjadikan mereka sombong dan percaya kepada diri sendiri. Dengan segera mereka pun jatuh ke dalam kebiasaan lama, bersungut‑sungut. Sekarang mereka merasa tidak puas oleh karena bala tentara Israel tidak diizinkan memasuki Kanaan segera setelah pemberontakan mereka pada waktu mendengar laporan dari mata‑mata itu empatpuluh tahun sebelumnya. Mereka mengatakan bahwa pengembaraan mereka yang lama di padang belantara hanyalah merupakan pemborosan waktu yang tidak perlu, dan bahwa mereka dapat mengalahkan musuh mereka pada waktu itu semudah seperti sekarang ini.

Apabila mereka melanjutkan perjalanan mereka ke arah Selatan, jalan mereka terbentang melalui lembah yang panas dan penuh dengan pasir, tidak ada naungan yang teduh. Jalan mereka nampaknya panjang dan sulit, dan mereka menderita karena rasa dahaga dan letih. Kembali mereka telah gagal menghadapi ujian iman dan kesabaran mereka. Oleh terus‑menerus memikirkan perjalanan mereka yang pahit getir, mereka telah memisahkan diri lebih jauh, dan lebih jauh lagi dari Allah. Mereka kehilangan pandangan terhadap kenyataan bahwa kalau bukan karena persungutan mereka pada waktu kehabisan air di Kades, mereka tidak perlu mengadakan perjalanan mengelilingi Edom. Allah mempunyai maksud‑maksud yang lebih baik bagi mereka. Hati mereka seharusnya telah dipenuhi oleh rasa syukur kepada‑Nya, bahwa Ia telah memberikan hukuman yang amat ringan terhadap dosanya itu. Tetapi gantinya bersikap demikian, mereka telah membangga‑banggakan diri bahwa jikalau Allah dan Musa tidak campur tangan, sekarang mereka telah memiliki Tanah Perjanjian. Setelah mendatangkan kesusahan kepada diri mereka sendiri, menjadikan nasib mereka itu lebih pahit daripada yang direncanakan Allah, mereka menuduh Allah atas segala kemalangan sengsara yang demikian. Dengan demikian mereka memanjakan pemikiran‑pemikiran yang tidak baik sehubungan dengan perlakuan‑Nya dengan mereka, dan akhirnya mereka menjadi tidak puas dengan segala‑galanya. Mesir tampaknya lebih cemerlang dan lebih disukai daripada kebebasan dan ke tempat mana mereka sedang dituntun Allah.

Apabila bangsa Israel memanjakan roh tidak puas, mereka cenderung untuk mencari kesalahan sekali pun terhadap berkat‑berkat yang mereka peroleh. "Mengapa kamu memimpin kami ke luar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak."

Dengan setia Musa menunjukkan kepada orang banyak itu akan dosa‑dosa mereka. Hanyalah kuasa Allah saja yang dapat memeliharakan mereka di dalam "padang gurun yang besar dan dahsyat itu, dengan ular-ular yang ganas serta kalajengkingnya dan tanahnya yang gersang, yang tidak ada air." Ulangan 8:15. Setiap hari dalam perjalanan mereka, mereka telah dipelihara oleh satu mukjizat rahmat Ilahi. Di dalam pimpinan Allah di sepanjang jalan mereka telah memperoleh air untuk memuaskan yang dahaga, roti dari surga untuk memuaskan yang lapar dan damai, serta keselamatan di bawah naungan awan pada siang dan oleh tiang api pada waktu malam. Malaikat‑malaikat telah melayani mereka apabila mereka mendaki puncak gunung yang berbatu‑batu atau menyusuri jalan‑jalan yang sukar di padang belantara. Sekalipun ada kesulitan‑kesulitan yang telah mereka hadapi, di antara mereka tidak ada seorang pun yang sakit. Di dalam perjalanan yang jauh itu, kaki mereka tidak jadi bengkak atau pakaian mereka jadi lapuk. Di hadapan mereka Allah telah menaklukkan segala binatang buas dan ular berbisa di dalam hutan dan di padang pasir. Jikalau dengan adanya tanda‑tanda dari kasih‑Nya, orang banyak itu masih terus bersungut‑sungut, maka Tuhan akan mencabut pagar perlindungan‑Nya sampai mereka dituntun untuk menghargai perlindungan‑Nya yang penuh rahmat, dan kembali kepada‑Nya dengan pertobatan dan kerendahan hati.

Oleh sebab mereka telah dilindungi oleh kuasa Ilahi, mereka tidak menyadari adanya bahaya‑bahaya yang tidak terhitung banyaknya yang terus‑menerus mengelilingi mereka. Dalam sikap mereka yang tidak tahu berterima kasih dan tidak percaya, mereka telah mengharapkan kematian dan sekarang Tuhan membiarkan kematian datang menimpa mereka. Ular‑ular berbisa yang memenuhi padang belantara itu disebut ular yang ganas, oleh sebab adanya akibat yang mengerikan dari pagutannya. Pagutan itu dapat menyebabkan peradangan yang hebat dan kematian yang cepat. Apabila tangan perlindungan Allah itu diangkat dari Israel, sejumlah besar dari mereka telah diserang oleh ular‑ular berbisa itu.

Sekarang kemah‑kemah mereka dipenuhi oleh rasa gentar dan kegaduhan. Hampir di semua tenda ada orang yang mati atau yang sedang menuju kematian. Tidak seorang pun merasa aman. Sering kesunyian malam dipecahkan oleh jeritan yang menyayat hati, yang memberitahukan adanya korban yang baru. Semua sibuk melayani orang‑orang yang menderita atau dengan sungguh‑sungguh berusaha untuk melindungi mereka yang belum dipagut ular‑ular itu. Sekarang tidak ada persungutan yang keluar dari bibir mereka. Apabila dibandingkan dengan penderitaan yang sekarang ini, kesulitan dan ujian mereka yang dulu kelihatannya tidak berarti apa‑apa.

Sekarang mereka merendahkan diri di hadapan Allah. Mereka datang kepada Musa dengan disertai pengakuan dan permohonan. "Kami telah berbuat dosa," kata mereka, "karena kita telah berkata‑kata melawan Tuhan dan melawan engkau." Tidak lama sebelumnya, mereka telah menuduh dia sebagai musuh mereka yang paling jahat penyebab segala penderitaan dan kesusahan mereka. Tetapi sekalipun kata‑kata itu masih pada bibir mereka, mereka mengetahui bahwa tuduhan itu palsu semata‑mata; dan segera setelah kesulitan yang sebenarnya itu datang, mereka lari kepadanya sebagai satu‑satunya yang dapat memohon kepada Allah untuk mereka. "Berdoalah kepada Tuhan," adalah teriakan mereka, "agar Dia mengusir ular‑ular itu dari kita."

Musa mendapat perintah Ilahi untuk membuat seekor ular tembaga yang bentuknya menyerupai ular hidup dan mengangkatnya ke atas di antara orang banyak itu. Terhadap benda ini, semua yang telah dipagut harus mengarahkan pandangannya dan mereka pun akan memperoleh kesembuhan. Ia menurutnya, dan kabar yang menggembirakan itu disebarluaskan di seluruh perkemahan itu agar semua orang yang telah dipagut dapat memandang kepada ular tembaga itu dan disembuhkan. Banyak yang sudah mati dan pada waktu Musa mengangkat ular itu di atas sebuah tiang, beberapa orang tidak percaya bahwa hanya dengan melihat kepada benda logam ini mereka akan dapat disembuhkan; dan mereka ini binasa dalam sikap tidak percaya mereka. Tetapi banyak juga yang mempunyai iman terhadap jalan yang telah disediakan Allah. Bapa‑bapa, ibu‑ibu, saudara‑saudara dengan penuh kerinduan berusaha dengan sungguh‑sungguh menolong orang‑orang yang menderita, sahabat‑sahabat yang hampir mati supaya mengarahkan tatapan mereka ke ular tembaga itu. Jikalau mereka ini, sekali pun lemah dan hampir mati, dapat memandang meskipun hanya sekali saja, mereka akan dapat dipulihkan dengan sempurna.

Orang banyak mengetahui dengan baik bahwa tidak ada kuasa di dalam ular tembaga itu untuk mengadakan satu perubahan di dalam diri mereka yang memandang kepadanya. Jasa penyembuhan itu datang hanya dari Allah sendiri. Di dalam hikmat‑Nya Ia telah memilih cara ini untuk menunjukkan kuasa‑Nya. Dengan cara yang sederhana ini orang banyak diajak untuk menyadari bahwa penderitaan ini telah datang kepada mereka sebagai akibat dosa mereka. Mereka juga diberi jaminan bahwa apabila mereka menurut kepada Allah, mereka tidak mempunyai alasan untuk menjadi takut, karena Ia akan memeliharakan mereka.

Diangkatnya ular tembaga itu ke atas adalah untuk mengajarkan Israel tentang satu pelajaran yang penting. Mereka tidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri dari akibat yang mematikan dari racun yang ada dalam luka mereka itu. Hanya Allah sendiri yang sanggup menyembuhkan mereka. Tetapi mereka dituntut menyatakan iman mereka terhadap persediaan yang telah diadakan Allah. Mereka harus memandang agar bisa hidup. Adalah iman mereka yang berkenan kepada Allah, dan oleh memandang kepada ular itu iman mereka dinyatakan. Mereka mengetahui bahwa tidak ada khasiat di dalam ular itu sendiri, tetapi itu adalah lambang daripada Kristus; dan dengan demikian perlunya iman dalam jasa‑jasa‑Nya dinyatakan kepada mereka. Hingga saat itu banyak yang telah membawa persembahan mereka kepada Allah dan telah merasa bahwa dengan berbuat demikian mereka telah mengadakan satu penebusan yang cukup bagi dosa‑dosa mereka. Mereka tidak bergantung kepada Penebus yang akan datang, yang menjadi wujud daripada persembahan‑persembahan mereka itu. Sekarang Tuhan mau mengajar mereka bahwa korban‑korban mereka itu sendiri, sebagaimana halnya ular tembaga itu sendiri, tidaklah mempunyai khasiat, tetapi semuanya itu haruslah memimpin pikiran mereka kepada Kristus, korban yang besar dari dosa itu.

"Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun," "demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal." Yohanes 3:14, 15. Semua yang pernah hidup di dunia ini telah merasakan pagutan maut dari "si ular tua, yang disebut Iblis atau Setan." Wahyu 12:9. Akibat‑akibat yang mematikan dari dosa dapat dibuangkan hanya oleh persediaan yang telah diadakan Allah. Bangsa Israel telah menyelamatkan hidup mereka oleh memandang kepada ular yang diangkat itu. Perbuatan memandang itu mengertikan iman. Mereka hidup oleh karena mereka percaya akan Firman Allah dan berharap kepada alat‑alat yang telah disediakan untuk kesembuhan mereka. Demikian pula orang yang berdosa dapat memandang kepada Kristus dan hidup. Ia menerima keampunan melalui iman dalam korban penebusan itu. Berbeda dengan lambang yang tidak bernyawa dan tidak berdaya itu, Kristus mempunyai kuasa dan khasiat di dalam diri‑Nya sendiri untuk menyembuhkan orang berdosa yang bertobat.

Sekalipun orang berdosa tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, ia tetap mempunyai sesuatu yang harus dilakukannya untuk memperoleh keselamatan. Kristus berkata, "Barangsiapa datang kepada-Ku," kata Kristus, "ia tidak akan Kubuang." Yohanes 6:37. Tetapi kita harus "datang" kepada‑Nya; dan apabila kita tinggalkan dosa‑dosa kita, kita harus percaya bahwa Ia menerima dan mengampuni kita. Iman adalah pemberian Allah, tetapi kuasa untuk menyatakan iman itu adalah bahagian kita. Iman adalah tangan oleh mana jiwa kita berpegang kepada tawaran rahmat dan anugerah Ilahi.

Tidak ada sesuatu kecuali kebenaran Kristus yang dapat menjadikan kita berhak terhadap salah satu daripada berkat‑berkat perjanjian anugerah itu. Banyak orang yang sudah lama merindukan dan berusaha memperoleh berkat‑berkat ini, tetapi tidak menerimanya, oleh sebab mereka telah memanjakan pendapat bahwa mereka dapat berbuat sesuatu untuk menjadikan diri mereka layak memperolehnya. Mereka tidak memalingkan pandangan mereka dari diri, dengan mempercayai bahwa Kristus adalah seorang Juruselamat yang dapat mencukupkan segala‑galanya. "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia." Kisah 4:12.

Apabila dengan sepenuhnya kita berharap kepada Allah, apabila kita bergantung kepada jasa‑jasa‑Nya sebagai seorang Juruselamat yang mengampuni dosa, kita akan menerima segala pertolongan yang kita ingini. Janganlah seorang pun memandang kepada diri, seolah‑olah mereka mempunyai kuasa untuk menyelamatkan diri mereka. Yesus telah mati untuk kita oleh sebab kita tidak berdaya untuk melakukan hal ini. Di dalam Dia terdapat pengharapan kita, pembenaran kita, kebenaran kita. Apabila kita melihat kekejian diri kita janganlah kita merasa kecewa dan takut bahwa kita tidak mempunyai Juruselamat atau bahwa Ia tidak mempunyai rahmat bagi kita. Pada saat ini juga Ia sedang mengundang kita datang kepada‑Nya dalam keadaan kita yang tidak berdaya dan diselamatkan.

Banyak dari antara orang Israel tidak melihat adanya pertolongan di dalam penawar yang telah ditetapkan oleh Surga. Orang‑orang mati dan yang sedang mati ada di sekeliling mereka, dan mereka mengetahui bahwa, tanpa pertolongan Ilahi, nasib mereka sudah pasti; tetapi mereka terus bersedih atas luka mereka, rasa sakit mereka, kematian mereka yang pasti, sampai kekuatan mereka hilang dan mata mereka dikaburkan, di mana sebenarnya mereka bisa memperoleh kesembuhan yang segera. Jikalau kita menyadari akan keadaan kita yang tidak berdaya tanpa Kristus, janganlah kita menyerah kepada rasa kecewa tetapi bergantung kepada jasa‑jasa Juruselamat yang telah disalibkan dan telah bangkit itu. Pandanglah dan hidup. Yesus telah menjanjikan Firman‑Nya; Ia akan menyelamatkan semua yang datang kepada‑Nya. Sekalipun jutaan manusia yang perlu untuk diselamatkan akan menolak tawaran rahmat‑Nya, tidak seorang pun yang berharap kepada jasa‑jasa‑Nya akan dibiarkan jadi binasa.

Banyak orang yang tidak mau menerima Kristus sampai seluruh rahasia daripada rencana keselamatan menjadi jelas kepada mereka. Mereka menolak untuk memandang dengan iman, sekalipun mereka telah melihat bahwa ribuan orang telah memandang dan merasakan khasiat daripada memandang kepada salib Kristus. Banyak yang telah mengembara di dalam segala macam filsafat, untuk mencari sebab‑sebab dan bukti‑bukti yang mereka tidak pernah akan peroleh, sementara mereka menolak bukti yang Allah suka berikan. Mereka menolak berjalan di dalam terang Matahari Kebenaran, sebelum sebab‑sebab daripada bersinarnya terang itu dijelaskan kepada mereka. Semua orang yang tetap dalam sikap seperti ini akan gagal datang kepada pengetahuan akan kebenaran itu. Allah tidak pernah akan membuangkan setiap kesempatan untuk jadi bimbang. Ia memberikan bukti yang cukup di atas mana kita dapat mengalaskan iman kita, dan jikalau ini tidak diterima, maka pikiran kita akan dibiarkan berada dalam kegelapan. Jikalau mereka yang dipagut ular‑ular itu telah bersikap bimbang dan ragu‑ragu sebelum mereka mau memandang, maka mereka akan binasa. Adalah tugas kita, pertama‑tama, untuk memandang; dan pandangan iman itu akan memberikan kepada kita hidup.

No comments: