Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jan 12, 2013

Lahan Pertanian Kuno Di Kota Gurun Petra Sejak Abad Pertama

Lahan pertanian teras ditemukan pinggiran kota Petra, sistem pertanian yang sangat luas di abad ketiga dan terus berlangsung hingga batas tertentu selama berabad-abad.

Sebuah tim arkeolog internasional termasuk Christian Cloke dari University of Cincinnati telah memberikan wawasan baru tentang pengelolaan air yang luas dan produksi lahan pertanian yang ada di sekitar kota kuno Petra, Jordan.

Investigasi ini dipimpin oleh Profesor Susan Alcock dari Brown University Petra Archaeological Project (BUPAP). Peneliti menggunakan berbagai alat dan teknik termasuk diantaranya optically stimulated lumine scence (OSL).

Lahan Pertanian Teras Petra Abad Pertama

Cloke seorang mahasiswa doktoral di Department of Classics at UC menyarankan bahwa lahan pertanian teras yang sangat luas dan pembangunan bendungan di wilayah utara kota dimulai sekitar abad pertama, sekitar 2000 tahun yang lalu, bukan dibangun pada Zaman Besi (1200-300 SM) seperti yang telah dihipotesiskan sebelumnya. Menggambarkan perkembangan pemikiran orang-orang dari Nabataea kuno yang makmur sebagai kerajaan beribukota Petra hingga awal abad kedua.
lahan pertanian, pertanian terasering



Lahan pertanian teras menghasilkan gandum, anggur dan mungkin zaitun, lahan hijau yang luas di pinggiran landskap kota Petra. Pertanian ini sangat luas di abad ketiga, berdasarkan penemuan permukaan dan data pembanding yang dikumpulkan oleh peneliti lain. Jelas menggambarkan bahwa jenis lahan pertanian terus berlangsung hingga batas tertentu selama berabad-abad, dan sampai akhir milenium pertama antara tahun 800 dan 1000.

Kota Petra kuno memiliki budidaya tanaman yang luas yang juga merupakan bukti strategi masa lalu adanya pengelolaan lahan pertanian, dan semua lebih menekankan adanya perkembangan lingkungan di daerah kering dan berdebu.

Temuan lahan pertanian teras yang luas di Petra hingga menuju awal era selanjutnya, memiliki implikasi sejarah yang penting karena bertepatan erat dengan aneksasi Romawi pada Kerajaan Nabatea ditahun 106 Masehi.

Tidak diragukan lagi ledakan aktivitas pertanian di abad pertama dan peningkatan kekayaan yang dihasilkan dari anggur dan produksi minyak, telah membuat kota Petra menjadi sebuah hadiah yang sangat menarik bagi Roma. Wilayah sekitar Petra tidak hanya ditanami tanaman kebutuhan pokok, tetapi juga mampu menghasilkan zaitun, minyak zaitun, dan anggur untuk perdagangan. Produksi lahan pertanian yang kuat akan membuat wilayah tersebut menjadi aset berharga untuk memasok pasukan Romawi di perbatasan timur kekaisaran.

Curah hujan di wilayah Petra hanya terjadi antara bulan Oktober dan Maret, hujan deras biasanya singkat sehingga sangat penting bagi penduduk Petra untuk menampung dan menyimpan semua air yang tersedia untuk digunakan selama musim kemarau.

Penelitian ini menjanjikan lebih banyak tenemuan menarik tentang bagaimana penduduk Petra membudidayakan tanaman pada lanskap terpencil dan mendukung kebutuhan pangan penduduk kota Petra. Adanya sistem yang sangat maju, modifikasi lanskap dan pengelolaan air di Petra, telah mengambil signifikansi lebih luas karena mereka menawarkan wawasan pada perubahan geopolitik dan imperialisme Romawi.

Selama berabad-abad, orang-orang Nabataea di kota Petra menjadi ahli melakukan sistem pengairan ini. Petra memiliki aliran sungai yang luas dari bukit pasir alami yang mengarahkan aliran air ke pusat kota. Sistem pipa dan saluran yang kompleks diarahkan ke tangki bawah tanah di mana nantinya akan menyimpan cadangan air.

Lahan pertanian yang membentang luas berada di utara kota Petra, penduduk membangun sistem bendungan yang kompleks dan luas, pada musim dingin air hujan yang ditampung akan digunakan untuk lahan pertanian mereka.

No comments: