Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jan 21, 2013

Daud Sebagai Seorang Pengungsi

Setelah Goliat dibunuh, Saul menahan Daud supaya tinggal bersama dia, dan tidak mengizinkannya kembali ke rumah bapanya. Maka jadilah bahwa "Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri." Yonatan dan Daud mengadakan suatu perjanjian bahwa mereka akan bersatu sebagai saudara, dan anak raja itu "menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya." Daud telah diberi kepercayaan dengan tanggung jawab yang penting, namun demikian ia tetap mempertahankan kesederhanaannya, dan memenangkan belas kasihan orang banyak sebagaimana keluarga raja.

"Daud maju berperang dan selalu berhasil ke mana juga Saul menyuruhnya, sehingga Saul mengangkat dia mengepalai para prajurit." Daud bijaksana dan setia, dan nyata sekali bahwa berkat Allah menyertai dia. Kadang‑kadang Saul menyadari akan ketidak‑layakannya untuk memerintah bangsa Israel, dan ia merasa bahwa kerajaan itu akan lebih selamat jikalau kepadanya digabungkan seorang yang telah menerima perintah dari Tuhan. Saul mengharapkan juga bahwa hubungannya dengan Daud akan menjadi sebagai suatu pelindung kepada dirinya sendiri. Oleh karena Daud dikasihi dan dilindungi oleh Tuhan, maka kehadirannya akan menjadi sebagai suatu pelindung kepada Saul bilamana ia ke luar bersama dengan dia ke medan perang.

Pimpinan Allah yang telah menghubungkan Daud dengan Saul. Jabatan Daud di istana akan memberikan kepadanya suatu pengetahuan akan masalah kerajaan, sebagai suatu persiapan untuk kebesarannya pada masa yang akan datang. Hal itu akan menyanggupkan dia memperoleh kepercayaan dari bangsa itu. Segala ujian dan kesukaran yang menimpa dirinya, melalui sikap permusuhan Saul, akan menuntun dia merasakan ketergantungannya kepada Allah, dan menyerahkan segala sesuatunya kepada‑Nya. Dan sikap persahabatan Yonatan terhadap Daud adalah juga merupakan pimpinan Allah, untuk memelihara hidup calon pemimpin Israel. Di dalam segala perkara ini Allah sedang melaksanakan maksud‑maksud‑Nya yang penuh rahmat itu, baik bagi Daud dan bagi bangsa Israel.

Namun demikian, Saul tidak lama bersahabat dengan Daud. Pada waktu Saul dan Daud sedang kembali dari peperangan dengan orang Filistin, "keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing." Satu kelompok dari antara mereka itu menyanyikan, "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh," sementara kelompok yang lain mengangkat suaranya dan menyahut, "tetapi Daud berlaksa-laksa." Sifat iri hati memasuki hati raja. Ia merasa marah oleh karena Daud lebih ditinggikan daripada dirinya sendiri di dalam nyanyian kaum perempuan Israel itu. Gantinya mengalahkan perasaan iri hati ini, ia telah menunjukkan kelemahan tabiatnya, dan berseru, "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkan beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya."

Satu titik kelemahan yang besar di dalam tabiat Saul ialah ia ingin dipuji. Sifat ini mempunyai suatu pengaruh yang mengendalikan terhadap tindakan dan pikirannya; segala sesuatu ditandai oleh keinginannya untuk dipuji dan oleh sifat meninggikan diri. Ukurannya tentang yang benar dan yang salah ditentukan oleh ukuran yang rendah daripada pujian orang banyak. Tidak seorang pun selamat yang hidup untuk menyenangkan manusia, dan tidak berusaha untuk lebih dahulu mencari persetujuan dari Allah. Yang utama diinginkan Saul ialah pujian manusia, dan tatkala nyanyian puji‑pujian itu dinyanyikan, suatu keyakinan yang teguh memasuki pikirannya bahwa Daud akan menarik hati orang banyak itu dan memerintah sebagai penggantinya.

Saul membuka hatinya kepada roh iri hati yang dengan roh seperti itu jiwanya diracuni. Sekalipun adanya pelajaran yang telah ia terima dari nabi Samuel--yang memberitahukan kepadanya bahwa Allah akan melaksanakan apa saja yang dipilih‑Nya dan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya, raja itu membuktikan dengan jelas bahwa ia tidak mengetahui rencana ataupun kuasa Allah. Raja Israel itu memaksakan kehendaknya melawan kehendak Oknum yang tidak terbatas itu. Saul belum mempelajari, bahwa sementara memerintah kerajaan Israel, ia harus memerintah dirinya sendiri. Ia membiarkan perasaannya mengendalikan pertimbangannya, sampai ia terjerumus ke dalam nafsu yang berkobar‑kobar. Ia mempunyai perasaan marah yang meluap‑luap, apabila ia hendak membunuh seseorang yang berani menentang kehendaknya. Dari keadaan marah seperti ini ia akan memasuki suatu keadaan kecewa dan tertekan, dan penyesalan akan menguasai jiwanya.

Ia suka mendengar Daud memainkan kecapinya, dan roh jahat seolah‑olah diusir untuk sementara waktu; tetapi pada suatu hari pada waktu anak muda ini sedang melayaninya di hadapannya, dan memainkan lagu yang merdu melalui alat musiknya, sambil mengiringi suaranya sementara ia menyanyikan pujian kepada Allah, Saul tiba‑tiba melemparkan tombaknya ke arah pemain musik itu, dengan maksud membunuhnya. Daud dipelihara oleh campur tangan Allah, dan tanpa mendapat luka ia melarikan diri dari kemarahan raja yang sudah menjadi gila itu.

Apabila kebencian Saul terhadap Daud bertambah, ia menjadi lebih giat untuk mencari kesempatan membunuhnya; tetapi tidak ada satu pun dari antara rencananya terhadap orang yang diurapi Tuhan itu berhasil. Saul menyerahkan dirinya kepada pengendalian roh jahat yang memerintah dirinya; sementara Daud berharap kepada Dia yang hebat dalam hikmat dan berkuasa untuk melepaskan. "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan" (Amsal 9:10), dan doa Daud senantiasa ditujukan kepada Tuhan, agar ia dapat berjalan di hadapan Dia dalam satu jalan yang sempurna.

Dengan niat menyingkirkan saingannya dari hadapannya, raja "menjauhkan Daud dari dekatnya dan mengangkat dia menjadi kepala pasukan seribu.... Tetapi seluruh orang Israel dan orang Yehuda mengasihi Daud." Bangsa itu tidaklah bodoh untuk dapat melihat bahwa Daud adalah seorang yang sanggup, dan segala urusan yang diserahkan ke tangannya telah diselesaikan dengan bijaksana dan cekatan. Nasihat‑nasihat anak muda ini sifatnya bijaksana, dan terbukti selamat untuk diikuti; sementara pertimbangan Saul kadang‑kadang tidak bisa dipercayai, dan keputusannya tidak bijaksana.

Sekalipun Saul senantiasa mencari kesempatan untuk membunuh Daud, ia merasa takut kepadanya, oleh karena jelas bahwa Tuhan menyertainya. Tabiat Daud yang tidak bercela membangkitkan murka raja; ia merasa bahwa hidup dan kehadiran Daud mendatangkan suatu teguran kepadanya, oleh karena dengan beda yang amat nyata itu telah menyatakan tabiatnya sendiri sehingga tidak menguntungkannya. Iri hatilah yang telah menjadikan Saul menderita dan menempatkan bawahannya yang rendah hati itu dalam bahaya. Betapa hebatnya bahaya yang telah diakibatkan oleh sifat yang jahat ini di dalam dunia ini! Permusuhan yang serupa terdapat di dalam hati Saul yang telah menggerakkan hati Kain terhadap saudaranya Habel, oleh sebab pekerjaan Habel benar, dan Allah menghormatinya, dan pekerjaannya sendiri jahat, dan Tuhan tidak dapat memberkatinya. Iri hati adalah keturunan kesombongan, dan jikalau itu dimanjakan di dalam hati, itu akan menuntun kepada kebencian, dan akhirnya kepada pembalasan dan pembunuhan. Setan menyatakan tabiatnya sendiri di dalam membangkitkan kemarahan Saul terhadap dia yang tidak pernah berbuat sesuatu yang menyakitinya.

Raja mengamat‑amati Daud dengan saksama, dengan berharap bahwa ia akan mendapati hal‑hal yang tidak bijaksana atau kekasaran di dalam diri Daud yang akan menjadi dalih untuk menghinakan dia. Ia merasa bahwa ia tidak akan pernah puas sebelum ia dapat membunuh anak muda itu, dan tetap dibenarkan di hadapan bangsa itu bagi tindakannya yang jahat itu. Ia memasang jerat bagi kaki Daud, mendesak dia untuk memimpin peperangan dengan bangsa Filistin dengan disertai keberanian yang lebih besar lagi, dan menjanjikan, sebagai upah keberaniannya itu, menikahkannya dengan anak perempuannya yang sulung. Atas gagasan ini jawab Daud yang rendah hati ialah, "Siapakah aku dan siapakah sanak saudaraku, kaum ayahku, di antara orang Israel, sehingga aku menjadi menantu raja?" Raja itu menyatakan ketidak‑tulusan hatinya dengan menikahkan putrinya kepada orang lain.

Suatu ikatan kasih terhadap Daud dari pihak Mikhal, anak perempuan Saul yang bungsu, memberikan kepada raja suatu kesempatan lain untuk membinasakan saingannya itu. Mikhal akan dinikahkan dengan anak muda itu dengan syarat bahwa bukti harus diberikan yang musuh bangsa itu sudah dikalahkan dan sekian banyak orang harus dibunuh. "Sebab pikir Saul: 'Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud, dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!" akan tetapi Allah melindungi hamba‑Nya itu. Daud kembali dari peperangan sebagai pemenang, untuk menjadi menantu raja. "Mikhal, anak perempuan Saul, jatuh cinta kepada Daud," dan raja, dengan rasa marah, melihat bahwa niat jahatnya itu telah mengakibatkan ditinggikannya orang yang sedang diusahakannya untuk membunuhnya. Ia merasa lebih pasti lagi bahwa orang ini adalah dia yang Tuhan telah katakan lebih baik daripadanya, dan yang akan memerintah di atas takhta Israel sebagai penggantinya. Dengan membuangkan segala kedoknya, ia telah mengeluarkan satu perintah kepada Yonatan dan kepada pegawai‑pegawai istana untuk membunuh orang yang dibencinya itu.

Yonatan memberitahukan kepada Daud tentang maksud raja itu dan menyuruh dia untuk menyembunyikan dirinya sementara ia akan meminta kepada bapanya agar membiarkan dia yang telah membebaskan Israel itu hidup. Ia memaparkan kepada raja apa yang telah dilakukan Daud untuk mempertahankan kehormatan dan bahkan kehidupan bangsa itu, dan betapa hebatnya kesalahan akan tertanggung ke atas dia yang membunuh seorang yang telah digunakan Allah untuk menghancurkan musuh mereka. Hati nurani raja itu terjamah, dan hatinya dilunakkan. "Demi Tuhan yang hidup, ia tidak akan dibunuh!" Daud dibawa kepada Saul, dan ia melayani di hadapannya, sebagaimana yang telah dilakukannya sebelumnya.

Sekali lagi perang telah diumumkan antara bangsa Israel dengan bangsa Filistin, dan Daud memimpin tentara itu melawan musuh mereka. Satu kemenangan besar telah diperoleh bangsa Ibrani, dan orang banyak di seluruh kerajaan itu telah memuji hikmat dan kepahlawanannya itu. Dan hal ini telah membangkitkan kemarahan Saul yang dulu itu terhadap dia. Sementara anak muda itu sedang memainkan musiknya, sehingga memenuhi istana itu dengan lagu yang merdu, nafsu Saul telah memenuhi dirinya, dan ia telah melemparkan sebuah tombak kepada Daud, sambil berharap bahwa ia akan dipakukan ke dinding; tetapi malaikat Tuhan telah mengalihkan senjata maut itu. Daud telah melarikan diri ke rumahnya sendiri. Saul mengirimkan mata‑mata agar mereka menangkapnya bilamana ia ke luar pada waktu pagi, dan membunuhnya.

Mikhal memberitahukan kepada Daud tentang niat bapanya itu. Ia menasihatkan agar ia lari menyelamatkan dirinya, dan membiarkan dia turun melalui jendela, dengan demikian menyanggupkan dia melarikan diri. Ia lari kepada Samuel di Rama, dan nabi itu, dengan tidak merasa takut akan murka raja, telah menyambut pengungsi itu. Rumah Samuel adalah satu tempat yang tenang sekali, berbeda halnya dengan istana raja itu. Di tempat inilah, di antara bukit‑bukit, hamba Allah yang dihormati itu bekerja. Sekelompok penilik ada bersama dengan dia, dan mereka mempelajari dengan saksama akan kehendak Allah, dan dengan hormat sekali mereka memperhatikan kata‑kata petunjuk yang keluar dari bibir Samuel. Amat indahlah pelajaran yang diperoleh Daud dari guru Israel itu. Daud percaya bahwa tentara Saul tidak akan diperintahkan untuk menyerang tempat yang suci ini, tetapi kelihatannya tidak ada satu tempat yang suci kepada pikiran yang sudah gelap daripada raja yang sedang marah itu. Hubungan Daud dengan Samuel telah membangkitkan cemburu dalam hati raja itu, karena jangan‑jangan dia yang dihormati sebagai seorang nabi Allah di segenap negeri Israel akan memberikan pengaruhnya bagi kemajuan dari saingan Saul itu. Apabila raja sudah mengetahui tempat Daud berada, ia mengirimkan pegawai‑pegawainya untuk membawa dia kembali ke Gibea, di tempat ia bermaksud melaksanakan rencana pembunuhannya itu.

Para pesuruh itu mengadakan perjalanannya, dengan maksud mengakhiri hidup Daud; akan tetapi Seorang yang lebih besar daripada Saul mengendalikan mereka. Mereka telah dihalangi oleh malaikat‑malaikat yang tidak kelihatan, sebagaimana Bileam pada waktu ia berada dalam perjalanannya untuk mengutuki bangsa Israel. Mereka mulai mengucapkan kata‑kata nubuatan tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, dan menyatakan kemuliaan dan keagungan Tuhan. Dengan demikian Allah telah mengubahkan kemarahan manusia dan menyatakan kuasa‑Nya untuk menghalangi kejahatan, sementara Ia mengelilingi hamba‑Nya dengan sekelompok malaikat‑malaikat penjaga.

Kabar telah sampai kepada Saul sementara ia sedang menunggu‑nunggu untuk dapat memperoleh kembali Daud ke dalam kekuasaannya; tetapi gantinya merasakan teguran Allah, ia menjadi semakin ganas, dan mengirimkan pesuruh‑pesuruh lainnya. Mereka ini juga dikuasai oleh Roh Allah, dan bergabung bersama dengan yang pertama itu dalam bernubuat. Pesuruh yang ketiga diutus oleh raja; tetapi bilamana mereka berada di tengah‑tengah para nabi itu, pengaruh Ilahi datang ke atas diri mereka juga, dan mereka pun bernubuat. Kemudian Saul memutuskan bahwa dia sendiri akan pergi, oleh karena sikap permusuhannya yang kejam itu sudah tidak dapat dikekang lagi. Ia telah bertekad tidak akan menunggu lebih lama lagi untuk membunuh Daud; segera setelah ia berada pada jangkauannya, ia bermaksud untuk membunuh dengan tangannya sendiri, apapun yang akan menjadi akibatnya.

Tetapi malaikat Allah menemui dia di tengah jalan dan mengendalikannya. Roh Allah memegang dia dalam kuasa‑Nya, dan ia pun maju terus sambil melayangkan doa kepada Allah, terjalin dengan nubuatan‑nubuatan dan nyanyian‑nyanyian suci itu. Ia bernubuat tentang kedatangan Mesias sebagai Penebus dunia. Waktu ia tiba di rumah nabi di Rama, ia telah menanggalkan jubah luarnya yang menandakan pangkatnya itu, dan sepanjang hari dan sepanjang malam ia duduk di hadapan Samuel dan murid‑muridnya, di bawah pengaruh Roh Ilahi. Orang banyak itu berkerumun untuk menyaksikan peristiwa yang aneh ini, dan pengalaman raja ini telah disebar‑luaskan ke mana‑mana. Dengan demikian, sekali lagi menjelang akhir dari pemerintahannya, maka telah menjadi buah bibir orang di negeri Israel bahwa Saul juga ada di antara para nabi.

Sekali lagi niat penganiaya itu telah dikalahkan. Ia memberikan jaminan kepada Daud bahwa ia telah berdamai dengan dia, tetapi Daud tidak terlalu mempercayai pertobatan raja itu. Ia mengambil kesempatan ini untuk melarikan diri, karena jangan‑jangan sikap raja itu akan berubah lagi seperti sebelumnya. Hatinya luka di dalam dirinya, dan ia rindu untuk bertemu kembali dengan sahabatnya Yonatan sekali lagi. Sadar bahwa dirinya tidak bersalah, ia telah berusaha untuk mencari anak raja itu, dan mengemukakan suatu pertanyaan yang amat menggugah hati. "Apakah yang telah kuperbuat? Apakah kesalahanku dan apakah dosaku terhadap ayahmu, sehingga ia ingin mencabut nyawaku?" kata Daud. Yonatan percaya bahwa bapanya telah mengubah niatnya dan tidak lagi bermaksud membunuh Daud. Dan Yonatan berkata kepadanya, "Jauhlah yang demikian itu! engkau tidak akan mati dibunuh. Ingatlah, ayahku tidak berbuat sesuatu, baik perkara besar maupun perkara kecil, dengan tidak menyatakannya kepadaku. Mengapa ayahku harus menyembunyikan perkara ini kepadaku? Tidak mungkin!" Setelah dinyatakannya kuasa Allah yang amat mencolok itu, Yonatan tidak dapat mempercayai bahwa bapanya masih akan membunuh Daud, oleh karena hal ini akan merupakan pemberontakan yang nyata kepada Allah. Tetapi Daud tidak merasa yakin. Dengan kesungguh‑sungguhan yang dalam Daud menyatakan kepada Yonatan, "Namun, demi Tuhan yang hidup dan demi hidupmu, hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut."

Pada waktu bulan purnama satu upacara yang suci diadakan di antara orang Israel. Upacara ini diadakan pada hari setelah pembicaraan antara Daud dengan Yonatan. Di dalam pesta ini diharapkan bahwa kedua anak muda itu akan hadir pada perjamuan raja; tetapi Daud merasa takut untuk datang, dan telah diatur bahwa Daud akan mengunjungi saudara‑saudaranya di Betlehem. Pada waktu kembali ia harus menyembunyikan dirinya di satu padang yang tidak jauh dari ruang pesta itu, selama tiga hari menjauhkan diri dari hadapan raja; dan Yonatan akan melihat apa pengaruhnya terhadap diri Saul. Jikalau pertanyaan diajukan tentang di mana Daud berada, Yonatan harus mengatakan bahwa ia sudah pergi pulang untuk menghadiri korban yang dipersembahkan oleh keluarga bapanya. Jikalau tidak ada pernyataan marahnya, tentu ia akan berkata, "Baiklah!" maka berarti selamatlah bagi Daud untuk kembali ke istana. Tetapi jikalau ia marah atas ketidak‑hadirannya itu, maka ini berarti bahwa ia harus melarikan diri.

Pada hari yang pertama dari pesta itu raja tidak bertanya apa‑apa tentang ketidak‑hadiran Daud; akan tetapi ketika tempatnya itu kosong pada hari yang kedua, ia bertanya, "'Mengapa anak Isai tidak datang makan, baik kemarin maupun hari ini?' Jawab Yonatan kepada Saul: 'Daud telah meminta dengan sangat kepadaku untuk pergi ke Betlehem, katanya: Biarkanlah aku pergi, sebab ada upacara pengorbanan bagi kaum kami di kota, dan saudara-saudaraku sendirilah yang memanggil aku. Oleh sebab itu, jika engkau mengasihi aku, berilah izin kepadaku untuk menengok saudara-saudaraku. Itulah sebabnya ia tidak datang ke perjamuan raja." Pada waktu Saul mendengar kata‑kata ini, kemarahannya tidak terkendalikan lagi. Ia menyatakan bahwa selama Daud hidup, Yonatan tidak akan bisa naik takhta kerajaan Israel, dan ia memerintahkan agar Daud dipanggil dengan segera, agar ia dibunuh. Sekali lagi Yonatan mengadakan pembelaan bagi sahabatnya itu, sambil memohon, "Mengapa ia harus dibunuh? Apa yang dilakukannya?" Permintaan ini hanya menjadikan raja itu lebih menyerupai Setan dalam kemarahannya, dan tombak yang disediakannya untuk membunuh Daud sekarang dilemparkan ke arah anaknya sendiri.

Putra mahkota ini merasa sedih dan marah, dan sambil meninggalkan istana itu, ia tidak lagi menjadi seorang tamu dalam pesta itu. Jiwanya tertekan oleh perasaan sedih sementara ia pergi pada waktu yang telah ditetapkan ke tempat di mana Daud akan diberitahu tentang maksud raja terhadap dirinya. Mereka saling berpelukan, dan mereka menangis dengan sedihnya. Kegelapan nafsu raja itu telah melemparkan bayangannya ke atas diri orang‑orang muda ini, dan kesedihan mereka itu tidak dapat dilukiskan. Kata‑kata Yonatan yang terakhir didengar oleh Daud apabila mereka berpisah untuk mengikuti jalan masing‑masing, "Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama Tuhan, demikian: Tuhan akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya."

Anak raja itu kembali ke Gibea, dan Daud dengan segera pergi ke Nob, satu kota hanya beberapa mil jauhnya, dan juga termasuk kepada suku Benyamin. Baitsuci telah dipindahkan ke tempat ini dari Silo, dan di tempat ini Akhimelekh imam besar melayani. Daud tidak tahu harus pergi ke mana untuk mencari perlindungan, kecuali kepada hamba Allah. Imam itu memandang kepadanya dengan keheran‑heranan, apabila ia datang dengan tergesa‑gesa dan kelihatan seorang diri, dengan wajah yang ditandai kecemasan dan kesedihan. Ia bertanya apa yang telah menyebabkan ia datang ke tempat itu. Anak muda ini senantiasa merasa takut diketahui, dan di dalam kesusahannya itu ia pun telah menggunakan tipu daya. Daud menceritakan kepada imam itu bahwa ia telah diutus oleh raja dengan suatu tugas rahasia, suatu tugas yang membutuhkan penyelidikan yang saksama. Dalam hal ini ia menunjukkan adanya kekurangan iman dalam Allah, dan dosanya itu telah menyebabkan kematian imam besar itu. Jikalau kenyataannya telah dikatakan dengan sebenarnya, Akhimelekh akan mengetahui jalan apa yang harus ditempuh untuk menyelamatkan hidupnya. Allah menuntut agar kejujuran harus menandai umat‑Nya, sekalipun dalam bahaya yang amat besar. Daud meminta lima ketul roti kepada imam itu. Di tempat itu tidak ada yang lain kecuali roti yang sudah disucikan untuk Tuhan yang dimiliki oleh imam itu, tetapi Daud berhasil untuk meniadakan bisikan hati nuraninya, dan mengambil roti itu untuk memuaskan rasa laparnya.

Sekarang satu bahaya yang baru telah muncul. Doeg, penghulu gembala Saul, yang telah mengaku mempunyai iman orang Ibrani, sekarang sedang menggenapkan janjinya di tempat kebaktian. Pada waktu melihat orang ini Daud memutuskan untuk cepat‑cepat mencari tempat perlindungan yang lain, dan mencari senjata untuk membela dirinya jikalau pembelaan diri diperlukan. Ia meminta kepada Akhimelekh sebilah pedang, dan kepadanya diberitahukan bahwa tidak ada pedang kecuali pedang Goliat, yang telah disimpan sebagai satu barang kenang‑kenangan di dalam baitsuci. Daud menjawab, "Tidak ada yang seperti itu; berikanlah itu kepadaku." Semangatnya bangkit kembali apabila ia memegang pedang yang telah digunakan pada satu kali untuk membinasakan pahlawan Filistin itu.

Daud melarikan diri kepada Akhis, raja orang Gad; karena ia merasa lebih aman di tengah‑tengah musuh bangsanya daripada tinggal di daerah kekuasaan Saul. Tetapi telah dilaporkan kepada Akhis bahwa Daud adalah orang yang telah membunuh pahlawan Filistin itu bertahun‑tahun sebelumnya; dan sekarang ia yang sedang mencari perlindungan dari musuh Israel mendapati dirinya berada dalam bahaya besar. Tetapi, dengan berpura‑pura menjadi gila, ia telah berhasil memperdayakan musuhnya dan dengan demikian memperoleh pelarian.

Kesalahan Daud yang pertama ialah kekurang percayaannya kepada Tuhan pada waktu ia berada di Nob, dan kesalahan yang kedua adalah penipuannya terhadap Akhis. Daud telah menunjukkan tabiatnya yang agung, dan nilai moralnya telah menjadikan dia disukai oleh bangsa itu; tetapi apabila ujian datang kepadanya, imannya telah goyah, dan kelemahan manusia muncul. Ia melihat di dalam diri setiap orang lain seorang mata‑mata dan seorang pengkhianat. Di dalam satu keadaan darurat Daud telah menengadah kepada Tuhan dengan mata iman yang tetap, dan telah melenyapkan raksasa Filistin itu. Ia percaya kepada Allah, ia pergi atas nama‑Nya. Tetapi apabila ia dikejar‑kejar dan dianiaya, kecemasan dan kesusahan hampir‑hampir telah menyembunyikan Bapanya yang di surga itu dari pandangannya.

Namun demikian pengalaman ini berguna untuk mengajar Daud tentang hikmat; karena hal itu telah membuat dia sadar akan kelemahannya dan perlunya untuk senantiasa bergantung kepada Allah. Oh, betapa indahnya pengaruh yang manis dari Roh Allah apabila itu datang kepada jiwa yang susah dan kecewa, menguatkan yang kecewa, menguatkan yang lemah, dan memberikan semangat dan pertolongan kepada hamba Allah yang sedang diuji! Oh, betapa satu Allah yang kita miliki, yang memperlakukan orang yang bersalah dengan lemah lembutnya, dan yang menunjukkan kesabaran dan kasih‑Nya di dalam masa kesukaran, dan bilamana kita diliputi oleh kesedihan yang dalam!

Setiap kegagalan di pihak anak‑anak Allah adalah disebabkan kurangnya iman mereka. Bilamana bayangan menutupi jiwa, bilamana kita kekurangan terang dan bimbingan, kita harus menengadah ke atas; di sana ada terang di balik kegelapan. Daud seharusnya jangan kehilangan percaya kepada Allah sesaat pun. Ia mempunyai alasan untuk berharap kepada‑Nya: dia adalah seorang yang sudah diurapi oleh Tuhan, dan di tengah‑tengah marabahaya ia telah dilindungi oleh malaikat‑malaikat Allah; ia telah diperlengkapi dengan semangat untuk berbuat perkara‑perkara yang ajaib; dan jikalau ia telah mengalihkan pikirannya dari keadaan yang menyusahkan itu, di tempat ia telah ditempatkan, dan telah memikirkan tentang kuasa dan keagungan Allah, ia akan memperoleh damai sekali pun berada di tengah‑tengah bayangan kematian; dengan penuh keyakinan ia dapat mengulangi kembali janji Tuhan, "Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang." Yesaya 54:10.

Di antara bukit‑bukit di Yehuda, Daud telah mencari perlindungan dari kejaran Saul. Ia telah berhasil melarikan diri ke gua Adulam, satu tempat yang, dengan bala tentara yang sedikit saja, akan dapat menahan bala tentara yang besar. "Ketika saudara-saudaranya dan seluruh keluarganya mendengar hal itu, pergilah mereka ke sana mendapatkan dia." Keluarga Daud tidak merasa aman, menyadari bahwa pada setiap saat kecurigaan Saul yang tidak beralasan itu bisa dikenakan kepada mereka oleh sebab hubungan mereka dengan Daud. Sekarang mereka telah mengetahui--apa yang kemudian diketahui oleh orang banyak di Israel--bahwa Allah telah memilih Daud sebagai pemimpin masa depan bagi umat‑Nya; dan mereka percaya bahwa mereka akan lebih tenteram dengan dia, sekalipun dia adalah seorang pengungsi di dalam sebuah gua yang terpencil, daripada keadaan mereka sekarang ini yang terbuka kepada kekejaman seorang raja pencemburu itu.

Di gua Adulam keluarganya itu bersatu dalam simpati dan kasih. Anak Isai itu dapat menyanyikan lagu dengan suara dan kecapinya sementara ia menyanyikan, "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!" Mazmur 133:1. Ia telah merasakan getirnya sikap curiga saudara‑saudaranya sendiri; dan keserasian yang menggantikan perpecahan itu telah mendatangkan kesukaan ke dalam hati orang yang terbuang itu. Di tempat inilah Daud telah menggubah Mazmur yang kelima puluh tujuh.

Tidak lama sesudah itu orang‑orang lain yang ingin melarikan diri dari kekejaman raja telah menggabungkan diri dengan kelompok Daud ini. Banyak yang telah kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah Israel itu, oleh karena mereka dapat melihat bahwa ia tidak lagi dituntun oleh Roh Tuhan. "Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka. Bersama-sama dengan dia ada kira-kira empat ratus orang." Di tempat ini Daud telah mempunyai kerajaan kecil miliknya sendiri, di dalam tata tertib dan disiplin dijalankan. Tetapi sekalipun ia berada di dalam pengasingannya di atas gunung‑gunung itu, ia jauh dari perasaan aman, karena ia memperoleh bukti yang terus‑menerus bahwa raja itu belum membuangkan niatnya untuk membunuh dia.

Ia telah memperoleh perlindungan untuk orang tuanya di bawah raja Moabi, dan kemudian, dengan adanya amaran akan bahaya dari nabi Tuhan, ia telah melarikan diri dari tempat persembunyiannya itu ke hutan Horet. Pengalaman yang telah dilalui Daud bukanlah tidak perlu atau tidak mendatangkan hasil. Allah sedang memberikan kepadanya suatu disiplin untuk melayakkan dia menjadi seorang jenderal yang bijaksana sebagaimana seorang raja yang adil dan penuh rahmat. Dengan kelompok pengungsi‑pengungsi itu ia sedang mengadakan persiapan untuk merebut pekerjaan untuk mana Saul, oleh sebab nafsunya untuk membunuh dan kebodohannya yang buta itu, tidak lagi layak untuk mengerjakannya. Manusia tidak dapat berpaling dari jalan Allah dan tetap mempertahankan hikmat dan ketenangan yang akan menyanggupkan mereka untuk bertindak dengan adil dan bijaksana. Tidak ada kekejaman yang begitu mengerikan, begitu tidak berpengharapan, seperti yang mengikuti kebijaksanaan manusia, yang tidak dikendalikan oleh kebijaksanaan Allah.

Saul telah bersiap‑siap untuk menjerat dan menangkap Daud di gua Adulam. Dan pada waktu didapati bahwa Daud telah meninggalkan tempat perlindungan ini, raja menjadi amat marah sekali. Larinya Daud itu merupakan satu rahasia bagi Saul. Ia hanya dapat menerangkan hal ini dengan keyakinan bahwa ada pengkkianat‑pengkhianat di dalam kemahnya, yang telah memberikan keterangan kepada anak Isai itu tentang rencana dan maksudnya itu.

Ia menegaskan kepada para penasihatnya bahwa ada satu mupakat yang telah dibentuk untuk melawan dia, dan dengan menawarkan hadiah‑hadiah yang mahal dan kedudukan yang terhormat ia menyuap mereka yang mau menunjukkan siapakah di antara pengikutnya itu yang telah bersahabat dengan Daud. Doeg orang Edom itu telah menjadi orang yang mau memberitahukannya. Didorong oleh keinginan besar dan kedengkian, dan oleh kebencian terhadap imam, yang telah menegur dosanya itu, Doeg melaporkan tentang kunjungan Daud kepada Akhimelekh, sambil memaparkan hal itu sedemikian rupa sehingga telah menimbulkan kemarahan Saul terhadap hamba Tuhan itu. Kata‑kata dari lidah yang jahat itu, telah menyalakan api neraka, telah membangkitkan nafsu yang paling jahat di dalam hati Saul.

Dikuasai oleh kemarahan, ia memerintahkan agar seluruh keluarga imam itu harus dibinasakan. Dan perintah yang mengerikan itu telah dilaksanakan. Bukan hanya Akhimelekh, tetapi juga seluruh anggota keluarga bapanya "delapan puluh lima orang, yang memakai baju efod dari kain lenan" telah dibunuh atas perintah raja, oleh tangan Doeg yang kejam itu.

"Juga penduduk Nob, kota imam itu, dibunuh raja dengan mata pedang; laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak yang menyusu, pula lembu, keledai dan domba dibunuhnya dengan mata pedang." Inilah apa yang dapat dilakukan Saul di bawah pengendalian Setan. Pada waktu Allah mengatakan bahwa kejahatan bangsa Amalek sudah penuh, dan telah memerintahkan dia untuk membinasakan mereka sama‑sekali, ia berpikir bahwa dirinya terlalu berbelas kasihan untuk dapat melaksanakan hukuman Ilahi itu, dan ia telah membiarkan hidup apa yang telah diperintahkan untuk dibinasakan; tetapi sekarang, tanpa perintah Allah, di bawah pimpinan Setan, ia dapat membantai para imam Tuhan dan membawa kebinasaan kepada penduduk Nob. Demikianlah kejahatan hati manusia yang menolak pimpinan Allah.

Tindakan ini telah memenuhi segenap Israel dengan kegentaran. Raja yang telah mereka pilih yang telah melakukan kekejaman itu, dan ia hanya lakukan sesuai dengan cara raja bangsa‑bangsa lainnya yang tidak takut akan Allah. Peti perjanjian ada di antara mereka, tetapi imam‑imam tempat mereka bertanya telah dibunuh dengan pedang. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?

 

No comments: