Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jan 21, 2013

Para Pakar Bersaksi

Kita baru saja mengulangi bukti-bukti sejarah mengenai pemelihara Sabat sepanjang zaman. Pada bab tiga, kita telah menyebutkan secara singkat posisi gereja Katolik, tentang perubahan hari Sabat. Pada bab ini, kita akan ulangi komentar yang dibuat oleh beberapa penulis Protestan dan Katolik. Penulis sejarah maupun ahli Teologi yang mengakui bahwa hari Sabat bukan diubah oleh Kristus atau murid-murid-Nya tapi diubah oleh gereja pada abad-abad permulaan.

Kita mulai dengan Augustus Neander, mungkin yang terbesar dari seluruh ahli sejarah gereja, yang mengatakan  dalam bukunya, General History of The Christian Religion and Church jilid I, hlm. 187: "Perayaan hari Minggu seperti perayaan-perayaan yang lain, hanyalah peraturan manusia, dan hal itu jauh dari maksud para rasul, dari sejak gereja Rasul-rasul yang pertama untuk memindahkan hukum hari Sabat kepada hari Minggu".

Ensiklopedia agama oleh Schaff-Herzog selanjutnya meneguhkan pendirian Neander. "Hari Minggu (hari matahari-dis Solis dari Kalender Romawi, karena hari itu dibaktikan kepada matahari), hari pertama dari minggu, diterima oleh orang-orang Kristen sebagai hari pemujaan 'matahari' pujian latin yang mereka artikan sebagai 'matahari kebenaran'…..

Tidak ada peraturan dibuat untuk menghormatinya di dalam Alkitab Perjanjian Baru, atau dengan sesungguhnya tidak pernah ada perintah untuk memeliharanya" (jld. 6 Art. Sunday, hlm. 2259, edisi ke 3)

Seorang penulis tentang kehidupan Constantine dalam keterangn pada masa gereja pertama, menulis sebagai berikut: "Penyimpangan dengan persetujuan bersama supaya bisa memenangkan orang kafir ditekankan pertama oleh pemerintah dalam hukum hari Minggu pada tahun 321, disahkan oleh Kaisar Roma, Constatntine. Hukum itu adalah salah satu dari tindakan resminya yang diterima oleh Kekristenan secara rupa saja, ketika dia menjadikan dirinya sebagai pengarah keagamaan dari Pastor-pastor Gereja Katolik dan "menjadikan imam-imam Allah jadi penasihatnya." (Eusebius, Life of Constantine, buku 1, bab 32, dalam Nicene and Postnicene Fathers. Seri ke 2 jilid I, hlm. 491).

Perhatikan juga cap kekafiran pada baris pertama hukum hari Minggu yang pertama oleh Constantine: "Pada hari pemujaan kepada matahari (yaitu hari Minggu, biarlah para hakim dan semua orang yang bertempat tinggal di kota berisitirahat, dan biarlah semua took ditutup." Hal ini sangat berbeda dengan hukum hari Sabat Tuhan kita, yang tidak mengatakan sesuatu tentang "pemuliaan" matahari, tapi harus member pemujaan kepada Pencipta matahari itu.

Gereja Roma Katolik menyatakan bahwa Konsili Laodikia sebagai suara resmi yang memindahkan kesucian hari Sabat kepada hari Minggu." Perhatikan kata-kata dari salah satu katekismus:

"Pertanyaan : Hari apakah hari Sabat?
"Jawab : Hari Sabtu (ketujuh) adalah hari Sabat
"Pertanyaan : Mengapa kita memelihara hari Minggu gantinya hari Sabtu?
"Jawab : Kita memelihara hari Minggu gantinya hari Sabtu karena Gereja Katolik, pada Konsili di Laodikia (336 M.) memindahkan kesucian hari Sabtu kepada hari Minggu." Rev. Peter Geiermann, C. SS. R, The Convert's Catechism of Catholic Doctrine, hlm. 50, edisi ke 2, 1910)

Constantine mengeluarkan paling sedikit enam surat hari Minggu. Sejak masa pemerintahannya hingga seterusnya para kaisar bersama para Paus menambahkan undang-undang yang makin mengukuhkan pemeliharaan hari Minggu. Tetapi walaupun hari Minggu sudah menjadi undang-undang, kebenaran hari Sabat masih tetap terpelihara. Selama zaman pertengahan oleh pria dan wanita yang tetap setia kepada Allah, mereka yang tidak mau membiarkan suara hatinya diombang-ambingkan. Reformasi, yang menekankan Alkitab, dan hanya Alkitab saja membangkitkan semangat rohani beberapa pemelihara Sabat.

Andrew Fisher, yang tadinya imam Katolik, memikirkan matang-matang dari hal keputusannya untuk berbakti pada hari Sabat. Dia membuktikan bahwa hukum hari Sbat bukanlah bagian dari hukum upacara karena hukum itu sudah ditetapkan pada saat penciptaan, yaitu sebelum system hukum-hukum upacara korban berlaku. Mengutip Matuis 5 : 17-18, dia menunjukkan bahwa Yesus menolak mengeluarkan satu titik pun dari hukum itu. Merujuk ke Yakobus 2 : 10-12, dia membuktikan bahwa Rasul-rasul tidak mengubah hari Sabat. Dengan berani dia menunjuk kepada gereja Katolik sebagai sumber kemurtadan. Perbaktian hari Minggu menurut dia adalah penggenapan langsung dari kuasa kepausan "Mengubah waktu dan hukum : seperti dinubuatkan dalam Daniel 7:25. Fisher juga kehilangan hidupnya oleh sebab pendiriannya itu. Pada tahun 1529, tuan dan nyonya Andrew Fisher dijatuhi hukuman mati.

Sebagaimana sudah kita pelajari sebelumnya, para Reformis Protestan juga menguraikan tentang perubahan hari Sabat.

Selama abad ke 16, sahabat Luther, bernama Andreas Carlstadt, menerima kebenaran hari Sabat pada tahun 1524. Dua tahun sesudah perpisahannya dengan Luther, dia menulis sebuah risalah penting berjudul, "Dari hal Sabat dan hari-hari suci yang diperintahkan." Menarik sekali karena Luther membalas dengan cara berikut kepada Risalah Carlstadt mengenai hari Sabat itu. "Kalau Carlstadt, harus menulis banyak lagi tentang hari Sabat, hari Minggu pun harus ditinggalkan dan hari Sabat yaitu hari Ketujuh harus dirayakan." (Dikutip dariSabbath in Scripture and History, Review and Herald Publishing Association, 1982 hlm. 217).

Dalam pengakuannya yang termasyhur di Augsburg, Luther menuliskan pernyataan yang kuat menjelaskan pengertiannya dari hal persoalan yang penting: "Diduga keraas Katoliklah yang mengubah hari Sabat kepada hari Minggu, hari TUhan, nyatanya bertentangn dengan Sepuluh Hukum. Tidak ada lagi contoh kecongkakakn yang lebih besar daripada mengubah hukum hari Sabat. Kata mereka, kuasa dan wibawa gereja itu besar, sehingga dia mengeluarkan satu dari Sepuluh Hukum itu" (Luther, Your Augsburg Confession, dikutip dari buku The Creeds off Christendom, Philip Schaff, jld. 3 hlm. 64). Selama pengadilan Luther, Uskup Agung, Reggio menyuruh Dr. Eck yang terkenal itu untuk menentang Luther. Persoalan berpusat sekitar kekuasaan dan wibawa gereja. Pertanyaan utama adalah "Apakah suara Allah berbicara melalui gereja? Di manakah kekuasaan tertinggi? Apakah pengadilan tertinggi yang terakhir?Jika ada pertentangan yang jelas antara Alkitab dan Gereja kepada siapa Anda lebih percaya?

Perdebatan itu berlangsung berhari-hari. Akhirnya Dr. Eck mengambil kesimpulan terakhir. Oleh sebab gereja Katolik mengubah Sabat dari hari Sabtu kepada hari Minggu, kakuasaan gereja lebih tinggi dari Alktiab. Dengan menerima hari Minggu, gereja Protestan menerima kuasa gereja Katolik. Penjelasan dan ulasan Dr. Eck mengubah haluan dan para reformis kembali memihak kepada gereja Katolik.

Tetapi pertanyaan yang cocok dan relevan untuk kita adalah: "Apakah gereja Katolik memiliki kekuasaan untuk mengubah hukum Allah? Apakah Gereja lebih tinggi dari Alkitab: Siapakah penguasa terakhir? Sementara Anda membaca dengan seksama pendapat atau pernyataan beberapa pendeta dari berbagai gereja yang berikut ini, Anda harus memutuskan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas untuk kepentingan saudara sendiri.

Kesaksian Penganut Katolik


Pastor gereja Katolik dengan jelas mengakui perubahan-perubahan hari Sabat kepada hari Minggu. Sebenarnya pimpinan-pimpinan gereja Katolik dengan terbuka menjawab bahwa perubahan itu adalah satu tanda kekuasaan atau wibawa gereja. Perhatikan ucapan berikut: "Pemeliharaan hari Minggu oleh gereja Protestan adalah penghormatan yang mereka berikan, mengabaikan diri mereka sendiri, lalu memberikannya kepada gereja Katolik." (Plain Talk About Protestant oleh Father Segur, hlm. 213)

Perhatikan ketiga komentar ini: "Jika anda mencari dalam Alkitab untuk pemeliharaan hari Minggu, Anda tak akan mendapatkannya…. Adalah baik untuk mengingatkan anggota-anggota Presbyterian, Metodis, Baptis, dan semua geeja Kristen lain di luar batas gereja induk (Katolik) bahwa Alkitab tidak mendukung mereka di mana pun dalalm pemeliharaan hari Minggu. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuhlah satu-satunya yang dengan benar menggunakan istilah "Sabat". Karena mereka benar-benar menyuciakan hari ketujuh. Dan bukan hari pertama, sebagai hari perhentian' (Clifton Tract, jld. 4, hlm.15).

Golongan Protestan, yang membuang atau mengabaikan kuasa gereja Katolik, tidak punya alasan kuat untuk memelihara hari Minggu, dan seharusnya bahkan logisnya mereka harus memelihara hari Sabat bersama-sama dengan orang Yahudi (American Catholic Quarterly Review, Jan 1883).

"Sekarang setiap anak kecil di sekolah tahu bahwa Sabat adalah hari Sabtu, hari ketujuh dalam urutan minggu, akan tetapi dengan mengecualikan Masehi Advent hari Ketujuh , semua Protestan memelihara hari Minggu gantinya hari sabat, karena gereja Katolik mengubahnya pada abad-abad pertama Kekristenan." (Father Bertsma, di Winnipeg Manitoba Free Press, 21 April 1884)

Kepausan dengan jelas mengakui mengubah hari Sabat dari hari Sabtu hari Ketujuh, kepada hari Minggu, hari pertama dari minggu, dan menyatakan perubahan ini membuktikan kekuasaan gereja tersebut. Seorang penulis member komentar : " Gereja Katolik yang sudah berdiri seribu tahun lebih dulu dari gereja Protestan, dengan kebijaksanaan misi Ketuhanannya mengubah hari Sabtu ke hari Minggu (Catholic Mirror, Sept 1893)

Penulis Katolik lain berkomentar dari hal sikap Protestan atas perubahan hari Sabat. "Anda adalah seorang Protestan, dan mengaku akan mengikuti hanya ALkitab, tetatpi anda melawan hurf-huruf ayat-ayat Alkitab yang isinya jelas, lalu menaruh hari yang lain di tempat hari Sabat. Perintah untuk menyucikan hari Ketujuh adalah satu dari Sepuluh Perintah; siapa yang member anda kuasa untuk mencongkel yang ke empat? (Library of Christian Doctrine,hlm. 3).

Protestan tidak mempunyai satu ayat Alkitab pun untuk memastikan hari perhentian mereka. Mereka meniadakan pemeliharaan hari Sabat Alkitab tanpa jaminan dan menjadikan hari MInggu mengganti tempatnya tanpa ada dukungan, akibatnya mereka memelihara hari Minggu hanya karena tradisi. (Keenan's Doctrinal Cathechism, hlm.354).

Jika Alkitab menjadi penuntun tunggal bagi orang Kristen, dengan demikian Masehi Advent Hari Ketujuh adalah benar dalam memelihara hari Sabtu bersama-sama dengan orang Yahudi. Tidakkah aneh karena mereka (Protestan) yang menjadikan Alkitab sebagai penuntun tunggal harus menurut gereja Katolik secara tidak konsisten atau tidak konsekwen? (The Question Box, oleh Father Conway, hlm.179)

"Dengan menggunakan akal budi dan pikiran sehat kita harus memilih salah satu dari dua pilihan ini; menjadi Protestan dengan memelihara hari Sabtu atau menjadi Katolik dan memelihara hari Minggu. Berkompromi adalah mustahil" (American Catholic Quarterly Review, Januari 1883).

Kesaksian Penganut Baptis

Sudah ada dan masih ada hukum dan perintah untuk memelihara Sabat, tapi Sabat itu bukanlah hari Minggu. Tapi ada juga yang menyebutnya, bahkan merasa memang, bahwa hari Sabat telah dipindahkan dari hari Ketujuh kepada hari Pertama dari minggu, dengan seluruh apa yang harus dilakukan, berkat-berkat dan dukungannya. Dengan sungguh-sungguh merindukan keterangan pada persoalan ini, yang sudah saya pelajari selama bertahun-tahun, saya bertanya, di manakah catatan transaksi seperti itu didapat? Bukan dalam Alkitab Perjanjian Baru, pasti bukan. Tidak ada bukti Alkitab dari hal perubahan hari Sabat dari hari Ketujuh kepada hari Pertama dalam minggu.

"Saya ingin sekali mengatakan bahwa pertanyaan dari hal Sabat dari segi hari Sabatnya, adalah pertanyaan yang paling penting tapi paling membingungkan tentang lemabaga Kekristenan sekarang ini yang menuntun perhatian dari orang-orang Kristen; satu-satunya sebab mengapa hal itu tidak menjadi perkara yang telalu menggangu pikiran orang Kristen dan dalam diskusi-diskusi agama, adalah karena dunia Kekristenan telah puas dengan pendirian keyakinan bahwa bagaimanapun pemindahan itu telah terjadi pada waktu permulaan sejarah Kekristenan.

"Bagi saya tampaknya tidak mungkin Yesus, selama tiga tahun bergaul dengan mereka yang selalu membicarakan tentang Sabat dengan mereka, membiarkan mereka dari ajaran yang salah, lalu tidak menyinggung tentang pemindahan hari itu, juga selama empat puluh hari sesudah kebangkitan-Nya, perkara itu tidak pernah Dia isyaratkan, sejauh kita ketahui, bahwa Roh Suci yang diberikan agar mereka mengingat kembali segala perkara yang sudah Dia katakana kepada mereka. Bahkan murid-murid yang diberi ilham pun tidak, ketika memberitakan Injil, mendirikan gereja-gereja, tidak membicarakan atau membahas dari hal topic itu.

Sudah tentu, saya cukup tahu bahwa hari Minggu mulai dgunakan dalam sejarah Kristen mula-mula sebagai hari untuk beribadah, seperti kita pelajari dari bapa-bapa Kristen dan dari sumber lain. Tpai sangat menyedihkan karena hal itu bersumber dan bercap kekafiran, dan dikristenkan dengan nama dewa Matahari, ketika disetujui dandisucikan oleh Kepausan yang murtad, dan diwariskan sebagai pusaka peninggalan suci bagi Gereja Protestan.
(Dr. Edward T. Hiscoz, Penulis dari the Baptis Manual, dikutip dalam New York Examiner, Nov 16, 1890)

Kesaksian Penganut Metodis

"Adalah benar, bahwa tidak ada perintah pasti untuk baptisan bayi… atau perintah untuk menyucikan hari pertama dari minggu." (Dr. Bennery, M. E. Theological Compendium, hlm. 103).

Kesaksian Penganut Gereja Persekutuan

"Cukup jelas bahwa bagaimana teguh atau taat pun kita memelihara hari Minggu, kita bukan memelihara hari Sabat…. Hari Sabat telah diadakan atau dilembagakan atas perintah Allah yang khusus dan tertentu. Kita tidak bisa menggunakan perintah sedemikian itu untuk memeliharakan hari Minggu. …. Tidak ada satu pun ayat Alkitab Perjanjian Baru yang mengajurkan agar kita menjatuhkan hukuman bila ada yang melanggar hari Minggu yang kita anggap suci." (The Ten Commandments, R. W. Dale, D. D.)

Kesaksian Penganut Gereja Presbyterian

"Sabat orang Kristen (hari Minggu) tidak terdapat dalam Alkitab, dan juga oleh gereja zaman dulu pun tidak disebut Sabat." (Dwight's Theology, jld 4, hlm. 401)

"Allah melembagakan hari Sabat pada waktu menciptakan manusia, memisahkan hari ketujuh untuk maksud tersebut, dan mengharuskan untuk menyucikannya, sebagai kewajiban moral bangasa manusia yang harus dipelihara seluruh umat manusia secara terus menerus." (Dr. Achhilagd Hodges, dalam traktat No. 175 dari selebaran dewan gereja Presbyterian).

Kesaksian Penganut Gereja Inggris

"Hari ketujuh dari minggu itu telah dihentikan dari haknya sebagai hari yang wajib disucikan dan hak istimewanya yang telah dipindahkan kepada hari pertama, tanpa ada perintah atau aturan langsung dari Alkitab" (William E. Gladstone dalam Later Gleanings, hlm. 342).

"Tidak ada kata, petunjuk atau isyarat, dalam Alkitab Perjanjian Baru Supaya berhenti bekerja pada hari Minggu….. Untuk perhentian pada hari Minggu tidak termasuk dalam hukum Allah… Penyucian hari Rabu Abu untuk berpuasa mempunyai dasar yang sama dengan penyucian hari Minggu." (Canon Eyton dalam Ten Commandments, hlm. 62,63, 65).

Kesaksian Penganut Gereja Kristen

"Saya tidak percaya bahwa hari Tuhan berasal dari hari Sabat orang Yahudi, atau hari Sabat diubah dari hari ketujuh menjadi hari pertama dari minggu… Sekarang pun tidak ada kesaksian dalam semua benda di Surga bawa Sabat diubah atau bahwa hari TUhan mengambil tempat hari Sabat…. Tidak ada kesaksian Ilahi bahwa hari Sabat sudah diubah." (Alexander Campbell, Pendiri gereja Kristen Washington Reporter, 8 Oktober 1821).

Kesimpulan


Anda telah membaca bukti-buktinya. Ahli Sejarah pada sepanjang zaman, demikian juga dengan penulis-penulis Katolik dan Protestan sudah menyaksikan fakta bahwa gereja Katoliklah yang mengubah hari suci perbaktian Allah dalam abad permulaan. Hal itu tidak perlu diragukan lagi. Tetapi persoalan yang pokok, seperti sudah kita ketahui bukanlah fakta bahwa gereja Katolik sudah mengubah hari perbaktian Allah. Persoalan pokok adalah lebih dari persoalan hari. Tapi persoalan siapakah Tuhan atau pemimpin yang benar.

Dahulu kala, seorang malaikat berontak, lalu dibuang dari surge sesudah terjadi peperangan besar, karena menyatakan bahwa penurutan kepada hukum Allah adalah tidak perlu. Dia menyatakan bahwa hukum Allah tidak adil. "Apakah gunanya," katanya. "melarang Adam dan Hawa mendekati pohon yang paling indah di dalam taman itu?"

Bagaimanapun, sebuah pohon adalah pohon, dan buat adalah buah. Sebenarnya tidak ada persoalan! Karena mendengar kepada suaranya, nenek moyang kita yang petama telah menjerumuskan dunia ini  ke dalam pemberontakan melawan Allah. Walaupun pada mulainya kelihatannya bahwa persoalan pokok yang dipertaruhkan di taman Eden adalah persoalan pohon atau buah, tapi sebenarnya lebih dari itu. Pokok persoalan termasuk hubungan kasih dengan Sang Pencipta. Pertalian kasih ini telah menuntun Adam dan Hawa kepada penurutan akan hukum tanpa rasa ragu. Adalah karena memutuskan hubungan kasih ini dengan Tuhannya, sehingga leluhur kita yang pertama dituntun kepada pelanggaran kepada Hukum Allah.

Demikian juga sekarang ini, persoalan pokok sekarang ini lebih dari persoalan hari. Persoalan itu adalah persoalan penurutan. Juga persoalan hubungan kita dengan Allah.

Sementara kita mempelajari lebih banyak tentang Allah, kasihnya mamaksa kita, untuk mengutamakan Dia dalam hidup kita! Kadang-kadang seperti Martin Luther, yang terutama diutamakan, misalnya terutama dari teman, dari keluarga, juga terutama dari gereja yang kita anut sekarang. Hanya anda yang tahu apa yang diminta ROh Kudus Allah untuk anda putuskan. Biarlah keputusan Anda merupakan keputusan bukan hanya dari hal hidup di dunia sekarang ini, tapi juga akan hidup yang kekal nanti..

Petrus menjawab, kami sudah meninggalkan semuanya demni mengikut Engkau! Apakah yang akan jadi warisan kami? Yesus berkata kepada mereka, 'Aku menyatakan yang sebenarnya kepadamu, di dalam dunia yang baru, ketika Anak Manusia duduk di atas takhta-Nya yang mulia, kamu yang sudah mengikut Aku, akan duduk juga di atas duabelas takhta, menghakimi keduabelas suku Israel. Dan setiap orang yang sudah meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-lai atau saudaranya perempuan atau ayahnya atau ibunya atau anak-anaknya atau ladangnya oleh karena Aku akan menerima seratus kali ganda dan akan mewarisi hidup kekal' (Mat 19:27-29).

No comments: