Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Apr 3, 2013

Salomo

Salomo (Ibrani, שלמה - SYELOMOH, artinya, damai) adalah Raja ke-3 Israel (± 971-931 sM). Anak Daud dari Betsyeba (2 Samuel 12:24). Ia adalah raja Israel pertama berdasarkan garis keturunan. Ia adalah Anak Daud dari Batsyeba :

2 Samuel 12:24
LAI TB, Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini
KJV, And David comforted Bathsheba his wife, and went in unto her, and lay with her: and she bare a son, and he called his name Solomon: and the LORD loved him.
Hebrew,
וַיְנַחֵם דָּוִד אֵת בַּת־שֶׁבַע אִשְׁתֹּו וַיָּבֹא אֵלֶיהָ וַיִּשְׁכַּב עִמָּהּ וַתֵּלֶד בֵּן וַיִּקְרָא אֶת־שְׁמֹו שְׁלֹמֹה וַיהוָה אֲהֵבֹו׃
Translit, VAYENAKHEM DAVID 'ET BAT-SYEVA 'ISYTO VAYAVO 'ELEYHA VAYISYKAV 'IMA VATELED BEN VAYIQRA 'ET-SYEMO SYELOMOH VAYEHOVAH 'AHEVO

ידידיה - YEDIDYAH adalah nama yang diberikan kepada Salomo melalui nabi Natan. Dari kata ידיד - YEDID, kekasih; dan יה - YAH; arti nama itu : kekasih TUHAN.

* 2 Samuel 12:25
LAI TB, dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN.
KJV, And he sent by the hand of Nathan the prophet; and he called his name Jedidiah, because of the LORD.

Hebrew,
וַיִּשְׁלַח בְּיַד נָתָן הַנָּבִיא וַיִּקְרָא אֶת־שְׁמֹו יְדִידְיָהּ בַּעֲבוּר יְהוָה׃
Translit, VAYISYLAKH BEYAD NATAN HANAVI VAYIQRA 'ET-SYEMO YEDIDYAH BA'AVUR YEHOVAH

Salomo membangun Bait Allah :



2 Samuel 7:12-16
7:12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.
7:13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya.
7:14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.
7:15 Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.
7:16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."

Allah berkenan kepada Salomo, Ia menyatakan bahwa Salomo adalah anak-Nya (2 Samuel 7:14), dan Ia berkenan kepada Salomolah kelak bait Allah akan dibangun. Kasih setia Allah tidak akan hilang daripadanya.

Ayat diatas adalah pernyataan kepada Daud, bahwa Allah menghendaki Salomo yang akan meneruskan takhtanya, dan yang akan membangun "rumah" bagiNya. Ketika Salomo menjadi raja, sepanjang awal masa pemerintahannya, Salomo menugaskan ribuan orang untuk ikut ambil bagian di dalam pembangunan Bait Allah ini. Pada tahun keempat pemerintahannya, dasar sudah diletakkan; tujuh tahun kemudian seluruh bangunan itu selesai.

2 Tawarikh 5:1
Maka selesailah segala pekerjaan yang dilakukan Salomo untuk rumah Tuhan itu. Kemudian Salomo memasukkan barang-barang kudus Daud, ayahnya, dan menaruh perak, emas dan barang-barang itu dalam perbendaharaan rumah Allah.

Dalam banyak hal, makna Bait Allah bagi orang Israel sama dengan makna kota Yerusalem. Bait Allah melambangkan kehadiran dan perlindungan Tuhan Allah atas umat-Nya. Ketika Bait Allah ditahbiskan, Allah turun dari surga dan memenuhi bait itu dengan kemuliaan-Nya dan berjanji untuk menempatkan nama-Nya di situ. Jadi, apabila umat Allah ingin berdoa kepada Tuhan, mereka dapat melakukannya dengan menghadap bait suci dan Allah akan mendengar mereka dari bait-Nya. Tidak pernah di dalam sejarah umat Allah, Allah mempunyai lebih dari satu tempat tinggal atau bait; kenyataan ini menunjukkan bahwa hanya ada satu Allah -- Tuhan, Allah perjanjian bangsa Israel.

Kehebatan Salomo

Allah menampakkan DiriNya kepada Salomo 2 kali :

Pertama, ketika Salomo meminta hikmat, yaitu hati yang faham menimbang perkara agar dapat menghakimi Umat Israel ( 1 Raja 3:5 ).

Kedua, ketika Salomo mendirikan Bait Suci (1 Raja 6:11-13 ). Pada dua kali penampakkan DiriNya kepada Salomo itu, Ia berfirman, "jika engkau hidup menurut segala ketetapanKu", maka Tuhan menjanjikan ini dan itu kepadanya.

Kebijaksanaan Salomo dikenal pertama kali ketika ia memecahkan persoalan pertengkaran dua perempuan mengenai bayi mereka (1 Raja 3:16 dab), penyelesaian kasus ini menjadikan contoh hikmat Salomo. Ia adalah penulis, perintis sastra dari Sastra Hikmat Israel. Ia juga dikenal sebagai seorang yang luar-biasa pandai, mengetahui ilmu-ilmu tentang pepohonan dan binatang (1 Raja 4:29 dab, Amsal 30:24-31)

Sebagai seorang raja, ia mengungguli negara-negara lainnya, di Mesir, Arab, Kanaan dan Edom. Salomo juga piawai dalam berdagang, ia tahu benar pentingnya kedudukan Israel sebagai jembatan yang menghubungkan Mesir dan Asia. Ia memanfaatkan kedudukannya dengan menguasai jalan kafilah utama dari utara ke selatan. Ia mengikat perjanjian perdagangan dengan Hiram, raja Tirus, menyediakan armada baginya yang memungkinkan dia juga memonopoli jalur pelayaran laut.

Kekayaan Salomo dikenal secara luas. Kunjungan Ratu Syeba (1 Raja 10:1-13) barangkali menyangkut diplomasi perdagangan. Penguasaan Salomo atas jalur-jalur perdagangan di selatan dan siasat-siasatnya bisa menjadi ancaman bagi keuangan negeri Syeba. Kunjungan ratu itu sangat berhasil, walaupun mungkin ia harus membagi keuntungannya dengan raja Salomo, seperti yang juga dilakukan raja-raja Arab lainnya (1 Raja 10:13-15).

Ketajaman nalar bisnis Salomo mengeruk keuntungan dengan memanfaatkan letak wilayah Israel. Ia menjadi agen tunggal bagi orang het dan orang Aram dalam perundingan untuk membeli kuda dari Kewe (Kilikia) atau kereta perang dari Mesir ( 1 Raja 10:28-29). Usaha-usaha ini dan juga usaha-usaha lainnya mendatangkan keuntungan yang besar, sehingga lahir sebutan "perak sebanyak batu", dan "kayu aras sebagai kayu ara di Yerusalem". Salomo bergeliman kemuliaan, berbeda dengan kesederhanaan kehidupan raja Saul di Gibea.

Kejatuhan Salomo dalam dosa

Kitab 1 Raja-Raja mencatat dengan jujur apa yang yang baik dan yang buruk yang telah dilakukan oleh Salomo. Mencatat menguraikan masa pemerintahan Raja Salomo (pasal 1-11; 1 Raja 1:1--11:43). Pasal-pasal yang pertama menerangkan situasi ketika Salomo dinobatkan menjadi raja (pasal 1-2; 1 Raja 1:1--2:46) dan permohonannya akan hikmat yang dengannya ia dapat memerintah bangsa itu (pasal 3; 1 Raja 3:1-28 ). Tujuh pasal selanjutnya menguraikan perkembangan Salomo sampai menjadi tokoh dunia dan puncak kemakmuran, kedamaian, kekuasaan, dan kemuliaan Israel -- semuanya selama 20 tahun pertama dari masa pemerintahan Salomo. Dalam kurun waktu ini Salomo mendirikan dan menahbiskan Bait Suci di Yerusalem (pasal 6,8; 1 Raja 6:1-38; 1 Raja 8:1-66). Pasal 11 (1 Raja 11:1-43) menguraikan 20 tahun kedua pemerintahan Salomo -- tahun-tahun pemuasan menurut suka hatinya, poligami dengan perempuan asing yang membawanya kepada penyembahan berhala.

Meskipun Allah menampakkan diriNya 2 kali yang menandakan ia dikasihi Allah (cocok dengan namanya YEDIDYAH), namun jika Salomo menyimpang dan tidak hidup menurut ketetapanNya, maka akan ada akibat yang harus ditanggungnya ( dan keluarganya / keturunannya ).

Kitab Raja-raja menulis kisah Salomo yang kemudian mencintai banyak perempuan asing, padahal Allah telah berfirman, "Janganlah kamu bergaul dengan mereka.sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka" (1 Raja 11:2 ). Larangan ini berkaitan dengan bahayanya pengaruh dari mereka untuk membawa Salomo berpaling dari Allah Israel, dan kemudian ikut menyembah ilah-ilah mereka, bukan karena rasisme.

Namun, Salomo gagal memperhatikan peringatan Allah ini, sehingga kemudian ia mengikuti para isteri-isterinya yang memintanya agar dibangun bukit-bukit pengorbanan bagi illah-illah mereka. Karena tindakannya ini, maka Tuhan membangkitkan lawan-lawan Salomo sehingga tidak ada lagi damai sebagaimana sebelumnya dan yang sangat menyedihkan bahwa Tuhan akan memecah kerajaannya.

Pada saat kematiannya, bibit-bibit perpecahan dan kemerosotan kerajaan itu. Kemudian setelah kematian Salomo pada tahun 992 sM Kerajaan Israel pecah menjadi 2 bagian : Kerajaan Israel (utara) dengan ibukota Samaria dan Kerajaan Yehuda dengan ibukota Yerusalem.

Kisah mengenai Salomo sangat baik untuk dijadikan pelajaran dan peringatan. Bahwa Raja yang dikenal sangat bijaksana itu bisa juga melakukan kesalahan. Hikmatnya bisa dicondongkan menyembah ilah-ilah lain akibat dia bergaul dengan perempuan-perempuan asing yang tidak menyembah Allah.

1 Raja 11:1-4
11:1 Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het,
11:2 padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.
11:3 Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.
11:4 Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. .

Inilah yang menyebabkan Salomo jatuh kedalam penyembahan berhala. Penyebab kejatuhan Salomo jelas karena hatinya mencintai banyak perempuan asing, yang bukan penyembah Allah Israel. Hikmatnya tidak dapat mencegah dia dari penyembahan berhala.

Apakah Salomo bertobat sebelum kematiannya?

Alkitab Perjanjian Lama (TANAKH) memang tidak mencatat mengenai pertobatannya, namun sebenarnya masih ada kitab-kitab lain yang digunakan oleh kalangan Yahudi, Alkitab PL sendiri menulis ada rujukan kitab-kitab mengenai riwayat raja-raja Israel, yang mungkin dapat digunakan sebagai rujukan riwayat Salomo, misalnya :

- Kitab Raja-Raja Israel dan Yehuda - 2 Tawarikh 27:7; 35:27; 36:8
- Kitab Raja-Raja Israel - 1 Tawarikh 9:1; 2 Tawarikh 20:34.
- Riwayat Raja-Raja Israel - 2 Tawarikh 33:18
- Riwayat Nabi Natan - 1 Tawarikh 29:29

Allah menyatakan bahwa Salomo menjadi anak-Nya, apabila ia bersalah ia akan dihukum, namun Allah berjanji kasih setiaNya tidak akan hilang daripadanya

2 Samuel 7:14-15
7:14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.
7:15 Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.

Tentu, janji Allah yang ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Meskipun Salomo jatuh kepada dosa dan kesalahan yang sangat fatal, ia mendapat penghukuman dan konsekwensi (kerajaannya kemudian pecah). Namun, Allah selalu menepati janjiNya bahwa kasih-setiaNya tidak akan hilang. Allah tentu akan memberikan jalan baginya untuk kembali dan bertobat. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa Salomo mati di masa tuanya, ketika ia sedang beribadah di Bait Allah yang dibangunnya. Pandangan ini ada benarnya.

Salomo, menulis sebagian kitab Mazmur ( תהלים - TEHILIM ), salah satu penulis kitab Amsal ( משלי שלמה - MISYLEY SYELOMOH), Penulis Kitab Kidung Agung ( שיר השירים - SYIR HASYIRIM ) dan yang terakhir Kitab Pengkotbah ( קהלת - QOHELET ). Bagian akhir Kitab Pengkhotbah menunjuk pada konklusi seorang penulis yang akan segera menghadap Allah pada masa tuanya.

Kitab Pengkotbah, meski tidak menunjuk namanya secara langsung, tetapi menurut beberapa penafsir adalah Kitab yang juga ditulis oleh Salomo. Karena terdapat beberapa hal-hal yang menunjukkan bahwa ia adalah Salomo, dengan pertimbangan-pertimbangan : Pertama, penulis kitab menyebut dirinya anak Daud, raja di Yerusalem
Kedua, penulis ia menunjuk dirinya QOHELET pengajar/guru (yang dapat diterima akal). Hal-hal tersebut menunjuk bahwa ia seorang yang bijaksana sekaligus seorang Raja.

Pengkotbah 1:1,12
1:1 Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem.
1:12 Aku, Pengkhotbah, adalah raja atas Israel di Yerusalem.

Bandingkan dengan :

2 Tawarikh 1:11-12
1:11 Berfirmanlah Allah kepada Salomo: "Oleh karena itu yang kauingini dan engkau tidak meminta kekayaan, harta benda, kemuliaan atau nyawa pembencimu, dan juga tidak meminta umur panjang, tetapi sebaliknya engkau meminta kebijaksanaan dan pengertian untuk dapat menghakimi umat-Ku yang atasnya Aku telah merajakan engkau,
1:12 maka kebijaksanaan dan pengertian itu diberikan kepadamu; selain itu Aku berikan kepadamu kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sebagaimana belum pernah ada pada raja-raja sebelum engkau dan tidak akan ada pada raja-raja sesudah engkau."

Kitab Pengkotbah, menurut beberapa penafsir, ditulis oleh Salomo pada masa tua-nya, dalam masa ini ia menulis kitab sebagai tanda pertobatannya, bahwa ia telah melihat kehidupan manusia yang baik dan buruk. Pengalamannya jelas tercermin dalam setiap ayat yang tertulis. Pasal 12 adalah sebagai penutup, menggambarkan bahwa pasal ini ditulis pada akhir hidupnya, perhatikan wejangan-wejangannya dibawah ini

Pengkotbah 12
12:1 Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!",
12:2 sebelum matahari dan terang, bulan dan bintang-bintang menjadi gelap, dan awan-awan datang kembali sesudah hujan,
12:3 pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan perempuan-perempuan penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur,
12:4 dan pintu-pintu di tepi jalan tertutup, dan bunyi penggilingan menjadi lemah, dan suara menjadi seperti kicauan burung, dan semua penyanyi perempuan tunduk,
12:5 juga orang menjadi takut tinggi, dan ketakutan ada di jalan, pohon badam berbunga, belalang menyeret dirinya dengan susah payah dan nafsu makan tak dapat dibangkitkan lagi -- karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan,
12:6 sebelum rantai perak diputuskan dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan dihancurkan dekat mata air dan roda timba dirusakkan di atas sumur,
12:7 dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.
12:8 Kesia-siaan atas kesia-siaan, kata Pengkhotbah, segala sesuatu adalah sia-sia.
12:9 Selain Pengkhotbah berhikmat, ia mengajarkan juga kepada umat itu pengetahuan. Ia menimbang, menguji dan menyusun banyak amsal.
12:10 Pengkhotbah berusaha mendapat kata-kata yang menyenangkan dan menulis kata-kata kebenaran secara jujur.
12:11 Kata-kata orang berhikmat seperti kusa dan kumpulan-kumpulannya seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala.
12:12 Lagipula, anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan.
12:13 Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
12:14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.

Dengan demikian, pandangan bahwa Salomo tidak selamanya jatuh dalam dosa, namun pada akhir hidupnya justru menulis Kitab yang indah yang disebut QOHELET. Dan, bahwa ia mati ketika sedang beribadah di Bait Allah yang dibangunnya. Pandangan ini cukup berdasar.

Salomo yang bercabang hati


Selain Yesus, Salomo adalah orang paling berhikmat dari semua umat Israel. Bukan mustahil, Salomo adalah orang paling berhikmat dari semua manusia sepanjang abad, yang pernah hidup di dunia ini. Bahkan, mungkin, hikmatnya itu merupakan bayangan atau tipologi dari Yesus, Sang Hikmat itu sendiri.

Tuhan sungguh mengasihi Salomo dengan mengaruniakan hikmat yang luar biasa itu. Namun, pada masa tuanya, Salomo pemah menyia-nyiakan hikmat itu. Walaupun hidupnya tetap dipimpin oleh hikmat (Pengkhotbah 2:3-11), Salomo tidak membiarkan hikmatnya dipimpin oleh Allah, sumber hikmat itu sendiri. Oleh karena itu, Salomo terjerat pada keinginan-keinginan duniawi yang luar biasa, bahkan terperosok ke dalamnya. Selain memiliki terlalu banyak harta, ia mengawini begitu banyak perempuan, yaitu 700 istri dan 300 gundik yang berasal dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan, sehingga Salomo dijerat oleh para istrinya itu untuk ikut mempersembahkan korban kepada dewa-dewa yang disembah oleh mereka.

Memang Salomo kemudian bertobat dari dosa-dosanya yang jahat itu. Namun, kejatuhannya itu meninggalkan goresan luka yang dalam bagi kehidupan umat Israel. Karena dosa Salomo, kerajaan Israel terpecah dua, yaitu kerajaan Israel Utara dan kerajaan Israel Selatan, yang akhirnya kedua kerajaan itu dibuang oleh Allah.

Kasus Salomo itu menimbulkan pertanyaan, mengapa Salomo yang telah dipilih Tuhan begitu hebat, pada masa tuanya, justru jatuh ke dalam penyembahan berhala? Jawaban-jawabannya tentu ada dalam Alkitab walaupun tidak mudah untuk melihatnya.

Hati yang Bercabang

Sesungguhnya akar persoalan dalam diri Salomo terletak pada hatinya yang bercabang. Maksudnya, Salomo tidak utuh bersandar kepada Tuhan. Sejak awal masa pengangkatannya menjadi raja, hati yang bercabang itu sudah mulai terlihat. Dalam 1 Raja-raja 3, Tuhan melaporkan secara tersirat bahwa hatinya bercabang dua. Namun, Salomo tidak atau kurang menyadarinya.

Dalam 1 Raja-raja 3, dikisahkan tentang permohonan Salomo kepada Tuhan untuk dikaruniai hikmat. Tuhan memberikan hikmat karena Ia berkenan kepada permohonan itu. Sebelum permohonan itu diajukan, Tuhan memujinya sebagai orang yang mengasihi Tuhan (ayat 3). Namun, aneh, sebelum permohonan hikmat itu, bahkan sebelum pujian itu dilaporkan, dalam ayat 1, firman Tuhan melaporkan bahwa Salomo telah menjadi menantu . Firaun. Jadi, sebelum mendirikan Bait Allah pada tahun keempat pemerintahannya, Salomo telah menikahi putri Firaun. Apa makna dari laporan itu? Tampaknya ayat 1 itu tidak berkaitan dengan pokok pikiran dalam keseluruhan pasal 3. Namun, benarkah demikian? Tentu, tidak! Memang untuk melihat korelasinya, pasal-pasal selanjutnya dapat memberikan jawaban.

Pasal 11 merupakan kunci pembuka tabir rahasia perkawinan Salomo dengan putri Fiarun itu. Di sana dijelaskan bahwa Salomo memiliki 700 orang istri dan 300 orang gundik. Ketujuh ratus istri Salomo itu berasal dari bangsa-bangsa lain, yaitu dari golongan bangsawan (11:3). Apa arti golongan bangsawan dalam kasus itu? Itu menunjukkan bahwa selain didorong oleh cinta eros yang kuat, pernikahan itu tidak terlepas dari unsur politik. Salomo sengaja menikahi putri-putri bangsawan itu untuk memelihara persahabatan dengan bangsa-bangsa di sekitamya. Jadi, perkawinan itu bagaikan meterai perjanjian damai antara umat Israel dan bangsa-bangsa yang sebelumnya bermusuhan dengan Saul dan Daud.

Di situlah letak persoalan yang sangat tragis. Temyata, dalam hal keamanan negerinya, Salomo lebih percaya pada trik-trik politiknya daripada percaya sepenuhnya pada janji Tuhan. Padahal, sebelum Salomo diangkat menjadi raja, Allah telah berjanji kepada Daud bahwa pada masa pemerintahan Salomo, kerajaannya itu akan kokoh selamanya (2 Samuel 7:12-16, 1 Tawarikh 17:11-14).

Salomo tidak bersandar sepenuhnya pada janji Tuhan itu. Barangkali ia merasa bahwa untuk menggenapi janji Tuhan itu, ia harus mewujudkannya dengan menikahi putri-putri itu. Namun, hal itu jelas keliru sebab tidak mungkin Tuhan menyuruh umat-Nya berbuat dosa demi keamanan umat Israel.

Laporan pasal 1 tentang pernikahan dengan putri Firaun sudah menunjukkan titik terang. Mesir pada saat itu adalah bangsa yang sangat besar dan berkuasa. Bangsa itulah yang paling sering menjajah bangsa-bangsa Kanaan. Menyadari betapa pentingnya berdamai dengan negara adidaya itu, Salomo segera dan mengawali perkawina n politiknya dengan menikahi putri Firaun (11:1). Jadi, walaupun Salomo mengasihi Tuhan dengan hidup menurut ketetapan ayahnya, Daud, sebagaimana dilaporkan dalam pasal 1:3, di lubuk hatinya yang terdalam, ia masih menyimpan suatu sikap yang mendua.

Jika demikian halnya, apakah Allah tidak memperingatkan Salomo akan adanya hati yang bercabang dua itu? Tuhan tentu memperingatkan Salomo sejak semula walaupun secara tidak langsung. Pada waktu memberikan karunia hikmat itu, yang dijelaskan dalam pasal 3, Tuhan berfirman kepada Salomo, "Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu" (ayat 14).

Itu merupakan peringatan tersirat tentang kemungkinan jatuhnya Salomo akibat perkawinan politik itu. Kira-kira delapan tahun kemudian, setelah Salomo selesai mendirikan Rumah Tuhan, Allah kembali memperingatkannya melalui mimpi. Melihat bahwa Salomo belum menyadari titik lemah wataknya; itu, bahkan justru semakin menjadi-jadi dalam menginginkan segala sesuatu (9:1), Allah memperingatkannya dengan semakin jelas. Firman Tuhan melaporkan sebagai berikut.

1 Raja 9:4-7
9:4 Mengenai engkau, jika engkau hidup di hadapan-Ku sama seperti Daud, ayahmu, dengan tulus hati dan dengan benar, dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan jika engkau tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturan-Ku,
9:5 maka Aku akan meneguhkan takhta kerajaanmu atas Israel untuk selama-lamanya seperti yang telah Kujanjikan kepada Daud, ayahmu, dengan berkata: Keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.
9:6 Tetapi jika kamu ini dan anak-anakmu berbalik dari pada-Ku dan tidak berpegang pada segala perintah dan ketetapan-Ku yang telah Kuberikan kepadamu, dan pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya,
9:7 maka Aku akan melenyapkan orang Israel dari atas tanah yang telah Kuberikan kepada mereka, dan rumah yang telah Kukuduskan bagi nama-Ku itu, akan Kubuang dari hadapan-Ku, maka Israel akan menjadi kiasan dan sindiran di antara segala bangsa.

Dalam penglihatan kedua itu, Tuhan memperingatkan Salomo semakin tegas dan jelas dengan mencantumkan hukuman yang akan menimpa umat Israel dan Bait Allah. Dalam peringatan yang pertama, ancaman hukuman seperti itu belum ada.

Namun, walaupun sudah mendapat peringatan dari Tuhan sebanyak dua kali, Salomo ternyata tidak mengindahkannya. Ia kemudian menikahi banyak istri dan gundik, dan pada masa tuanya, mereka menarik hati Salomo untuk ikut menyembah dewa-dewa kesia-siaan mereka. Dalam hal itu, dengan tegas, Tuhan mengatakan bahwa hati Salomo telah menyimpang (11:9). Akibatnya, Tuhan merobek kerajaan Israel menjadi dua bagian, yaitu Israel Utara yang diberikan kepada Yerobeam, dan Israel Selatan yang tetap di bawah pimpinan keturunan Daud. Perpecahan kerajaan Israel menjadi dua bagian itu sesuai dengan hati Salomo yang bercabang dua.

Kejatuhan anak Tuhan tidak lepas dari karakter yang sudah ada sejak awal panggilannya. Dalam kasus Raja Salomo yang agung itu, ia ternyata menyimpan sebuah persoalan dalam hidupnya sejak semula, yaitu hati yang tidak benar-benar utuh percaya kepada Tuhan. Lambat laun, sejalan dengan kehidupan Salomo yang semakin terkenal, kaya, dan berhikmat, bibit persoalan itu semakin menggerogoti dirinya (imannya) melalui istri-istri yang dicintainya.

Simpulannya, bibit persoalan yang terpendam dalam diri seseorang, jika tidak cepat-cepat dibereskan, lama-lama, secara perlahan, tetapi pasti, sejalan dengan besarnya pelayanan yang dipercayakan Tuhan, bibit itu akan menjadi seperti monster yang siap menghancurkan.

Dalam kasus itu, apa yang dilakukan oleh Salomo tampaknya berhasil. Tidak ada seorang raja pun yang menyerangnya. Bahkan, ia mendapat sebuah kota dari Firaun sebagai hadiah. Namun, Allah kemudian membuktikan bahwa kedamaian yang dialami Salomo bukan karena tindakannya mengawini mereka. Cara Tuhan mengingatkannya adalah dengan menggerakkan bangsa-bangsa lain memerangi Salomo pascakejatuhannya itu. Akibatnya, kejatuhan sedang menanti.

Di samping itu, Salomo tidak berpikir panjang kalau istri-istrinya itu dapat merongrong imannya. Ketika masih muda, tampaknya Salomo sanggup mengendalikan segala sesuatu, apalagi ditambah dengan hikmatnya yang luar biasa. Namun, para istrinya yang bukan-orang beriman itu, tentulah berpura-pura telah beralih keyakinan di hadapan Salomo yang masih muda, yaitu mereka ikut juga menyembah TuhanAllah. Dengan demikian, setelah tua, sejalan dengan semakin susutnya badan Salomo, sama seperti manusia lain pada umumnya, mulai lemah, bukan hanya secara fisik, melainkan juga secara kemauan. Ia tidak sanggup lagi membendung kemauan-kemauan para istri dan gundiknya. Akhirnya, bukan saja para istri dan gundik itu berani secara terang¬terangan menyembah allah-allah mereka di hadapan Salomo, melainkan juga menyeret Salomo ke dalam jurang penyembahan berhala.

Itulah pelajaran yang amat penting bagi kita. Terkadang orang merasa akan sanggup mengendalikan segalanya dengan kemampuan dan hikmatnya, terlebih kalau ia masih muda dan kuat. Namun, setelah badan sudah mulai uzur, bahkan Salomo, raja hikmat itu, tidak kuasa membendung serangan si Jahat yang masuk melalui istri-istrinya yang tidak beriman itu.

No comments: