Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Apr 22, 2013

Kaabah Dibersihkan Lagi

Pada permulaan masa kerja‑Nya, Kristus telah mengusir dari kaabah orang‑orang yang telah menajiskannya dengan jual‑beli yang tidak suci, dan sikap‑Nya yang keras serta bersifat Ilahi itu telah menakutkan hati para pedagang yang berencana jahat itu. Pada akhir masa tugas‑Nya Ia datang sekali lagi ke kaabah, dan mendapati bahwa tempat itu masih dinajiskan seperti sebelumnya. Keadaan segala perkara malah lebih buruk dari sebelumnya. Halaman kaabah bagian luar bagaikan tempat ternak yang luas. Dengan suara‑suara riuh dari binatang‑binatang dan bunyi dencing mata uang berpadu dengan bunyi amarah pertengkaran di antara para pedagang, dan di antara mereka kedengaranlah suara orang orang yang memegang jabatan yang suci. Para pembesar kaabah pun terlibat dalam jual‑beli dan tukar‑menukar uang. Mereka sangat dikuasai keserakahan untuk memperoleh keuntungan sehingga pada pemandangan Allah mereka tidak lebih baik daripada pencuri.

Imam‑imam dan penghulu‑penghulu kurang menyadari khidmatnya pekerjaan yang harus mereka lakukan. Pada setiap Paskah dan Masa Raya Pondok Daun‑daunan, beribu‑ribu binatang disembelih, dan darahnya ditampung oleh imam‑imam dan dituangkan ke atas mezbah. Orang Yahudi sudah biasa dengan mempersembahkan darah, dan sudah hampir melupakan kenyataan bahwa dosalah yang menyebabkan perlu diadakannya penumpahan darah binatang. Mereka tidak melihat bahwa hal itu menggambarkan darah Anak Allah yang kekasih, yang harus ditumpahkan demi kehidupan dunia ini, agar dengan mempersembahkan korban perhatian manusia dialihkan kepada Penebus yang sudah disalibkan.

Yesus memandang pada mangsa korban yang tidak bersalah itu, dan melihat bagaimana orang Yahudi telah menjadikan perhimpunan besar ini sebagai peristiwa penumpahan darah dan kebengisan. Gantinya penyesalan dari dosa yang penuh kerendahan hati, mereka telah melipat‑gandakan korban binatang, seakan‑akan Allah dapat dihormati dengan pelayanan yang tidak menaruh belas kasihan. Imarn‑imam dan penghulu‑penghulu telah mengeraskan hati oleh sifat mementingkan diri dan kekikiran. Lambang yang justeru menunjuk kepada Anak Domba Allah telah mereka jadikan sebagai alat untuk mengeruk keuntungan. Demikianlah pada pemandangan orang banyak kesucian upacara korban sudah sebagian besarnya dirusakkan. Kemarahan orang Yahudi dibangkitkan, Ia mengetahui bahwa darah‑Nya, yang tidak lama lagi akan dicurahkan untuk dosa dunia ini, akan kurang dihargai oleh imam‑imam dan tua‑tua sebagaimana halnya dengan darah binatang yang mereka biarkan mengalir terus‑menerus.

Terhadap kebiasaan inilah Kristus telah berbicara dengan perantaraan nabi‑nabi. Samuel telah berkata, "Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." Dan Yesaya yang melihat kemurtadan Yahudi dalam khayal nubuatan, menyapa mereka sebagai penghulu‑penghulu Sodom dan Gomora, "Dengarlah firman Tuhan, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhtikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! 'Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?' firman Tuhan; 'Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?" "Basuhlah, besihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!." 1 Sam. 15:22; Yes. 1:10‑12,16,17.

Ia yang sudah memberikan nubuatan ini sekarang untuk saat terakhir mengulangi amaran itu. Dalam kegenapan nubuatan, orang banyak telah memasyhurkan Yesus sebagai raja Israel. Ia telah menerima penghormatan mereka, dan menerima jabatan raja. Dalam tabiat seperti inilah Ia harus bertindak. Ia mengetahui bahwa usahanya untuk membaharui keimamatan yang bejat akan sia‑sia belah, meski pun demikian pekerjaan‑Nya harus dilakukan, kepada orang banyak bukti tugas Ilahi‑Nya harus diberikan.

Sekali lagi pandangan Yesus yang tajam itu mengamat‑amati halarnan kaabah yang sudah dinajiskan. Semua mata tertuju kepada‑Nya. Imam dan penghulu, orang Farisi dan orang kapir, memandang keheran‑heranan kepada‑Nya yang berdiri di, hadapan mereka dengan kebesaran Raja surga. Keilahian memancar melalui kemanusiaan, menyelubungi Kristus dengan keagungan dan kemuliaan yang belum pernah dinyatakan‑Nya sebelumnya. Mereka yang berdiri paling dekat kepada‑Nya mengundurkan diri sejauh mereka dapat mendesak mundur orang banyak di sekelilingnya. Kecuali beberapa murid‑Nya, Juruselamat berdiri sendirian. Setiap bunyi didiamkan. Keteduhan itu tarnpaknya tidak dapat ditahan. Kristus berbicara dengan suatu kuasa yang mempengaruhi orang banyak bagaikan angin topan yang keras, "Telah tersurat, Bahwa rumah‑Ku akan disebut rumah tempat berdoa, tetapi kamu ini menjadikan dia gua penyamun." Suara‑Nya berbunyi laksana nafiri di seluruh kaabah. Perasaan tidak senang yang terbayang pada wajah‑Nya kelihatan seperti api yang menghanguskan. Dengan kekuasaan Ia memerintahkan, "Ambil semuanya ini dari sini." Yoh. 2:16.

Tiga tahun sebelumnya, penghulu‑penghulu habah sudah dipermalukan ketika mereka melarikan diri mendengar perintah Yesus. Sejak waktu itu mereka memikir‑mikirkan tentang ketakutan mereka sendiri, serta penurutan mereka tanpa keragu‑raguan itu pada Orang yang sederhana itu. Mereka telah merasa bahwa sifat menyerah yang tidak patut itu tidak mungkin berulang lagi. Meski pun demikian kini mereka malahan lebih takut daripada sebelumnya, dan dengan lebih cepat mereka mentaati perintah‑Nya. Tidak seorang pun berani meragukan kekuasaan‑Nya. Imam‑imam dan pedagang‑pedagang melarikan diri dari hadirat‑Nya, sambil menghalau ternak di hadapan mereka.

Dalam perjalanan dari kaabah itu mereka berjumpa dengan orang banyak yang datang dengan membawa orang sakit sambil menanyakan Penyembuh Agung itu. Laporan yang diberikan oleh orang‑orang yang melainkan diri ini menyebabkan beberapa dari mereka berbalik pulang ke rumah. Mereka takut berjumpa dengan Seorang yang sangat berkuasa, yang oleh pandangan‑Nya saja telah menghalau imam‑imam dan penghulu‑penghulu dari hadirat‑Nya. Tetapi banyak orang mendesak‑desak melalui orang banyak yang bergegas‑gegas itu, ingin mendekati. Dialah yang menjadi pengharapan mereka satu‑satunya. Ketika orang banyak melarikan diri dari kaabah, banyak juga yang tinggal. Orang‑orang inilah yang sekarang bergabung dengan orang‑orang yang baru datang. Sekali lagi halaman kaabah dipenuhi dengan orang sakit dan orang yang hampir mati dan sekali lagi Yesus melayani mereka.

Beberapa saat kemudian, imam‑imam dan penghulu‑penghulu berani kembali ke kaabah. Ketika kepanikan sudah mereda, mereka dipenuhi kecemasan hendak mengetahui apa gerakan Yesus berikutnya. Mereka mengharapkan Dia menduduki takhta Daud. Setelah kembali diam‑diam ke kaabah, mereka mendengar suara pria, wanita, dan anak‑anak yang sedang memuji Allah. Ketika masuk, mereka berdiri tertegun di depan peristiwa yang mengherankan. Mereka melihat orang sakit disembuhkan, orang buta celik matanya, orang tuli dapat mendengar, dan orang timpang melompat‑lompat kegirangan. Anak‑anak paling riuh dalam bersuka ria. Yesus telah menyembuhkan penyakit mereka, Ia telah merangkul mereka pada lengan‑Nya, menerirna kecupan kasih‑sayang yang penuh syukur, dan beberapa dari mereka telah tertidur pada dada‑Nya sementara Ia mengajar  orang banyak. Sekarang dengan suara gembira anak anak menyaringkan puji‑pujian bagi‑Nya. Mereka mengulangi sorak hosanna pada hari kemarinnya, serta melambai‑lambaikan pelepah korma tanda kemenangan di hadapan Juruselamat. Kaabah bergema dan bergema kembali dengan sorak‑sorai mereka, "Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan." "Lihat, Rajamu datang kepadamu; Ia adil dan jaya." Mzm. 118:26; Zakh. 9:9. "Hosanna bagi anak Daud!"

Bunyi suara yang gembira dan tidak dapat dikekang ini merupakan suatu penghinaan terhadap penghulu‑penghulu kaabah. Mereka mulai berusaha hendak menghentikan pertunjukan seperti itu. Mereka mengemukakan kepada orang banyak bahwa rumah Allah sudah dinajiskan oleh kaki anak‑anak serta sorak‑sorai kegembiraan. Setelah melihat bahwa perkataan mereka tidak berkesan pada orang banyak itu, penghulu‑penghulu berseru kepada Kristus, "Adakah Engkau dengar apa kata budak‑budak ini? Maka kata Yesus kepada mereka itu, Bahkan, tetapi belum pernahkah kamu membaca: Bahwa dari mulut kanak‑kanak dan budak‑budak yang menyusu pun Tuhan sudah menyempurnakan puji‑pujian?" Nubuatan telah meramalkan bahwa Kristus harus dimasyhurkan sebagai raja dan bahwa sabda itu harus digenapi. Imam‑imam dan penghulu‑penghulu Israel enggan memberitakan kemuliaan‑Nya, dan Allah menggerakkan hati anak‑anak untuk menjadi saksi‑Nya. Sekiranya suara anak‑anak didiamkan, tiang‑tiang kaabah akan menyaringkan puji‑pujian bagi Juruselamat.

Orang Farisi sangat bingung dan kacau pikirannya. Seorang yang tidak dapat mereka takut‑takuti kini memberi perintah. Yesus telah mengambil tempat‑Nya sebagai penjaga kaabah. Belum pernah sebelumnya Ia mengambil kekuasaan raja seperti itu. Belum pernah sebelumnya perkataan dan perbuatan‑Nya dipenuhi kuasa yang begitu besar. Ia telah melakukan perbuatan yang ajaib di seluruh Yerusalem, tetapi belum pernah sebelumnya dalam cara yang penuh khidmat dan mengesankan seperti itu, di hadapan orang banyak yang telah menyaksikan perbuatan‑Nya yang ajaib, imam‑imam dan penghulu‑penghulu tidak berani menunjukkan permusuhan terang‑terangan kepada‑Nya. Meski pun sudah marah dan kebingungan mendengar jawab‑Nya, mereka tidak sanggup melakukan apa‑apa selanjutnya pada hari

Keesokan harinya Sanhedrin sekali lagi mempertimbangkan jalan apa harus ditempuh terhadap Yesus. Tiga tahun sebelurnnya, mereka telah menuntut tanda yang menunjukkan bahwa Ialah Mesias. Sejak waktu itu Ia telah mengadakan banyak perbuatan yang ajaib di seluruh negeri itu. Ia telah menyembuhkan orang sakit, mengenyangkan beribu‑ribu orang dengan suatu mukjizat, berjalan di atas ombak, dan meneduhkan laut yang bergelora. Sudah berkali‑kali Ia membaca hati manusia seperti sebuah buku terbuka, Ia telah membuangkan Setan, dan membangkitkan orang mati. Penghulu‑penghulu mempunyai bukti di hadapan mereka sendiri bahwa Ialah Mesias. Sekarang mereka memutuskan tidak akan menuntut tanda kekuasaan‑Nya lagi, melainkan memancing suatu pengakuan atau pemyataan yang dengannya Ia dapat disalahkan.

Setelah pergi ke kaabah di tempat Ia sedang mengajar, mereka pun mulailah menanyai Dia, "Dengan kuasa apakah Engkau membuat segala perkara ini, dan siapakah yang memberi kuasa yang demikian kepada‑Mu?" Mereka mengharapkan Dia menuntut bahwa kekuasaan‑Nya berasal dari Allah. Mereka berniat hendak menolak pernyataan seperti itu. Tetapi Yesus menghadapi mereka dengan mengajukan suatu pertanyaan yang tampaknya bertalian dengan pokok pembicaraan yang lain, dan Ia memberikan jawab‑Nya kepada mereka berdasarkan jawab mereka terhadap pertanyaan ini. "Baptisan Yohanes itu dari manakah? dari surgakah, atau daripada manusiakah?"

Para imam melihat bahwa mereka berada dalam kedudukan yang sukar sulit yang daripadanya tidak ada bantahan yang menyesatkan dapat melepaskan mereka. Jika mereka mengatakan bahwa baptisan Yohanes berasal dari surga, sifat mereka yang tidak tetap akan nyata. Kristus dapat mengatakan, kalau begitu, mengapa kamu tidak percaya padanya? Yohanes sudah menyaksikan tentang Kristus, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia." Yoh. 1:29. Kalau para imam percaya akan kesaksian Yohanes, bagaimanakah dapat mereka menyangkal bahwa Kristus itulah Mesias? Kalau mereka menyatakan kepercayaan mereka yang sebenarnya bahwa pekerjaan Yohanes berasal dari manusia, mereka akan mendatangkan ke atas diri sendiri suatu topan kemarahan; karena orang banyak percaya bahwa Yohanes seorang nabi.

Dengan perhatian besar orang banyak menunggu keputusan. Mereka mengetahui bahwa para imam telah mengaku menerima pekerjaan Yohanes, dan mereka mengharapkan imam‑imam itu akan mengakui dengan tidak ragu‑ragu bahwa ia diutus oleh Allah. Tetapi setelah berunding secara rahasia, imam‑imam memutuskan tidak mau menyerah. Dengan pura‑pura mengaku tidak tahu, mereka berkata, "Tiada kami ketahui." "Kalau begitu," kata Kristus, "maka Aku pun tiada mau mengatakan kepadamu dengan kuasa apakah Aku berbuat segala perkara ini."

Ahli‑ahli taurat, imam‑imam, dan penghulu‑penghulu semuanya terdiam Dalam keadaan bingung dan terkecewa, mereka berdiri dengan muka masam, tidak berani menanyakan pertanyaan selanjutnya kepada Kristus. Oleh sifat pengecut dan ragu‑ragu sebagian besar dari mereka telah kehilangan kehormatan dari orang banyak, yang sekarang berdiri di dekatnya, senang melihat orang‑orang yang sombong dan bersifat membenarkan diri ini dikalahkan.

Semua ucapan dan perbuatan Kristus ini adalah penting, dan pengaruhnya akan makin terasa sesudah penyaliban dan kenaikan‑Nya. Kebanyakan dari mereka yang dengan‑penuh keinginan telah menunggu hasil pertanyaan kepada Yesus akhirnya menjadi murid‑murid‑Nya, mula‑mula ditarik kepada‑Nya oleh perkataan‑Nya pada hari yang bersejarah itu. Peristiwa di halaman kaabah tidak pernah hilang dari ingatan mereka. Perbedaan yang menyolok antara Yesus dan imam besar ketika mereka berjalan bersama‑sama sangatlah jelas. Pembesar‑pembesar kaabah yang congkak mengenakan jubah yang mewah dan mahal. Di atas kepalanya terdapat sebuah perhiasan dahi yang berkilau‑kilauan. Pembawaannya mulia, rambutnya dan janggutnya yang panjang sudah beruban karena usia yang lanjut. Rupa tubuhnya menimbulkan rasa kagum di pihak orang yang melihatnya, Di hadapan pembesar yang mulia ini berdirilah yang Mulia di surga, tanpa perhiasan atau pertunjukan. Jubah‑Nya sudah bernoda karena perjalanan jauh, wajah‑Nya pucat dan menyatakan suatu kesusahan yang penuh kesabaran; meski pun demikian di atasnya tertera kebesaran dan kebajikan yang sangat berbeda dengan pembawaan imam besar yang congkak, percaya pada diri sendiri, dan marah‑marah. Kebanyakan dari mereka yang menyaksikan perkataan dan perbuatan Yesus di kaabah sejak saat itu menaruh Dia dalam hati mereka sebagai nabi Allah. Tetapi ketika khalayak ramai mulai menyenangi‑Nya, kebencian imam‑imam terhadap Yesus pun bertambahlah. Kebijaksanaan yang digunakan‑Nya untuk meluputkan diri dari jerat yang dipasang bagi kaki‑Nya, yang menjadi suatu bukti yang baru tentang keilahian‑Nya, kini menambah kemarahan mereka.

Dalam berlomba dengan rabbi‑rabbi, Kristus tidak bermaksud merendahkan musuh‑musuh‑Nya. Ia tidak senang melihat mereka dalam keadaan yang sulit. Ia mempunyai suatu pelajaran penting yang hendak diajarkan‑Nya. Ia telah melukai perasaan musuh‑musuh‑Nya oleh membiarkan mereka terjerat dalam jaring yang telah mereka pasang bagi‑Nya. Pengakuan mereka bahwa mereka tidak mengetahui mengenai sifat baptisan Yohanes memberi Dia suatu kesempatan untuk berbicara, dan Ia menggunakan kesempatan itu dengan mengemukakan kepada mereka keadaan mereka yang sebenarnya, sambil menambahkan beberapa amaran kepada banyak hal yang sudah diberikan.

"Tetapi apakah pikiran kamu?" kata‑Nya. "Bahwa adalah seorang yang mempunyai dua orang anak laki‑laki; maka pergilah ia kepada yang sulung serta berkata, Hai anakku, pergilah engkau bekerja hari ini di dalam kebun anggur itu. Maka ia menyahut, katanya, sahaya tuan, tetapi tiada ia pergi. Lalu ia pergi kepada yang kedua serta berkata demikian juga. Maka menyahutlah ia, katanya, Tiada saya mau; tetapi kemudian menyesallah ia, lalu pergi. Siapakah antara kedua anak itu yang melakukan kehendak bapanya?"

Pertanyaan yang tiba‑tiba ini mengagetkan para pendengar‑Nya. Mereka telah mengikuti perumpamaan itu dengan saksama, dan sekarang dengan serta merta menjawab "Yang kedua itu." Sambil menatap mereka, Yesus menjawab dalam nada yang keras dan sungguh‑sungguh, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bahwa orang pemungut cukai dan perempuan sundal pun mendahului kamu masuk kerajaan Allah. Karena Yohanes sudah datang kepadamu akan menunjukkan jalan kebenaran, maka tiada kamu percaya akan dia; tetapi orang pemungut cukai dan perempuan sundal itu sudah percaya akan dia. Sungguh pun kamu ini sudah melihat hal itu, tetapi akhirnya tiada juga kamu bertobat, sehingga sampai kamu percaya akan dia."

Para imam dan penghulu tidak dapat berbuat apa‑apa selain dari memberi jawab yang benar atas pertanyaan Kristus, dan dengan demikian Ia mendengar pendapat mereka yang mengatakan anak yang kedua. Anak ini melambangkan pemungut cukai, mereka yang dihinakan dan dibenci oleh orang Farisi. Para pemungut cukai sudah sangat bejat akhlaknya. Sesungguhnya mereka adalah pelanggar hukum Allah, menunjukkan dalam kehidupan mereka suatu penolakan yang mutlak terhadap tuntutan‑Nya. Mereka tidak berterima kasih dan tidak suci; ketika diminta pergi bekerja di kebun anggur Tuhan, mereka memberikan penolakan yang menghina. Tetapi ketika Yohanes datang, mengkhotbahkan pertobatan dan baptisan, orang‑orang Farisi menerima pekabarannya dan dibaptiskan.

Anak yang kedua melambangkan para pemuka bangsa Yahudi. Beberapa dari orang Farisi telah bertobat dan menerima baptisan Yohanes, tetapi pemimpin‑pemimpin itu tidak mau mengakui bahwa ia datang dari Allah. Amaran dan tegurannya tidak menuntun mereka kepada pembaharuan. Mereka "menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes." Luk. 7:30. Mereka meremehkan pekabarannya. Sebagaimana halnya dengan anak,yang kedua, yang ketika dipanggil, berkata, "Sahaya tuan," tetapi tidak pergi, imam‑imam dan penghulu‑penghulu mengaku mau menurut, tetapi dalam perbuatan yang sebenarnya mereka tidak menurut. Mereka berpura‑pura sangat tekun beragama, mereka mengaku menurut hukum Allah, tetapi mereka hanya menunjukkan suatu penurutan yang palsu. Para pemungut cukai dituduh dan dihujat oleh orang Farisi sebagai orang yang tidak beriman, tetapi mereka menunjukkan oleh iman dan perbuatan mereka bahwa mereka akan masuk ke dalam kerajaan surga mendahului orang‑orang yang merasa diri benar yang telah dikaruniai terang yang besar, tetapi yang perbuatannya tidak sesuai dengan pengakuan kesalehan mereka.

Para imam dan penghulu tidak mau menerima kebenaran yang sangat dalam artinya; meski pun demikian mereka tinggal diam, dengan mengharapkan bahwa Yesus akan mengatakan sesuatu yang dapat mereka gunakan untuk menentang Dia; tetapi masih ada lagi yang harus mereka terima.

"Dengarlah suatu perumpamaan lain," kata Kristus. "Bahwa adalah seorang tuan rumah membuka kebun anggur, dipagarnya sekeliling, dan digalinya tempat apitan anggur, dan didirikannya suatu bangun‑bangun, lalu disewakannya kebun itu kepada beberapa orang dusun, serta pergi ke negeri yang lain. Apabila hampir musim buah, maka disuruhkannya segala hambanya kepada orang dusun itu akan menerima buahnya. Orang dusun itu pun memegangkan hamba‑hambanya, yang seorang dipukulnya, dan seorang dibunuhnya, dan seorang lagi dirajamnya. Lalu disuruhkan oleh tuan itu pula hamba lain, lebih banyak daripada yang mula‑mula itu; maka diperbuat oleh orang dusun ke atasnya seperti yang dahulu. Pada akhirnya disuruhkannya kepada mereka itu anaknya laki‑laki, katanya, Tak dapat tiada orang dusun itu akan menghormatkan anakku ini. Tetapi apabila orang dusun itu melihat anaknya itu, lalu berkatalah mereka itu sama sendirinya, Inilah warisnya; marilah kita membunuh dia, dan mengambil warisannya. Maka mereka itu pun memegangkan dia serta mencampakkan keluar dari dalam kebun anggur itu, lalu membunuh dia. Apabila datang tuan yang empunya kebun anggur itu, apakah kelak diperbuatnya ke atas orang dusun itu?"

Yesus menyapa semua orang yang hadir, tetapi para imam dan penghulu menjawab, "Dengan sejahat‑jahat bunuh tuan itu akan membunuh orang jahat itu," kata mereka, "dan kebun anggur itu pun disewakannya pula kepada orang dusun yang lain, yaitu yang menyerahkan buah kepadanya pada musimnya." Pada mulanya orang‑orang yang berbicara itu tidak mengerti penggunaan perumpamaan itu, tetapi sekarang mereka melihat bahwa mereka telah mengucapkan hukuman bagi diri mereka sendiri Dalam perumpamaan itu tuan rumah melambangkan Allah, kebun anggur ialah bangsa Yahudi, dan pagar ialah hukum Ilahi yang menjadi perlindungan mereka. Menara melambangkan kaabah. Si pemilik kebun anggur itu telah melakukan segala sesuatu yang perlu untuk kesejahteraannya. Ia mengatakan "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya?" Yes. 5:4. Demikianlah digambarkan tentang penjagaan Allah yang tidak mengenal jerih lelah bagi Israel. Dan sebagaimana tukang kebun harus menyerahkan kepada tuannya bagian yang patut diterimanya dari hasil kebun anggur itu, demikian juga umat Allah harus menghormati Dia dengan suatu kehidupan yang sesuai dengan haknya yang suci. Tetapi sebagaimana orang dusun atau tukang kebun itu membunuh hamba‑hamba yang diutus oleh tuannya kepada mereka untuk menerima hasilnya demikian juga orang Yahudi telah membunuh nabi‑nabi yang telah diutus Allah untuk memanggil mereka kepada pertobatan. Pesuruh demi pesuruh telah dibunuh. Sejauh itu penggunaan perumpamaan itu tidak dapat diragukan, dan dalam apa yang mengikutinya bukannya kurang nyata. Dalam anak yang kekasih yang pada akhirnya diutus oleh tuan yang empunya kebun anggur kepada hamba‑hambanya yang tidak mau menurut itu, dan yang mereka tangkap dan bunuh, para imam dan penghulu melihat suatu gambaran yang jelas tentang Yesus dan nasib yang tidak lama lagi akan menimpa Dia. Mereka sudah merencanakan hendak membunuh Dia yang diutus oleh Bapa kepada mereka sebagai panggilan terakhir. Dalam pembalasan yang dikenakan kepada tukang kebun yang tidak berterima kasih ini digambarkan nasib orang‑orang yang akan membunuh Kristus.

Sambil memandang dengan belas‑kasihan kepada mereka, Juruselamat meneruskan, "Belum pernahkah kamu membaca di dalarn Alkitab: Bahwa batu yang dibuangkan oleh tukang‑tukang rumah, ialah sudah menjadi batu penjuru; demikianlah perbuatan Tuhan, maka hal itu ajaiblah pada mata kita. Sebab itu Aku berkata kepadamu, bahwa kerajaan Allah akan diambil daripadamu, dan diberikan kepada suatu bangsa yang menerbitkan buahnya. Maka barang siapa yang jatuh di atas batu itu, ia akan remuk; tetapi orang yang ditimpa oleh batu itu, hancurlah kelak.

Nubuatan ini sudah sering diulangi oleh orang Yahudi di rumah sembahyang, dengan mengenakannya kepada kedatangan Mesias. Kristuslah batu penjuru ekonomi Yahudi, dan untuk segenap rencana keselamatan. Batu penjuru yang menjadi dasar inilah yang sedang ditolak oleh tukang‑tukang Yahudi, para imam dan penghulu Israel. Juruselamat menarik perhatian mereka kepada nubuatan‑nubuatan yang akan menunjukkan kepada mereka bahaya yang akan menimpa mereka. Dengan setiap ikhtiar dalam kuasa‑Nya Ia berusaha menjeIaskan kepada mereka mengenai sifat perbuatan yang hendak mereka lakukan.

Dan perkataan‑Nya mempunyai maksud yang lain lagi. Dalam menanyakan pertanyaan, "Apabila datang tuan yang empunya kebun anggur itu, apakah kelak diperbuatnya ke atas orarig dusun itu?" Kristus bermaksud agar orang Farisi menjawab sebagaimana yang mereka lakukan. Ia bermaksud agar mereka mempersalahkan diri mereka sendiri. Amaran‑Nya yang sudah gagal untuk menjaga mereka kepada pertobatan, akan memeteraikan nasib mereka, dan Ia menghendaki agar mereka melihat bahwa mereka telah mernbawa kebinasaan pada diri sendiri. Ia bermaksud hendak menunjukkan kepada mereka keadilan Allah dalam menarik hak mereka sebagai suatu bangsa, yang sudah mulai, dan yang akan berakhir, bukan saja dalam kebinasaan kaabah dan kota mereka, tetapi juga dalam terseraknya bangsa itu.

Para pendengar mengakui amaran itu. Tetapi walau pun mereka sendiri telah mengucapkan hukuman ke atas diri sendiri, namun para imam dan penghulu bersedia menyempurnakan gambaran itu dengan berkata, "Inilah warisnya, marilah kita membunuh Dia." "Maka tatkala mereka itu mencari jalan hendak menangkap Dia, datanglah takut mereka itu akan orang banyak," karena sikap pikiran khalayak ramai menyenangi Kristus.

Dalam mengutip nubuatan tentang batu yang ditolak, Kristus menunjuk kepada suatu kejadian yang sebenarnya dalam sejarah Israel. Peristiwa itu dihubungkan dengan pembangunan kaabah yang mula‑mula. Meski pun peristiwa itu mempunyai penggunaan khusus pada masa kedatangan Kristus yang pertama kalinya, dan seharusnya mendapat perhatian utama di pihak orang Yahudi, namun hal itu mempunyai juga suatu pelajaran bagi kita. Ketika kaabah Soleman didirikan, batu‑batu besar untuk temboknya serta dasarnya seluruhnya disediakan di tempat penggalian batu; setelah batu‑batu itu dibawa ke tempat pembangunan, tidak ada perkakas yang . dapat digunakan mengolahnya, para pekerja hanya menaruhnya di tempatnya. Untuk dasarnya, satu batu yang luar biasa ukurannya dan aneh bentuknya telah dibawa, tetapi para pekerja tidak dapat menemukan tempat untuk batu itu, dan tidak mau menerimanya. Batu itu merupakan suatu gangguan bagi mereka sebab terletak dalam keadaan tidak dapat digunakan di tempat mereka bekerja. Lama sekali batu itu dibiarkan sebagai batu yang ditolak. Tetapi ketika tukang‑tukang hendak meletakkan batu penjuru, lama benar mereka mencari sebuah batu yang cukup besar dan kuat, dan tepat benar ukurannya, untuk mengambil tempat tertentu itu, dan menanggung berat yang luar biasa yang akan dibebankan di atasnya. Sekiranya mereka mengadakan suatu pilihan yang kurang bijaksana untuk tempat penting ini, keamanan segenap bangunan akan terancam bahaya. Mereka harus mencari sebuah batu yang sanggup menahan pengaruh matahari, salju, dan topan. Beberapa batu sudah dipilih pada berbagai‑bagai saat, tetapi di bawah tekanan berat yang luar biasa batu‑batu itu remuklah berkeping‑keping. Batu‑batu yang lain tidak dapat menahan ujian perubahan iklim yang tiba‑tiba. Tetapi pada akhirnya perhatian tertarik pada batu yang sudah begitu lama ditolak itu. Batu itu sudah kena udara, matahari dan topan, tanpa menyatakan adanya retak sedikit pun. Para tukang menyelidiki batu itu. Batu itu telah menahan setiap ujian, kecuali satu. Jika batu itu dapat menahan ujian tekanan yang luar biasa, mereka memutuskan menerimanya untuk batu penjuru. Ujian diadakan. Batu itu diterirna, dibawa ke tempat tertentu, dan ternyata paling cocok. Dalam khayal nubuatan, kepada Yesaya ditunjukkan bahwa batu ini melambangkan Kristus. Ia berkata,

"Tetapi Tuhan semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar. Ia akan menjadi tempat kdus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, srta menjai jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem. Dan banyak di antara mereka akan tersandung, jatuh dan luka parah, tertangkap dan tertawan." Dalam khayal nubuatan tentang kedatangan‑Nya yang pertama kalinya, kepada nabi itu ditunjukkan bahwa Kristus harus menanggung ujian yang dilambangkan dengan perlakuan terhadap batu penjuru utama dalam kaabah Soleman itu. "Sebab itu beginilah firman Tuhan Allah: 'Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!" Yes. 8:13‑15; 28:16.

Dalam kebijaksanaan yang tidak terbatas, Allah memilih batu dasar itu, dan meletakkannya sendiri. Ia menyebutnya "yang teperalas dengan tetap teguhnya." Segenap dunia boleh, meletakkan beban dan kesusahannya di atasnya, batu itu dapat menanggung semuanya. Mereka dapat membangun di atasnya.dengan ketenteraman yang sempurna. Kristus adalah sebuah "batu yang telah dicoba." Mereka yang percaya pada‑Nya, tidak pernah dikecewakan‑Nya. Ia telah menanggung setiap ujian. Ia telah menderita tekanan kesalahan Adam, dan kesalahan keturunannya, dan telah berhasil sebagai pemenang atas kuasa kejahatan. Ia telah menanggung beban yang diletakkan di atas‑Nya oleh setiap orang berdosa yang mau bertobat. Dalam Kristus hati yang merasa bersalah telah mendapat kelegaan. Ialah yang teperalas dengan tetap teguhnya. Semua orang yang menjadikan Dia tempat bergantung dapat beristirahat dalam keamanan yang sempurna.

Dalam nubuatan Yesaya, Kristus dinyatakan sebagai yang teperalas dengan tetap teguhnya dan sebagai batu kesentuhan. Rasul Petrus, yang menulis oleh ilham Roh Kudus, menunjukkan dengan jelas bagi siapa Kristus menjadi batu alas, dan bagi siapa Ia menjadi bukit kegelincuhan:

"Jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan. Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: 'Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.' Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: 'Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.' Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan." 1 Petr. 2:3‑8.

Bagi mereka yang percaya, Kristus menjadi dasar yang pasti. Inilah orang‑orang yang jatuh di atas Batu dan hancur. Penyerahan kepada Kristus dan iman kepada‑Nya dikemukakan di sini. Jatuh di atas Batu dan hancur artinya meninggalkan sifat membenarkan diri kita sendiri dan pergi kepada Kristus dengan kerendahan hati seorang anak, bertobat dari pelanggaran kita, dan percaya akan kasih‑Nya yang mengampuni. Dan demikian juga oleh iman dan penurutan kita mendirikan di atas Kristus sebagai dasar kita.

Di atas batu yang hidup ini, baik Yahudi mau pun kapir dapat membangun. Inilah satu‑satunya dasar yang di atasnya kita dapat membangun dengan aman. Batu itu cukup lebar untuk semua orang, dan cukup kuat untuk menahan berat dan beban segenap dunia. Dan oleh hubungan dengan Kristus, semua orang yang membangun di atas dasar ini menjadi batu‑batu yang hidup. Banyak orang dipahat, digosok dan diperindah dengan usaha mereka sendiri; tetapi mereka tidak dapat menjadi "batu‑batu yang hidup", karena mereka tidak dihubungkan dengan Kristus. Tanpa hubungan ini tidak seorang pun dapat diselamatkan. Tanpa hidup Kristus di dalam kita, kita tidak dapat menahan topan penggodaan. Keamanan kita yang abadi bergantung pada cara membangun yang teperalas dengan tetap teguhnya. Banyak orang dewasa ini membangun di atas dasar yang belum diuji. Bila hujan turun, dan topan mengamuk, dan airbah naik, rumah mereka akan rubuh, sebab tidak didirikan di atas Batu yang kekal, batu penjuru utama, Yesus Kristus.

Bagi mereka yang "terantuk oleh sebab tiada menurut firman Allah," Kristus menjadi batu syak atau bukit kegelincuhan. Tetapi "batu yang dibuangkan oleh tukang‑tukang rumah ialah sudah menjadi batu penjuru." Sebagaimana halnya.dengan batu yang ditolak, Kristus dalam tugas‑Nya di dunia ini telah diremehkan dan dicerca. Ia"dicelakan dan terhina di antara segala manusia, seorang yang kena sengsara dan yang biasa dalam kesukaran, . . . Ia dicelakan, maka kita pun tiada mengindahkan Dia." Yes. 53:3. Tetapi saatnya sudah dekat bila Ia akan dipermuliakan. Oleh kebangkitan dari antara orang mati Ia akan dinyatakan "Anak Allah dengan kuasa." Rom 1:4. Pada kedatangan‑Nya yang kedua kalinya Ia akan dinyatakan sebagai Tuhan surga dan bumi. Mereka yang kini hampir akan menyalibkan Dia akan mengenal kebesaran‑Nya. Di hadapan semesta alam batu yang ditolak akan menjadi batu penjuru utama.

Dan "orang yang ditimpa oleh batu itu, hancurlah ia kelak." Orang yang menolak Kristus segera akan melihat kota dan bangsa mereka dibinasakan. Kemuliaan mereka akan dibinasakan, dan diserakkan bagaikan debu ditiup angin. Dan apakah yang membinasakan orang Yahudi? Ialah batu yang, sekiranya mereka telah membangun di atasnya, pasti akan menjadi keamanan bagi mereka. Itulah kebaikan Allah yang ditolak, kebenaran yang dihinakan, dan kemurahan yang diremehkan. Manusia menempatkan diri mereka sendiri dalam pertentangan melawan Allah, dan segala perkara yang sebenamya dapat menjadi keselamatan mereka dibalikkan menjadi kebinasaan mereka. Segala sesuatu yang ditentukan Allah untuk membawa kepada kehidupan, mereka dapati membawa kepada maut. Penyaliban orang Yahudi akan Kristus mengakibatkan kebinasaan Yerusalem. Darah yang dicurahkan di Golgotha merupakan pemberat yang menenggelamkan mereka kepada kebinasaan bagi dunia ini dan bagi dunia yang akan datang. Demikianlah halnya dengan keadaan pada masa kesudahan yang besar itu bila hukuman akan menimpa ke atas orang‑orang yang menolak kemurahan Allah. Pada waktu itu Kristus, batu syak atau bukit kegelincuhan bagi mereka, akan kelihatan kepada mereka sebagai suatu gunung yang membalas dendam. Kemuliaan wajah‑Nya, yang menjadi hidup bagi orang benar, akan menjadi api yang menghanguskan bagi orang jahat. Karena kasih ditolak, anugerah dihinakan, maka orang berdosa akan dibinasakan.

Dengan banyak perumpamaan dan amaran yang diulang‑ulangi, Yesus menunjukkan apa yang akan diakibatkan oleh penolakan orang Yahudi akan Anak Allah. Dalam perkataan ini Ia sedang menyapa semua orang pada setiap zaman yang enggan menerima Dia sebagai Penebusnya. Setiap amaran adalah untuk mereka. Kaabah yang sudah dinajiskan, anak mereka yang tidak mau menurut, tukang kebun yang palsu, tukang‑tukang yang memandang rendah, mempunyai bagian mereka dalam pengalaman setiap orang berdosa. Kecuali ia bertobat, nasib yang diramalkannya akan dialaminya sendiri.

No comments: