Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Apr 9, 2013

Perjalanan Terakhir

Ketika pekerjaan‑Nya sudah hampir berakhir, ada suatu perubahan dalam cara kerja Kristus. Sampai saat itu Ia telah berusaha menjauhkan perhatian yang meluap‑luap dari khalayak ramai. Ia telah menolak penghormatan orang banyak, dan telah pergi cepat‑cepat dari suatu tempat ke tempat lain ketika semangat khalayak ramai yang menyukai‑Nya tampaknya berkobar‑kobar sehingga tidak dapat dibatasi. Berkali‑kali Ia telah memerintahkan agar jangan seorang pun mengumumkan bahwa Ialah Kristus.

Pada saat Hari Raya Pondok Daun‑daunan, perjalanan‑Nya ke Yerusalem dilakukan‑Nya dengan cepat‑cepat dan sembunyi‑sembunyi. Ketika didesak oleh saudara‑saudara‑Nya untuk menunjukkan diri‑Nya kepada khalayak ramai sebagai Mesias, jawab‑Nya ialah "Saat‑Ku belum sampai." Yoh. 7:6. Ia mengadakan perjalanan‑Nya ke Yerusalem tanpa diperhatikan, dan memasuki kota itu tanpa diumumkan, dan tidak dihormati oleh orang banyak. Tetapi bukannya demikian halnya dengan perjalanan‑Nya yang terakhir. Ia telah meninggalkan Yerusalem sementara waktu karena kebencian (Pasal ini dialaskan atas Lukas 9:51‑56; 10:1‑24.) imam‑imam dan rabbi‑rabbi. Tetapi sekarang berangkatlah Ia pulang, mengadakan perjalanan‑Nya dalam cara yang dapat dilihat oleh khalayak ramai, melalui jalan panjang, dan didahului dengan pengumuman perihal kedatangan‑Nya seperti yang belum pernah diadakan‑Nya sebelumnya. Ia sedang maju kepada peristiwa pengorbanan‑Nya yang besar, dan kepada hal ini perhatian orang banyak harus dialihkan.

"Sebagaimana Musa telah menaikkan ular itu di padang belantara, begitulah juga wajib Anak Manusia dinaikkan." Yoh. 3:14. Sebagaimana mata segenap Israel telah ditujukan kepada ular yang dinaikkan, yakni lambang yang ditentukan demi kesembuhan mereka, demikian juga segala mata harus ditarik kepada Kristus, korban yang membawa keselamatan kepada dunia yang hilang.

Pengertian yang salah akan pekerjaan Mesias, dan kurang iman akan tabiat Ilahi pada Yesus, itulah yang mendorong saudara‑saudara‑Nya untuk mendesak Dia agar Ia menunjukkan diri‑Nya terang‑terangan kepada orang banyak pada Hari Raya Pondok Daun‑daunan. Sekarang, dalam roh yang sama dengan ini, murid‑murid hendak mencegah agar Dia tidak mengadakan perjalanan ke Yerusalem. Mereka teringat akan perkataan‑Nya mengenai apa yang akan menimpa Dia di sana, mereka tahu akan sikap permusuhan yang hebat di pihak para pemimpin agama, dan mereka ingin mencegah Guru mereka agar Ia jangan pergi ke sana.

Bagi hati Kristus, memaksakan jalan‑Nya terhadap ketakutan, kekecewaan, dan kurang percaya di pihak murid‑murid yang dikasihi‑Nya sungguh merupakan suatu tugas yang pahit. Sukar menuntun mereka maju terhadap dukacita dan putus asa yang menunggu mereka di Yerusalem. Dan Setan ada di tempat itu untuk mendesakkan penggodaannya pada Anak Manusia. Mengapa Ia harus pergi ke Yerusalem sekarang, kepada kematian yang pasti? Di sekeliling‑Nya terdapat jiwa‑jiwa yang lapar akan roti hidup. Di segala tempat terdapatlah orang‑orang yang menderita yang sedang menunggu ucapan‑Nya yang menyembuhkan. Pekerjaan yang hendak dikerjakan oleh Injil anugerah‑Nya baru saja dimulai. Dan Ia penuh dengan kekuatan masa remaja. Mengapa tidak maju ke ladang dunia yang luas dengan sabda anugerah‑Nya, jamahan kuasa penyembuhan‑Nya. Mengapa tidak menikmati kegembiraan dalam memberikan terang dan kesukaan kepada berjuta‑juta orang yang ada dalam kegelapan dan berdukacita? Mengapa meninggalkan pengumpulan panen kepada murid‑murid‑Nya, yang sangat lemah dalam iman, sangat lamban dalam pengertian, dan sangat lambat dalam bertindak? Mengapa menghadapi kematian sekarang, dan meninggalkan pekerjaan dalam permulaan masa perkembangannya? Musuh yang telah berhadapan dengan Kristus di padang belantara menyerang Dia sekarang dengan penggodaan yang ganas dan licik. Seandainya Yesus telah menyerah sesaat saja lamanya, seandainya Ia telah menukar arah‑Nya dalam hal yang terkecil sekalipun untuk menyelamatkan diri‑Nya, maka agen‑agen Setan tentu akan menang, dan dunia tentu akan hilang.

Tetapi "ditetapkan‑Nya tujuan‑Nya akan berjalan ke Yerusalem." Hukum kehidupan‑Nya ialah kehendak Bapa. Dalam kunjungan ke kaabah pada masa kanak‑kanak‑Nya, Ia telah mengatakan kepada Maryam, "Tiadakah kamu ketahui, bahwa Aku wajib ada di dalam pekerjaan Bapa‑Ku?" Luk. 2:49. Di Kana, ketika Maryam menghendaki agar Dia menyatakan kuasa mukjizat‑Nya, jawab‑Nya ialah, "Saatku belum sampai." Yoh. 2:4. Dengan perkataan yang sama Ia menjawab saudara‑saudara‑Nya ketika mereka mendesak Dia pergi ke pesta itu. Tetapi dalam rencana Allah yang besar saat sudah ditentukan untuk mempersembahkan diri‑Nya bagi dosa manusia, dan saat itu segera akan tiba. Ia tidak akan gagal atau terserandung. Langkah‑Nya ditujukan ke Yerusalem, di tempat musuh‑musuh‑Nya sudah lama bersekongkol hendak membunuh Dia; sekarang Ia akan menyerahkan nyawa‑Nya. Ditetapkan‑Nya tujuan‑Nya akan menghadapi aniaya, penyangkalan, penolakan, hukuman, dan kematian.

Dan Ia "menyuruhkan beberapa pesuruh di hadapan‑Nya. Maka pergilah mereka itu, lalu masuk ke dalam sebuah kampung orang Samaria akan menyediakan bagi‑Nya tempat persinggahan." Tetapi orang banyak enggan menerima Dia, karena Ia sedang dalam perjalanan ke Yerusalem. Hal ini mereka tafsirkan dengan pengertian bahwa Kristus menunjukkan kecenderungan untuk lebih menyukai orang Yahudi, yang mereka benci dengan kepahitan yang tidak terkatakan. Seandainya Ia datang memulihkan kaabah dan perbaktian di atas gunung Gerizim, tentu mereka, menerima Dia. dengan senang hati; tetapi Ia sedang menuju ke Yerusalem, dan mereka tidak mau menunjukkan sifat suka menerima tamu kepada‑Nya. Mereka kurang menyadari bahwa mereka sedang menolak pemberian surga yang terbaik dari pintu mereka. Yesus mengundang manusia meminta mereka menerima Dia. Dia meminta supaya berkenan kepada mereka, supaya Ia datang mendekati mereka, untuk mengaruniakan berkat‑berkat‑Nya yang paling limpah. Untuk semua kebaikan yang ditunjukkan kepada‑Nya, Ia membalasnya dengan anugerah yang lebih berharga. Tetapi segala sesuatu sudah hilang bagi orang Samaria karena prasangka dan kefanatikan mereka.

Yakub dan Yohanes, yakni pesuruh‑pesuruh Kristus, sangat sakit hati karena hinaan yang ditunjukkan kepada Tuhannya. Mereka dipenuhi dengan kemarahan karena Ia telah diperlakukan dengan sangat kasar oleh orang Samaria yang sedang dihormati‑Nya dengan hadirat‑Nya. Belum lama berselang mereka telah bersama‑sama dengan Dia ketika Ia dipermuliakan di atas gunung, dan telah melihat Dia dipermuliakan oleh Allah, dan dihormati oleh Musa dan Elia. Pada hemat mereka, sikap tidak hormat yang terang‑terangan di pihak orang Samaria ini tidak boleh dilalukan begitu saja tanpa hukuman yang nyata.

Setelah datang kepada Kristus, mereka melaporkan perkataan orang banyak kepada‑Nya, dengan mengatakan kepada‑Nya bahwa mereka malah sudah enggan memberi tumpangan bagi‑Nya biar pun semalam saja. Mereka berpendapat bahwa suatu kesalahan yang menyedihkan telah dilakukan terhadap‑Nya, dan sambil melihat ke gunung Karmel di kejauhan, di mana Elia telah membunuh nabi‑nabi palsu, mereka berkata, "Maukah Tuhan, kami menyuruhkan api turun dari langit akan menghanguskan mereka itu?" Mereka merasa heran melihat bahwa Yesus merasa getir dengan perkataan mereka, dan lebih heran pula ketika mereka mendengar tempelakan‑Nya, "Bahwa kamu tak tahu akan hal bagaimana perangaimu. Karena Anak Manusia datang bukannya hendak membinasakan nyawa orang, melainkan hendak memeliharakan dia."*) Maka pergilah Ia ke sebuah kampung yang lain.

Memaksa manusia supaya menerima Dia bukanlah merupakan sebagian dari tugas Kristus. Setan dan manusia yang digerakkan oleh rohnya itulah yang berusaha memaksa angan‑angan hati. Dengan pura‑pura bersemangat bagi kebenaran, manusia yang bersekutu dengan melaikat‑malaikat yang jahat membawa penderitaan kepada sesama manusia, supaya dapat menarik mereka kepada buah pikiran mereka tentang agama; tetapi Kristus senantiasa menunjukkan kemurahan, selalu berusaha memenangkan dengan menyatakan kasih‑Nya. Ia tidak dapat menerima saingan dalam jiwa, atau pun menerima pelayanan yang setengah‑setengah, tetapi Ia menghendaki hanya pelayanan sukarela, penyerahan hati dengan kerelaan di bawah dorongan kasih. Tidak ada bukti yang lebih pasti bahwa kita memiliki roh Setan daripada adanya pembawaan untuk melukai atau membinasakan orang‑orang yang tidak menghargai pekerjaan kita, atau yang bertindak melawan buah pikiran kita.

Setiap manusia, dalam tubuh, jiwa dan roh, adalah milik Allah. Kristus mati untuk menebus semua orang. Tidak suatu pun lebih menghina Allah daripada manusia, yang karena kefanatikan agama, membawa penderitaan pada mereka yang dibeli dengan darah Juruselamat.

"Maka berangkatlah Yesus dari sana, dan sampailah ke jajahan negeri Yudea, dan ke seberang Yarden; maka banyak orang berhimpun pula datang kepada‑Nya, lalu diajar‑Nya pula mereka itu seperti adat‑Nya." Mark. 10:1.

Sebagian besar dari bulan‑bulan terakhir dalam masa kerja Kristus digunakan‑Nya di Perea, propinsi "di seberang Yarden" dari Yudea. Di sinilah orang banyak berkerumun kepada‑Nya sebagaimana pada permulaan rnasa kerja‑Nya di Galilea, dan banyak ajaran‑Nya yang dahulu itu diulangi. (*) Luk. 9:55, 56 terjemahan Klinkert) Sebagaimana Ia telah mengutus kedua belas murid‑Nya, demikian juga Ia "menentukan tujuh puluh murid lain pula, lalu menyuruhkan mereka itu berdua‑dua mendahului Dia ke tiap‑tiap negeri dan tempat, yang Ia sendiri hendak singgah." Luk. 10:1. Murid‑murid ini sudah bersama‑sama dengan Dia beberapa waktu lamanya, dalam latihan untuk pekerjaan mereka. Ketika keduabelas murid diutus untuk tugas mereka yang terpisah‑pisah, murid‑murid lain menemani Yesus dalam perjalanan‑Nya melalui Galilea. Dengan demikian mereka mendapat kesempatan untuk bergaul rapat dengan Dia, serta mendapat instruksi pribadi secara langsung. Sekarang orang yang berjumlah lebih besar ini pula harus pergi melakukan tugas yang terpisah‑pisah.

Petunjuk yang diberikan kepada ketujuhpuluh murid ini serupa dengan petunjuk yang telah diberikan keduabelas murid; tetapi perintah kepada keduabelas murid, yakni jangan memasuki suatu kota orang kapir dan orang Samaria, tidak diberikan kepada ketujuhpuluh murid. Meski pun Kristus baru saja ditolak oleh orang Samaria, namun kasih‑Nya terhadap mereka tidak berubah. Ketika ketujuhpuluh murid pergi keluar dalam nama‑Nya, pertama‑tama mereka mengunjungi kota‑kota Samaria.

Kunjungan Juruselamat sendiri ke Samaria, dan kemudian, pujian pada orang Samaria yang baik hati, dan kegembiraan orang kusta yang penuh rasa terima kasih, seorang Samaria, yang satu‑satunya dari kesepuluh orang kembali mengucapkan terirna kasih kepada Kristus, sungguh penuh dengan makna bagi murid‑murid. Pelajaran itu meresap benar‑benar ke dalam hati mereka. Dalam perintah‑Nya kepada mereka, sesaat sebelum kenaikan‑Nya, Yesus menyebutkan Samaria dengan Yerusalem dan Yudea sebagai tempat‑tempat di mana mereka harus memasyhurkan Injil. Ajaran‑Nya telah menyediakan mereka untuk memenuhi perintah ini. Ketika mereka pergi ke Samaria dalam nama Tuhan, mereka mendapati bahwa orang banyak sudah bersedia menerimanya. Orang Samaria telah mendengar perkataan pujian Kristus serta perbuatan kemurahan‑Nya bagi bangsa mereka. Mereka melihat bahwa, meski pun perlakuan mereka kepada‑Nya kasar, namun dalam pikiran‑Nya hanya terdapat kasih terhadap mereka, dan hati mereka dimenangkan. Sesudah kenaikan‑Nya, mereka menyambut utusan‑utusan Juruselamat, dan murid‑murid mengumpulkan suatu panen yang berharga dari antara mereka yang pernah menjadi musuh mereka yang paling pahit. "Buluh yang terkulai tiada akan dipatahkan‑Nya dan sumbu yang lagi berasap tiada akan dipadamkan‑Nya; maka Ia pun akan menyatakan hukum dan kebenaran." "Dan kepada nama‑Nya segala orang kapir akan berharap." Yes. 42:3; Mat. 12:21.

Dalam mengutus ketujuhpuluh murid, Yesus memerintahkan kepada mereka, sebagaimana telah diperintahkan‑Nya kepada keduabelas murid, agar mereka tidak mendesak masuk ke tempat di mana mereka tidak diterima dengan baik. "Apabila kamu masuk ke negeri mana pun, tetapi orangnya tiada menerima kamu," kata‑Nya, "pergilah kamu keluar ke jalan‑jalannya, katakanlah: Debu negerimu yang lekat pada kaki kami itu pun, kami kebaskan kepadamu; akan tetapi ketahuilah olehmu, bahwa kerajaan Allah sudah dekat." Mereka tidak boleh melakukan hal ini dari motif marah atau oleh kesombongan yang dilukai, melainkan menunjukkan betapa menyedihkanlah bila menolak pekabaran Tuhan atau pesuruh‑pesuruh‑Nya. Menolak hamba‑hamba Tuhan adalah menolak Kristus Sendiri.

"Aku berkata kepadamu," Yesus menambahkan, "Bahwa pada hari itu siksa negeri Sodom terlebih ringan daripada siksa negeri itu." Kemudian pikiran‑Nya kembali kepada kota‑kota Galilea di tempat sebagian besar masa kerja‑Nya telah digunakan. Dalam nada yang sangat sedih Ia berseru, "Celakalah engkau, hai Khorazin! Celakalah engkau, hai Baitsaida! Karena jikalau di dalam Tsur dan Sidon sudah jadi segala mukjizat seperti yang sudah berlaku di dalam kamu; tak dapat tiada sudah lama ia bertobat serta duduk berkainkan karung dan berabu. Tetapi siksa Tsur dan Sidon pada hari kiamat terlebih ringan daripada siksa kamu. Dan engkau, hai Kapernaum,  engkau ditinggikan sampai ke langitkah? Sampai ke dalam alam maut engkau akan ditolakkan?"

Kepada kota‑kota yang ramai di sekitar tasik Galilea, berkat‑berkat surga yang paling limpah telah ditawarkan dengan bebas. Dari hari ke hari Putera kehidupan sudah masuk dan keluar di antara mereka. Kemuliaan Allah, yang sudah lama dirindukan oleh nabi‑nabi dan raja‑raja, telah bersinar pada orang banyak yang mengerumuni Juruselamat. Meski purr demikian mereka telah menolak Pemberian surga.

Dengan mempertunjukkan kebijaksanaan besar rabbi‑rabbi telah mengamarkan orang banyak agar jangan menerima doktrin‑doktrin baru yang diajarkan oleh guru yang baru ini; karena teori‑teori dan kebiasaan‑kebiasaan‑Nya bertentangan dengan ajaran nenek moyang. Orang banyak percaya akan apa yang diajarkan oleh imam‑imam dan orang Farisi, gantinya berusaha mengerti sabda Allah bagi diri sendiri. Mereka menghormati imam‑imam dan penghulu‑penghulu gantinya menghormati Allah, dan menolak kebenaran supaya mereka dapat memelihara tradisi mereka sendiri. Banyak orang telah mendapat kesan dan hampir terbujuk, tetapi mereka tidak bertindak berdasarkan keyakinan mereka, dan tidak dianggap berada di pihak Kristus. Setan memperlihatkan penggodaannya, sampai terang kelihatan sebagai kegelapan. Dengan demikian banyak orang menolak kebenaran yang sebenarnya terbukti menyelamatkan jiwa.

Saksi Yang Benar berkata, "Tengoklah, Aku berdiri di muka pintu sambil mengetuk." Why. 3:20. Setiap amaran, teguran, dan permohonan dalam sabda Allah atau dengan perantaraan pesuruh‑pesuruh‑Nya adalah ketukan di pintu hati. Itulah suara Yesus yang meminta masuk. Dengan setiap ketukan yang tidak dihiraukan, kecenderungan untuk membuka menjadi lebih lemah. Kesan Roh Kudus jika tidak diindahkan hari ini, tidak akan sama kuatnya besok. Hati menjadi kurang bersedia menerima kesan, dan terjerumus ke dalam bahaya tidak menyadari akan singkatnya hidup di dunia ini, serta akan masa kekekalan yang akan datang. Hukuman kita pada masa pehukuman tidak akan diakibatkan oleh kenyataan bahwa kita sudah ada dalam kesalahan, melainkan dari kenyataan bahwa kita telah melalaikan kesempatan yang diberikan oleh surga untuk mengetahui apakah kebenaran itu.

Sebagaimana halnya dengan rasul‑rasul, ketujuhpuluh murid telah menerima pemberian di luar kodrat alam sebagai suatu meterai bagi tugas mereka. Ketika pekerjaan mereka sudah selesai, mereka pun kembalilah dengan kegembiraan, seraya menyatakan, "Ya Tuhan, segala Setan juga takluk kepada kami atas nama Tuhan." Yesus menjawab, "Aku nampak Iblis jatuh seperti kilat dari langit."

Peristiwa tentang masa lampau dan masa depan ditunjukkan pada pikiran Yesus. Ia memandang bintang kejora, ketika ia mula‑mula dibuang dari surga. Ia memandang ke depan kepada peristiwa kesengsaraan‑Nya sendiri, bilamana di hadapan segala dunia tabiat penipu itu akan dibukakan. Ia mendengar seruan, "Sudahlah genap" (Yoh. 19:30), yang mengumumkan bahwa penebusan umat manusia yang hilang sudah dipastikan selama‑lamanya, bahwa surga sudah dijadikan aman selama‑lamanya terhadap tuduhan, penipuan, dan kepura‑puraan, yang hendak didatangkan oleh Setan.

Di seberang salib di Golgota, dengan kesengsaraan dan malunya, Yesus memandang ke depan kepada hari besar yang terakhir, bila kuasa penguasa di udara akan menemui kebinasaan di bumi yang sudah lama sekali dirusakkan oleh pemberontakannya. Yesus memandang pekerjaan kejahatan berakhir selama‑lamanya, dan damai Allah memenuhi langit dan bumi.

Sejak saat ini para pengikut Kristus harus memandang kepada Setan sebagai seorang musuh yang sudah dikalahkan. Di atas salib, Yesus mendapat kemenangan bagi mereka; Ia menghendaki agar kemenangan itu mereka terima sebagai milik mereka sendiri, "Ingatlah," kata‑Nya, "Aku memberi kamu kuasa memijak ular dan kalajengking, dan kuasa atas segala kekuatan musuh; maka suatu pun tiada yang memberi bahaya kepadamu."

Kuasa Roh Kudus yang maha kuasa merupakan pertahanan setiap jiwa yang menyesal. Tidak seorang pun yang dalam penyesalan dan iman telah menuntut perlindungan‑Nya akan diperkenankan Kristus melalui kuasa musuh. Juruselamat berada di sisi umat‑Nya yang digoda dan diuji. Dengan Dia tidak mungkin ada kegagalan, kerugian, kemustahilan, atau kekalahan; segala sesuatu dapat kita tanggung di dalam Dia yang menguatkan kita. Bila penggodaan dan ujian datang, jangan tunggu untuk membereskan segala kesulitan itu, melainkan pandanglah kepada Yesus, penolongmu.

Ada orang Kristen yang memikirkan dan membicarakan terlalu banyak tentang kuasa Setan. Mereka memikirkan tentang lawan mereka, dan mereka berdoa tentang kuasa Setan. Mereka memikirkan tentang lawan mereka, dan mereka berdoa tentang dia, mereka bercakap‑cakap tentang dia, dan ia muncul lebih besar dan lebih besar dalam angan‑angan mereka. Memang benar bahwa Setan adalah suatu makhluk yang berkuasa; tetapi, syukur kepada Allah, kita mempunyai seorang Juruselamat yang paling berkuasa, yang mengusir sijahat dari surga. Setan senang bila kita membesar‑besarkan kuasanya. Mengapa tidak mempercakapkan tentang Yesus? Mengapa tidak membesar‑besarkan kuasa‑Nya dan kasih‑Nya?

Pelangi janji yang mengelilingi takhta di surga merupakan suatu kesaksian yang kekal bahwa "Allah mengasihi isi dunia ini sehingga dikaruniakan‑Nya Anak‑Nya yang tunggal itu, supaya barang siapa yang percaya akan Dia jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Yoh. 3:16. Hal itu menyaksikan kepada semesta alam bahwa Allah tidak pernah akan meninggalkan umat‑Nya dalam pergumulan mereka dengan kejahatan. Itulah suatu jaminan bagi kita tentang kekuatan dan perlindungan selama takhta itu sendiri tetap berdiri.

Yesus menambahkan, "Tetapi di dalam hal ini jangan kamu bersukacita, yaitu bahwa segala Setan takluk kepadamu; melainkan bersukacitalah sebab namamu tersurat di dalam surga." Jangan bersukacita karena memiliki kuasa, agar jangan engkau melupakan perlunya bergantung pada Allah. Berhati‑hatilah agar jangan engkau merasa diri sudah cukup, dan engkau bekerja dalam kekuatanmu sendiri, gantinya dalam roh dan kekuatan Gurumu. Penghormatan terhadap diri sendiri siap mencengkam jika pekerjaan mengalami suatu taraf kemajuan. Diri sendiri dipuji secara berlebih‑lebihan dan ditinggikan, dan kesan tidak diberikan pada pikiran orang‑orang lain bahwa Allah adalah segala sesuatu dan dalam segala sesuatu. Rasul Paulus berkata, "Apabila aku lemah, pada masa itulah Aku kuat." 2 Kor. 12:10. Bila kita mempunyai rasa kesadaran akan kelemahan kita, maka kita belajar bergantung pada suatu kuasa yang tidak dapat dipisahkan. Tidak suatu pun dapat mengendalikan hati dengan teguhnya sebagaimana halnya dengan selalu adanya rasa tanggung jawab kita kepada Allah. Tidak suatu pun menyelami benar‑benar motif tingkah‑laku yang paling dalam sebagaimana halnya dengan perasaan kasih Kristus yang mengampuni. Kita harus berhubungan dengan Allah, dan dengan demikian kita akan dipenuhi dengan Roh Suci‑Nya, yang memungkinkan kita berhubungan dengan sesama manusia. Sebab itu bersukacitalah karena dengan perantaraan Kristus engkau dihubungkan dengan Allah, menjadi anggota keluarga surga. Selama engkau memandang lebih tinggi daripada dirimu sendiri, engkau akan selalu merasakan adanya kelemahan manusia. Makin kurang engkau mencintai dirimu sendiri, akan lebih jelas dan sempurnalah pengertianmu akan keunggulan Juruselamatmu. Lebih dekat engkau menghubungkan dirimu dengan sumber terang dan kuasa, lebih besar pula terang akan dipancarkan kepadamu, dan lebih besar pula kuasa akan diberikan kepadamu untuk bekerja bagi Allah. Bersukacitalah karena engkau satu dengan Allah, satu dengan Kristus, dan dengan segenap keluarga surga.

Sementara ketujuhpuluh rnurid mendengarkan perkataan Kristus, Roh Kudus sedang mempengaruhi pikiran mereka dengan kenyataan‑kenyataan yang hidup, serta menuliskan kebenaran di atas loh jiwa. Meski pun orang banyak mengelilingi mereka, namun mereka seakan‑akan tinggal di dalam tempat terlindung bersama‑sama dengan Allah.

Ketika mengetahui bahwa mereka telah mendapat ilham pada saat itu, "bergemarlah Yesus di dalam Rohu'lkudus serta kata‑Nya: Ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, Aku memuji Engkau, sebab Engkau melindungkan perkara ini daripada orang budiman dan berpengetahuan dan menyatakan dia kepada kanak‑kanak; ya Bapa, karena yang demikian itulah berkenan pada pemandangan‑Mu. Segala sesuatu sudah diserahkan kepada‑Ku oleh Bapa‑Ku, dan seorang pun tiada mengenal Anak itu, hanyalah Bapa sahaja, dan seorang pun tiada mengenal Bapa itu, hanyalah Anak sahaja, dan lagi orang, yang hendak dinyatakan kepadanya oleh Anak itu."

Orang‑orang terhormat di dunia ini, serta mereka yang dinamakan orang‑orang besar dan budiman, dengan segala pengetahuan yang mereka banggakan, tidak dapat menyelami tabiat Kristus. Mereka menghakimi Dia dari rupa secara lahir, dari kehinaan yang menimpa Dia sebagai manusia. Tetapi kepada para nelayan dan pemungut cukai telah dikaruniakan pengertian untuk melihat Yang Tidak Kelihatan. Murid‑murid sekali pun tidak mengerti segala perkara yang hendak dinyatakan Yesus kepada mereka; tetapi sekali‑sekali, ketika mereka menyerahkan diri kepada kuasa Roh Kudus, pikiran mereka diterangi. Mereka menyadari bahwa Allah yang berkuasa, yang berpakaikan kemanusiaan, ada di antara mereka. Yesus bersukacita karena meski pun pengetahuan ini tidak dimiliki oleh orang budiman dan berpengetahuan, namun sudah dinyatakan kepada orang‑orang yang hina ini. Sering tatkala Ia telah mengemukakan tulisan Perjanjian Lama, dan menunjukkan penggunaan‑Nya pada diri‑Nya, serta halnya dengan perasaan kasih Kristus yang mengampuni. Kita harus berhubungan dengan Allah, dan dengan demikian kita akan dipenuhi dengan Roh Suci‑Nya, yang memungkinkan kita berhubungan dengan sesama manusia. Sebab itu bersukacitalah karena dengan perantaraan Kristus engkau dihubungkan dengan Allah, menjadi anggota keluarga surga. Selama engkau memandang lebih tinggi daripada dirimu sendiri, engkau akan selalu merasakan adanya kelemahan manusia. Makin kurang engkau mencintai dirimu sendiri, akan lebih jelas dan sempurnalah pengertianmu akan keunggulan Juruselamatmu. Lebih dekat engkau menghubungkan dirimu dengan sumber terang dan kuasa, lebih besar pula terang akan dipancarkan kepadamu, dan lebih besar pula kuasa akan diberikan kepadamu untuk bekerja bagi Allah. Bersukacitalah karena engkau satu dengan Allah, satu dengan Kristus, dan dengan segenap keluarga surga.

Sementara ketujuhpuluh rnurid mendengarkan perkataan Kristus, Roh Kudus sedang mempengaruhi pikiran mereka dengan kenyataan‑kenyataan yang hidup, serta menuliskan kebenaran di atas loh jiwa. Meski pun orang banyak mengelilingi mereka, namun mereka seakan‑akan tinggal di dalam tempat terlindung bersama‑sama dengan Allah.

Ketika mengetahui bahwa mereka telah mendapat ilham pada saat itu, "bergemarlah Yesus di dalam Rohu'lkudus serta kata‑Nya: Ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, Aku memuji Engkau, sebab Engkau melindungkan perkara ini daripada orang budiman dan berpengetahuan dan menyatakan dia kepada kanak‑kanak; ya Bapa, karena yang demikian itulah berkenan pada pemandangan‑Mu. Segala sesuatu sudah diserahkan kepada‑Ku oleh Bapa‑Ku, dan seorang pun tiada mengenal Anak itu, hanyalah Bapa sahaja, dan seorang pun tiada mengenal Bapa itu, hanyalah Anak sahaja, dan lagi orang, yang hendak dinyatakan kepadanya oleh Anak itu."

Orang‑orang terhormat di dunia ini, serta mereka yang dinamakan orang‑orang besar dan budiman, dengan segala pengetahuan yang mereka banggakan, tidak dapat menyelami tabiat Kristus. Mereka menghakimi Dia dari rupa secara lahir, dari kehinaan yang menimpa Dia sebagai manusia. Tetapi kepada para nelayan dan pemungut cukai telah dikaruniakan pengertian untuk melihat Yang Tidak Kelihatan. Murid‑murid sekali pun tidak mengerti segala perkara yang hendak dinyatakan Yesus kepada mereka; tetapi sekali‑sekali, ketika mereka menyerahkan diri kepada kuasa Roh Kudus, pikiran mereka diterangi. Mereka menyadari bahwa Allah yang berkuasa, yang berpakaikan kemanusiaan, ada di antara mereka. Yesus bersukacita karena meski pun pengetahuan ini tidak dimiliki oleh orang budiman dan berpengetahuan, namun sudah dinyatakan kepada orang‑orang yang hina ini. Sering tatkala Ia telah mengemukakan tulisan Perjanjian Lama, dan menunjukkan penggunaan‑Nya pada diri‑Nya, serta pekerjaan grafirat‑Nya, mereka telah digugah oleh Roh‑Nya, dan diangkat ke dalam suasana surga. Mengenai kebenaran rohani yang diucapkan oleh nabi‑nabi mereka mendapat pengertian yang lebih jelas daripada para penulisnya yang semula. Sesudah saat itu mereka mau membaca tulisan Perjanjian Lama, bukannya sebagai ajaran ahli taurat dan orang Farisi, bukannya sebagai ucapan orang‑orang budiman yang sudah meninggal melainkan sebagai suatu wahyu yang baru dari Allah. Mereka memandang Dia "yang dunia ini tiada dapat menyambut, oleh sebab tiada ia nampak Dia, dan tiada kenal Dia; tetapi kamu ini kenal Dia, karena Ia tinggal beserta dengan kamu, dan Ia akan ada di dalam kamu." Yoh. 14:17.

Satu‑satunya jalan yang dalamnya kita dapat memperoleh suatu pengertian yang lebih sempurna tentang kebenaran ialah oleh memelihara hati itu dalam keadaan lemah lembut dan ditaklukkan oleh Roh Kristus. Jiwa harus dibersihkan dari kesia‑siaan dan kesombongan, dan dikosongkan dari segala sesuatu yang telah memiliki jiwa itu, dan Kristus harus bertakhta di. dalamnya. Ilmu pengetahuan manusia sangat terbatas untuk memahami grafirat itu. Rencana penebusan sangat luas sehingga filsafat tidak dapat menjelaskannya. Hal itu akan senantiasa tetap merupakan suatu rahasia yang tidak dapat diduga oleh pertimbangan yang paling dalam. llmu keselamatan tidak dapat dijelaskan, tetapi ilmu itu dapat diketahui dengan pengalaman. Hanya orang yang melihat keadaannya yang berdosa dapat melihat alangkah berharganya Juruselamat itu.

Pelajaran yang diajarkan oleh Kristus sungguh penuh dengan petunjuk ketika Ia berjalan pelahan‑lahan dari Galilea ke Yerusalem. Dengan penuh kerinduan orang banyak mendengarkan perkataan‑Nya. Di Perea, sebagaimana halnya di Galilea, orang banyak kurang dikuasai dengan kefanatikan orang Yahudi daripada di Yudea, dan ajaran‑Nya mendapat sambutan dalam hati mereka.

Selama bulan‑bulan terakhir dari masa kerja‑Nya, banyak perumpamaan Kristus diucapkan. Imam‑imam dan rabbi‑rabbi mengikuti Dia dengan kepahitan yang kian bertambah, dan segala amaran‑Nya kepada mereka ditudungi‑Nya dalam lambang. Mereka tidak dapat salah mengerti akan maksud‑Nya, tetapi tidak suatu pun mereka dapati dalam perkataan‑Nya yang dapat dijadikan alasan untuk menuduh Dia. Dalam perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai, doa yang merasa diri sudah cukup, "Ya Allah, aku ucapkan syukur kepada‑Mu, sebab aku bukannya sama seperti orang lain," sangatlah menyolok perbedaannya dengan permohonan yang penuh penyesalan, "Ya Allah, kasihankanlah hamba, orang berdosa ini." Luk. 18:1 1, 13. Dengan demikian Kristus menempelak kepura‑puraan orang Yahudi. Dan dengan menggunakan kiasan pohon ara yang tidak berbuah dan perjamuan yang besar Ia meramalkan nasib yang hampir akan menimpa bangsa yang tidak mau bertobat itu. Mereka yang telah menolak undangan ke pesta Injil itu dengan ejekan, mendengar perkataan amaran‑Nya, "Karena Aku berkata kepadamu: Bahwa seorang pun tiada dari antara segala orang jemputan itu akan merasai perjamuan‑Ku itu." Luk. 14:24.

Amatlah berharga petunjuk yang diberikan kepada murid‑murid. Perumpamaan tentang janda yang meminta berkali‑kali dengan tidak putus asa dan sahabat yang meminta roti pada tengah malam memberi tekanan baru pada perkataan‑Nya, "Pintalah, maka akan diberi kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketuklah pintu, maka pintu akan dibukakan bagimu." Luk. 11:9. Dan sering iman mereka yang goyah dikuatkan oleh mengingat apa yang telah dikatakan Yesus, "Tiadakah Allah kelak membenarkan hal orang‑orang pilihan‑Nya yang menyeru Dia siang malam, meski pun dengan lambatnya kepada mereka itu? Bahkan, Aku berkata kepadamu: Dengan segeranya Ia akan membenarkan hal mereka itu." Luk. 18:7, 8.

Perumpamaan yang indah tentang domba yang hilang diulangi Kristus. Dan Ia malah melanjutkan pelajarannya lebih jauh lagi, ketika Ia menceritakan tentang dinar yang hilang dan anak yang hilang. Makna pelajaran ini tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh murid‑murid pada saat itu; tetapi setelah kecurahan Roh Kudus, ketika mereka melihat pengumpulan orang Kafir serta amarah orang Yahudi yang cemburu itu, mereka pun lebih mengerti pelajaran tentang anak yang hilang, dan dapat turut merasakan kegembiraan perkataan Kristus, "Patutlah bersuka ria dan bersukacita;" "karena anakku ini sudah mati, dan hidup balik; ia sudah hilang, dan dapat balik." Luk. 15:32, 24. Dan ketika mereka pergi keluar dalam nama Tuhan, menghadapi celaan dan kemiskinan dan aniaya, mereka sering menguatkan hati mereka oleh mengulangi perintah‑Nya yang diucapkan pada perjalanan terakhir ini, "Janganlah takut, hai sekawan domba yang kecil ini, karena itulah kesukaan Bapamu mengaruniai kamu kerajaan itu. Jualkanlah barang yang ada padamu, dan sedekahkanlah; perbuatlah akan dirimu pundi‑pundi yang tiada akan buruk, suatu harta yang tiada berkesudahan di surga, yaitu di tempat pencuri tiada masuk, dan yang tiada gegat membinasakan. Karena barang di mana ada hartamu, di situlah juga hatimu." Luk. 12:32‑34.

No comments: