Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Sep 13, 2013

Siapakah Yang Menulis Qur’an

Tulisan ini meneliti penulis buku suci Islam yakni Al-Qur'an. Yang dilakukan di sini adalah cara baru mengamati Qur'an. Dengan menggunakan pemikiran yang masuk akal dan referensi sejarah yang ada tentang penulisan Qur'an, maka muncul sebuah kesimpulan. Cara penelitian seperti ini sangat bertentangan dengan iman buta para Muslim yang menerima begitu saja keaslian Qur'an tanpa pernah mempertanyakannya. Dengan mengamati, memilah, dan dengan seksama mengartikan isi Qur'an, ahadis (perbuatan dan perkataan Muhammad) dan Sirah Rasul Allah (kisah hidup Muhammad, ditulis oleh Ibn Ishaq), maka penulis dapat menentukan beberapa orang yang secara tak dapat disangkal lagi telah menyumbang pembuatan komposisi ayat-ayat Qur'an. Bukan Allah yang menulis Qur'an; bahkan bukan Muhammad sendiri yang menulis Qur'an. Qur'an tidak diciptakan oleh satu makhluk atau orang saja. Ada beberapa kelompok orang yang ikut membuat komposisi, tulisan, perbaikan, masukan dan bahkan menghapus ayat-ayat Qur'an. orang terpenting yang terlibat dalam pembuatan Qur'an adalah: Imrul Qays, Zayd b. Amr, Hasan b. Thabit, Salman, Bahira, ibn Qumta, Waraqa dan Ubayy b. Ka'b. Muhammad sendiri terlibat dalam membuat sejumlah kecil ayat-ayat, tapi orang yang paling berpengaruh dalam memotivasi Muhammad untuk menciptakan Islam dan penulisan Qur'an tampaknya adalah Zayd b. Amr, yang suka berkhotbah tentang 'Hanifisme'. Muhammad kemudian mengubah 'Hanifisme' milik Zayd menjadi Islam. Dengan demikian, pengertian bahwa Islam bukanlah agama baru memang sudah jelas nyata. Akan tetapi, penemuan yang penting adalah bahwa Qur'an dengan tegas bukan merupakan firman Allah tapi merupakan karangan manusia yang secara biasa disampaikan Muhammad sebagai firman Allah bagi manusia. Hal lain yang penting dalam tulisan ini adalah bahwa diantara agama2 kuno yang berhubungan dengan Qur'an, yang tampaknya paling utama adalah praktek ibadah agama Sabean. Malah kenyataannya, ibadah sholat 5 kali sehari dan puasa 30 hari (dua pilar utama dari lima pilar Islam) sebenarnya diambil dari agama orang Sabean. Sebenarnya Qur'an adalah kumpulan ibadah dari berbagai buku2 agama yang ada di jaman Muhammad. Muhammad, dan bukan Allah, dengan cara sederhana mengambil dan memilih dari berbagai sumber untuk menciptakan Qur'an. Meskipun banyak orang yang menyumbang dalam proses penulisan Qur'an, secara jelas Muhammad berperan sebagai editor utamanya.

Menurut Islam, mempertanyakan kemutlakan Qur'an ditulis Allah merupakan penghujatan yang serius. Seorang Muslim dapat menghadapi hukuman mati hanya karena memiliki keraguan sebesar atom tentang keaslian Qur'an. Qur'an itu di atas segalanya. Tiada ciptaan Allah yang lebih suci dibandingkan Qur'an. Akan tetapi, dasar manusia selalu ingin tahu dan mulai meragukan keaslian Qur'an sejak kecil ketika mulai membacanya dalam suasana yang sangat formal melafalkan ayat-ayat Qur'an. Menghabiskan waktu dua tahun belajar mengenai beberapa ayat-ayat dasar di bawah bimbingan seorang Hujur (ustad) di mesjid lokal. Sang Hujur mengajarkan Qur'an kepada sekelompok murid2 sambil memegang sebuah rotan yang tampak berkilauan karena dia sering meminyakinya sebelum murid2 tiba di mesjid. Tiada seorang pun dari kami yang suka belajar Qur'an pelajaran ini paling membosankan dan tugas yang terberat dalam masa kanak kanak. Hanya menghafal saja bagaikan burung beo beberapa ayat tanpa mengerti satupun hurufnya. Sang Hujur juga ternyata tidak mengerti makna ayat-ayat tersebut. Bilamana kami bertanya tentang suatu ayat, jawabannya adalah beberapa sabetan rotan dari Hujur. Belajar melafalkan Qur'an identik dengan penindasan kejam terhadap anak anak. Karena itu, dengan diam2 menyimpan rasa tidak suka khususnya akan pelafalan Qur'an dan umumnya benci pada para Mullah.

Di kemudian hari, setelah aku lulus perguruan tinggi dan mulai bekerja, seorang kolegaku menunjukkan padaku sebuah Qur'an berbahasa Inggris yang diterjemahkan oleh Abdullah Yusuf Ali. Kolegaku ini adalah Tabligi (orang relijius yang suka berdakwah) tulen dan membujukku untuk membaca terjemahan Qur'an ini dengan seksama. Dia berjanji bahwa setelah aku mengerti pesan utama kitab suci Qur'an, maka hidupku akan berubah sama sekali – jadi lebih baik, katanya. Dengan ragu aku mulai membaca Qur'an bahasa Inggris itu ayat demi ayat, sura demi sura. Semakin aku banyak membaca, semakin terkejut diriku. Hatiku merasa terganggu, kaget, bingung, dan penuh amarah. Aku tidak percaya bahwa buku yang seharusnya dikarang oleh Allah yang paling penuh kasih sayang, paling pengampun, dan paling pemaaf ternyata berisi banyak sekali kebencian, teror, perintah pembunuhan, perang, balas dendam dan di atas semuanya, perintah untuk menghancurkan semua yang tidak sesuai dengan pandangan Qur'an di dunia. Tentu saja memang ada beberapa ayat-ayat yang sangat puitis, ditulis dengan indah, ritmis, dan kadangkala penuh makna spiritual. Tapi terlepas dari beberapa ayat 'bagus' ini, aku menemukan sejumlah besar bagian Qur'an tidak masuk akal dan tidak layak diterapkan seperti misalnya ayat-ayat yang menyuruh Muslim membunuh dan melakukan perang Jihad terhadap non-Muslim. Aku mulai bertanya: bagaimana mungkin Allah yang penuh ampuh dan penuh kasih sayang itu bisa menulis buku kebencian yang sebagian besar berisi sampah dan manual teror, perang, dan penjarahan? Ketika kolega Tabligi-ku bertanya bagaimana keadaan diriku setelah membaca Qur'an, aku jawab baik2 saja dan lalu memperluas percakapan dengan mengatakan bahwa aku menemukan hal2 yang mengejutkan dalam Qur'an yang tadinya tidak aku ketahui. Dia hanya tersenyum dan berkata, "Qur'an itu hebat ya?" Kujawab, "Iya! Sungguh mencengangkan, tidak salah lagi."

Beberapa tahun kemudian, aku mulai merenungkan Qur'an. Dengan membaca terjemahan orang lain dan juga Tafsir, aku membaca dan membaca ulang Qur'an – beberapa kali agar aku yakin yang mereka terjemahkan dan terangkan memang benar tepat. Semakin jauh mempelajari Qur'an, diriku semakin bingung, terganggu, dan marah – marah, karena aku merasa benar kecewa terhadap agama pembunuhan yang dipaksakan pada diriku hanya karena aku lahir sebagai Muslim. Hal yang kubaca dalam Qur'an mengejutkanku begitu rupa sehingga aku ingin dapat jawaban pertanyaan ini: Siapakah yang menulis Quran? Butuh waktu lama bertahun-tahun bekerja keras untuk mendapatkan jawaban pertanyaanini. Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan itu. Sekarang setelah tulisan selesai dibuat, gilirannya untuk mempertanyakan: Siapakah yang Menulis Qur'an?

Selama masa penyelidikan, menemukan ternyata banyak orang yang terlibat dalam pengumpulan dan penyusunan Qur'an. Terdapat banyak sekali bukti yang secara tegas menyangkal Qur'an ditulis oleh Allah dan bukti2 ini terpendam dalam Qur'an, ahadis, dan Sirah, dan kebanyakan Muslim tidak mengetahuinya. Pernyataan Allah menulis Qur'an, hal ini merupakan kebohongan utama pada umat manusia selama lebih dari seribu tahun. Kita bahkan dapat mengatakan secara tegas bahwa Muhammad tidak sendirian dalam menulis Qur'an. Pada kenyataannya, sebagian besar Qur'an disusun atau digagasi dan ditulis oleh beberapa orang. orang yang paling utama diantaranya adalah:

Imrul Qays penyair Arabia kuno yang mati beberapa dekade sebelum Muhammad lahir Zayd b. Amr b. Naufal 'murtad' dari agama pagan Quraish, lalu berkhotbah tentang HanifismeLabid – penyair lain Hasan b. Thabit penulis syair resmi bagi Muhammad Salman, orang Persia penasehat dan orang kepercayaan MuhammadBahira pendeta Kristen Nestoria dari gereja SyriaJabr tetangga Muhammad yang beragama KristenIbn Qumta budak yang beragama Kristen Khadijah  istri pertama MuhammadWaraqa saudara sepupu KhadijahUbay b. Ka'b sekretaris Muhammad dan juru tulis Qur'anMuhammad sendiri

Kelompok lain yang juga berpengaruh adalah: Umat Sabi Aisha pengantin kanak2 Muhammad Abdallah b. Salam b. al-Harith orang Yahudi yang beralih ke Islam Mukhyariq seorang Rabbi dan orang Yahudi yang beralih ke Islam

Tentang para pengarang Qur'an tidak terbatas pada nama2 di atas saja. Ada banyak kelompok lain yang juga terlibat yang mungkin belum pernah terdengar. Tapi daftar di atas sudah cukup memadai. Dalam tulisan ini akan menyebutkan satu per satu sumbangan mereka dalam penulisan Qur'an.

Untung mengerti tentang Qur'an dan penulis2nya, pertama-tama kita harus tahu latar belakang Muhammad, yang dianggap Muslim sebagai ciptaan Allah terbaik.

Agama asli Muhammad adalah Paganisme

Sudah merupakan fakta mutlak bahwa Muhammad lahir dari orangtua pagan. Ayahnya yang bernama Abdullah dan ibunya Amina merupakan orang pagan dan biasa menyembah berhala2. Di sepanjang masa mudanya (mungkin sampai usia remaja), Muhammad beribadah agama pagan. Di jaman sekarang, para Muslim sangat sukar menerima kenyataan ini. Latar belakang pagan Muhammad ditulis oleh Hisham ibn al-Kalbi di Kitab al-Asnam (The Book of Idols), hal. 17 [2]: 'Kami diberitahu bahwa Rasul Allah pernah menyinggung hal tentang al-'Uzza dan katanya, "Aku telah mempersembahkan domba putih kepada al-'Uzza, ketika aku masih menjadi pengikut agama masyarakatku."

Dalam perkataannya di atas Muhammad dengan jelas mengakui masalalunya sebagai penganut paganisme – yang merupakan agama kaum Quraish.

Awalnya, Muhammad bahkan memuji-muji pentingnya dewa-dewa (atau berhala2) kaum pagan dengan menyatakan setuju dengan kaum Quraish bahwa dewa-dewa mereka merupakan wakil Allah. Di halaman yang sama Hisham ibn al-Kalbi menulis:

orang Quraish berjalan mengelilingi Ka'bah dan berkata:Demi Allat dan al-'Uzza, Dan Manah, sang berhala ketiga. Memang benar kalian adalah wanita2 yang paling mulia yang amanatnya didambakan.

Selain Allat juga terdapat "Anak2 Perempuan Allah," yang dianggap sebagai wakil Tuhan. Ini ayat-ayat yang diterima Rasul Allah tentang mereka:

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza,053.020 dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.

Ketika Muhammad beranjak dewasa dan mulai menghadiri pertemuan tahunan para penyair di Ukaz, dia sangat terpesona dan tergugah oleh pikiran2, kemahiran bicara, perasaan, kemerdekaan berpikir dan humanisme yang dinyatakan oleh para penyair di situ. Dia mulai mempertanyakan ibadah penyembahan berhala dan mulai berkhotbah konsep baru Tuhan yang Esa, Tuhan sang Pencipta serupa dengan konsep keTuhanan agama orang Yahudi dan Kristen saat itu. Meskipun begitu, dia bingung Tuhan mana sebenarnya yang dia sembah. Allah (sang Dewa Bulan – inilah sebabnya Islam menggunakan simbol bulan dan simbol ini tertera di setiap mesjid) merupakan Tuhan yang paling utama bagi kaum pagan. Tapi selain menyembah Allah, kaum pagan juga menyembah illah atau wakil lain dari Tuhan, yakni dewa-dewa yang lebih rendah kedudukannya seperti: Hubal, Al-lat, Al-Uzza, Manat, dll. Karena itulah awalnya Muhammad tidak menggunakan nama Allah sebagai Tuhan yang disembahnya. Lagipula, pada saat itu segala tukang sihir, dukun, tabib, dan penyembah setan juga terbiasa untuk bersumpah dalam nama Allah. Semua ini membuat Muhammad menolak memilih Allah sebagai Tuhannya.

Pada saat yang sama di jaman itu, masyarakat Yemen memuja Tuhan lain yang bernama Ar-Rahman. Awalnya Muhammad mengadopsi nama Ar-Rahman sebagai Tuhan utama. Kebetulan orang Yahudi pun menggungakan kata Rahmana sebagai Tuhan dalam masa penulisan Talmud. Muhammad dengan cerdik berpikir jika dia menggunakan nama Ar-Rahman maka dia bisa menarik orang Yahudi dan orang pagan untuk memeluk agama barunya. Mohon diperhatikan bahwa dalam Qur'an Allah tidak pernah berkata dia punya 99 nama lain, termasuk Ar-Rahman.

Tatkala Muhammad mengumumkan dirinya sebagai Rasul Ar-Rahman, masyarakat pagan Quraish di Mekah jadi bingung dan tidak mengerti. Mereka hanya kenal satu Ar-Rahman, yakni Ar-Rahman yang dipuja masyarakat al-Yamamah atau Yemen (beberapa penulis lain menyatakan Ar-Rahman berada di Yemen). Untuk memeriksa pernyataan Muhammad, masyarakat Quraish mengirim sekelompok utusan untuk bertemu dengan masyarakat Yahudi Medina, karena mereka benar menyangka bahwa Ar-Rahman adalah Tuhan di Yemen atau Yamamah. Ahli sejarah Islam Ibn Sa'd menulis: "Masyarakat Quraish mengirim al-Nadr Ibn al-Harith Ibn 'Alaqamah dan 'Uqbah Ibn abi Mu'ayt dan beberapa lainnya untuk bertemu dengan orang Yahudi di Yathrib (nama lama Medina) dan berpesan pada mereka untuk menanyakan (kaum Yahudi) tentang Muhammad. Mereka tiba di Medinah dan berkata (pada orang Yahudi): Kami datang padamu karena terdapat masalah besar di tempat kami tinggal. Ada seorang yatim piatu sederhana yang menyatakan pengakuan besar, menganggap dirinya Rasul al-Rahman, padahal kami tidak kenal al-Rahman lain selain Rahman dari al-Yamamah. Mereka (orang Yahudi) berkata: Beri perincian tentang dia pada kami. Mereka (orang Quraish) memberi perincian tentang dia, dan lalu mereka ditanya tentang pengikutnya (Muhammad). Mereka berkata: Pengikutnya adalah orang rendahan dari masyarakat kami. Mendengar itu, seorang ahli dari mereka (orang Yahudi) tertawa dan berkata: dia adalah Nabi yang kita temukan dinyatakan dalam kitab suci kami; kami juga tahu bahwa masyarakatnya adalah kaum yang paling menentangnya."

Jika kita baca secara obyektif, dalam 50 sura pertama (dalam kronologi yang benar) di Qur'an tampak kebingungan Muhammad tentang Tuhan, Allah dan Ar-Rahman. Dia sangat tidak yakin siapa yang dianggapnya sebagai Tuhannya (Illahnya). Ini kesimpulan dari 50 Sura pertama mengenai pengertian Muhammad tentang Tuhan:

Tuhan yang maha esa - 68, 92, 89, 94, 100, 108, 105, 114, 97, 106, 75 (11 Suras) Ar-Rahman, Tuhan - 55, 36 (2 Suras) Ar-Rahman, Allah, Tuhan - 20 Allah, Tuhan - 96, 73, 74, 81, 87, 53, 85, 50, 38, 7, 72, 25, 35, 56, 26, 27, 28, 17 (18 Suras) Sura2 ini menunjukkan pada awalnya Muhammad tidak pasti, bingung dan tidak mengerti tentang Tuhan (Illah)-nya sendiri.

Qur'an juga menegaskan bahwa ketika dia mulai berkhotbah tentang kepercayaan barunya, Muhammad salah mengerti, bingung dan tidak tahu banyak tentang agama. Inilah yang tertulis dalam Qur'an: Muhammad bingung, lalu Allah membimbingnya. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

Di masa lalu Muhammad tidak tahu apa-apa. Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Jadi bagaimana awalnya Muhammad belajar tentang dasar-dasar agama barunya? Masuklah Imrul Qais dan Zayd Ibn Amr dalam hidupnya.

Imrul Qays

Dalam masyarakat Arabia Kuno, syair merupakan hal yang sangat disukai. Penulis syair punya kedudukan tinggi dalam masyarakat, dan kata-kata penyair termashyur dianggap sama pentingnya seperti firman Tuhan. Di daerah gurun pasir yang tidak nyaman dan tidak punya banyak jenis hiburan, masyarakat kuno Arab terbiasa merasa damai, tenang, tenteram dan bahkan juga perasaan dendam dan keinginan berperang melalui kata-kata mempesona yang dirangkai oleh penyair mereka. Para penyair menyuplai kebutuhan rohani masyarakat Arab. Ayat-ayat syair dari tujuh penyair dicantumkan secara permanen di tembok Ka'bah. Ayat syair ini dikenal sebagai Muallakat.

Dalam kamus Islam tertulis bahwa ayat-ayat syair ini dikenal juga sebagai Muzahhabat atau syair2 emas, karena huruf2nya ditulis dengan tinta emas. Para penulis syair2 indah ini adalah: Zuhair, Trafah, Imrul Qays, Amru ibn Kulsum, al-Haris, Antarah dan Labid.

Dari antara ketujuh penyair ternama ini, yang paling terkenal adalah Imrul Qays, yang tidak disangkal lagi merupakan 'raja' atau 'legenda' syair Arab. Dia adalah seorang pangeran, karena ayahnya adalah Raja sebuah suku Arab. Karena kecintaan dan baktinya terhadap syair, ayahnya merasa jengkel dan membuangnya dari istana. Setelah itu, dia hidup seorang diri dengan menggembalakan domba dan terus menulis syair. Akhirnya dia menjadi pengembara dan hidupnya menjadi nelangsa setelah sukunya nyaris punah dalam perang antar suku. Dia mengembara ke mana2 dan akhirnya tiba di Konstantinopel. Dikabarkan bahwa dia dihukum mati oleh penguasa Romawi di Konstantinopel karena dia membuat seorang putri kerajaan jatuh cinta melalui kasih dan puisinya. Dia wafat di sekitar tahun 530-540 M, sebelum Muhammad lahir. Syairnya yang tiada bandingnya diucapkan oleh banyak orang Arab, dan sudah jelas Muhammad hafal banyak syair Imrul Qays yang hebat. Dikatakan bahwa Muhammad sendiri berkata bahwa Imrul Qays merupakan penyair terbesar Arabia. Tidak diragukan bahwa Muhammad terpengaruh meniru syair Imrul Qays dalam ayat-ayat awal Qur'an.

Catatan sejarah Qur'an biasanya menulis Sura al-Alaq (Sura 96) sebagai wahyu pertama Allah pada Muhammad. Akan tetapi pengamatan seksama terhadap Qur'an menunjukkan bahwa hal ini tidak benar. Malah kamus Islam dengan mengutip dari sumber Islam menyatakan bahwa Sura pertama (sebelum Sura 96 diwahyukan) adalah:

99 - az-Zalzalah (Gempa) 103 - al-Asr (Masa) 100 - al-Adiyat (Berlari Kencang) 1 - al-Fatiha (Pembuka)

Sura ini pendek, punya nilai spiritual dalam, dan mempesona. Coba lihat contoh dua Sura berikut:Sura 99 (Gempa). Apabila bumi digegarkan dengan gegaran yang sedahsyat-dahsyatnya,serta bumi itu mengeluarkan segala isinya. Dan berkatalah manusia (dengan perasaan gerun): Apa yang sudah terjadi kepada bumi? Pada hari itu bumi pun menceritakan khabar beritanya: Bahwa Tuhanmu telah memerintahnya (berlaku demikian). Pada hari itu manusia akan keluar berselerak (dari kubur masing-masing) untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) amal-amal mereka. Maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya). Dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya)!

Sura 103 (Masa) Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar.

W. St. Calir-Tisdall, pengarang buku terkenal Asal Usul Islam (The Origin of Islam) membandingkan dua bagian dari Sabaa Mu'allaqat, dan mendapatkan keserupaan dengan ayat-ayat Qur'an.

Contohnya adalah ayat-ayat Qur'an berikut:

Telah hampir saat (kedatangan hari kiamat) dan terbelahlah bulan. Demi waktu Duha.

Tentang Q 54.1 W. St. Clair-Tisdall menulis: 'Sudah merupakan kebiasaan jaman itu bagi para pengkhotbah untuk menggantungkan tulisan mereka di Ka'ba; dan sekarang kita tahu ada tujuh Mu'allaqat yang ditempel di sana. Kita diberitahu bahwa Fatima, anak perempuan Muhammad, pada suatu hari berjalan sambil melafalkan. Pada saat itu dia berjumpa dengan anak perempuan Imrul Qays yang berkata padanya, "Oh, ternyata itulah yang dicuri ayahmu dari salah satu syair2 ayahku, dan menyebutnya sebagai wahyu yang turun padanya dari surga;" dan kisah ini lalu tersebar diantara orang Arab sampai sekarang.'

Hubungan antara syair2 Imrul Qays dan beberapa ayat awal Qur'an sangatlah jelas. Mengenai hal ini dijabarkan W. St. Clair-Tisdall elaborates lebih lanjut: "Hubungan antara syair Imra'ul Qays dan Qur'an begitu jelas sehingga kaum Muslim dapat membayangkan melihat syair yang sama tercantum dalam Qur'an di surga abadi. Bagaimana Muslim bisa menjelaskan hal ini? Apakah mereka bisa menyatakan bahwa kata-kata itu diambil dari Qur'an dan masuk ke dalam syair Imrul? Ini tidak mungkin. Atau bisakah mereka menjawab bahwa penulis syair bukan Imra'ul Qays, tapi orang lain, yang setelah Qur'an diwahyukan, berani mencurinya dan memasukkannya ke dalam syair Imra'ul Qays? Ini pun tidak mungkin dibuktikan!"

Pada kenyataannya, firman Allah yang sama tercantum pula di Muallaqat dan juga di Diwan dalam syair karangan Labid. Maka jika Muslim mengatakan bahwa Qur'an adalah firman Allah, apakah ini berarti Allah mencontek ayat-ayat Qur'an dari Imrul Qays?

Sumbangan Zayd ibn Amr pada penulisan Qur'an.

Zayd bin Amr bin Naufal

Di masa Muhammad, terjadi gerakan agama menentang paganisme. Gerakan agama ini dipimpin oleh sekelompok pemikir bebas (freethinkers), yang menolak paganisme, dan memenuhi kebutuhan spiritual mereka dengan mencari agama lain. Mereka dikenal sebagai kaum Hanifit atau Hanif.

Kamus Islam menulis bahwa makna asli Hanif adalah orang yang beralih kepercayaan atau orang yang berubah haluan (serupa artinya dengan murtad). Makna lain dari Hanif adalah:

1. Penganut Islam yang takwa
2. Penganut kepercayaan orthodox3. Penganut agama Abraham

W. St. Clair-Tisdall menulis: 'Kata Hanif, memang aslinya berarti "kotor" atau "murtad," dan kata ini digunakan oleh masyarakat pagan Arab bagi Zaid, karena dia meninggalkan kepercayaan menyembah dewa-dewa.'

Muhammad kemudian menggunakan kata Hanif, pertama-tama bagi agama Abraham, lalu bagi umat Islam yang takwa. Karena itu, para Muslim adalah para Hanif – atau mereka adalah, kalau mau jujur nih, pengikut2 Zayd! Di tulisan yang sama, W. St. Clair-Tisdal (ibid) menulis lebih jauh, "Kata itu menyenangkan Muhammad dan digunakan olehnya sebagai kata bermakna baik."

Menurut Ibn Ishaq para murtadin (Hanifs) terkenal di Mekah pada jaman Muhammad adalah: Waraqa b. Naufal: murtad dari Paganisme dan jadi Kristen Ubaydullah b. Jahsh: murtad dari Paganisme dan jadi Kristen setelah pergi ke Abyssinia. Istrinya adalah Umm Habiba d. Abu Sufyan yang nantinya dikawini oleh Muhammad. Uthman b. al-Huwayrith. Dia nantinya pergi menghadap kaisar Byzantium dan jadi Kristen. Zayd b. Amr b. Naufal: murtad dari Paganisme dan lalu menyembah Tuhan-nya Abraham.

Waraqa adalah saudara sepupu Khadijah, yang adalah istri pertama Muhammad. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa dia adalah penganut Yudaisme sebelum jadi Kristen. Ubaydullah adalah cucu dari Abd al-Muttalib dan Uthman b. al-Huwayrith ditawari kedudukan tinggi di pengadilan Byzantium di Syria.

Hanya Zayd b. Amr yang tetap jadi penganut Hanif yang taat. Dia biasa berkata, "Aku menyembah Tuhan-nya Abraham,"tapi dia menyalahkan jemaatnya karena memilih jalan hidup yang jahat.

Menurut W. St. Clair-Tisdal Zayd setahun sekali berziarah di sebuah gua dekat Mekah. Tidak dapat disangkal lagi pengaruhnya terhadap Muhammad yang juga mengunjungi gua yang sama untuk merasakan ketenangan dalam kesendirian.

Ibn Ishaq menulis bahwa ketika Zayd b. Amr menghadap Ka'bah dia biasa berkata 'Labbaka dalam kebenaran, dalam ibadah, dan dalam pelayanan.'

Ketika Zayd berdiri dan menghadap Qibla, dia akan berkata (ibid), "Aku berlindung pada tempat Abraham berlindung."

Zayd juga mengecam persembahan binatang untuk dewa-dewa dan mengutuk kaum pagan yang mengubur bayi perempuan (ini adalah hal yang sangat jarang terjadi karena tidak satu pun penguburan bayi perempuan yang dinyatakan dalam Qur'an atau dalam ahadis: buku ini secara samar menerangkan tentang praktek ibadah paganisme tanpa menyebut satu pun kasus penguburan hidup-hidup).

Anak perempuan Abu Bakr yakni Amina suatu kali melihat Zayd bin 'Amr yang sangat tua di Ka'bah. Tentang hal ini, Ibn Ishaq menulis:  'Hisham b. Urwa dari ayahnya dan atas ijin ibunya, Asma d. Abu Bakr berkata bahwa dia melihat Zayd sewaktu telah sangat tua menyenderkan punggungnya di Ka'bah dan berkata, 'O Quraish, demi Dia yang tangannya memegang jiwa Zayd, tiada seorang pun dari kalian yang mengikuti agama Abraham selain diriku.' Lalu katanya: 'O Tuhan, jika aku tahu bagaimana kau ingin disembah, maka aku akan menyembahmu dengan cara itu; tapi aku tidak tahu.' Maka dia bersujud bertopang tapak tangannya.'

Catatan sejarah tidak menyatakan dengan jelas apa yang terjadi dengan Zayd b. Amr. Akan tetapi, Ibn Ishaq menulis bahwa ayah Kalifah Umar yakni al-Khattab (Umar b. al-Khattab adalah keponakan Zayd) dulu biasa menyakiti Zayd b. Amr dengan hebat dan dia akhirnya dibunuh. Tidak jelas siapa yang membunuh Zayd. Inilah yang ditulis Ibn Ishaq: "Ketika al-Khattab (ayah Umar) menyakiti Zayd bin 'Amr sedemikian rupa sehingga dia terpaksa melarikan diri ke daerah di atas Mekah dan dia berhenti di gunung Hira yang menghadap kota. Zayd hanya bisa mengunjungi Mekah diam-diam

Lalu Zayd meninggalkan Mekah untuk mencari agama Abraham – dia pergi sampai Syria. Lalu Zayd kembali mengunjungi Mekah dan dia dibunuh."

Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, karena Zayd b. Amr bertekad memeluk kepercayaan Hanifite tanpa kompromi dan mengritik agama paganisme yang dianut kaum Quraish, maka dia diusir dari Mekah dan dilarang untuk hidup di sana. Dia diasingkan, diboikot dan ditolak oleh sebagian besar masyarakat Quraish. Dia harus hidup di dalam gua di Gunung Hira yang terletak di sebelah utara Mekah. Muhammad yang juga ditolak masyarakatnya pada saat itu juga sering bertemu dengan Zayd di gua Hira.

Ibn Ishaq juga menulis bahwa malaikat Jibril sering mengunjungi Muhammad di gua Hira. Jika kita mengamati keterangan di mana Muhammad mengaku bahwa Jibril seringkali menemuinya dalam bentuk manusia biasa, dapat diduga bahwa ketika Muhammad sering bertemu Zayd b. Amr untuk belajar agama Hanif, dia mungkin mengira Zaybe adalah malaikat Jibril. Ada kemungkinan pula Zayd b. Amr mengajarkan Muhammad membaca (dan menulis) syair atau ayat-ayat yang nantinya jadi ayat-ayat Qur'an.

Ibn Ishaq menulis bahwa Muhammad biasa sembahyang seorang diri di Hira setiap tahun selama sebulan untuk melakukan 'tahnanuth' yang merupakan ibadah pagan (dan ini menegaskan sekali lagi akan latar belakang agama pagan yang dianut Muhammad). Menurut masyarakat Quraish, 'tahnanuth' berarti pengabdian agamawi.

Sahih Bukhari membenarkan bahwa Muhammad bertemu dengan Zayd b. Amr di lembah Gunung Hira. Muhammad bertemu Zayd b. 'Amr dan menawarkannya daging yang dipotong bagi berhala2 (Sahih Bukhari,)

Volume 7, Book 67, Number 407: Dikisahkan oleh 'Abdullah: Rasul Allah berkata bahwa dia bertemu Zaid bin 'Amr b. Nufail di tempat dekat Baldah dan ini terjadi sebelum Rasul Allah menerima wahyu illahi. Rasul Allah menawarkan masakan daging (yang telah ditawarkan padanya oleh orang pagan) kepada Zaid bin 'Amr, tapi Zaid menolak memakannya dan lalu berkata (pada orang pagan), "Aku tidak makan apa yang kau sembelih di atas mezbahmu (Ansabs) dan aku pun tidak makan kecuali bila nama Allah disebut pada saat penyembelihan."

Volume 5, Book 58, Number 169: Dikisahkan oleh 'Abdullah bin 'Umar: Sang Nabi bertemu Zaid bin 'Amr bin Nufail di dasar (lembah) Baldah sebelum wahyu illahi diterima sang Nabi. Makanan ditawarkan pada sang Nabi tapi dia menolak memakannya. (Lalu makanan itu ditawarkan kepada Zaid) yang berkata, "Aku tidak makan apapun yang kau sembelih dalam nama dewa-dewa batumu. Aku tidak makan apapun kecuali bila nama Allah disebut pada saat penyembelihan." Zaid bin 'Amr sering mengritik cara kaum Quraish menyembelih binatang mereka, dan biasa berkata, "Allah telah menciptakan domba dan Dia telah mengirim air baginya dari langit, dan Dia telah menumbuhkan rumput baginya dari bumi; tapi kau menyembelihnya dengan nama lain selain nama Allah. Dia biasa berkata begitu, karena dia menolak cara itu dan menganggapnya sebagai penghujatan.

Dikisahkan oleh Ibn 'Umar: Zaid bin 'Amr bin Nufail pergi ke Sham, menyatakan agama yang benar untuk diikuti. Dia bertemu ahli agama Yahudi dan bertanya tentang agamanya. Dia berkata, "Aku ingin memeluk agamamu, jadi mohon terangkan tentang agamamu padaku." Orang Yahudi itu berkata, "Kau tidak akan memeluk agama kami kecuali kau ditimpa kemarahan Allah." Zaid berkata, "Aku tidak akan lari kecuali dari kemarahan Allah, dan aku tidak akan mampu menanggungnya jika aku punya kemampuan untuk menghindarinya. Dapatkah menjelaskan padaku agama yang lain?" Dia berkata, "Aku tidak tahu agama lain kecuali agama Hanif." Zaid bertanya, "Apakah Hanif itu?" Dia berkata, "Hanif adalah agama (nabi) Abraham yang bukan Yahudi ataupun Kristen, dan dia dulu menyembah tak lain selain Allah (saja)." Lalu Zaid pergi dan bertemu dengan ahli agama Kristen dan menanyakan hal yang sama. Orang Kristen itu berkata, "Kau tidak akan memeluk agamaku kecuali jika kau dapat kutukan Allah." Zaid menjawab, "Aku tidak lari kecuali dari kutukan Allah, dan aku tidak akan dapat menanggung kutukan Allah dan kemarahannya jika aku mampu menghindarinya. Sudikah kau mengatakan padaku tentang agama lain?" Dia menjawab, "Aku tidak tahu agama lain kecuali agama Hanif." Zaid bertanya, "Apakah Hanif itu?" Dia menjawab, "Hanif adalah agama (nabi) Abraham yang bukan Yahudi ataupun Kristen dan dia menyembah tak lain selain Allah (saja)." Ketika Zaid mendengar penjelasan mereka tentang (agama) Abraham, dia meninggalkan tempat itu, dan ketika dia ke luar, dia menaikkan kedua tangannya ke atas dan berkata, "O Allah! Aku menjadikanMu saksiku bahwa aku mengikuti agama Abraham."

Dikisahkan oleh Asma bint Abi Bakr: Aku melihat Zaid bin Amr bin Nufail berdiri dengan punggung bersandar pada Ka'ba dan berkata, "Wahai masyarakat Quraish! Demi Allah, tidak seorang pun dari kalian yang mengikuti agama Abraham kecuali diriku." Dia sering menyelamatkan nyawa anak2 perempuan kecil: Jika seseorang ingin membunuh anak perempuannya, dia akan berkata padanya, "Jangan bunuh dia karena aku akan memberinya makan mewakili dirimu." Maka dia lalu mengambil anak perempuan itu, dan anak itu tumbuh sehat, dan dia lalu akan berkata pada ayah anak itu, "Sekarang jika kau menginginkan anakmu, aku akan memberikannya padamu, dan jika kau mau, aku akan memberinya makan mewakili dirimu."

Hadis pertama memberi keterangan tentang agama pagan Muhammad bahwa awalnya, dia mungkin memakan daging binatang persembahan bagi berhala2 yang disembah kaum pagan (dan ini membenarkan yang ditulis Hisham ibn al-Kalbi), tapi Zayd b. Amr dengan tegas menolak makan daging persembahan bagi para berhala. Muhammad belajar dari Zayd untuk tidak makan daging persembahan bagi berhala (daging haram). Hadis ke dua bertentangan dengan hadis pertama tentang Muhammad memakan daging haram. Akan tetapi, sedikit pengamatan akan hadis ini menunjukkan bahwa Muhammad mengikuti pandangan Zayd mengenai daging yang halal, dan dari Zayd dia mendapatkan gagasan tentang Allah untuk menjadi Tuhan yang disembahnya. Dengan begitu, tidakkah kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ide Islam sebenarnya berasal dari Zayd? Dalam biografi Muhammad yang ditulis oleh Ibn Ishaq kita temukan ayat-ayat syair yang ditulis oleh Zayd yang serupa dengan ayat-ayat Qur'an. Karena itu pula, dapat dikatakan bahwa setelah kematian Zayd yang tiba-tiba dan misterius, Muhammad mengambil mantelnya, filosofinya, syairnya, dan tugas untuk promosi agama 'Hanif'.

Ibn Sa'd menulis bahwa ketika Muhammad memulai agama Islamnya, seorang mualaf berkata pada Muhammad tentang kata-kata Zayd ibn Amr dan Muhammad menjawab, "Aku telah melihat dia di surga menggambar bajunya." Ini membuktikan pengakuan Muhammad akan sumbangan Zayd terhadap konsep Islam atau Hanifisme.

Tulisan berikut dari ahli sejarah Islam Ibn Sa'd menunjukkan lebih jauh bahwa Muhammad mendapatkan ide tentang Islam dari Zayb b. Amr:"Zayb Ibn 'Amr Ibn Nufayl berkata: aku memeriksa agama Kristen dan Yudaisme tapi aku tidak suka. Aku pergi ke Syria dan daerah sekitarnya sampai aku merasa asing terhadap masyarakatku dan aku membenci penyembahan berhala, Yudaisme, dan Kristen. Dia berkata padaku: Aku melihat kau mencari agama Ibrahim. Wahai saudaraku orang Mekah! Kau mencari keyakinan yang tidak lagi dipraktekkan saat ini. Itu adalah keyakinan moyangmu, Ibrahim, dan itulah iman yang sejati. Dia (Ibrahim) bukanlah orang Yahudi maupun orang Kristen. Dia biasa melalukan sholat dan bersujud menghadap rumah ini (Ka'bah) yang terletak di kotamu. Jadi kembalilah ke kotamu. Dia akan mendirikan kembali keyakinan asli Ibrahim dan dia adalah orang yang paling dihormati diantara2 makhluk2 ciptaan Allah."

Tampak jelas bahwa Zayd sendiri menulis beberapa Sura (mungkin sampai 30 Sura, tapi tidak dalam kronologi yang teratur), termasuk Sura yang mengandung penjelasan tentang agama Hanif Abraham. Beberapa ayatnya sebagai berikut:

Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik".

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.

Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. Qur'an Arab mengatakan Haneefan.

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik".

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan h anif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),

dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.

dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Seperti yang telah disebut sebelumnya, Zayd ibn Amr sangat menentang praktek agama pagan yang mengubur hidup2 bayi2 perempuan. Qur'an menyebut praktek langka yang dilakukan masyarakat Quraish hanya dalam tiga ayat saja. Inilah ayatnya:

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,karena dosa apakah dia dibunuh, sudah jelas bahwa ayat-ayat di atas berasal dari Zayd b. Amr dan tampaknya ditulisnya sendiri pula. Setelah Zayd mati, Muhammad mengakuinya sebagai wahyu Allah padanya.

Contoh di atas menunjukkan bahwa Muhammad punya jiplakan kisah2, konsep2 dan gaya Zayd ibn Amr dalam komposisi Qur'an.

Labid

Labid adalah penyair lain yang sangat dikagumi Muhammad. Sekarang kita lihat secara singkat sumbangan penyair ini dalam penulisan Qur'an.Labid adalah Anak dari Rabiah ibn Jafar al-Amiri. Kamus Islam [25] melaporkan bahwa Labid wafat di Kufah di Iraq pada usia 157 tahun. Seperti telah disebut, Labid adalah satu dari tujuh penyair ulung Muallaqat. Sejarawan Islam menyatakan Labid memeluk Islam ketika dia membawa ayat pertama Sura al-Bakara (Sura 2) dicantumkan di dinding Ka'ba; dan dia lalu tidak jadi mencantumkan puisinya dan lalu memeluk Islam. Pernyataan ini tentu saja tidak betul karena ayat pertama Sura al-Bakara hanyalah berbunyi: Alif. Lam. Mim – ini adalah kode pesan yang Muhammad sendiri tidak tahu artinya dan dia berkata hanya Allah saja yang mengetahui artinya. Sedangkan ayat yang ditulis Labid berbunyi: "Ketahuilah bahwa segalanya hanya mementingkan diri sendiri kecuali Tuhan." Muhammad menjuluki Labid sebagai penyair sejati. Bahkan jikalau seandainya orang menganggap Labid jadi Muslim setelah membaca ayat-ayat Muhammad, maka sungguh lebih jelas lagi bahwa Labid membantu Muhammad menyusun puisi yang nantinya, disampaikan pada Allah melalui malaikat Jibril. ayat-ayat yang ditulis Labid bagi Muhammad kebanyakan berhubungan dengan kebaikan, pentingnya perbuatan2 baik, narasi2 tata cara hidup orang Arab, dll.

Di ahadis (kumpulan hadis2) kita temukan keterangan yang bersangkutan dengan Labid. Ini beberapa contohnya:

Sahih Bukhari, Volume 5, Buku 58, Nomer 181: Dikisahkan oleh Abu Huraira: Sang Nabi berkata, "kata-kata yang paling benar yang dikatakan seorang penyair adalah kata-kata dari Labid." Katanya, Memang benar, semuanga kecuali Allah akan binasa dan Umaiya bin As-Salt hampir jadi Muslim (tapi dia tidak memeluk Islam).

Sahih Bukhari, Volume 8, Book 76, Number 496: Dikisahkan oleh Abu Huraira: Sang Nabi berkata, "Ayat puisi paling benar yang diucapkan oleh seorang penyair adalah: Memang benar! Semuanya, kecuali Allah, akan binasa."Hadis ini tentunya mengatakan tentang puisi Labid.

Sahih Muslim, Buku 028, Nomer 5604: Abu Huraira melaporkan bahwa Rasul Allah berkata: kata-kata yang paling benar yang diucapkan oleh seorang Arab (di jaman sebelum Islam) dalam puisi adalah ayat dari Labid: Waspadalah! Di luar Allah semuanya adalah sia2."

Tampaknya pada awalnya Muhammad ingin jadi penyair terkenal dengan cara meniru gaya, tata bahasa, susunan syair dari penyair2 di jamannya. Akan tetapi karena dia buta huruf, maka hal itu susah dilaksanakan sampai dia bertemu dengan Zayd ibn Amr dan Labid – keduanya adalah pembimbingnya yang banyak membantunya.

Sebelum perkawinannya dengan Khadijah, tampaknya Muhammad ingin menjadi penyair. Dia sangat mengagumi penyair2 Imrul Qays dan Labid dan humanis Zayd b. Amr. Meskipun begitu, setelah menikah dengan Khadijah dan bertemu dengan orang yang dekat dengan Khadijah dan paham akan agama2 lain di luar paganisme, Muhammad lalu berubah pikiran. Sekarang dia ingin membuat sistem kepercayaan baru. Sebenarnya dalam Qur'an tercantum bahwa masyarakat Quraish mengira Muhammad mencoba menjadi penyair, tapi Allah menegur masyarakat Quraish karena telah salah menduga.

Ini beberapa contoh ayat tersebut: Bahkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya".

Masyarakat pagan mengira Muhammad adalah penyair yang suka mimpi yang bukan2, dan mereka memintanya menunjukkan muzizat sebagai bukti dia adalah Rasul Tuhan.

Q 21:5Bahkan mereka berkata (pula): "(Al Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus".

Q 36:39 menyatakan bahwa Muhammad tidak bersyair dan Qur'an adalah kitab yang jelas maknanya:
Q 36:39Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan,

Q 37:36, 37[36] dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya).

Q 69:41, 42 menyatakan bahwa Qur'an bukanlah kata-kata penyair atau tukang tenung
Q 69:41,42[41] dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.

Hasan b.Thabit

Hasan b.Thabit penyair yang bekerja resmi bagi Muhammad sendiri. Hasan b. Thabit menulis Diwan yang adalah kumpulan sajak Arab kuno. Ketika Muhammad hijrah ke Medina, dia mengangkat Hasan b. Thabit sebagai penyair pribadinya. Meskipun begitu, Hasan b. Thabit memendam kebencian dalam terhadap kaum Muslim. Di halaman xxviii dari buku Sirat Rasul Allah, sang penerjemah yakni Professor Alfred Guillaume menulis, "Hasan b. Thabit tidak suka dengan bertambahnya jumlah kaum Muslim. Dia menganggap semua Muslim2 miskin tak punya rumah itu menjengkelkan. Dia tidak menyediakan rumahnya sebagai tempat tinggal bagi Mujahirin manapun, dan dia pun tidak bersikap bagai saudara pada mereka semua.

Tampaknya, Hasan b. Thabit adalah penyair bayaran (mirip dengan wartawan bayaran) yang dibayar Muhammad untuk menyusun puisi yang diinginkan Muhammad. Hal ini pun dibenarkan dalam Ahadis. Ini contoh2nya:

Muhammad mengijinkan Hassan b. Thabit membacakan puisi dalam mesjid:Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 54, Nomer 434: Dikisahkan oleh Sa'id bin Al-Musaiyab: 'Umar datang ke Mesjid saat Hassan sedang membacakan sebuah puisi. ('Umar tidak suka akan hal itu.) Karena itu Hassan berkata, "Aku biasa membacakan puisi di Mesjid ini juga pada saat dia (Sang Nabi) berada dan dia lebih baik daripada kamu." Lalu dia berpaling pada Abu Huraira dan berkata (padanya), "Aku bertanya padamu demi Allah, tidakkah kau mendengar Rasul Allah berkata (padaku), "Jawablah untuk mewakiliku. Wahai Allah! Dukung dia (Hassan) dengan Rohul Kudus?" Abu Huraira berkata, "Ya." Hadis ini sudah jelas menunjukkan Hasan memang biasa menyusun puisi2 bagi Muhammad untuk dibacakan dalam mesjid. Apakah puisi2 tulisannya sama dengan yang terdapat dalam Sura2 Qur'an?

Muhammad memerintahkan Hassan sang penyair untuk mengejek kaum pagan:Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 54, Nomer 435: Dikisahkan oleh Al Bara:Sang Nabi berkata pada Hassan, "Ejek mereka (kaum pagan) dan Jibril bersertamu."Hadis ini jelas menunjukkan bahwa Hasan b. Thabit memang biasa menyusun puisi sesuai dengan apa yang disukai atau tidak disukai Muhammad. Hal ini serupa dengan Qur'an yang disusun berdasarkan wahyu Allah melalui Jibril.

Hassan b. Thabit mengejek masyarakat pagan Quraish, sambil tidak lupa menyisihkan Muhammad yang berasal masyarakat Quraish:Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 56, Nomer 731: Dikisahkan oleh 'Aisha: Suatu saat Hassan bin Thabit meminta izin dari sang Nabi untuk mengejek (menulis puisi satir untuk menyindir) kaum kafir. Sang Nabi berkata, "Bagaimana dengan kenyataan bahwa aku pun satu keturunan dengan mereka?" Hassan menjawab, "Aku akan memisahkanmu dari mereka bagaikan memisahkan sehelai rambut dari adonan kue."Dikisahkan oleh 'Urwa: Aku mulai menyakiti Hassan di hadapan 'Aisha, dan 'Aisha berkata, "Jangan sakiti dia, karena dia sering membela sang Nabi (dengan puisinya)."

Berikut adalah bukti2 lain bahwa Hasan b. Thabit memang penulis syair pesanan Muhammad. Muhammad meminta penyairnya untuk mengejek kaum Yahudi Bani Qurayzah lewat puisinya:Sahih Bukhari, Volume 5, Buku 59, Nomer 449: Dikisahkan oleh Al-Bara:Sang Nabi berkata pada Hassan, "Sakiti mereka (dengan puisimu), dan Jibril ada bersertamu (mendukungmu)." (Dari kelompok penyampai kisah lainnya) Al-Bara bin Azib berkata, "Di hari (pengepungan) Quraiza, Rasul Allah berkata pada Hassan bin Thabit, 'Sakiti mereka (dengan puisimu), dan Jibril ada bersertamu (mendukungmu).'"Hadis ini jelas menunjukkan bahwa Muhammad menyuruh Hassan b. Thabit untuk menyusun puisi2 yang sesuai dengan permintaannya.

Hadis Sahih Muslim, Buku 5, Nomer 2186:Anas melaporkan bahwa ketika ayat ini diwahyukan: "Kau tidak akan meraih kebenaran sampai kau memberikan dengan rela apa yang kau cintai," Abu Talha berkata: Aku melihat Yang Mulia meminta kami menyerahkan harta milik kami; jadi aku memintamu jadi saksiku, Rasul Allah, bahwa aku memberikan tanahku yang dikenal sebagai Bairaha' demi keperluan Allah. Mendengar itu Rasul Allah (semoga damai menyertainya) berkata: Berikan itu kepada sanak keluargamu. Maka dia memberikannya kepada Hassan b. Thabit dan Ubayy b. Ka'b. Hadis di atas menunjukkan bagaimana Muhammad membayar Hassan b. Thabit dalam menyusun ayat-ayat Qur'an (melalui puisinya dan dibantu Jibril) bagi Muhammad.

Setelah Hassan b. Thabit buta, dia banyak menghabiskan waktu di rumah Aisha. Aisha mengaguminya karena Hassan sering menulis syair penyangkalan atas nama Muhammad.

Hadis Sahih Muslim, Buku 031, Nomer 6077:Masruq melaporkan: Aku mengunjungi 'A'isha ketika Hassan sedang duduk di sana dan melafalkan ayat-ayat dari kumpulan tulisan: Dia (A'isha) suci dan bijaksana. Tidak ada yang salah pada dirinya dan dia bangun pagi tanpa makan daging yang tidak bersih. 'A'isha berkata: Tapi tidak demikian denganmu. Masruq berkata: kukatakan padanya: Mengapa kau mengizinkannya mengunjungimu, padahal Allah telah berkata: "Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar." (Q 24:11)? Mendengar itu dia (A'isha) berkata: Azab apa lagi yang lebih besar dibandingkan keadaannya sekarang yang buta? Dia dulu sering menulis satir sebagai bantahan yang mewakili Rasul Allah. Hadis di atas menjelaskan bagaimana dulu Hassan b. Thabit menyelamatkan muka Muhammad dan Qur'an-nya!

Berikut adalah Hadis lain dari kumpulan Hadis Sahih Muslim yang menyatakan bahwa puisi2 Hassan b. Thabit ditulis dengan bantuan kekuatan illahi (Ruh-ul-Quddus) dan serupa dengan beberapa ayat-ayat Qur'an!

Hadis Sahih Muslim, Buku 031, Nomer 6081:'A'isha melaporkan bahwa Rasul Allah berkata: Buatlah satir (puisi yang mengejek) para (kafirun diantara masyarakat) Quraish, karena satir lebih menyakitkan mereka daripada sakit tertusuk anak panah. Karena itu dia (Sang Nabi Suci) mengirim (seseorang) kepada Ibn Rawiha dan memintanya untuk menulis satir melawan mereka, dan dia pun menyusun satir, tapi dia (Sang Nabi Suci) tidak suka syairnya. Dia lalu mengirim (seseorang) kepada Ka'b b. Malik (untuk melakukan hal yang sama, tapi Sang Nabi Suci juga tidak suka syairnya). Dia lalu mengirim seseorang kepada Hassan b. Thabit. Sewaktu utusan itu datang, Hassan berkata: Sekarang kau telah meminta singa ini yang menghajar (musuh2nya) dengan ekornya. Dia lalu menjulurkan lidahnya dan menggerakannya dan berkata: Demi Dia yang telah mengutusmu dengan Kebenaran, aku akan mencabik-cabik mereka dengan lidahku bagaikan kulit yang sobek. Mendengar itu Rasul Allah berkata: Jangan terburu-buru; (biarkan) Abu Bakr yang tahu betul akan masyarakat Quraish menjelaskan padamu kekhususan garis keturunanku, karena aku berasal dari keturunan yang sama dengan mereka. Hassan lalu datang padanya (Abu Bakr) dan setelah melakukan penelaahan (tentang garis keturunan Sang Nabi Suci) dia kembali menghadap padanya (Sang Nabi Suci) dan berkata: Rasul Allah, dia (Abu Bakr) telah menjelaskan kekhususan garis keturunanmu (dan masyarakat Quraish) demi Dia yang telah mengirimu dengan Kebenaran, aku akan memisahkan namamu dari mereka bagaikan rambut dipisahkan ke luar dari tepung. 'A'isha berkata: Aku mendengar Rasul Allah berkata pada Hassan: Memang benar Ruh-ul- Qudus akan terus menolongmu selama kau membela demi Allah dan RasulNya. Dan 'A'isha berkata: Aku mendengar Rasul Allah berkata:Hassan menulis satir menentang mereka dan satir tersebut memuaskan kaum Muslim dan membuat gundah kaum non-Muslim.

Inilah syairnya:Kalian menulis satir mengejek Muhammad, tapi aku membalas atas namanya,Dan ada hadiah dari Allah untuk itu.Kalian menulis satir mengejek Muhammad yang suci, yang benar,Sang Rasul Allah, yang sifatnya penuh kebenaran.Maka ayahku dan ayahnya dan kehormatankuSemuanya membela kehormatan Muhammad;Biarlah aku kehilangan putriku tercinta, jika aku tidak melihatnya lagi,Menyingkirkan debu dari dua dinding Kada',Mereka menarik tali kekang, maju ke depan;Di bahu mereka tampak tombak2 haus (darah musuh);Kuda2 kami berkeringat – para wanita kami menyekanya dengan mantel2 mereka.Jika kau tidak mencegah kami, kami tentu telah melakukan 'Umroh,Dan setelah itu terjadi Kemenangan, dan kegelapan tersingkir.Tapi tunggulah pertempuran di hari Allah meninggikan mereka yang dikasihiNya. Dan Allah berkata: Aku telah mengirim seorang utusan yang menyampaikan Kebenaran yang jelas;Dan Allah berkata: Aku telah mempersiapkan sepasukan tentara – mereka adalah kaum Ansar yang tugasnya adalah berperang (melawan musuh), Di sana setiap hari datang dari Ma'add penindasan, atau perkelahian atau ejekan;Siapapun dari antara kalian yang menulis satir mengejek Sang Rasul, atau yang memujinya dan menolongnya, semuanya sama saja,Dan Jibril, Sang Rasul Allah ada diantara kami, dan Rohul Kudus yang tiada tandingannya.

Muhammad menghadiahi Hassan sang penulis upahan dengan seorang gadis muda yang cantik bernama Sirin. Sirin dan Marriyah Kibtia adalah hadiah2 dari Gubernur Alexandria bernama Muyaqis bagi Muhammad. Muhammad mengambil Marriyah, yang tercantik dari antara kedua gadis tersebut, sebagai gundiknya dan menyerahkan Sirin kepada Hassan b. Thabit yang menggunakannya sebagai budak seksnya. Ibn Ishaq menulis bahwa Sirin dan Marriyah adalah kakak adik.

Salman, sang orang Persia

Salman adalah orang yang berasal dari daerah Isfahan, Persia, yang awalnya taat mengikuti agama Zoroastria. Dia kemudian meninggalkan agama asalnya dan memeluk Kristen. Setelah itu dia dijual sebagai budak kepada seorang Yahudi dari suku Bani Qurazya di Medinah. Ketika Muhammad tiba di Medinah, Salman bertemu dengannya. Kurang lebih tiga tahun kemudian, dengan bantuan orang Muslim, dia berhasil membeli kemerdekaannya dari majikannya dan lalu memeluk Islam dan jadi pengikut setia Muhammad. Sewaktu perang Ahzab (Perang Parit), dialah yang pertama-tama mengajukan usul untuk menggali parit. Dia sangat berpengetahuan dengan buku2 agama Zoroastria dari Persia, dan juga buku2 Yunani dan Yahudi. Ali berkata tentang dirinya (dalam buku The Reliance of the Traveller, hal.1093):"Dia adalah orang dari kami dan bagi kami, gudang pengetahuan illahi, dan hubungannya denganmu bagaikan Luqman yang bijaksana, yang telah mempelajari pengetahuan awal dan akhir, membaca kitab suci pertama dan terakhir: lautan yang sangat luas."

Sudah jelas bahwa Muhammad dengan cerdik menggunakan bakat Salman yang luar biasa untuk menyusun banyak ayat-ayat Qur'an yang berhubungan dengan kisah2 sejarah kuno Mesir, Yunani, Romawi, dan Persia. Dari Salman yang dulunya beragama Zoroastria inilah Muhammad jadi tahu banyak detail ajaran dan ibadah agama Zoroastria dan memasukkannya ke dalam Qur'annya. Penjabaran Surga dan Neraka milik Muhammad sangatlah mirip dengan Surga dan Neraka Zoroastria. Karena itulah, ayat-ayat Qur'an yang berhubungan dengan hukuman Neraka dan hadiah Surga sudah jelas hasil sumbangan Salman si orang Persia. Hal menarik lain yang patut diperhatikan adalah Salman punya hubungan erat dengan keluarga Muhammad. Aisha melaporkan bahwa Muhammad sering menghabiskan waktu berjam-jam bersama Salman – diskusi tentang berbagai masalah agama, sedemikian lamanya, sehingga Aisha mengira Salman akan menghabiskan malam hari bersama Muhammad.

Mereka yang membaca Qur'an secara seksama, akan banyak kali kaget mengetahui penjabaran detail Muhammad tentang Surga dan Neraka. Begitu banyak ayat-ayat Qur'an yang terus-menerus membahas masalah ini, misalnya hadiah sensual Surga bagi para Muslim; hukuman sadis, keji bagi para kafirun. Kebanyakan dari ayat-ayat ini sudah jelas diilhami Salman dan kemudian ditulis ulang dalam Qur'an atas perintah Muhammad sebagai firman Allah. Di bawah ini adalah contoh ayat-ayat tersebut. Untuk menghemat tempat, kutipan hanya menunjukkan pesan utama ayat. Silakan periksa Qur'an sendiri untuk membaca ayat-ayat selengkapnya.

Surga menurut Qur'an

Jika Muslim menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang Allah, maka Allah akan hapus dosa Muslim dan memasukkan Muslim ke surga.Muslim akan hidup enak dan tinggal selamanya di Surga. Di Surga tidak ada dendam, semua akan memuja Allah karena memberi petunjuk pada mereka. Penghuni Surga akan bertanya tentang kesengsaraan yang dialami penghuni Neraka. Allah menjanjikan Surga (dengan tempat2 yang bagus di taman Adn) kepada Muslim dan Muslimah mukmin. Taman abadi And, dengan sungai mengalir di bawahnya, dihiasi gelang emas, pakaian hijau, sutera halus; dipan indah. Di Surga terdapat dua kebun anggur yang dikelilingi pohon kurma dan terdapat sebuah ladang jagung di antaranya. Di Surga tiada kata-kata yang sia-sia melainkan ucapan salam, rezeki di pagi dan petang hari. Siapapun tidak akan mengetahui kenikmatan dan kebahagiaan yang Allah sediakan di Surga bagi para Muslim. Muslim akan berada di taman And abadi; mereka akan dihiasi dengan gelang emas, mutiara, dan baju sutera. Bagi budak Allah yang takwa, Allah akan menyediakan (di Surga) buah-buahan, kemuliaan, takhta kebesaran, duduk2 berhadapan, mengedarkan gelas berisi khamar dari sungai yang mengalir, minuman khamar yang putih bersih dan sedap, tidak mabuk, bidadari jelita... 37:41-50Di Surga terdapat segala macam buas dan keamanan. Tiada kematian di Surga bagi Muslim mukmin kecuali kematian di dunia. Jihadis yang mati syahid akan berda di Surga. Allah menawarkan Surga bagi Muslim takwa. Di dekat pohon Lote terdapat Surga. Mereka yang berada di dekat Allah berada di Surga kenikmatan. Luas kebun di Surga sama dengan luas langit dan bumi . Jika Muslim bertobat maka Allah akan menghapus kesalahan dan mengirim mereka ke Surga di mana terdapat sungai mengalir; para Muslim akan bercahaya di hadapan dan sebelah kanan mereka Allah akan menghadiahi Muslim mukmin Surga dan pakaian sutra. Muslim mukmin akan duduk bertelekan di atas dipan, tiada sengatan panas matahari dan dingin bulan. Penghuni Surga akan menikmati minuman anggur bercampur Zaanzabil (jahe?). Air mancur di Surga disebut Salsabil. Penghuni Surga dikelilingi pelayan anak2 laki muda yang tak pernah tua yang tampak bagaikan mutiara yang bertaburan. Di Surga terdapat berbagai kenikmatan. Sutra hijau halus dengan gelang perak dan minuman anggur yang bersih

Neraka Menurut Qur'an

Penyembah saingan Allah akan dipisahkan dari pengikut2nya dan akan dimasukkan ke Neraka. Allah memasukkan rasa takut di hati kafir; mereka akan jadi penghuni Neraka. Neraka Jahanam adalah tempat yang paling buruk. Penghuni Neraka akan dihina; tiada penolong bagi mereka. Neraka Jahanam penuh api yang menyala-nyala. Kafir akan dibakar di Neraka, kulit mereka akan hangus, tapi diganti dengan kulit baru yang kemudian dibakar hangus lagi. Kafir akan minum air mendidih di Neraka. Setiap penghuni Neraka baru akan menyalahkan kakek moyang mereka yang mengakibatkan mereka masuk Neraka; siksaan Neraka berlipat ganda bagi mereka yang menyesatkan orang lain. Allah telah membuat banyak jin dan manusia sebagai penghuni Neraka; mereka lebih buruk daripada binatang ternak. Kafir akan dibakar di Neraka. Ada tujuh pintu gerbang Neraka, dan tiap2 pintu ditetapkan untuk golongan tertentu. Neraka adalah penjara bagi kafir. Barang siapa menghendaki kemewahan duniawi, maka Allah berikan padanya; tapi lalu Allah akan memasukkan mereka ke Neraka. Kafir akan diseret mukanya ke dalam Neraka dalam keadaan buta, bisu, dan pekak di Hari Kiamat; Allah akan menambah lagi nyala api Neraka Jahanam. Neraka Jahanam adalah tempat tinggal orang kafir. Kafir akan diseret mukanya ke dalam Neraka. Zaqqum adalah pohon berbuah pahit bagi kafir di Neraka. Zaqqum tumbuh dari dasar Neraka. Para kafir akan dikumpulkan untuk dimasukkan ke Neraka; pintu2 akan dibuka, penjaga2 akan ditanyai tentang rasul yang telah dikirim. Firaun dan pengikutnya akan dimasukkan ke dalam api Neraka di pagi dan petang hari. Penghuni Neraka memohon pada penjaga Neraka agar hukuman mereka diperingan sedikitnya sehari saja. Penjaga Neraka menegur penghuni Neraka karena tidak taat pada Rasul2 yang dikirim bagi mereka di dunia. Allah akan menegur orang Kristen di Neraka: Manakah berhala2 yang kau imani dulu itu? Para kafir akan bertanya pada Malik, sang penjaga Neraka, untuk membunuh mereka dengan ijin Allah; tapi Malik menjawab bahwa mereka akan tetap diam di Neraka selamanya. Allah bertanya apakah Neraka sudah penuh atau belum; Neraka minta tambahan penghuni Neraka. Kafir akan diberi hidangan air mendidih dan dibakar dalam Neraka. Satu2nya makanan Neraka adalah darah dan nanah. Untuk dapat ke luar dari Neraka, para pendosa menawarkan anak2, istri, saudara2 mereka semuanya yang ada di bumi; tapi tawaran ini tidak diterima Allah, dan gejolak api Neraka akan mengelupas kulit kepala mereka.Jin2 kafir dan penyembah berhala adalah bahan bakar Neraka. Api Neraka mengubah warna kulit. Bagi para kafir, Allah telah menyediakan rantai, belenggu, dan Neraka yang menyala-nyala. Tiada kesejukan dan minuman di Neraka.

Untuk mempersingkat, aku tidak menyertakan kisah2 sejarah dalam Qur'an yang tidak diragukan lagi memang didengar Muhammad dari Salman. Mohon luangkan waktu untuk membaca hal ini dalam Qur'an dan kau tentunya akan menemukan bahwa kisah2 itu jelas dikarang manusia belaka dan bukan ditulis Allah.

Bahira

Bahira adalah pendeta Kristen Nestoria yang hidup di Sham (Syria). Nama Kristennya adalah Sergius atau Georgius. Kabarnya dia diusir dari biara Syrian karena melakukan sesuatu pelanggaran. Untuk menebus kesalahannya, dia melakukan missi agama ke Arabia. Di Mekah dia bertemu Muhammad dan menjadi akrab dengannya dan tinggal bersamanya. Dia sering berbicara dengan Muhammad dan tentunya juga menyampaikan berbagai keterangan tentang agama Kristen. Banyak ayat-ayat Qur'an yang berkaitan dengan agama Kristen dan ini tentunya berasal dari Bahira sang pendeta. Muhammad hanya menulis ulang keterangan itu dengan bantuan para juru tulis dan pengumpul ayat Qur'an-nya.

Tampaknya ayat-ayat Qur'an dari Mazmur yang ditulis Daud sebenarnya merupakan sumbangan dari Bahira. Inilah ayat-ayat tersebut:Q 4:163Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

Q 17:55Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan kami berikan Zabur (kepada) Daud.

Q 21:105Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lohmahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.

Bahkan Kamus Islam (hal. 698) menyatakan bahwa Q 21:105 merupakan kutipan langsung dari Mazmur 37:29

Ini beberapa contoh lain ayat-ayat yang disumbang oleh Bahira:Bahkan ketika Muhammad membenarkan kitab2 mereka, para Yahudi dan Kristen tetap saja menolak Muhammad. Kaum Yahudi dan Kristen bertengkar satu sama lain meskipun mereka mempelajari buku yang sama; Allah akan mengadili mereka. Tuhan Islam, Yahudi dan Kristen adalah Tuhan yang sama, jadi jangan berdebat tentang hal ini. Kaum Yahudi dan Kristen diajak untuk percaya pada Kitab Allah untuk menetapkan hukum diantara mereka. Beberapa Yahudi dan Kristen mengubah kitab suci mereka dan mengatakanya sebagai firman Allah. Beberapa Yahudi dan Kristen percaya pada jibt dan thagut yang merupakan kekuatan jahat. orang Kristen lupa akan peringatan Allah sehingga Allah mengutuk mereka dengan kebencian dan permusuhan diantara mereka. Sebagian orang Kristen menjalankan Taurta, Injil, dan Al Qur'an secara benar, tapi kebanyakan tidak. Pengikut Isa adalah Muslim dan agama mereka adalah Islam. Muhammad belajar dari orang Yahudi dan Kristen; Qur'an berisi pesan2 dari buku2 Yahudi dan Kristen. Beberapa orang Yahudi dan Kristen sebenarnya adalah Muslim dan mereka percaya pada Qur'an. Berdebatlah dengan cara yang baik dengan Ahli Kitab; para Muslim percaya bahwa Qur'an adalah seperti buku suci lainnya yang dikirim Allah; Tuhan orang Muslim, Yahudi, dan Kristen adalah Tuhan yang sama. Allah memberikan Injil pada Isa dan menganugerahkan santun dan kasih sayang pada para pengikutnya; Allah tidak mewajibkan mereka melakukan rahbaniyyah.

Tidak ada keterangan jelas mengapa Bahira dikeluarkan dari gereja Syria. Apakah itu mungkin karena pandangan Kristennya dianggap sebagai hujatan di gereja Nestoria? Apakah karena dia melakukan tindakan kriminal? Tiada yang tahu pasti. Yang jelas, Muhammad dapat segudang ilmu tentang agama Kristen (yang bid'ah atau yang diakui) dari pendeta Kristen ini yang kemudian memberi masukan ke dalam Qur'an.

Adalah menarik untuk diperhatikan bahwa Qur'an menjelaskan bahwa Muhammad sendiri sebenarnya diajar oleh seorang asing tapi Allah mencoba menyangkal hal ini dengan menyatakan bahwa bahasa Muhammad dan bahasa orang asing itu berbeda! Hal ini jelas salah karena pada kenyataannya Muhammad sendiri pergi ke Sham (Syria), lalu bertemu Bahira dan Muhammad tidak menemui kesukaran bercakap-cakap dengannya. Inilah ayat yang menunjukkan Muhammad diajar oleh seorang asing:Q 16:103Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa Ajam, sedang Al Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang.

Jabr

Kamus Islam menyatakan bahwa Jabr adalah seorang dari Ahlu-l-Kitab (Ahli Kitab) dan sangat berpengetahuan tentang Taurat dan Injil. Muhammad dulu sering mendengarkan dia membaca Taurat dan Injil sewaktu melalui rumahnya. Muhammad tentunya telah belajar dari Jabr tentang tradisi Kristen dan Yahudi sehingga hal itu tercantum pula dalam Qur'an-nya. Besar kemungkinan bahwa ayat-ayat tentang Daud dan Salomo disusun oleh Jabr. Beberapa ayat tersebut adalah sebagai berikut (hanya pesan utama yang ditulis di sini; silakan periksa Qur'an untuk membaca ayat lengkapnya):Daud membunuh Jalut. Allah memberi Daud kitab Zabur. Allah itu membeda-bedakan; dia melebihkan sebagian nabi dari yang lain; dia memberi Zabur pada Daud. Allah menyaksikan keputusan Daud dan Sulaiman. Allah memberi Sulaiman pengetahuan; Allah membuat gunung2 dan burung untuk bertasbih bersama Daud. Allah mengajar Daud membuat baju besi. Sebelum Qur'an, Allah memberi Zabur pada Daud. Allah memberi ilmu pada Daud dan Sulaiman. Ayah Sulaiman adalah Daud. Sulaiman adalah pewaris takhta Daud; Sulaiman mengerti bahasa burung, binatang2 dan tanam-tanaman. Sulaiman berkuasa atas jin, para jin dan burung ikut berperang dalam tentara Sulaiman. Allah membuat gunung tunduk di bawah perintah Daud; mengajarkan Daud untuk membuat senjata dari besi. Allah membuat gunung tunduk di bawah perintah Daud, burung melayani Daud, dan Allah memberinya hikmah dan kebijaksanaan. Allah mengampuni dosa Daud. Allah membuat Daud jadi khalifah (penguasa) bumi dan memberinya kekuasaan menerapkan keputusan adil berdasarkan hukum Allah.

Ibn Qumta

Ibn Qumta adalah budak Kristen yang hidup di Mekah. Muhammad belajar tentang Injil Kristen yang menyimpang (seperti Injil tentang Masa kanak kanak Yesus dan Injil Barnabas) dari dia. Seluruh Sura Maryam dan kelahiran Yesus Kristus (atau Isa) di Sura 19 kemungkinan besar ditulis oleh budak Kristen ini. Dengan mengutip Wakidi, Alphonso Mingana, dalam tulisannya yang berjudul The Transmission of the Koran menulis: Sejarawan yang lebih kuno yakni Wakidi menyatakan bahwa 'Abdallah b. Sa'd b. Abi Sarh dan budak Kristen bernama ibn Qumta berperan dalam penulisan Qur'an. Dan ibn Abi Sarh kembali dan berkata pada masyarakat Quraish: "Ternyata hanya budak Kristen saja yang mengajar dia (Muhammad); aku dulu biasa menulis baginya dan mengubah tulisan sebagaimana kehendakku."

Perlu diketahui bahwa Abdallah b. Sa'd b Abi Sarh adalah juru tulis kepercayaan Muhammad. Ketika Muhammad hijrah ke Medina, Abdallah mengikutinya. Pada saat Muhammad kesurupan, dia akan mengimlakan pada Abdallah kalimat2 yang harus ditulis. Ketika Abdallah memberi saran untuk mengubah kalimat2 tersebut, Muhammad dengan cepat setuju. Contohnya bisa dilihat di Q 23:12-14. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Ketika Abdallah memberi saran untuk mengubah ayat terakhir, Muhammad dengan cepat setuju dengannya. Ini mengakibatkan Abdallah curiga pada pengakuan Muhammad menerima wahyu dari Allah. Abdallah lalu murtad dan meninggalkan Medina untuk kembali ke Mekah. Di Mekah dia mengumumkan bahwa dia sendiri juga bisa dengan mudah menulis ayat-ayat Qur'an dengan inspirasi dari Allah.

Mendengar hal itu, Muhammad sangat murka dan minta pertolongan Allah. Dengan sigapnya Allah menurunkan Q 6:93 yang mengutuk siapapun yang berani mengaku dapat inspirasi dari Allah. Ini ayatnya: Q 6:93. Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang lalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.

Ketika akhirnya Muhammad berhasil menaklukkan Mekah, dia mengincar 8 orang Mekah (atau 10 orang, yakni 6 pria dan 4 wanita menurut Ibn Sa'd) untuk dibunuh meskipun mereka mencoba berlindung di Ka'bah. Abdallah adalah satu dari orang yang diincar Muhammad.

Bahkan Sahih Bukhari juga mengakui bahwa orang Kristen menulis sebagian dari Qur'an. Penulis Kristen ini sudah jelas adalah ibn Qumta. Ini hadisnya tentang orang Kristen yang lalu memluk Islam dan menulis wahyu Muhammad; lalu balik lagi memeluk Kristen dan menuduh Muhammad tidak tahu apa-apa dan dialah sebenarnya yang menulis Qur'an bagi Muhammad; ketika orang ini mati tubuhnya berulang kali ditolak kubur…Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 56, Nomer 814: Dikisahkan oleh Anas:Ada seorang Kristen yang memeluk Islam dan membaca Sura Al-Baqara dan Al-Imran, dan dia dulu biasa menulis wahyu bagi Muhammad. Setelah itu dia kembali ke agama Kristen dan dia sering berkata: "Muhammad tidak tahu apa2, tapi akulah yang menuliskan wahyu baginya." Lalu Allah menyebabkannya mati, dan orang lalu menguburnya, tapi di pagi hari mereka melihat bahwa bumi telah melempar tubuhnya ke luar liang kubur. Mereka berkata, "Ini jelas perbuatan Muhammad dan pengikutnya. Mereka menggali kubur orang ini dan mengambil jenazahnya ke luar karena orang ini telah melarikan diri dari mereka." Lalu mereka menggali kubur yang dalam baginya, tapi di pagi hari mereka lagi2 melihat bumi telah melemparkan jenazah itu ke luar liang kubur. Mereka berkata, "Ini adalah perbuatan Muhammad dan pengikutnya. Mereka menggali kubur orang ini dan melempar jenazahnya ke luar karena orang ini telah melarikan diri dari mereka." Mereka lalu menggali kubur sedalam yang mereka bisa lakukan, tapi di pagi hari mereka lagi2 melihat bumi telah melemparkan jenazah ke luar liang kubur. Karenanya mereka percaya apa yang terjadi pada orang itu tidak mungkin dilakukan manusia biasa dan mereka harus membiarkan jenazahnya di atas tanah.

Kaum Shabiin (The Sabeans)

W. St. Clair-Tisdall menulis bahwa kaum Shabiin tinggal di Syria. Mereka adalah pengikut Seth dan Idris. Kaum Shabiin puasa 30 hari dari malam hari sampai matahari terbit, merayakan Ied dan sembahyang bagi yang meninggal tanpa melakukan posisi menyembah. Muhammad menjiplak aturan puasa mereka dan hanya mengubah waktu puasa menjadi dari matahari terbit sampai matahari terbenam. Muhammad juga menjiplak perayaan Ied dan sembahyang bagi yang meninggal, sama persis seperti yang dilakukan kaum Shabiin. Jadi aturan puasa yang dinyatakan dalam Q 2:183-187 dicontek dari kitab suci umat Shabiin. Malah sebenarnya Qur'an sendiri mengakui bahwa aturan puasa Islam dicontek dari aturan kepercayaan lain, tapi malu menyebut kitab aslinya. Inilah isi Q 2:183 yang menyatakan bahwa aturan puasa Islam sama dengan aturan kepercayaan lain (yang tentu saja adalah kepercayaan umat Shabiin):Q 2:183Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Kaum Shabiin memiliki buku yang berjudul 'Halaman2 Seth' ('Pages of Seth'). Mereka melakukan sholat tujuh kali sehari, dan saat melakukan lima sholat persis sama dengan jam2 lima sholat Islam yang dipilih Muhammad. Kaum Shabiin juga berkiblat ke Ka'bah. Sudah jelas pula bahwa Muhammad belajar tentang kitab suci Shabiin dari Bahira sang pendeta dan juga Salman sang orang Persia; karena baik Bahira maupun Salman telah tinggal lama di Syria dan tahu betul akan sumber2, tatacara ibadah dan doktrin agama umat Shabiin. Muhammad dengan mudahnya menjiplak semua ini ke dalam Qur'an sembari mengakuinya sebagai firman Allah.

Tentang umat Shabiin, Kamus Islam menyatakan bahwa mereka menyembah bintang-bintang secara sembunyi-sembunyi tapi di depan umum mereka mengaku sebagai umat Kristen. Sumber lain menyatakan bahwa Shabiin adalah agama dari Shabiin, putra Seth yang merupakan anak Adam. Sumber yang lain menyatakan bahwa Shabiin adalah agama nabi Nuh. Arah qiblat sembahyang mereka adalah ke Selatan yang merupakan arah angin bertiup.

Tampak jelas bahwa setelah mempelajari agama kaum Shabiin, Muhammad kagum berat dengan aturan agama tersebut sehingga menerapkannya dalam aturan agama Islam. Dia menganggap kaum Shabiin sebagai umat sejati Allah. Malah Kamus Islam menyatakan bahwa kaum Arab dulu menyebut Muhammad dengan panggilan Shabiin – karena dia murtad dari agama kaum pagan Quraish. Hal ini disebut Qur'an tiga kali dalam ayat-ayat berikut:

Q 2:62 Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Q 5:69Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Q 22:17Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.

Perhatikan bahwa ayat-ayat di atas menyebut pula tentang umat Yahudi, Nasrani (Kristen) dan Majusi (kaum Zoroastria).

Khadijah, Waraqa dan Ubaydallah

Dalam Sirah (biografi) Muhammad tidak ditulis apakah agama asli Khadijah, istri pertama Muhammad. Akan tetapi, tidak sulit menduga bahwa awalnya Khadijah adalah 100% pagan. Ada kemungkinan bahwa dia sangat dipengaruhi oleh saudara sepupunya yang bernama Waraqa yang adalah seorang Yahudi, yang lalu memeluk agama Kristen. Waraqa menjadi Kristen taat dan dinyatakan bahwa dia menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Arab. Pengetahuannya yang sangat luas tentang agama Kristen dan Yudaisme mengakibatkan pengaruh besar pada Khadijah dan Muhammad. Bisa dimengerti bahwa Khadijah pun adalah pengikut ajaran Kristen, meskipun tidak dinyatakan secara luas. Tidak ada satu pun keterangan dari literatur mana pun bahwa Khadijah pernah sembahyang bagi dewa-dewa atau ikut upacara agama pagan. Sebaliknya, tertulis bahwa Muhammad memang beragama pagan saat dia menikah dengan Khadijah. Selama 25 tahun, Khadijah adalah sumber uang dan penasehat Muhammad. Tampaknya pengaruh Khadijah membuat Muhammad pindah agama dari agama pagan ke Kristen. Waraqa dan Khadijah seringkali berdiskusi tentang perihal agama Kristen dan Yudaisme dengan Muhammad dan ini membuat Muhammad meninjau ulang secara dalam agama pagan yang dianutnya sejak lahir.

Dari Sahih Bukhari juga dinyatakan bahwa Waraqa dulu sering membacakan Injil dalam bahasa Arab. Ini menguatkan keterangan bahwa terjemahan Injil dalam bahasa Arab memang tersedia di jaman Muhammad. Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 55, Number 605:Dikisahkan oleh Aisha:Sang Nabi kembali menemui Khadija ketika jantungnya berdebar-debar. Dia (Khadija) membawanya menemui Waraqa bin Naufal yang adalah penganut Kristen dan sering membacakan Injil dalam bahasa Arab. Waraqa bertanya (pada sang Nabi), "Apakah yang kau lihat?" Ketika dia memberitahunya, Waraqa berkata, "Ini tentunya malaikat yang sama yang dikirim Allah menemui nabi Musa. Jika aku masih hidup saat kau menerima firman Illahi, maka aku akan sangat mendukungmu."

Waraqa tidak hanya membacakan Injil bahasa Arab, tapi dia juga menerjemahkan Injil dalam bahasa Arab. Sahih Bukhari menegaskan akan hal itu:Hadis Sahih Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 478:Dikisahkan oleh Aisha " Khadija lalu membawanya menemui Waraqa bin Naufil, yang adalah putra paman Khadija. Waraqa telah beralih agama memeluk Kristen di jaman sebelum Islam dan biasa menulis bahasa Arab dan menulis Injil dalam bahasa Arab sebanyak yang Allah inginkan dia menulis.

Waraqa juga mahir membaca dan menulis dalam bahasa Ibrani! Sahih Bukhari menegaskan hal ini: (hanya bagian yang relevan saja yang dikutip di sini)Hadis Sahih Bukhari, Volume 1, Book 1, Number 3:Dikisahkan oleh Aisha. Khadija lalu membawanya menemui saudara sepupunya Waraqa bin Naufal bin Asad bin 'Abdul 'Uzza, yang di jaman sebelum Islam telah memeluk agama Kristen dan biasa menulis dengan bahasa Ibrani. Dia juga menulis Injil dalam bahasa Ibrani sebanyak yang Allah inginkan dia menulis…

Keterangan di atas, terutama Hadis Bukhari, menjelaskan tanpa ragu lagi bahwa memang Waraqa, dan juga Khadijah merupakan penyumbang utama penyusunan ayat-ayat Qur'an terutama ayat-ayat yang berhubungan dengan agama Kristen dan Yudaisme.

Setelah itu muncul pula Ubaydallah, yang adalah cucu dari Abd al-Muttalib dan saudara sepupu Muhammad. Setelah Ubaydallah menjadi seorang Hanif, tentu saja Muhammad belajar banyak materi2 agama Hanifisme darinya. Ahli sejarah Muslim menyatakan bahwa Ubaydallah nantinya memeluk agama Islam ciptaan Muhammad dan lalu pergi ke Ethiopia, tapi di sana dia meninggalkan Islam dan memeluk agama Kristen dan mati sebagai orang Kristen. Jadi penyumbang lain tentang agama2 Kristen dan Hanif dalam Qur'an tentu saja tidak lain adalah Ubaydallah. Setelah Waraqa, Khadijah dan Ubaydallah mati, Muhammad dengan mudah menyadur semua yang dipelajarinya dari ketiga orang tersebut dan memasukkannya ke dalam Qur'an.

Juga perlu disebut dua orang lain yang juga penyumbang utama penulisan Qur'an. Kedua orang itu adalah Abdullah b. Salam dan Mukhayariq. Menurut Ibn Ishaq, Abdullah b. Salam adalah orang Yahudi dari suku Bani Quaynuqa yang lalu memeluk Islam ketika Muhammad tiba di Medina. Mukhayariq adalah Rabbi Yahudi dari suku Bani Thalaba dan dia pun lalu memeluk Islam. Abdulllah b. Salam sangat menguasai Taurat dan tidak disangkal lagi memang penyumbang utama ayat-ayat Qur'an tentang kaum Yahudi, terutama hukum agama Yudaisme.

Yang berikut adalah daftar singkat materi Qur'an yang dicontek Muhammad dari agama2 Kristen, Yahudi, Armenia, Hindu, dan Majusi (Zoroastria):Tayammum (4:43): dicontek dari kitab Yahudi Talmud. Menghembuskan nyawa pada burung (2:260, 3:49, 5:110): dicontek dari buku2 Kristen Koptik. Houris, Azazil (44:54): dicontek dari orang asing yang berkunjung ke Mekah. Harut dan Marut (2:102): dari buku2 Armenia – Harut dan Marut adalah dewa-dewa angin dan hujan.Singgasana Allah di atas air (11:7): dari budaya kaum YahudiMalik, sang penguasa Neraka (43:77): dari budaya kaum Yahudi7 Surga (2:29, 41:12): dicontek dari kitab suci Sanskrit milik umat HinduMaryam melahirkan di bawah pohon (19:23): dicontek dari Injil Kanak2, yang merupakan Injil apokripa (tidak diakui) KristenBayi Isa bicara (3:46, 19:30-31, 19:33): dicontek dari Injil Kanak2. Penjelasan tentang Surga dan Neraka (banyak ayatnya – lihat bagian Salman, orang Persia): dicontek dari Majusi (Zoroastria) dan HinduIsa tidak dibunuh, Allah mengangkat Isa (3:55, 4:157-158): dicontek dari Injil BarnabasKisah Yusuf (Sura 12): dicontek dari Midrash, kitab orang YahudiKisah Solomon dan Sheba (21:78-82, 27:17-19, 27:22-23): dicontek dari Haggada, kitab orang YahudiQur'an yang asli disimpan di Surga (43:4, 85:21-22): Kitab Talmud menyatakan terdapat loh batu tulis di SurgaMalaikat maut – Azrail atau Azasil, sang Malaku'l Maut (6:61, 7:37, 32:11): dicontek dari kitab2 suci agama Yudaisme dan Majusi (Zoroastria)

Qur'an sendiri menyatakan terang2an bahwa orang pagan Mekah telah mengetahui bahwa Muhammad mencontek berbagai sumber untuk menulis Qur'an, terutama dari kitab2 suci agama Yudaisme. Inilah sebabnya Allah lalu menegur kaum pagan yang menyebut Muhamamd sebagai tukang contek. Hal ini dijelaskan di ayat berikut:Q 28:48 Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?". Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu?; mereka dahulu telah berkata: "Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang bantu membantu". Dan mereka (juga) berkata: "Sesungguhnya Kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu'.

Tetangga Muhammad adalah An-Nadr b. al-Harith. Orang ini sering menulis ayat-ayat yang serupa seperti yang terdapat dalam Qur'an. Dia adalah sumber cerita yang hebat, terutama dongeng2 kuno. Jika Muhammad mengumpulkan orang untuk mendengar ceritanya, an-Nadr lalu akan membujuk penonton Muhammad untuk mendengarkan cerita2nya yang lebih baik daripada milik Muhammad. Karena hebatnya kepandaian an-Nadr dalam menyampaikan cerita, maka penonton Muhammad bepergian. Hal ini membuat Muhammad sangat benci pada an-Nadr. Dia nantinya membalas dendam pada an-Nadr di Badr dengan memancung kepalanya.

Berikut adalah ayat-ayat Qur'an yang mengisahkan bahwa masyarakat pagan Mekah sangat tahu bahwa Muhammad menyampaikan cerita2 yang sudah mereka dengar sebelumnya. Muhammad tidak menyampaikan cerita2 baru sama sekali dia hanya mengulangnya saja apa yang didengarnya dari berbagai sumber dan menyampaikannya sebagai firman Allah padanya. Kaum pagan menganggap Qur'an penuh dongeng2 kuno. Kaum pagan mengatakan bahwa wahyu2 pada Muhammad tidak lebih adalah dongeng2 kuno. Banyak orang pagan yang telah mendengar kisah kebangkitan dari dongeng2 kuno. Kaum pagan mengatakan bahwa Qur'an adalah kumpulan dongeng2 kuno yang telah mereka dengar sebelumnya. Kaum pagan berkata bahwa Qur'an adalah dongeng2 kuno. Kaum pagan mengatakan bahwa Qur'an ternyata tidak lebih daripada dongeng2 kuno belaka. Kaum pagan menyebut wahyu2 Muhammad sebagai dongeng2 kuno.

Ubayy b. Ka'b

Ubay b. Ka'b adalah sekretaris pribadi Muhammad dan dia merupakan seorang dari enam kolektor (pengumpul) Qur'an. Lima kolektor Qur'an lainnya, menurut ibn Sa'd [35] adalah:Muadh ibn JabalAbu al-DardaZayd ibn ThabitSa'd ibn UbaydAbu Zayd

Ubayy b. Ka'b juga dikenal dengan nama Abu Mundhir. Dia menyatakan sumpah Aqba kedua bersama kaum Ansar dari Medina dan merupakan salah satu orang Arab Medina yang memeluk Islam. Dia adalah pembantu dan penyelamat Muhammad utama di saat2 sukar. Tatkala Muhammad lupa ayat-ayat Qur'an atau butuh keterangan tentang ayat-ayat tertentu, maka dia akan minta tolong Ubayy. Ketergantungan Muhammad pada Ubayy jelas menunjukkan bahwa Ubayy adalah penulis hal yang diimlakan Muhammad, dan Ubayy menulis hal apapun yang diinginkannya dengan persetujuan Muhammad. Karena Ubayy tinggal di Medina yang dihuni banyak suku Yahudi, maka dia punya banyak pengetahuan tentang buku2 dan hukum Yahudi. Tampaknya dia menulis banyak Sura2 Medina yang berhubungan dengan sistem hukum Islam. Sura2 Medina ini tidak puitis seperti Sura2 Mekah. Hal ini karena Ubayy b. Ka'b bukanlah penyair, tapi lebih merupakan ahli politik dan juru tulis. Malah dia pun menulis versi Qur'annya sendiri yang disimpannya baik2. Di jaman Kalifah Usman, Usman memerintahkan agar semua versi2 Qur'an yang berbeda dengan versi Qur'an milik Hafsa dibakar. Ubayy b. Ka'b dan ibn Masud menolak menyerahkan Mushaf (Qur'an yang ditulis di atas daun) mereka dan memilih menyembunyikannya diam2.

Kita bisa menyimpulkan bahwa banyak Sura2 Medina sebenarnya ditulis sendiri oleh Ubayy b. Ka'b dengan persetujuan Muhammad.

Meskipun Muhammad menyatakan bahwa malaikat Jibrillah yang membawa semua ayat-ayat Qur'an kepadanya, tapi Muhammad hanya melihat Jibril dua kali saja. Hal ini dinyatakan dalam Hadis Bukhari. Hadis Bukhari, Volume 6, Buku 60, Nomer 378:Dikisahkan oleh Masruq:Aku berkata pada Aisha, "Wahai Ibu! Apakah Nabi Muhammad pernah melihat Allah?" Aisha berkata, "Perkataanmu membuat rambutku berdiri merinding! Ketahuilah jika ada orang yang mengatakan ketiga hal ini padamu, maka orang itu pembohong: Siapapun yang mengatakan padamu bahwa Muhammad pernah melihat Allah, dia adalah pembohong." Lalu Aisha mengutip ayat ini:'Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.' (6.103) 'Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir' (42.51)Aisha melanjutkan sambil berkata, "Dan siapapun yang mengatakan padamu bahwa Nabi tahu apa yang akan terjadi besok hari, maka orang itu adalah pembohong." Dia lalu melafalkan:'Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.' (31.34)Dia menambahkan: "Dan siapapun yang mengatakan dia menyembunyikan (beberapa perintah Allah), maka orang itu adalah pembohong."Lalu dia melafalkan: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. (5.67) 'Aisha menambahkan, "Tapi sang Nabi melihat Jibril dalam bentuk aslinya dua kali."

Tentu saja hadis di atas membingungkan dan berlawanan dengan apa yang tertulis dalam ahadis (kumpulan hadis2) bahwa Muhammad mengatakan Jibril mengunjunginya berkali-kali dalam bentuk manusia biasa (yang paling terkenal adalah keterangan Jibril menyaru sebagai Dhiya al-Kalbi, Muslim ganteng di Medina). Karena itu pula, dengan sendirinya tidak ada pula yang mencegah Muhammad mengatakan bahwa semua penulis Qur'an termasuk Ubayy b. Ka'ba sebenarnya adalah Jibril yang sedang menyaru dalam bentuk manusia.

Aisha

Bibi Aisha adalah istri kesayangan Muhammad. Muhammad mengawini Aisha ketika Aisha masih anak-anak berusia enam tahun dan berhubungan seks dengannya ketika Aisha berusia sembilan tahun. Usia muda, keceriaan, kelembutan, kelakuan, dan semangat kanak-kana Aisha merupakan bahan yang mempengaruhi otak Muhammad ketika dia terpesona akan diri Aisha yang begitu polos dan mudah dibohongi. Sebagai pengantin kanak-kanak, Aisha tergantung total pada kedewasaan Muhammad. Sama seperti anak-anak di usianya, Aisha percaya saja apapun yang dikatakan Muhammad padanya tentang wahyu illahi. Muhammad mengatakan bahwa dia sering dapat wahyu dari Allah hanya ketika dia tidur bersama Aisha. Mengapa Jibril enggan mengunjungi Muhammad ketika dia bermalam bersama istrinya yang lain di haremnya? Ini adalah pertanyaan yang hanya dijawab segelintir sejarawan Islam. Jawaban yang benar adalah: Kecuali Aisha, istri Muhammad yang lain sudah tumbuh dewasa dan telah mengalami berbagai kejadian berat, pahit dan tipu daya kehidupan secara umum. Bahkan beberapa dari istri tersebut sudah punya anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Tidak mudah bagi Muhammad untuk meyakinkan para wanita dewasa ini tentang komunikasinya dengan Allah melalui Jibril. Para wanita dewasa ini tidak gampang percaya dengan cerita karangan Muhammad. Meskipun mereka dipaksa hidup dalam haremnya, tetapi mereka dalam hati tidak bisa memaksakan diri percaya segala pengakuan2 sinting Muhammad. Karena itulah maka Aisha yang masih polos dan gampang dikibuli jadi sumber wahyu Illahi Muhammad! Muhammad hanyalah bermain-main dengan angan2 anak kecil belaka yang cenderung percaya segala cerita konyol tentang hantu dan jin, sinterklas, kuda bersayap, setan, monster, dan segala tokoh dongeng lainnya. Hadis Bukhari berikut jelas menunjukkan bahwa Allah berkomunikasi dengan Muhammad hanya ketika dia tidur bersama Aisha.

Muhammad sering dapat wahyu illahi hanya jikalau dia berada di ranjang Aisha Hadis Sahih Bukhari Volume 3, Book 47, Number 755:Dikisahkan oleh 'Urwa dari 'Aisha: Istri Rasul Allah terbagi dalam dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari of 'Aisha, Hafsa, Safiyya dan Sauda; sedangkan kelompok lainnya terdiri dari Um Salam dan istri lain Rasul Allah. Para Muslim mengetahui bahwa Rasul Allah mencintai 'Aisha, jadi jika salah seorang dari para Muslim punya hadiah dan ingin memberikannya kepada Rasul Allah, dia akan menunggunya sampai Rasul Allah mengunjungi rumah 'Aisha dan dia lalu akan memberi hadiah pada Rasul Allah di rumah 'Aisha. Kelompok Um Salama membicarakan hal ini bersama dan mengambil keputusan bahwa Um Salama harus meminta Rasul Allah mengatakan pada orang untuk mengirim hadiah mereka padanya di rumah istri yang mana saja. Um Salama menyampaikan pada Allah apa yang telah mereka katakan, tapi dia Rasul Allah diam saja. Maka mereka (para istri) bertanya pada Um Salama tentang hal itu. Dia berkata, "Dia (Rasul Allah) tidak berkata apapun padaku." Mereka meminta dia untuk bicara padanya sekali lagi. Dia pun bicara sekali lagi padanya ketika bertemu Rasul Allah di hari gilirannya, tapi Rasul Allah tidak menjawab. Maka mereka pun bertanya padanya, dan dijawabnya bahwa Rasul Allah tidak mengatakan apapun. Mereka berkata padanya, "Bicara padanya sampai dia memberimu jawaban." Ketika tiba giliran dikunjungi, dia pun bicara lagi padanya. Rasul Allah lalu berkata padanya, "Jangan menyakiti diriku mengenai 'Aisha, karena wahyu illahi tidak turun padaku di ranjang manapun kecuali di ranjang 'Aisha." Mendengar hal itu Um Salama berkata, "Aku memohon ampun pada Allah karena menyakitimu." Setelah itu kelompok Um Salama memanggil Fatima, anak perempuan Rasul Allah dan mengirim dia kepada Rasul Allah untuk berkata padanya, "Istri2mu meminta diri mereka dan anak perempuan Abu Bakr diperlakukan secara sama." Lalu Fatima menyampaikan pesan ini padanya. Sang Nabi berkata, "Wahai anak perempuanku! Tidakkah kau mencintai orang yang kucintai?" Dia mengiyakan dan kembali pada mereka dan menyampaikan apa yang terjadi. Mereka meminta dia pergi lagi menghadapnya tapi dia tidak mau. Maka mereka mengirim Zainab bint Jahsh yang pergi menghadapnya dan menggunakan kata-kata kasar berkata, "Istri2mu meminta kau memperlakukan mereka dan anak perempuan Ibn Abu Quhafa sama rata." Setelah itu dia berkata keras dan mencaci maki 'Aisha di hadapan mukanya, dan Rasul Allah melihat pada 'Aisha apakah dia akan membalas. 'Aisha mulai menjawab Zainab sampai dia diam. Sang Nabi kemudian melihat pada 'Aisha dan berkata, "Dia memang benar anak perempuan Abu Bakr."

Wahyu illahi datang pada Muhammad hanya jika dia tidur bersama Aisha. Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 57, Number 119: Dikisahkan oleh ayah Hisham: orang seringkali mengirim hadiah kepada sang Nabi di hari giliran 'Aisha. 'Aisha berkata, "Rekan2ku (yakni istri lain sang Nabi) berkumpul di rumah Um Salama dan berkata, "Wahai Um Salama! Demi Allah, orang memilih memberikan hadiah2 di hari giliran 'Aisha dan kamipun juga senang dengan barang hadiah itu seperti juga 'Aisha. Kau haru memberitahu Rasul Allah untuk menyuruh orang mengirim hadiah mereka padanya di mana saja dia berada atau pada saat dia menggiliri siapa saja." Um Salama mengatakan hal itu pada sang Nabi tapi dia memalingkan diri darinya, dan ketika sang Nabi menggilirnya (Um Salama), dia mengulang hal yang sama, dan sang Nabi berkata, "Wahai Um Salama! Jangan ganggu aku dengan menyakiti 'Aisha, karena demi Allah, wahyu illahi tidak pernah turun padaku ketika aku berada di bawah selimut wanita manapun diantara kalian kecuali dia."

Aisha tidak melihat Jibril ketika Muhammad memperkenalkan Jibril padanya. Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 54, Number 440:Dikisahkan oleh Abu Salama: 'Aisha berkata bahwa sang Nabi berkata padanya, "Wahai 'Aisha, ini adalah Jibril dan dia menyampaikan salam padamu." 'Aisha berkata, "Salam padanya, dan pengampunan dan berkat Allah baginya, " dan kepada sang Nabi dia berkata, "Kau melihat apa yang aku tidak lihat."

Muhammad berkata pada 'Aisha bahwa Jibril menyampaikan salam baginya. Hadis Sahih Bukhari, Volume 8, Book 74, Number 270: Dikisahkan oleh 'Aisha: bahwa sang Nabi berkata padanya, "Jibril mengirim Salam padamu." Dia menjawab, "Wa 'alaihi-s-Salam Wa Rahmatu-l-lah." (Damai dan pengampunan Allah bagimu).

Ahadis di atas jelas menyampaikan betapa cerdiknya Muhammad menggunakan pikiran anak kecil yang polos dan mudah ditipu untuk membuktikan wahyu illahinya. Bahkan Muhammad sendiri menyusun ayat-ayat Qur'an pada saat sedang berbaring bersama 'Aisha. Ini hadisnya.

Muhammad melafalkan ayat-ayat Qur'an sambil berbaring di paha Aisha yang lagi datang bulan. Hadis Sahih Bukhari, Volume 8, Book 74, Number 270: Dikisahkan oleh 'Aisha: Sang Nabi sering berbaring di atas pahaku dan melafalkan ayat-ayat Qur'an pada saat aku sedang datang bulan.

Bahkan penulis Qur'an bagi Muhammad yakni Zayd b. Thabit mengakui pula bahwa beberapa ayat-ayat Qur'an dipalsukan. Ini hadisnya.

Beberapa ayat-ayat Qur'an telah dipalsukan (Q 33:23). Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 379: Dikisahkan oleh Zaid bin Thabit:Ketika kami menulis Qur'an, aku kehilangan satu dari ayat-ayat Sura al-Ahzab yang biasa kudengar Rasul Allah melafalkannya. Maka kami lalu mencari ayat tersebut dan menemukannya pada Khuzaima bin Thabit Al-Ansari. Ayatnya berbunyi: Diantara orang mukmin ada orang yang menepati yang yang telah mereka janjikan pada Allah (yakni mereka mati terbunuh di jalan Allah), dan beberapa lainnya masih menunggu" (33:23). Maka kami pun menulis ayat ini di tempatnya dalam Qur'an.

Hadis di atas mengatakan pada kita bahwa beberapa ayat-ayat Qur'an ditulis oleh orang yang bukan penulis resmi Qur'an yang ditunjuk Muhammad. Perlu diketahui bahwa Khuzaima b. Thabit al-Ansari yang disebut di hadis di atas bukanlah juru tulis Qur'an resmi yang dipilih Muhammad.

Dalam Hadis Muslim dinyatakan sebagai berikut:

Muhammad sering melafalkan Qur'an sambil menyender di pangkuan Aisha yang sedang datang bulan. Hadis Sahih Muslim, buku 003, nomer 0591: 'Aisha melaporkan: Rasul Allah (semoga damai menyertainya) lalu menyender di pahaku ketika aku sedang datang bulan, dan melafalkan Qur'an.

Jikalau catatan2 hadis di atas belum juga meyakinkan bahwa Aisha memang punya peranan penting dalam penulisan Qur'an, maka hadis Muslim berikut mengisahkan bahwa Aisha memang merubah ayat-ayat Qur'an. Hadis ini menerangkan bahwa setelah Muhammad mati, Qur'an dikumpulkan oleh Aisha seorang diri. Lalu Aisha mengimlakan pada juru tulisnya sebuah ayat Qur'an dengan mengaku bahwa begitulah cara Muhamad melafalkan ayat tersebut (Q 2:238). Inilah hadisnya:

Hadis Sahih Muslim, buku 4, nomer, 1316:Abu Yunus, seorang budak 'Aisha yang dimerdekakan berkata:'Aisha memerintahkanku untuk menulis ulang Qur'an baginya dan berkata: Jika kau sampai pada ayat ini: "Peliharalah segala salat dan salat wusthaa." (2:238), beritahu aku; maka ketika aku mencapai ayat itu, aku pun memberitahunya dan dia mengimlakan padaku sebagai berikut: Peliharalah segala salat dan salat wusthaa dan shalat asr, dan berdirilah dengan khusyuk pada Allah. 'Aisha berkata: Begitulah yang kudengar dari Rasul Allah (semoga damai menyertainya).

Dari Sahih Bukhari juga terdapat keterangan bahwa dua Sura utama yakni Sura al-Bakara (Sura 2) dan Sura an-Nisa (Sura 4) ditulis di hadapan Aisha. Dia juga menyatakan bahwa ayat pertama adalah tentang Surga dan Neraka – dan ini bertolak belakang dengan pengertian banyak sejarawan Islam yang mengira hal Surga dan Neraka adalah ayat-ayat pertama Sura al-Alaq (Sura 96). Hadis ini juga memberitahu bahwa ada beberapa versi Qur'an, dan Aisha punya versinya sendiri yang berbeda dengan versi2 lain. Apakah hal ini karena Aisha sendiri telah menambah atau menghapus ayat-ayat dari versi Qur'annya? Berikut adalah hadisnya.

1 comment:

sang penanya said...

saya sudah membaca artikel ini, sekarang pertanyaanya bagaimana dengan kitab yang lain seperti injil yang sekarang?? apakah menurut anda justru injil yang perkataan Tuhan?? atau juga karangan?? lalu kitab mana yg seharusnya kita jadikan pedoman??