Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Sep 25, 2013

Naskah Elefantin

Naskah-naskah Elefantin adalah kumpulan naskah berupa akta, kontrak, dan surat yang ditemukan di Elefantin pada akhir abad ke-5. Elefantin merupakan tempat pemukiman bangsaYahudi yang ada di satu pulau kecil di Sungai Nil. Letaknya di perbatasan sebelah selatanMesir. Naskah-naskah ini dituliskan di atas papirus dengan memakai bahasa Aram. Bahasa Aram pada waktu itu adalah bahasa yang lazim dipakai di Persia, termasuk Mesir. Naskah-naskah Elefantin memberikan banyak informasi yang dapat membantu memahami konteks pekerjaan Nehemia dan Ezra. Kedua tokoh ini telah menunjukkan pengabdian yang tinggi dalam menjaga agar agama  dan budaya Yahudi tetap murni meskipun ada banyak pengaruh asing yang datang dan pada naskah-naskah Elefantin inilah terdapat contoh-contoh  pengaruh asing yang ada.  Adanya naskah-naskah ini juga memperlihatkan bahwa orang-orang Yahudi  yang tinggal di Elefantin menganut agama yang bersifat sinkretis sama  halnya dengan orang-orang Yahudi diPalestina pada masa pra-pembuangan. Rupanya ada banyak dari antara mereka yang memberi persembahan kepada ilah-ilah lain selain Allah (YHWH). Sinkretisme seperti itulah yang dikecam Ezra dan Nehemia.

Teks

Meskipun sejumlah fragmen naskah papirus ini jauh lebih tua, sebagian terbesar naskah-naskah ini ditulis dalam bahasa Aram, bahasa internasional (lingua franca) Kekaisaran Persia waktu itu, dan memberikan catatan mengenai komunitas Yahudi yang diam di antara tentara-tentara yang ditempatkan di kota Elefantin dalam pemerintahan Persia, sekitar tahun 495-399 SM. Naskah-naskah Elefantin meliputi surat-surat dan kontrak-kontrak hukum dari keluarga serta arsip-arsip lainnya: surat-surat cerai, pembebasan budak, dan urusan lain, yang secara keseluruhan merupakan sumber pengetahuan bagi sejarah hukum, komunitas, agama, bahasa serta cara-cara pemberian nama.
Surat Paskah dari tahun 419 SM (ditemukan pada tahun 1907), yang menuliskan instruksi detil tatacara pelaksanaan Paskah Yahudi sekarang disimpan di Egyptian Museum of Berlin, Jerman. Naskah-naskah Elefantin lain disimpan di Brooklyn Museum, Amerika Serikat. PenemuanBrooklyn papyri ini merupakan cerita yang menakjubkan. Pertama kali diperoleh pada tahun 1893 oleh wartawan New York, Charles Edwin Wilbour. Setelah dibiarkan di gudang selama lebih dari 50 tahun, naskah-naskah itu dikirimkan ke bagian Mesir (Egyptian Department) Brooklyn Museum. Di sanalah para pakar akhirnya menyadari bahwa "Wilbour telah mendapatkan naskah-naskah Elefantin pertama".

Rumah Ibadah Yahudi di Elefantin

Orang-orang Yahudi pernah memiliki rumah ibadah untuk Yahweh yang disembah bersama-sama dewa lokal berkepala kambing jantan, Khnum. "Petisi kepada Bagoas" ("Petition to Bagoas"; sekarang bagian dari koleksi Sayce-Cowley) adalah sebuah surat yang ditulis pada tahun 407 SM kepada Bagoas, kepala daerah Persia untuk Yudea, meminta bantuan dalam pembangunan kembali rumah ibadah Yahudi di Elefantin, yang tidak lama berselang dirusak parah oleh serangan orang-orang anti-Semit (anti Yahudi) di antara komunitas Elefantin. Dalam rangka permohonan ini, penduduk Yahudi di Elefantin menyebutkan usia rumah ibadah rusak yang lama:

Leluhur kami membangun rumah ibadah ini di benteng Elefantin jauh pada zaman Kerajaan Mesir, dan ketika Cambyses datang ke Mesir, ia mendapatkan rumah itu sudah dibangun. Mereka (orang Persia) menghancurkan semua rumah ibadah dan kuil-kuil dewa-dewa Mesir, tetapi tidak ada yang merusak rumah ibadah ini."

Komunitas tersebut juga meminta bantuan kepada "Sanbalat", seorang pejabat tinggi Samaria dan putra-putranya "Delaiah" dan "Shelemiah", serta kepada "Yohanan bin Elyasib". Nama "Sanbalat" maupun "Yohanan bin Elyasib" tercatat dalam Kitab Nehemia, yaitu antara lain Nehemia 2:19, dan12:23.
Ada jawaban dari kedua pemimpin (Bagoas dan Delaiah) yang memberi izin pembangunan kembali rumah ibadah tersebut secara tertulis dalam bentuk memorandum: "1Memorandum apa yang dikatakan oleh Bagohi dan Delaiah 2kepadaku, katanya: Memorandum: Engkau dapat berkata di Mesir ... 8untuk membangun (kembali) pada tempat asalnya".
Pada pertengahan abad ke-4 SM, rumah ibadah di Elefantin tidak lagi berfungsi. Terdapat bukti dari penggalian arkeologi bahwa pembangunan kembali dan perluasan kuil Khnum yang dibangun oleh Nectanebo II (360-343) mengambil tempat bekas rumah ibadah untuk YHWH.

Sanbalat orang Horon

Sanbalat orang Horon atau Horoni (bahasa Inggris: Sanballat the Horonite; oleh sejarawan disebut Sanballat I; dalam bahasa Aram Neo-Asyria: Sinballidh atau "dewa Sin telah menghidupkan") adalah seorang pemimpin Samaria dan pejabat kerajaan Persia (Kekaisaran Akhemeniyah) yang disebut dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia hidup pada pertengahan sampai akhir abad ke-5 SM dan sezaman dengan Nehemia. Menurut Yitzakh Magen, Sanbalat nampaknya adalah keturunan keluarga Samaria sisa Israel yang berasal dari kota Horon (atau Harran), kemungkinan sama dengan desa Hawara di kaki gunung Gerizim.

Musuh Yahudi

Terutama dikenal dari Kitab Nehemia, ia disebut sebagai salah satu musuh utama orang Yahudi pada zaman gubernur Nehemia. Dalam 10 kali penyebutan di kitab tersebut, Sanbalat terus berusaha menghalang-halangi orang Yahudi untuk hidup aman di Yerusalem dan sekitarnya setelah kembali dari pembuangan ke Babel. Ketika Sanbalat dan sekutunya, Tobia orang Amon, mendengar Nehemia diutus oleh raja Artahsasta ke Yerusalem untuk membantu pembangunan kota itu, mereka sangat kesal karena ada orang yang datang mengusahakan kesejahteraan orang Israel. Ketika Sanbalat, Tobia, dan sekutu yang lain, Gesyem, orang Arab, mendengar Nehemia memulai pembangunan tembok kota Yerusalem, mereka mengolok-olokkan dan menghina serta berkata: "Apa yang kamu lakukan itu? Apa kamu mau berontak terhadap raja (shahanshah)?" Selama pembangunan tembok itu, mereka menjadi marah dan berniat terus menghalangi. Ketika Sanbalat dan Tobia serta orang Arab dan orang Amon dan orang Asdod mendengar, bahwa pekerjaan perbaikan tembok Yerusalem maju dan bahwa lobang-lobang tembok mulai tertutup, maka sangat marahlah mereka dan mengadakan persepakatan bersama untuk memerangi Yerusalem dan mengadakan kekacauan di sana. Namun rencana itu berhasil diketahui Nehemia dan ketika didengar bahwa rencana mereka sudah diketahui dan bahwa Allah telah menggagalkannya, maka mereka tidak jadi menyerang dan orang Yahudi dapat menyelesaikan tembok Yerusalem. Ketika Sanbalat dan Tobia dan Gesyem, orang Arab itu dan musuh-musuh orang Yahudi yang lain mendengar, bahwa Nehemia telah selesai membangun kembali tembok, sehingga tidak ada lagi lobang, walaupun sampai waktu itu di pintu-pintu gerbang belum dipasang pintunya, maka Sanbalat dan Gesyem mengutus orang kepada Nehemia dengan pesan: "Mari, kita mengadakan pertemuan bersama di Kefirim, di lembah Ono!" Tetapi mereka berniat mencelakakan Nehemia. Dengan cara yang sama sampai lima kali Sanbalat mengirim seorang anak buahnya kepada Nehemia dengan membawa surat yang terbuka, tetapi Nehemia tetap tidak mau datang. Sanbalat memakai Semaya bin Delaya bin Mehetabeel untuk menjebak Nehemia agar datang ke Bait Suci dengan memberikan nubuat yang menakutkan. Namun, Nehemia mengetahui, bahwa Allah tidak mengutus nabi itu. Ia mengucapkan nubuat itu terhadap Nehemia, karena disuap Tobia dan Sanbalat. Di samping itu masih disebutkan nabiah Noaja dan nabi-nabi yang lain yang mau menakut-nakutkan Nehemia.

Memimpin Samaria

Berdasarkan rekonstruksi Yitzakh Magen, kemungkinan Sanbalat adalah pemimpin tentara yang kemudian diangkat menjadi gubernur Samaria, beberapa waktu sebelum Nehemia tiba di Yerusalem pada tahun 444 SM. Untuk mempersatukan Samaria dan penduduknya, ia mendirikan satu tempat suci di wilayah Samaria, yaitu di Gunung Gerizim. Karena imam-imam dari suku Lewi sudah bermigrasi ke Yudea dan penyembahan Baal dianggap berhala, maka ia berusaha memikat satu imam dari keluarga terpandang di Yerusalem, cucu Eliasyib, dengan menikahkan putrinya, untuk memimpin ibadah di Samaria. Dalam kitab Nehemia pasal 13 tertulis:
Seorang dari anak-anak Yoyada bin Elyasib, imam besar itu, adalah menantu Sanbalat, orang Horoni itu. Oleh sebab itu kuusir dia dari padaku.

Karena keturunan Sanbalat kemudian mempunyai darah imam, maka mereka dapat memimpin ibadah di gunung Gerizim.
Sejarawan Flavius Yosefus menggambarkan pembangunan Bait Suci di Samaria, dan mengatakan bangunan itu merupakan tiruan Bait Suci di Yerusalem. Kisah Yosefus ini kemungkinan berdasarkan cerita tradisional asal mulanya Bait Suci Samaria di gunung Gerizim. Juga dicatatnya bahwa banyak orang Israel menikah dengan orang Samaria dan pindah ke Samaria, menimbulkan kehebohan di Yerusalem. Yosefus menulis bahwa putri Sanbalat yang bernama Nikaso, menikah dengan seorang imam asal Yerusalem, Manasseh, saudara laki-laki Imam Besar Yehoiada. Namun, Yosefus menyebutkan Sanbalat hidup pada zaman pemerintahan Darius Codomannus, yang beberapa generasi lebih muda dari pada Artahsasta. Nampaknya di sini Yosefus secara keliru menggabungkan kisah keturunan Sanbalat yang kemudian, entah Sanbalat II atau Sanbalat III. Dari Naskah-naskah Elefantin (Elephantine papyri) Sanbalat diketahui mempunyai dua orang putra,Delaiah bar Sanbalat and Shelemiah bar Sanbalat. Orang-orang Yahudi di Elefantin meminta bantuan putra-putra Sanbalat untuk pembangunan kembali Sinagoga di kota itu yang dirusak oleh para pengacau.

Pemakaian modern

Dalam pertengahan pertama abad ke-20, penyair nasionalis dan aktivis politik Yahudi Uri Zvi Greenberg - dianggap mentor spiritual gerakan Zionisme Revisionis dan pemukim Israel di Tepi Barat - sering menggunakan istilah "The Sanballats" atau "Gang Sanbalat" ("The Sanballat Gang"; כנופית הסנבלטים) untuk menyebut orang-orang yang melakukan penganiayaan dari pihak Anti-semit dan nasionalis Palestinia serta lawan-lawan politik dari kubu Zionis Sosialis.

No comments: