Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Sep 4, 2009

Mengalahkan Depresi- Cara Orang Lain Dapat Membantu

Mungkinkah Lingkungan Rumah Anda Menyebabkan Depresi?

Apakah harga diri diremehkan dengan komentar yang sembrono seperti Coba kamu menjadi istri yang lebih baik?' 'Saya mencintai anda walaupun anda orang macam itu', atau 'Mengapa kamu selalu begitu sembrono?' Apakah perasaan bersalah terus diungkit-ungkit dengan membuat pasangan hidup selalu merasa bertanggung jawab, tidak soal fakta-faktanya? Apakah suasana di rumah tidak menganjurkan keterbukaan dalam hal emosi, dan membuat orang yang tidak menahan emosi tampak lemah? Apakah ada yang dibuat merasa harus hampir sempurna agar memenuhi pengharapan pasangan hidup? Apakah komunikasi yang terbuka dan langsung terhalang?

Mengalahkan Depresi—Cara Orang Lain Dapat Membantu

Dalam  beberapa  hari  saja Ana sudah tiga kali menelepon jarak jauh tanpaalasanapapun.Ibunya,  Kay,  memperhatikan  bahwa  suaranya kedengaran  kosong.  "Tampaknya seperti suara orang yang tertekan," ulas Kay. "Walaupun ia tidak mengeluh, nada suaranya menyatakan dengan jelas, 'Saya  perlu  bantuan!'"  Hati  Kay berdebar-debar sewaktu ia merasa ada yang tidak beres.

"Saya  memberitahu  anak  saya bahwa saya akan ke sana besok!" ingat Kay.  "Ana  mulai  menangis, berkata dengan nada bergetar 'Baiklah,' dan kemudian meletakkan teleponnya." Begitu tiba, ibunya terkejut mengetahui bahwa  Ana  telah menyatakan kepada teman-temannya bahwa ia sangat putus asa  dan  merasa  diri  tidak berharga. Ia bahkan telah memikirkan untuk bunuhdiri!  Walaupun  demikian,  dukungan  yang  Kay  berikan  selama kunjungan  lima  hari membantu memulihkan keadaan anaknya. Itu merupakan titikbalik."Halini  memberikan  saya  suatu  pelajaran  tentang mendengarkan,"  ingat  sang  ibu.  "Bisa  saja ia bunuh diri, dan betapa menyedihkan jika kami tidak membantu sewaktu ia membutuhkan."

Bantuan  orang  lain sering kali dapat mempengaruhi antara hidup dan mati  bagi  seorang yang sangat tertekan. Apakah perasaan anda sama peka seperti  Kay?  Karena  setiap  tahun seratus juta orang di seluruh dunia mengalami  depresi yang parah, ada kemungkinan teman atau sanak keluarga anda  akan  mengalaminya.  Tetapi  membantu orang yang menderita depresi berat dapat menjengkelkan.

Dr.  Leonard  Cammer  dalam bukunya Up From Depression (Bangkit Dari Depresi)  menceritakan  tentang  seorang  ibu yang kehabisan akal dengan anaknya yang menderita depresi. Sewaktu ia dan putranya berbicara dengan dokter,  ia  mengeluh, "Ia begitu saja pindah dan menganggap seolah-olah kita  tidak  ada  di  sana. Ia tahu kami mencintai dia. Mengapa ia harus melukai  hati  kami? Anda tidak tahu apa yang telah saya alami, Dokter." Dr. Cammer berkata, "Jika saja ibu itu tahu penderitaan yang ia alami! . .  .  Orang  yang  menderita depresi merasa menjadi beban bagi keluarga. Tetapi  ia  juga  beban  bagi  diri  sendiri,  karena  ia  tidak berdaya memperbaikikeadaannyadanmaluserta  merasa  diri  hina.  Maka satu-satunya  jalan  adalah  semakin  menyendiri." Kurangnya kepekaan di pihaksang  ibu  memperburuk  keadaan.  Karena  itu,  untuk  membantu, pertama-tama yang diperlukan adalah . . .

Tenggang Rasa

Tenggang  rasa,  atau  "satu  perasaan", adalah usaha untuk mengerti emosi  orang  lain.  (1 Petrus 3:8) Sadarilah bahwa orang yang menderita depresi  benar-benar  sakit.  Kesedihannya itu sungguh-sungguh dan bukan dibuat-buat.  "Menangislah  dengan  orang  yang menangis," nasihat rasul Paulus.  (Roma 12:15) Dengan kata lain, berupayalah mengerti penderitaan yang dirasakan orang yang menderita depresi.

Walaupun  anda tidak dapat mengetahui dengan jelas perasaannya, anda dapat  memperlihatkan  minat  yang  sungguh-sungguh  untuk  ingin  tahu. Anjurkanorang  itu  untuk  berbicara,  dan  sewaktu  ia  mengutarakan perasaannya,  berupayalah menyelami jiwanya, menempatkan diri anda dalam posisinya.  Hindari  pernyataan  menuduh seperti, 'Anda seharusnya tidak merasa demikian' atau, 'Itu sikap yang salah'. Emosi orang yang tertekan sangat  peka,  dan  komentar-komentar yang demikian kritis hanya membuat dia merasa diri lebih buruk. Biasanya ia merasa diri tidak berharga.

Membangun Kembali Harga Diri

Untuk  memulihkan  harga dirinya, anda harus menggugah cara berpikir orang  tersebut.  Dengan sangat lembut, bantulah dia untuk melihat bahwa penilaian  dirinya  sendiri  yang rendah itu tidak benar. Tetapi sekedar memberikan pujian yang berlebihan, memberitahukan bahwa ia adalah 'orang yang hebat', bukanlah jawabannya. "Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati  yang  sedih  adalah  seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin,  dan  seperti cuka  pada  luka,"  kata  Amsal 25:20. Upaya yang dangkal demikian membuat orang yang menderita depresi menjadi dingin dan kesal  secara  emosi,  karena  hal  itu jarang memberikan alasan mengapa orang itu merasa diri tidak berharga.

Misalnya,  seorang  yang  tertekan  mungkin berkata, 'Saya rasa saya orang  bodoh dan saya tidak pernah akan berguna.' Dengan cara yang tidak menantang  anda  dapat bertanya, 'Coba beritahu saya mengapa anda merasa demikian?'  Seraya  ia  mulai  menjelaskan,  dengarkan  dengan  saksama. Perhatian yang sedemikian akrab meyakinkan dia bahwa apa yang ia katakan cukup  baik.  Seraya  ia  menyatakan  diri,  anda dapat mengajukan lebih banyak  pertanyaan  untuk  membantu  dia  mengenali  dan mengoreksi cara berpikir yang menyebabkan depresi.

Ajukan  pertanyaan  yang  sederhana, langsung, bukan dengan mencaci, tetapi  dengan  maksud membuat orang itu berpikir. (Lihat kotak, halaman 18.)  Jika  anda  memperhatikan  bahwa  orang itu melakukan hal-hal yang menambah  problemnya,  maka  dengan  cara yang tidak menuduh, anda dapat bertanya  dengan  ramah,  'Apakah  hal yang anda lakukan sampai saat ini membantu  anda?  Apakah anda perlu melakukan sesuatu yang lain?' Meminta dia memberikan saran-saran mungkin dapat memulihkan sedikit rasa percaya diri.

Orangyangmenderitadepresicenderungmengabaikansemua sifat-sifatnyayangbaik;  maka  pusatkan  perhatiannya  pada  sifat kepribadian  yang  baik  dan  kecakapannya.  Pria  mungkin  sangat cakap memelihara  tanaman  atau  ahli  masak. Wanita mungkin telah membesarkan anak-anak  yang  bahagia dan stabil. Carilah hal-hal yang telah berhasil dilakukan  oleh  orang  yang tertekan itu dan tariklah perhatiannya pada hal-hal  tersebut.  Mungkin anda dapat menyuruh dia menulis beberapa hal ini  untuk ditinjau kembali nanti. Juga ada baiknya bila orang itu dapat menggunakan bakatnya untuk membantu anda.

Misalnya, Maria, seorang penjahit yang mahir, menjadi sangat murung. Salah  seorang  temannya  bertanya,  "Maukah  anda membantu saya memilih bahan  dan sebuah pola? Saya ingin menjahit baju." Maria menawarkan diri untuk  menjahitkan  baju  itu  untuknya.  "Oh, kamu mau?" kata temannya. Beberapa  waktu  kemudian,  ia sangat berterima kasih kepada Maria untuk baju  itu  dan  menulis mengenai semua pujian yang ia terima. "Keyakinan diri  saya bertambah dan hidup saya jadi lebih cerah," kata Maria. "Saya kemudian  tahu  bahwa  ia  pernah mengalami depresi dan mengetahui bahwa tugas  ini  akan sangat membantu. Dan memang demikian. Lebih banyak yang ia lakukan bagi saya daripada apa yang saya lakukan bagi dia."

Maka  bantulah orang yang tertekan untuk mengembangkan tujuan jangka pendek  tertentu  yang  dapat  dilakukan  sesuai  dengan kesanggupan dan keadaannya.  Ini  mungkin  menyangkut  pekerjaan  rumah  yang sederhana, kerajinan  tangan,  atau  bahkan  kata-kata  yang  menyenangkan. Seperti seorang  wanita  yang  menderita  depresi  berkata,  "Saya akan berupaya setiap hari untuk mengucapkan hal yang membina kepada keluarga saya atau seorang  teman." Berhasil mencapai tujuan yang kecil ini dapat membentuk harga diri.

Apabila si Penderita Adalah Teman Hidup Anda

Dugaan  pertama  dari kebanyakan orang yang teman hidupnya menderita depresi adalah bahwa mereka, sedikit banyak, bertanggung jawab atas rasa murungdaripasangannya.  Ini  menimbulkan  perasaan  bersalah  yang akhirnya,menimbulkanpercekcokan.Namun,depresi  tidak.  perlu menandakan bahwa perkawinan seseorang tidak berhasil.

Setelahmempelajari  kehidupan  40  wanita  yang  tertekan,  Myrna Weissman dan Eugene Paykel dalam buku mereka The Depressed Woman (Wanita yang Menderita Depresi) menyimpulkan, "Tidak semua wanita yang menderita depresi  mempunyai  perkawinan  yang  buruk  sebelum mereka sakit. Dalam sejumlah  perkawinan  kami  menemukan  bahwa  komunikasi  yang bebas dan terbuka,  kepekaan bersama akan kebutuhan masing-masing, . . . telah ada sebelum  rasa  murung  muncul.  Penyakit  itu cukup menegangkan hubungan itu."—Cetak miring ditambahkan.

Tetapi,  kadang-kadang,  walaupun  tidak selalu menyebabkan depresi, hubunganyangtegang  atau  berpisah  dengan  pasangan  hidup  dapat menciptakan suasana yang membuat depresi lebih mungkin terjadi. Beberapa faktor  yang  menyebabkan depresi terdaftar dalam kotak pada halaman 20. Seorang  suami  yang  istrinya  menderita depresi dan mencoba bunuh diri mengakui,  "Saya  kurang  serius  dalam  mengawasi  kebutuhan  emosi dan rohaninya. Bagi saya ia hanyalah seorang teman sekamar dan bukan sebagai istri.  Saya terlalu sibuk membantu orang lain sehingga tidak memberikan keyakinan  dan  kehangatan  yang  ia  dambakan  dan butuhkan. Saya harus memperbaiki  diri  dalam  komunikasi  dan  juga  dalam  membagi diri dan kehidupan  saya  dengan  dia."  Apakah  ada  hal-hal  yang  mungkin anda perhatikan  dalam  keluarga  anda yang perlu diperbaiki? Tetapi apa lagi yang akan membantu teman hidup?

Sabar,  Sabar,  Sabar!  Karena  seorang  yang menderita depresi sakit secara  emosional,  ia  mungkin menyerang pasangan hidup. Victoria, yang menderita  depresi  hebat,  mengakui,  "Saya benci pada diri sendiri dan  merasa  tidak keruan. Saya yakin suami saya dan anak-anak ingin mengunci saya  dalam  kamar  kecil  dan membuang kunci itu. Namun, saya mendengar ratusan  kali,  'Kami  mencintai  anda;  kami  tahu anda tidak bermaksud demikian'  atau, 'Anda hanya capek'." Ya, sadarilah bahwa orang itu akan mengatakan  banyak  hal  yang  tidak  ia maksudkan. Bahkan Ayub, seorang beriman,mengakuibahwakarena  kesedihannya  "kata-kataku  kurang hati-hati  serta  terburu-buru".  (Ayub 6:3) Dengan mengerti bahwa bukan anda  yang  menjadi  sasaran  akan  membantu  anda menjawab dengan lemah lembut  dan  ramah  yang  biasanya  akan meredakan suasana. (Amsal 15:1; 19:11) Jangan berharap pasangan anda sembuh dalam waktu sekejap.

Berikan Dukungan Rohani dan Emosi. Banyak orang yang menderita depresi telah  merasakan  bahwa  perhimpunan  ibadat menyediakan dorongan rohani untuk  bertahan.  (Ibrani  10:25)  Tetapi, Irene, yang menderita depresi selama  18  bulan,  mengakui, "Suatu malam sebelum pergi ke perhimpunan, saya  menangis karena saya hampir tidak berani bertemu dengan siapapun." Ia  menambahkan,  "Tetapi  suami  saya  menganjurkan  saya,  dan setelah berdoa,  kami  sekeluarga  pergi.  Walaupun  saya harus menahan air mata selama perhimpunan, saya begitu bersyukur kepada Allah karena memberikan saya kekuatan untuk berada di sana."

Selain  bantuan  rohani,  teman  hidup  yang menderita depresi perlu diyakinkan  bahwa  anda  memberi  dukungan  emosi.  Irene  mengungkapkan bagaimana suaminya melakukan hal ini, "Di rumah setelah anak-anak tidur, suami  dan  saya  berbicara, dan kadang-kadang saya akan menangis hampir satu  jam.  Dukungannya yang penuh pengertian begitu membantu. Ia berdoa dengan  saya,  mendengarkan  saya,  atau  membiarkan  saya  menangis  di pundaknya—apa  saja  yang  saya perlukan pada waktu itu." Karena seorang Kristen  ingin  menyenangkan pasangannya, seringlah yakinkan teman hidup yang  menderita  depresi  bahwa itulah yang ia lakukan.—1 Korintus 7:33,34.

Sediakan  Bantuan  Fisik. Pekerjaan rumah yang rutin dan pemeliharaan anak-anak  mungkin tiba-tiba tampak sangat berat bagi seorang istri yang menderita  depresi.  Sang suami (demikian juga anak-anak) dapat membantu dengan  membersihkan rumah dan memasak. Berupayalah untuk tidak bertanya apa  yang  harus dilakukan, karena hal ini akan menambah tekanan. "Suami saya, Bob, tidak membiarkan segala sesuatu menumpuk di hadapan saya pada waktu  itu. Ia bertindak sebagai penyangga," ulas Elizabeth, seorang ibu yang menderita depresi. "Saya harus memusatkan diri untuk menjadi baik." Ia  menambahkan,  "Dokter  tidak  hanya  memberi  resep obat tetapi juga memberitahukan saya untuk berolahraga setiap hari. Bob menganjurkan saya untuk  mengikuti  saran  dokter.  Kami berjalan setiap hari." Mengadakan perjalanan  yang  direncanakan  dengan baik bersama orang yang menderita depresi  juga  membantu.  Ini  semua  menuntut banyak inisiatif di pihak suami.

Bantuan dari Orang Lain

"Seorang  sahabat  menaruh  kasih  setiap waktu, dan menjadi seorang saudara  dalam  kesukaran,"  kata  Amsal 17:17. Persahabatan yang sejati nyata  selama  masa  yang sukar, seperti masa depresi. Bagaimana seorang teman dapat membantu?

"Sewaktu  saya menderita depresi, seorang teman menulis surat kepada sayabeberapakalidanselalu  mengikutsertakan  ayat-ayat  yang menganjurkan,"  kata  Maria. "Saya akan membaca surat itu berulang kali,

membacanya  sambil  menangis.  Surat-surat  demikian  seperti  emas bagi saya." Surat-surat, kartu dan telepon yang menganjurkan sangat dihargai. Kunjungan  yang  hangat  juga membantu. "Jika tidak ada yang datang, itu memperkuat  gagasan  bahwa  kita  sama  sekali  seorang  diri,"  sambung Elizabeth.  "Berdoa  bersama  orang  itu,  menceritakan  pengalaman yang menganjurkan,  bahkan  masak dan membawa makanan seperti seorang anggota keluarga.  Seorang  teman  membuatkan saya sebuah kotak tempat menyimpan barang-barang  kecil. Membuka barang-barang itu satu per satu memberikan kesenangan yang tak terduga."

Tentu,  dalam  hal-hal  seperti  berbelanja  dan melakukan pekerjaan rumah  bagi  orang  yang  menderita depresi, hendaknya penuh pengertian. Dengarkan  dia.  Jangan bersikeras melakukan sesuatu jika ia tidak ingin hal  itu  dikerjakan. Kadang-kadang, mengetahui bahwa ada yang melakukan pekerjaan yang seharusnya ia lakukan mungkin menambah perasaan bersalah. Orang  yang  menderita  depresi  mungkin lebih senang jika hal itu tidak dikerjakan.

Gembala rohani, dalam sidang Kristen juga telah menyediakan bantuan yang sangat berharga. Irene menjelaskan, "Saya berbicara dengan dua orang penatua tentang persoalan saya. (Suami saya ikut bersama saya untuk memberikan dukungan.) Ini langkah yang besar dan sangat membantu saya. Saya merasa bahwa pria-pria ini benar-benar memperhatikan saya." Dengan penuh perhatian mendengarkan dan dengan benar-benar mempersiapkan diri, pria-pria ini dapat 'menghibur mereka yang tawar hati'.—1 Tesalonika 5:14; Amsal 12:18.

Mengetahuiwaktunyauntukmencari  bantuan  para  ahli  sangat penting—sebenarnya,  hal  itu  dapat  menyelamatkan  jiwa! Kadang-kadang keadaan  menjadi  begitu  parah  sehingga  harus  diatur agar orang yang menderita  depresi  itu  mendapat  perawatan  para ahli. Jangan menunggu sampai orang yang menderita depresi itu yang mengambil keputusan. Sering kali  itu berarti mengatur untuk membuat janji yang diperlukan bagi dia. Anda  dapat  meyakinkan dia dengan mengatakan, 'Saya yakin penyakit anda tidak  serius,  tetapi  itu harus diperiksa supaya kita tidak ragu-ragu. Walaupun saya sangat mengasihimu, saya bukan dokter.' Harus ramah tetapi tegas!

Membantu seorang teman atau pasangan hidup mengalahkan depresi bukan tugas  yang  mudah,  tetapi  ketekunan mungkin dapat menyelamatkan jiwa. Sering  kali,  perhatian  anda akan sangat membantu. Misalnya, Margaret, sewaktu  ia  menjadi murung sekali, memberi tahu suaminya bahwa ia ingin menyerah  dan  mati.  Dengan  hangat  suaminya  mengatakan,  "Saya  akan membantu  anda  untuk  tidak  menyerah."  Terharu  melihat perhatiannya, Margaret  menjelaskan,  "Saya  tahu  saat  itu  juga  bahwa  saya  dapat bertahan." Ia memang berhasil dan akhirnya dapat mengalahkan depresinya.

Bertukarpikiran dalam Cara yang Membangun Harga Diri   Seorang  wanita,  yang  perkawinannya berantakan karena suaminya tidak setia,  menjadi tertekan dan ingin bunuh diri. Ia kemudian mengungkapkan hal itu kepada seorang penasihat yang mahir, "Tanpa Raymond, saya merasa tidak berharga . . . Saya tidak dapat hidup bahagia tanpa Raymond."   Penasihat  itu bertanya, "Pernahkah anda sendiri merasa bahagia ketika bersama  Raymond?"  Jawabnya,  "Tidak,  kami  bertengkar  terus dan saya merasa  lebih  tidak enak." Ia melanjutkan, "Anda mengatakan anda merasa tidak  berharga tanpa Raymond. Sebelum anda bertemu Raymond, apakah anda merasa diri tidak berharga?"   "Tidak, saya merasa diri berharga," kata wanita yang menderita depresi itu  tanpa  berpikir. Penasihat itu kemudian menjawab, "Jika anda merasa diri berharga sebelum anda mengenal Raymond, mengapa anda memerlukan dia untuk  menjadi  berharga  sekarang?"  Membahas  kasus  ini dalam bukunya "Cognitive  Therapy  and the Emotional Disorders" [Terapi Pengertian dan Gangguan  Emosi],  Dr.  Aaron  Beck  mengatakan,  "Dalam  wawancara yang berikut,  ia  mengatakan hal yang sungguh-sungguh mengena sasaran yaitu, Bagaimana  ia  dapat  menjadi  'tidak berharga' tanpa Raymond—sewaktu ia telah  hidup  bahagia  dan  menjadi  orang yang memadai sebelum mengenal dia?" Ia mengatasi depresinya.

No comments: