"Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga." (Ibrani 4:10-11)
Ada banyak orang yang kurang mengerti dan bingung tentang "beristirahat" di dalam Tuhan. Di dalam hal kerohanian apakah kita boleh bekerja atau tidak? Apakah kita akan bermalas-malasan saja di atas tempat tidur sambil menunggu Tuhan menyelamatkan kita? Apakah sebenarnya beristirahat di dalam Tuhan itu?
Setelah bekerja menciptakan alam semesta selama enam hari Allah berhenti (beristirahat) pada hari yang ke-tujuh. Akan tetapi inti dari "perhentian" atau "istirahat" ini bukan menunjuk pada pengudusan hari yang ke-tujuh (hari Sabtu) dimana umat Israel tidak boleh melakukan pekerjaan jasmani apapun pada hari tersebut, tetapi ini menunjuk kepada fakta bahwa kita harus beristirahat di dalam pekerjaan atau karya keselamatan yang Allah sediakan melalui Tuhan Yesus Kristus dan sama sekali tidak boleh bergantung kepada pekerjaan-pekerjaan atau usaha-usaha manusia seperti yang diingatkan kepada kita dalam ayat di atas.
Dengan kata lain, "perhentian" atau "istirahat" itu menunjuk kepada Kristus sendiri, seperti yang kita baca dalam kitab Kolose 2:16-17 demikian:
"Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat [semua ini adalah hukum-hukum upacara dalam Perjanjian Lama termasuk sabat hari ke-tujuh]; semuanya ini hanyalah BAYANGAN dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus."
Disini Tuhan sedang menjelaskan suatu prinsip yang sangat penting bahwa kita harus berhenti dari segala hukum-hukum upacara yang kita lakukan sendiri, yaitu pekerjaan-pekerjaan dari tata cara ibadah yang kita lakukan secara jasmani karena semua itu hanyalah "tanda" atau "kiasan" atau "bayangan" yang tidak memiliki isi rohani karena wujud yang sebenarnya berada pada pekerjaan Kristus.
Bila kita bergantung pada pekerjaan-pekerjaan dan usaha-usaha kita sendiri untuk mencapai Surga kita pasti akan gagal, karena kita tidak mungkin mampu untuk menembus "kematian kedua" yang kekal untuk menebus upah dosa-dosa kita. Hanya melalui karya Kristus keselamatan dapat digenapkan, sedangkan pekerjaan-pekerjaan jasmani yang kita lakukan sendiri bagaimanapun alkitabiahnya hal tersebut sama sekali tidak dapat menyelamatkan kita. Ayat-ayat sebelumnya dari Ibrani pasal 4, ayat 8 dan 9 menjelaskan kepada kita demikian:
"Sebab, andaikata Yosua [yaitu imam Perjanjian Lama yang menghormati hari ke-tujuh sabat] telah membawa mereka [umat Israel] masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang suatu HARI LAIN. Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah."
Harap diperhatikan bahwa dalam bahasa aslinya tidak ada ungkapan "hari ke-tujuh" dalam ayat ini, ungkapan itu ditambahkan disitu oleh para penterjemah yang kurang mengerti konteksnya. Sebenarnya ayat ini hanya menunjuk kepada "Sabat" atau "perhentian" atau "istirahat" yang seluruhnya mengacu pada Kristus. Itulah sebabnya Allah berkata tentang "suatu hari lain", yaitu hari Minggu Sabat dari Perjanjian Baru dimana Kristus bangkit (Matius 28, Markus 16, Lukas 24, Yohanes 20).
Ingatlah hanya Tuhan yang dapat membuat domba-domba-Nya berbaring (beristirahat) di padang rumput yang hijau yang merupakan gambaran yang indah dari keselamatan di dalam Tuhan, seperti yang kita baca dalam kitab Matius 11:28-30 demikian:
"Marilah kepada-Ku [yaitu kepada Kristus], semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan [istirahat] kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan [istirahat]. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Dan kitab Efesus 2:8-9 menekankan prinsip yang sangat penting ini demikian:
"Sebab karena kasih karunia [anugrah] kamu diselamatkan oleh iman; itu [yaitu iman atau kepercayaan tersebut] bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."
Dan kitab Roma 11:6 menjelaskan demikian:
"Tetapi jika hal itu [yaitu keselamatan] terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia."
Itulah sebabnya seseorang yang sudah dilahirkan kembali dari atas menghormati Hari Minggu Sabat sebagai hari pekerjaan yang harus dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan rohani supaya Injil Kristus dapat diberitakan dengan sebaik mungkin. Dan sekarang kita mengerti mengapa kitab Yakobus 2:17 berkata sbb:
"Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."
Kita hanya harus berhenti dari segala pekerjaan-pekerjaan hukum upacara yang kita lakukan sendiri, karena pekerjaan-pekerjaan jasmani yang kita lakukan sendiri bagaimanapun terlihat baik, kudus dan alkitabiahnya hal-hal tersebut tidak pernah menjadi "dasar" atau "penyebab" dari keselamatan, hanya Tuhan yang dapat menyelamatkan menurut jadwal dan kehendak-Nya sendiri (Efesus 2:8-9, Titus 3:5, Roma 9:16, Filipi 3:8-9).
Sedangkan pekerjaan-pekerjaan baik yang kita lakukan yang berkenan dimata Tuhan hanya dapat terjadi "setelah" kita diselamatkan, karena hal itu adalah "hasil" atau "akibat" dari keselamatan.
Masalah yang sama ini juga merupakan konflik yang utama antara ahli-ahli hukum Taurat dengan Tuhan Yesus ketika Ia berada di bumi. Selain iri hati, salah satu alasan utama mengapa mereka menyalibkan Yesus adalah karena Ia dan murid-murid-Nya seringkali melanggar kekudusan hari ke-tujuh sabat, puasa jasmani dan hukum-hukum upacara lainnya. Dalam kitab Markus 2:27-28 kita membaca demikian:
"Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
Sayangnya ada banyak orang yang menggunakan ayat ini justru sebagai alasan untuk terus menguduskan hari ke-tujuh sabat Perjanjian Lama dimana sebenarnya ayat ini menegaskan hal yang sebaliknya. Dalam kitab Yesaya 5:20 Tuhan memperingatkan kepada kita demikian:
"Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit."
Anak-anak Tuhan yang telah diselamatkan melalui "kasih karunia" tidak akan memiliki hubungan yang konsisten dengan anak-anak kegelapan seperti yang kita baca dalam kitab 2 Korintus 6:14 demikian:
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?"
Tidak ada persamaan sama sekali antara orang-orang yang percaya kepada Tuhan saja untuk menggenapkan keselamatan mereka dengan orang-orang yang mempercayai pekerjaan mereka sendiri.
No comments:
Post a Comment