Sejarah Dunia Kuno
Aug 29, 2011
Para Arkeolog Kembali Buktikan Keotentikan Alkitab
CBN News berada di situs penggalian ketika penggali menemukan salah satu tanduk yang ditaruh pada mezbah. Temuan ini mengungkapkan banyak tentang budaya musuh kuno Israel dan ketepatan Alkitab.
"Ini sungguh indah, terbuat dari batu dan merupakan contoh sempurna dari jenis ajaran yang dipakai saat periode pertama kuil," kata Prof Aren Maeir dari Bar-Ilan University menanggapi artefak yang ditemukannya olehnya dan tim.
Maeir memimpin penggalian di Gat. Sekitar 100 arkeolog dan relawan dari beberapa negara mengambil bagian di dalamnya.
"Kami menggali artefak peninggalan Zaman Besi, yang setara dengan, yah katakanlah, Bait Allah Pertama, Anda tahu, dalam sejarah Yahudi," ujarnya.
Menurut Maeir, "Mereka (orang Filistin) memiliki budaya yang sangat canggih, budaya yang berorientasi perkotaan... (sebagai lawan) orang Israel yang pada waktu itu, suku sangat sederhana."
Sementara itu, Maeir mengatakan 15 tahun proses penggalian telah membantunya melengkapi gambaran tentang orang Filistin.
"Orang-orang Israel ... mereka menghadapi sekelompok orang yang mungkin jauh lebih terorganisir, lebih canggih, dan mungkin memiliki kemahiran dalam bidang militer diatas mereka," jelasnya.
Bertahun-tahun sebelum Daud membunuh Goliat, Simson juga melawan orang Filistin. Setelah penangkapannya, Alkitab mengatakan Simson membalaskan dendamnya dengan meruntuhkan sebuah kuil.
"Kami memiliki struktur di sini, yang rupanya adalah Kuil Filistin dengan dua pilar besar ... dan itu mengingatkan kisah Simson merobohkan pilar-pilar," kata Maeir.
Bukti lain ditemukan pada situs bahwa kota itu diperkirakan dohancurkan sekitar 830 SM (Sebelum Masehi).
"Kami menemukan rumah-rumah yang runtuh dan dibakar dan bercak-bercak pembuluh darah ratusan orang yang tewas, dan kami dapat menghubungkan ini dengan sebuah peristiwa yang disebutkan dalam teks Alkitab, II Raja-raja 12," kata Maier. "Ia mengatakan bahwa Hazael, raja Aram, memerangi Gat dan merebutnya."
Banyak arkeolog yang akan mengatakan bahwa penemuan mereka tidak bermaksud untuk membuktikan keakuratan isi Alkitab, tetapi melihat fakta-fakta di lapangan sepertinya sulit untuk menyangkalnya.
Ditemukan Peninggalan Sejarah Bukti Penghancuran Bait Suci Yahudi
"Ini adalah satu-satunya pedang yang kami temukan dari masa 70 M saat Romawi menghancurkan Yerusalem," ujar arkeolog Eli Shukron selaku Otoritas Barang Antik Israel kepada CBN News.
Shukron mengatakan pedang sepanjang 60 cm ini memberikan sebuah ide tentang senjata yang digunakan pada masa itu.
"Kami tidak tahu bagaimana pedang ini bisa berada di terowongan, tapi mungkin pedang ini menjadi bagian dari perjuangan milik orang Yahudi dan Romawi di Yerusalem pada waktu itu," ujarnya berspekulasi.
Saluran drainase ini dimulai di kolam Siloam dan terus berlanjut sampai ke daerah Tembok Barat dan Gunung Temple. Selama masa kehancuran Bait Suci, orang Yahudi yang melarikan diri dari Roma akan bersembunyi di terowongan.
Sepanjang saluran drainase ini, arkeolog juga menemukan sebuah batu dengan goresan sederhana dari menorah – tempat lilin di Bait Suci. Shukron mengatakan batu tersebut bagaikan "kartu pos dari masa lalu".
"Penemuan ini sangat sangat penting... untuk memahami bahwa seseorang telah melihat Menorah dan memberikan pesan kepada kita... informasi ini, apa yang ia rasakan mengenai apa yang ia lihat lebih dari 2.000 tahun yang lalu – sungguh sangat fantastis," ujarnya.
Shukron mengatakan penemuan ini menunjukkan betapa kontrasnya Yerusalem di saat itu – baik keindahan Bait Suci maupun penghancuran kota Yerusalem oleh orang Romawi.
Bagaimanapun setiap penemuan yang ada semakin memperkukuh keotentikan sejarah yang tertulis di dalam Alkitab. Sungguh Tuhan memang luar biasa.
Tuhan Yesus Dinyatakan Tetap Dibaptis Di Sungai Yordan Timur
Pernyataan itu segera dikeluarkan untuk mencegah saling klaim dan banyaknya pertanyaan atas kebenaran letak pembaptisan tersebut. "Tidak ada keraguan bahwa Yesus Kristus telah dibaptis di tepi timur Sungai Yordan dan situs itu dihormati oleh umat Kristen sejak awal Kekristenan dan masih begitu sampai sekarang," bunyi pernyataan yang dikeluarkan oleh para pemimpin gereja di Yordania.
Pemimpin gereja di Yordania pun secara resmi menunjukkan bahwa keputusan tersebut adalah berdasarkan fakta sejarah valid yang sesuai dengan teks Alkitab, tradisi Kristen, penggalian arkeolog serta kesaksian dan tulisan oleh banyak peziarah yang mengunjungi wilayah itu sejak abad kedua. Pernyataan ini langsung ditanggapi oleh gereja-gereja Ortodoks Timur yang bertemu di lokasi baptisan, sekitar 25 km barat Amman, dalam menanggapi undangan oleh Patriarkh Theophilos III dari Yerusalem.
Pendeta Nabil Haddad, presiden dari Pusat Penelitian Antar Koeksistensi Yordan, mengatakan bahwa pada pertemuan antar pemimpin agama Kristen tersebut, situs baptisan Sungai Yordan sebelah timur tetap dinyatakan sebagai tempat sebenarnya di mana Kristus dibaptiskan, yang menegaskan otentisitas dan membantah tuduhan gereja Israel yang mengklaim sebaliknya.
Menteri Dalam Negeri Yordania Mazen Saket mengatakan awal pekan ini bahwa situs baptisan yang lama tetap diakui oleh beberapa pemimpin Kristen atas dan sejarawan. Dia menunjukkan bahwa situs itu diresmikan oleh mendiang Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2000 dan diberkati oleh Paus Benediktus XVI selama ziarah ke Tanah Suci pada tahun 2009. "Kami terkejut ketika pihak gereja Israel itu (Judith Church) mengklaim sekaligus mendirikan situs dan gereja yang baru dilokasi itu sebagai tempat sebenarnya Kristus dibaptis, tanpa adanya data fakta dan sejarah yang mendukung," kata Saket.
Data fakta mengenai setiap tempat dan lokasi bersejarah Tuhan Yesus memang harus terus dijaga untuk keotentikan sejarah. Namun apapun klaim dan pernyataan mengenai silang pendapat itu tetap tidak menghilangkan sedikitpun karya dan kebenaran Firman Tuhan didalam Tuhan Yesus.
Aug 19, 2011
Arkeolog Temukan Patung Singa Kuno
Ahli arkeologi Universitas Toronto menemukan patung singa yang diperkirakan berasal dari 3.000 tahun lalu. Patung kuno ini mereka temukan saat menjalani ekspedisi Tayinat Archaeological Project di Turki tenggara.
Dilansir TheStar, patung singa yang dimaksud berbobot 2.000 kilogram dan tingginya 1,3 meter. Lokasi penemuannya yakni di sebuah kampung pertanian yang berjarak 50 km dari Antakya, Turki.
Arkeolog menduga benda ini adalah bagian dari gerbang akses benteng Kunulua, ibukota kerajaan neo-Hittite di Patina yang berdiri pada 950–725 Sebelum Masehi. Gerbang itu konon dihancurkan bangsa Asyria saat mereka menginvasi kawasan itu pada 738 Sebelum Masehi.
Timothy Harrison, profesor Departemen Kebudayaan Timur Tengah yang memimpin ekspedisi, mengaku gembira atas penemuan ini. "Patung singa ini diukir dengan indah," ujarnya.
Hasil temuan ekspedisi yang melibatkan 20 universitas dan lembaga riset dari 12 negara ini, rencananya akan dipajang di Antakya Archaeological Museum.
Patung Hercules Tak Berkepala Ditemukan di Israel
Diberitakan Fox News, arkeolog menemukan patung Hercules di situs pemandian Roma di Horvat Tabernet, bukit Jezreel, Israel, kemarin (15/8).
Patung pahlawan motologi Yunani ini terbilang langka, dan diduga dipasang di tempat pemandian kuno itu sebagai dekorasi. Pada situs itu ditemukan juga sebuah sumursebagai saluran air ke kolam besarpemandian. Patung Hercules ditemukan di dalam kolam.Usia patung tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-2.
Tapi patung itu tak berkepala. Walaupun demikian, ahli arkeologi bisa mengidentifikasikannya sebagai tubuh Hercules, karena melihat bentuk ototnya, tongkat yang dibawanya, serta sebagian kulit singa Nemea yang dibantainya.
Hercules adalah makhluk manusia separuh dewa yang dikenal sebagai pahlawan terbesar dalam mitologi Yunani. Ia bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dalam sejarah Yunani.
Sifat manusianya ditunjukkan dengan ketidaksengajaannya membunuh anak dan istrinya sendiri. Untuk menebus kesalahannya, ia harus melakukan 12 tugas, dan tugas pertama adalah membunuh singa Nemea.
Kisah Hercules banyak diabadikan dalam bentuk patung dan pahatan dinding.
Dari Segi Genetik, Yahudi Punya Hubungan Dengan Afrika
Kini, sebuah makalah ilmiah baru menawarkan dukungan waktu genetik untuk mendukung cerita Alkitab tersebut. Makalah tersebut didasarkan pada dua studi yang diterbitkan pada musim panas lalu. Studi ini sendiri menjadi studi pertama yang menggunakan analisa genome-wide untuk melacak sejarah orang-orang Yahudi melalui DNA.
"Ini menunjukkan adanya dasar biologis bagi keyahudian," kata Dr. Harry Ostrer, direktur program genetika manusia di New York University School of Medicine, yang mengomandani studi tersebut.
Di antara banyaknya temuan yang ada, makalah Ostrer menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi memiliki garis keturunan Afrika--sebuah penelitian yang mendorong David Reich, profesor genetika di Harvard Medical School, dan rekan-rekannya untuk mengeksplorasi lebih lanjut.
Tim Reich menganalisa lebih dari setengah juta penanda DNA di seluruh genom orang-orang dari tujuh populasi Yahudi yang beragam--termasuk Yahudi Ashkenazi dari Eropa utaa; Sefardi dari Italia, Turki dan Yunani, serta Mizrahi dari Syria, Irak dan Iran. Mereka kemudian membandingkan data genetik tersebut dengan DNA yang berasal dari 15 populasi Afrika sub-Sahara.
Hasil analisa tersebut dimuat dalam PLoS Genetics edisi April. Dalam laporan tersebut, para peneliti menemukan bahwa orang-orang Yahudi modern mendapat atribut sekitar 3% sampai 5% dari nenek moyang mereka yang berasal dari orang-orang Afrika sub-Sahara sekitar 72 generasi dari sekarang atau sekitar 2.000 tahun silam.
Priya Moorjani, mahasiswa doktoral dai laboratorium Reich, yang memimpin penelitian tersebut, terkejut dengan adanya fakta bahwa tingkat DNA orang-orang Afrika begitu konsisten di berbagai populasi Yahudi. Menurutnya, orang-orang Afrika Utara dan Yahudi Timur Tengah memiliki tingkat pembauran genetik yang lebih besar dibanding orang-orang Yahudi Eropa, berdasarkan kedekatan geografis mereka.
Jadi, temuan ini, kata Moorjani, mungkin menunjukkan adanya keturunan bersama di antara berbagai kelompok Yahudi.
Meskipun tim dari Harvard tersebut tidak bisa menentukan dimana tepatnya terjadi penukaran gen itu, namun setidaknya hasil penelitian mereka melengkapi data pemahaman para sejarahwan mengenai kisah orang-orang Yahudi.
"Ini menarik, dan [penelitian] ini memberi saya makanan untuk berpikir," kata Norman Stillman, profesor sejarah Yahudi di University of Oklahoma.
Lawrence Schiffman, profesor Bahasa Ibrani dan Studi Yudaika di Yeshiva University, mengatakan bahwa ada periode yang kemungkinan mendukung temuan ini. Pertama, selama Periode Bait Suci Pertama, antara 950 SM dan 600 SM, ketika kerajaan Salomo memiliki kontak dengan orang-orang Afrika, atau bisa jadi percampuran populasi terjadi dalam periode kemudian, antara 320 SM hingga 30 SM, ketika orang-orang Yahudi tinggal di semenanjung pantai selatan Laut Tengah, dimana bisa saja terjadi kontak dengan orang-orang Afrika.
Meskipun data Alkitab mungkin saja memberikan penjelasan bagi temuan Reich, Schiffman menekankan bahwa ia dan para ilmuwan sosial lainnya hanya bisa menawarkan tafsiran historis atas data genetik tersebut.
"Kami sekarang dapat mengambil dari apa yang mereka berikan kepada kami, dan kami harus menambahkan itu ke dalam gambaran kami akan sejarah."
Sementara itu, Stillman mengatakan bahwa orang-orang Yahudi sering dianggap kelompok yang picik karena mereka cenderung menikah dengan orang-orang dalam komunitas mereka. Tapi, hal itu bukan berarti tidak ada dalam perjalanan sejarah dimana masuk orang-orang lain ke dalam kelompok mereka.
Terowongan Yerusalem Saksi Sejarah Revolusi Yahudi
Menurut Yosefus, awal mula meletusnya pemberontakan adalah karena provokasi yang dilakukan oleh orang-orang Yunani. Mereka melakukan pengurbanan burung di depan sebuah sinagoge (tempat ibadah Yahudi) yang terletak di Kaisarea pada tahun 66 M. Tindakan orang-orang Yunani itu memicu ketegangan antara Yunani dan Yahudi.
Akibat dibiarkan oleh pemerintah Romawi, ketegangan itu terus membesar dan mengarah pada protes anti pajak dan serangan terhadap warga Romawi.
Kaisar Romawi pun mengerahkan pasukannya untuk menghajar orang-orang Yahudi. Akibatnya, pada tahun 67 M, provinsi Galilea berhasil ditaklukkan oleh Romawi, menyusul hancurnya Yerusalem dan Bait Suci pada tahun 70 M, serta berakhir pada jatuhnya kota Masada pada sekitar tahun 73 M.
Pada masa-masa pengejaran terhadap orang-orang Yahudi oleh tentara Romawi, Yosefus mencatat bagaimana orang-orang Yahudi memanfaatkan terowongan drainase yang ada di Yerusalem untuk bersembunyi dan melarikan diri.
Terowongan yang menjadi saksi sejarah pemberontakan Yahudi tersebut mulai digali kembali oleh para arkeolog sejak tahun 2007. Terowongan itu berawal dari salah satu sumber air kota Yerusalem kuno, yakni dari Kolam Siloam. Panjang terowongan itu sekitar 600 meter melewati wilayah Silwan di Palestina.
Sepanjang penggalian tersebut, para arkeolog telah menemukan sejumlah pedang, lampu minyak, pot untuk memasak dan koin yang bertuliskan "Kebebasan Sion."
Pada hari Senin, arkeolog dari Otoritas Kepurbakalaan Israel menemukan sebuah pedang yang panjangnya 60 cm dan masih berada dalam sarung kulit yang utuh. Kemungkinan pedang itu adalah milik dari tentara Romawi.
Para arkeolog juga menemukan kunci perunggu serta sebuah ukiran kasar sebuah Menorah (tempat lilin bercabang tujuh yang merupakan salah satu peralatan Bait Suci yang sangat penting).
Terowongan tersebut kini sudah dipasangi lampu penerangan dan sudah dibersihkan. Namun, Israel belum membuka terowongan tersebut bagi umum.
Penggalian terowongan tersebut menjadi isu politik sensitif antara Israel dan Palestina. Bagi Israel, keberadaan terowongan tersebut membuktikan bahwa merekalah pemilik kota Yerusalem. Sementara, pihak Palestina menganggap orang-orang Israel terlalu terfokus pada sejarah Yahudi.
Pada tahun 1996, ketika pintu keluar terowongan tersebut dibuka di bawah wilayah Muslim, berkembang isu bahwa itu adalah upaya Israel untuk meruntuhkan kompleks masjid. Isu itu menyebabkan terjadinya kerusuhan oleh warga Arab, mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia.
Belakangan, isu tersebut mulai mereda, bahkan proses penggalian terus berlangsung dan tidak ada insiden yang berarti yang terjadi.
Aug 12, 2011
PM Israel Puji Paus Soal Stigma Yahudi Atas Kematian Tuhan Yesus
Dirilis The Jerusalem Post Netanyahu segera mengirimkan surat kepada Paus Benediktus XVI dan memuji langkahnya yang menolak tuduhan palsu yang telah menjadi dasar kebencian untuk umat Yahudi selama bertahun-tahun. "Aku memuji Anda untuk tegas menolak, dalam buku terbaru Anda, tuduhan palsu yang telah menjadi dasar bagi kebencian Rakyat Yahudi selama berabad-abad," tulis Netanyahu.
PM Israel ke-9 yang berasal dari partai konservatif Likud ini juga menwarkan diri untuk segera bertemu Paus guna membahas promosi perdamaian dan rekonsiliasi dunia. "Saya sungguh berharap ada kejelasan dan keberanian untuk memperkuat hubungan antara umat Yahudi dan Kristen di seluruh dunia juga membantu mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi untuk generasi mendatang." Ujar professor sejarah Yahudi ini.
Buku karangan Paus Benediktus XVI berjudul "Jesus of Nazareth: Holy Week - From the Entrance Into Jerusalem to the Resurrection,""Jesus' life." Beberapa kliam controversial disebut Pastor Joseph Fessio, pendiri dan penerbit Ignatius Press, penerbit utama buku Paus di Amerika Serikat akan menjadi kajian unik yang akan menghasilkan banyak diskusi. adalah sekuel dari buku sebelumnya
Oprah Winfrey, Kesuksesan, dan Tuhan Yesus
"Orang sering bertanya kepada saya apa rahasia keberhasilan acara, bagaimana saya dapat mempertahankan acara ini (OWS, red) berlangsung sampai selama 25 tahun. Dengarkan ini, saya mengatakan kepada orang tersebut,"Tim saya dan Yesus,'" kata Winfrey. "Karena berkat tangan Tuhan-lah, hal ini menjadi mungkin bagi saya."
Meski begitu, apa yang diutarakan oleh Oprah mendapat tanggapan skeptis dari banyak orang Kristen di Amerika Serikat. Hal ini terasa wajar karena pembawa acara termahal di dunia tersebut sering menyampaikan pesan-pesan kepada publik yang dianggap bertentangan dengan ajaran Kristiani.
Pada kesempatan acara yang sama, sang pembawa acara memberikan komentar terkait pernyataan negatif dari orang-orang Kristen akan dirinya.
"Untuk semua Anda yang merasa gusar ketika saya menyebut Tuhan, dan ingin tahu Tuhan siapakan yang sedang saya bicarakan – Saya ingin memberi tahu kepada Anda, Tuhan yang bicarakan adalah Tuhan yang satu, Tuhan yang sama seperti Anda dan saya sembah, "kata Oprah.
Sebagai manusia, seringkali kita menilai dan menghakimi orang lain. Kewaspadaan seharusnya jangan dijadikan alasan untuk membuat kita berlaku negatif. Adalah tugas kita untuk mendoakan orang-orang yang menyesatkan tersebut karena Tuhan sendiri sangatlah mengasihi mereka dan ingin mereka menerima anugerah keselamatan sama seperti orang-orang percaya yang telah terlebih dahulu mendapatkannya.
Arkeolog Israel Temukan Kotak Kuno Zaman Tuhan Yesus
Uniknya kotak itu adalah milik Miriam, putri dari Imam Joseph Caiaphas (Kayafas), pendeta tertinggi agama Yahudi yang ditunjuk oleh Kekaisaran Romawi. Di kotak yang terbuat dari batu itu terdapat tulisan berbunyi: "Miriam putri dari Yeshua putra Caiaphas, pendeta Maaziah dari Beth Imri".
Imam Caipahas sendiri didalam Alkitab merupakan penentang utama Tuhan Yesus dalam setiap ajaran dan nubuatan yang Tuhan Yesus ajarkan kepada setiap orang yang dilalui dalam perjalanannya. Caipahas pula yang secara hukum menginginkan agar Tuhan Yesus dihukum diatas kayu salib, karena pengajarannya dianggap sebagai ajaran sesat dan murtad.
Kotak yang ditemukan itu berisi tulang-belulang Caiphas yang ditemukan pada 1990 di Yerusalem. Namun, keaslian temuan itu diragukan sejumlah ahli sejarah dan purbakala. Hingga uji mikroskopik membuktikan temuan keaslian tersebut. Temuan yang sekaligus memperkuat sejarah dan cerita tentang kebenaran dari Firman Tuhan yang Tuhan Yesus ajarkan.
Tuhan Yesus Dinyatakan Tetap Dibaptis Di Sungai Yordan Timur
Dirilis kansascity.com pernyataan itu segera dikeluarkan untuk mencegah saling klaim dan banyaknya pertanyaan atas kebenaran letak pembaptisan tersebut. "Tidak ada keraguan bahwa Yesus Kristus telah dibaptis di tepi timur Sungai Yordan dan situs itu dihormati oleh umat Kristen sejak awal Kekristenan dan masih begitu sampai sekarang," bunyi pernyataan yang dikeluarkan oleh para pemimpin gereja di Yordania.
Pemimpin gereja di Yordania pun secara resmi menunjukkan bahwa keputusan tersebut adalah berdasarkan fakta sejarah valid yang sesuai dengan teks Alkitab, tradisi Kristen, penggalian arkeolog serta kesaksian dan tulisan oleh banyak peziarah yang mengunjungi wilayah itu sejak abad kedua. Pernyataan ini langsung ditanggapi oleh gereja-gereja Ortodoks Timur yang bertemu di lokasi baptisan, sekitar 25 km barat Amman, dalam menanggapi undangan oleh Patriarkh Theophilos III dari Yerusalem.
Pendeta Nabil Haddad, presiden dari Pusat Penelitian Antar Koeksistensi Yordan, mengatakan bahwa pada pertemuan antar pemimpin agama Kristen tersebut, situs baptisan Sungai Yordan sebelah timur tetap dinyatakan sebagai tempat sebenarnya di mana Kristus dibaptiskan, yang menegaskan otentisitas dan membantah tuduhan gereja Israel yang mengklaim sebaliknya.
Menteri Dalam Negeri Yordania Mazen Saket mengatakan awal pekan ini bahwa situs baptisan yang lama tetap diakui oleh beberapa pemimpin Kristen atas dan sejarawan. Dia menunjukkan bahwa situs itu diresmikan oleh mendiang Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2000 dan diberkati oleh Paus Benediktus XVI selama ziarah ke Tanah Suci pada tahun 2009. "Kami terkejut ketika pihak gereja Israel itu (Judith Church) mengklaim sekaligus mendirikan situs dan gereja yang baru dilokasi itu sebagai tempat sebenarnya Kristus dibaptis, tanpa adanya data fakta dan sejarah yang mendukung," kata Saket.
Data fakta mengenai setiap tempat dan lokasi bersejarah Tuhan Yesus memang harus terus dijaga untuk keotentikan sejarah. Namun apapun klaim dan pernyataan mengenai silang pendapat itu tetap tidak menghilangkan sedikitpun karya dan kebenaran Firman Tuhan didalam Tuhan Yesus.
Lonceng Emas yang Terpendam Selama 2 Millenium Ditemukan
Sebuah lonceng emas yang diyakini berasal dari tahun 515 SM dipanjang di pusat benda antik Israel, IAA, di kota Yerusalem, Lonceng emas berbentuk bola dengan diameter setengah inci tersebut ditemukan arkeolog Israel saat sedang menggali saluran air jaman Romawi kuno di kota Yerusalem. Menurut arkeolog dari IAA, lonceng emas yang masih berbunyi tersebut telah dua millenium (dua ribu tahun) terpendam di bawah kota Yerusalem.
Penemuan Artefak di Bawah Kota al Quds
Para arkeolog menyampaikan, bahwa pedang dan sarungnya kembali pada era legiun Romawi dan ditemukan di dalam terowongan. Para ilmuwan percaya bahwa pedang dan sarungnya itu dibuat pada tahun 70 Masehi, ketika Romawi memadamkan pemberontakan Yahudi dan menghancurkan Kuil Kedua dan sebagian besar kota itu.
Menurut sejarah, para pemberontak Yahudi melarikan diri dari pertempuran ke terowongan guna menghindari pasukan Romawi.
Arkeolog Israel, Eli Huckron, para penggali juga menemukan lampu, tembikar, perunggu dan kunci gudang, yang mungkin ditinggalkan para pemberontak.
Para Arkeolog Kembali Buktikan Keotentikan Alkitab
Para arkeolog di Israel telah menemukan sebuah mezbah di kota kuno Gat, rumah dari seteru abadi kaum Israel, kaum Filistin.Saat
Saat berada di situs penggalian ketika penggali menemukan salah satu tanduk yang ditaruh pada mezbah. Temuan ini mengungkapkan banyak tentang budaya musuh kuno Israel dan ketepatan Alkitab.
"Ini sungguh indah, terbuat dari batu dan merupakan contoh sempurna dari jenis ajaran yang dipakai saat periode pertama kuil," kata Prof Aren Maeir dari Bar-Ilan University menanggapi artefak yang ditemukannya olehnya dan tim.
Maeir memimpin penggalian di Gat. Sekitar 100 arkeolog dan relawan dari beberapa negara mengambil bagian di dalamnya.
"Kami menggali artefak peninggalan Zaman Besi, yang setara dengan, yah katakanlah, Bait Allah Pertama, Anda tahu, dalam sejarah Yahudi," ujarnya.
Menurut Maeir, "Mereka (orang Filistin) memiliki budaya yang sangat canggih, budaya yang berorientasi perkotaan... (sebagai lawan) orang Israel yang pada waktu itu, suku sangat sederhana."
Sementara itu, Maeir mengatakan 15 tahun proses penggalian telah membantunya melengkapi gambaran tentang orang Filistin.
"Orang-orang Israel ... mereka menghadapi sekelompok orang yang mungkin jauh lebih terorganisir, lebih canggih, dan mungkin memiliki kemahiran dalam bidang militer diatas mereka," jelasnya.
Bertahun-tahun sebelum Daud membunuh Goliat, Simson juga melawan orang Filistin. Setelah penangkapannya, Alkitab mengatakan Simson membalaskan dendamnya dengan meruntuhkan sebuah kuil.
"Kami memiliki struktur di sini, yang rupanya adalah Kuil Filistin dengan dua pilar besar ... dan itu mengingatkan kisah Simson merobohkan pilar-pilar," kata Maeir.
Bukti lain ditemukan pada situs bahwa kota itu diperkirakan dohancurkan sekitar 830 SM (Sebelum Masehi).
"Kami menemukan rumah-rumah yang runtuh dan dibakar dan bercak-bercak pembuluh darah ratusan orang yang tewas, dan kami dapat menghubungkan ini dengan sebuah peristiwa yang disebutkan dalam teks Alkitab, II Raja-raja 12," kata Maier. "Ia mengatakan bahwa Hazael, raja Aram, memerangi Gat dan merebutnya."
Banyak arkeolog yang akan mengatakan bahwa penemuan mereka tidak bermaksud untuk membuktikan keakuratan isi Alkitab, tetapi melihat fakta-fakta di lapangan sepertinya sulit untuk menyangkalnya.
Arkeolog Senior Israel Ragukan Hubungan Yahudi dengan Jerusalem
Flankstein, yang dikenal sebagai "Bapak Arkeologi", kepada koran Israel berbahasa Inggris "Jerusalem Post", menegaskan bahwa para arkeolog Yahudi "tidak menemukan bukti-bukti sejarah atau arkeologi yang mendukung beberapa kisah yang terkandung dalam Taurat, termasuk cerita tentang pergi keluar, mengembara di Sinai dan kemenangan Yosua bin Nun atas Kanaan."
Soal berkaitan dengan "Kuil Salomo" (Kuil Sulaiman) yang diklaim Yahudi, arkeolog Israel ini menegaskan bahwa "tidak ada satupun bukti arkeologi yang membuktikan bahwa kul tersebut benar-benar ada di sana."
Surat kabar itu mengutip "Raphael Greenberg", dosen di Universitas Tel Aviv yang mengatakan bahwa "seharusnya Israel sudah menemukan sesuatu saat terus melakukan penggalian untuk jangka waktu enam minggu, tetapi orang-orang Israel di kota Daud di kampung Silwan Jerusalem, terus menggali non-stop selama dua tahun namun tidak menemukan apa pun."
Profesor "Yoni Mizrahi" seorang arkeolog independen, yang sebelumnya bekerja dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sepakat dengan pendapat "Finkelstein". Dia mengatakan, "Organisasi sayap kanan Elad tidak menemukan apa-apa bahkan sekadar tanda yang tertulis di atasnya (Selamat Datang di Istana Daud), meskipun sikap mereka sangat pasti dalam hal itu, sebagaimana mereka mengandalkan teks-teks suci untuk membimbing mereka dalam pekerjaan mereka."
Aug 9, 2011
Makam Rasul Filipus Ditemukan
Rasul Filipus datang ke Hierapolis--sekarang dikenal dengan nama Pamukkale--hampir 2.000 tahun silam untuk menyebarkan Injil. Di sana, ia disalibkan terbalik oleh orang-orang Romawi.
Penemuan makam ini akan menarik perhatian besar seluruh dunia, kata Francesco D'Andria, anggota tim penggalian yang juga direktur Intitut Warisan, Monumen-monumen dan Situs-Situs Arkeologis Dewan Riset Nasional Italia di Lecce.
Makam Filipus secara tradisi dihubungkan dengan gereja syahid yang dibangun di situs bersejarah tersebut. Namun, belum pernah ditemukan makam kuno di sana. Pada bulan Juli, D'Andria dan timnya menemukan sebuah gereja kecil yang terletak sekitar 40 meter dari gereja syahid, dimana terdapat makam sang rasul.
"Ketika kami membersihkan gereja yang baru kami temukan sebulan lalu, kami akhirnya menemukan makam itu," kata D'Andria. "Dengan pemeriksaan lebih jauh, kami memutuskan bahwa makam itu telah dipindahkan dari lokasi sebelumnya di St. Philip Church ke gereja baru ini pada abad kelima, selama era Byzantium."
D'Andria telah memimpin penggalian arkeologis di kota kuno tersebut selama 32 tahun. Hierapolis didirikan pada sekitar tahun 190 SM oleh Eumenes II, Raja Pergamus (197-159 SM).
Kota bernuansa Yunani itu kemudian diberikan kepada Roma pada tahun 133 SM dan berkembang menjadi sebuah kota metropolis ala Romawi, dengan kuil-kuil, teater dan air panas suci yang terkenal, yang diyakini sebagai tempat penyembuhan.
"Sampai kini kami berpikir bahwa makam Filipus ada di Bukit Martir, tetapi kami tidak menemukan jejaknya dalam penelitian geofisika di lokasi itu. Sebulan lalu, kami menemukan sisa-sia sebuah gereja yang tidak dikenal, 40 meter dari St. Philip Church di Bukit Martir. Dan di gereja itu, kami menemukan makam Filipus," kata D'Andria.
"Kami sangat senang dan bangga telah menemukan makam orang suci yang namanya muncul dalam Alkitab. Ini pastilah merupakan sebuah penemuan penting bagi wisata keagamaan, arkeologi dan bagi kekristenan."Kuil Romawi Kuno Dihubungkan Dengan Natal Pertama
Bulan lalu, para arkeolog menemukan sebuah gua bawah tanah yang dipercaya sebagai tempat dimana seekor serigala memelihara si kembar Romulus dan Remus, berdasarkan kepercayaan masyarakat Romawi kuno.
Kini, seorang sarjana Italia berpikir bahwa gereja yang dibangun di atas kuil tersebut merupakan gereja pertama yang menandai peringatan Natal pada 25 Desember. Hal itu sekaligus memperkuat bukti bahwa ada praktik-praktik pagan yang turut mempengaruhi perayaan orang-orang Kristen.
"Kemungkinan ini adalah gereja dimana Natal pertama dirayakan," kata Andrea Carandini, seorang profesor arkeologi di La Sapienza University, Roma. "Sekarang kita tahu kenapa begitu."
Menurut Carandini, lokai kuil Lupercale dipilih oleh Kaisar Konstantinus pada abad ke-4 untuk membangun Basilica St. Anastasia, gereja pertama yang dibangun di Lembah Palatine, yang merupakan pusat kekuasaan dan agama Romawi pada waktu itu.
"Gereja itu kurang dikenal sekarang, tapi, pada waktu itu, basilika ini merupakan salah satu basilika terpenting bagi umat Kristen di Roma," kata Carandini. Lokasi gereja yang tak jauh dari kuil penting kaum pagan Romawi merupakan strategi Konstantinus untuk mempromosikan kekristenan sambil menghubungkannya dengan praktik-praktik agama yang lebih kuno di sana.
"Gereja itu dibangun untuk mengkristenkan tempat penyembahan pagan ini," kata Carandini. "Merupakan hal yang wajar untuk membangun gereja di dekat tempat ini untuk 'menyelamatkan'-nya."
Angelo Bottini, seorang sarjana yang tidak ikut ambil bagian dalam penelitian ini mengatakan bahwa hipotesa Carandini merupakan hipotesa yang "menggugah dan koheren" serta "membantu kita memahami mekanisme bagaimana bagian-bagian paganisme masuk ke dalam Kekristenan."
Kaisar Konstantinus merupakan kaisar Romawi pertama yang mengakhiri gelombang anti-Kristen di kerajaan itu. Ia kemudian menjadikan Kekristenan sebagai agama resmi pada tahun 313 M. Konstantinuslah yang banyak berperan dalam menyatukan kepercayaan dan praktik keagamaan orang-orang Kristen Romawi.
Ketika terjadi kontroversi dalam tubuh gereja, Konstantinus berinisiatif untuk menyelenggarakan pertemuan raya yang mengundang para pemimpin gereja di wilayah-wilayah kekuasaannya. Pertemuan raya yang diadakan pada tahun 325 itulah yang disebut Konsili Nicaea. Konsili ini dipimpin langsung oleh sang kaisar.
Salah satu bagian yang menjadi topik pembicaraan dalam konsili ini adalah seputar perayaan Natal yang pada waktu itu dirayakan secara berbeda oleh orang-orang Kristen. Konsili itu akhirnya menyepakati untuk dirayakannya Natal pada tanggal 25 Desember, bertepatan dengan perayaan kelahiran dewa matahari Romawi.
Tak lama setelah konsili tersebut, basilika St. Anastasia dibangun di Palatine, kemungkinan sekitar tahun 326, menurut Carandini.
Di kalangan para ahli, perayaan Natal pertama dipercaya diadakan di basilika ini. Namun, belum banyak yang tahu kalau ternyata basilika itu terletak tak jauh dari gua keramat bangsa Romawi, gua Romulus dan Remus.
Nama Kuil Lupercale sendiri diambil dari kata "Lupa" yang dalam Bahasa Latin artinya "serigala." Menurut legenda Romawi, serigala inilah yang mengasuh dua anak kembar dewa perang Mars yang ditinggalkan dalam keranjang dan terapung-apung di Sungai Tiber.Temukan Kolam Romawi Dalam Penggalian Di Israel
Jauh di dalam Quarter Yahudi di kota tua Yerusalem, arkeolog Ofer Sion mengatakan penemuan baru itu menunjukkan bahwa kota Romawi yang dibangun di atas reruntuhan Yerusalem pada abad kedua dan ketiga teryata jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
"Pertama kali kita mendapatkan sesuatu dari Aelia Capitolina di Quarter Yahudi, dan mungkin itu merupakan intinya, inti tertinggi dari penggalian ini," jelasnya.
Aelia Capitolina adalah nama yang diberikan oleh penguasa Romawi untuk kota Yerusalem setelah mereka mengusir orang-orang Yahudi dari kota itu akibat pemberontakan yang mereka lakukan melawan penjajahan Romawi.
Para arkeolog menemukan sebuah bangunan dari legiun Romawi ke-10 – yang pertama dari jenisnya di daerah tersebut.
Sebuah penggalian penyelamatan yang dilakukan sebelum konstruksi baru menemukan sebuah kolam pemandian Romawi yang dianggap sebagai bagian dari kompleks yang lebih besar.
"Kami pikir legiun ke-10 juga dibangun di rumah ini karena terdapat banyak koin dan genteng yang dicap dengan cap legiun," ujar Sion.
Para sejarawan mengatakan informasi tentang Aelia Capitolina sangatlah penting karena kota ini menggambarkan karakter dan penampilan dari Yerusalem kuno yang dikenal saat ini.
Selama penggalian, para arkeolog menemukan sejumlah bak mandi terpampang di sisi kolam renang. Lantainya ditutupi dengan mozaik putih.
Mereka juga menemukan pipa di sisi kolam yang mungkin digunakan untuk mengisi kolam dengan air, dan pengering kolam berupa saluran untuk mengalirkan air ke waduk.
Atap genteng yang dicap dengan cap legiun juga ditemukan di tempat itu – sesuatu yang sangat langkaPeneliti: Penemuan Bahtera Nuh Adalah Bohong!
Namun, peneliti dari Liberty University mengatakan bahwa penemuan yang dilakukan oleh tim dari Cina itu adalah palsu. Hal itu dikatakan oleh Dr. Randall Price dalam sebuah wawancara dengan CBN.
Price mengatakan bahwa ia skeptis dengan tim dari Cina yang melakukan penelitian itu, ia juga meragukan pembimbing lokal mereka, Parasut. Bahkan, menurut Price, kemungkinan Parasut sengaja memalsukan bahtera itu agar bisa mendapatkan uang dari NAMI.
Parasut memang dibayar cukup tinggi. Ia dibayar 80.000 dollar AS per tahun selama penelitian itu dilakukan.
Parasut menunjukkan foto-foto dirinya di dalam sebuah kerangka kayu yang disebutnya bahtera Nuh. Namun, setelah diteliti, menurut Price, kerangka kayu itu berasal dari Tranzone, dekat Laut Mati.
"Itu adalah kerangka kapal kuno yang berasal dari ratusan tahun silam. Itu adalah kapal tua," kata Price.
Menurut Price, foto-foto tersebut tidak diambil di Gunung Ararat, tapi kerangka itu memang telah dipindahkan ke Gunung Ararat dan dirangkai kembali di atas gunung tersebut.
Price telah melakukan penelitian ke puncak Gunung Ararat untuk membuktikan hasil penelitian NAMI. Namun, hasil penelitian itu menunjukkan bahwa temuan NAMI adalah palsu. Bahkan, menurut Price, salah satu warga lokal yang ikut dalam penelitian Price mengakui kalau dia juga ikut terlibat dalam perancangan ulang kerangka kayu kapal tua itu di Gunung Ararat.
Price berharap NAMI segera mengkonfirmasi kembali temuan mereka itu dan mengakui kalau temuan mereka salah. Namun, NAMI sendiri telah melakukan sejumlah bantahan terhadap Price melalui wawancara-wawancara dan berbagai artikel di sejumlah situs internet.
Meski demikian, Price yang sudah bertahun-tahun melakukan penelitian di Gunung Ararat tidak gentar dengan bantahan-bantahan itu. Ia tidak mau gegabah dalam hal penemuan arkeologi. Ia menuntut pembuktian ilmiah dengan menunjukkan sampel-sampel temuan agar dilakukan analisa lebih lanjut.
"Untuk bisa disebut layak dan ilmiah, kita tidak akan menghubungkan titik-titik sebelum benar-benar melakukan penggalian, menemukan obyek, mengambil sampel, mendokumentasikannya dalam bentuk film, dan membawa sampel-sampel untuk dianalisa," kata Price. "Itu bukan arkeologi palsu. Itulah arkeologi yang sebenarnya."
Pencarian terhadap bahtera Nuh memang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Sejumlah penjelajah, arkeolog dan petualang telah melakukan upaya itu selama lebih dari satu abad. Namun, belum ada penemuan yang bisa dikategorikan ilmiah mengenai bahtera Nuh tersebut.Penemu Makam Herodes Meninggal di Makam Herodes
Netzer mengalami luka serius setelah terjatuh ke dalam lubang sedalam enam meter di situs Herodium pada hari Senin (25/10). Tulang tengkorak dan lehernya retak, sehingga ia dilarikan ke Rumah Sakit Hadassah University, Ein Karem.
Profesor Netzer dikenal sebagai peneliti paling senior di lokasi makam Herodes. Ia telah melakukan penelitian di lokasi tersebut sejak 1972 untuk mengidentifikasi situs yang menjadi makam dari Raja Orang Yahudi itu.
Awalnya Netzer adalah seorang mahasiswa arsitektur di Institut Teknologi Israel Haifa, tetapi kemudian beralih ke bidang arkeologi setelah ia bekerja bersama Yigal Yadin dalam penggalian di Hatzor. Netzer melanjutkan studi arkeologinya di Hebrew University, Yerusalem, dimana ia melanjutkan sebagai profesor sampai pensiun delapan tahun lalu.
Dalam sebuah pernyataannya, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, mengatakan "Kematian Netzer yang tragis merupakan suatu kehilangan bagi keluarganya, bagi penelitian di peninggalan Israel, dan bagi arkeologi."
Kitab Suci di Mata Yahudi, Kristen dan Islam
Studi yang dimulai pada 1 September di Jerusalem Institute for Advanced Studies mengkaji pembacaan Kitab Suci di kalangan Yahudi, Kristen dan Muslim mula-mula serta implikasinya pada waktu itu.
Para peneliti terfokus pada cara-cara pemahaman Kitab Suci dengan literatur, pembelajaran dan budaya dari tiga komunitas iman. Proyek ini sendiri akan berlangsung hingga 28 Februari 2011.
Proyek ini dipimpin oleh Rabbi Mordechai Cohen, profesor dalam bidang Kitab Suci serta dekan di Bernard Revel Graduate School of Jewish Studies, dan Profesor Meir Bar-Asher, seorang Guru Besar Studi Islamika di Max Schloessinger dan kepala departemen Bahasa dan Sastra Arab di Hebrew University.
"Kami sekarang memiliki akses yang lebih besar untuk teks-teks kuno, abad pertengahan dan tafsiran-tafsiran Yahudi, Kristen dan Muslim modern, termasuk latar belakang pemikiran, sosial dan politik mereka," kata Cohen kepada INN dalam sebuah wawancara via internet minggu ini.
"Dalam Yudaisme, kita cukup berpikir mengenai kekayaan yang ditawarkan oleh Cairo Genizah (kumpulan fragmen naskah kuno Yahudi yang ditemukan di ruang toko Sinagoge Ben Ezra di Kairo pada abad ke-19, red), yang merupakan rujukan dari teks-teks eksegesis yang telah diterbitkan sekarang. Hal serupa ditemukan dalam tafsiran Kristen dan Muslim. Waktunya telah tiba untuk mempelajari perbandingan tradisi penafsiran agama-agama ini," tambah Cohen.
Studi ini juga mengkaji pengaruh lintas budaya terhadap penafsiran-penafsiran Kitab Suci Yahudi, Kristen dan Muslim, termasuk penerimaan mereka akan budaya Yunani kuno. Selain itu, para peneliti juga mengkaji pengembangan internal dalam ketiga komunitas iman ini yang ditandai dengan ketegangan-ketegangan antara teks-teks kuno, tradisi penulisan, pembelajaran baru, metode pembacaan dan persepsi Kitab Suci.
"Dengan menyatukan para ahli dari berbagai bidang untuk jangka waktu tertentu, kami berharap dapat meningkatkan pemahaman bersama yang lebih ilmiah, di masa mendatang diskusi penafsiran Kitab Suci dalam Yudaisme, Kekristenan dan Islam akan membuat rujukan ke dalam pemahaman dan penafsiran Kitab Suci dalam komunitas iman yang lain," kata Cohen.
Cohen menegaskan bahwa penelitian ini tidak memiliki agenda politik tertentu.
"Keterbukaan dan pertukaran budaya dan intelektual akan memberikan keuntungan bagi masyarakat secara keseluruhan," kata Cohen.
Sebagai bagian dari studi ini, tim akan mempelajari istilah-istilah dan idiom-idiom Ibrani, Latin dan Arab (dan dalam kasus tertentu juga termasuk Yunani dan Aram/Syria) dalam penafsiran pra-modern.
"Israel adalah--dan akan selalu--berada di persimpangan geografis dan kulturan yang unik di antara ketiga agama," kata Cohen. "Dengan demikian, Israel akan menjadi tempat studi ideal bagi pengembangan intelektual Yahudi, Kristen dan Muslim.