Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Apr 28, 2015

Zionisme

Dari sisi bahasa, Zionisme berasal dari kata Zion, yaitu nama bukit di kawasan Jerusalem (Al-Quds), yang terkadang dipakai pula untuk menamai dataran tinggi dimana kota Jerusalem berdiri. Dari sisi peristilahan, secara singkat bisa dikatakan bahwa Zionisme adalah suatu paham dan gerakan yang bersifat politis, rasial, dan ekstrim, yang bertujuan untuk menegakkan Negara Khusus bagi Bangsa Yahudi di Palestina, dan melihat hal tersebut sebagai solusi bagi permasalahan-permasalahan orang Yahudi. Adapun sejarah Zionisme secara singkat bisa dipaparkan sebagai berikut:

Gagasan Zionisme mula-mula dicetuskan oleh beberapa agamawan Yahudi. Diantaranya adalah Rabi Judah AlKalai (1798-1878) dan Rabi Zevi Hirsch Kalischer (1795-1874). AlKalai secara aktif membujuk masyarakat untuk bergabung dalam suatu program pemukiman bangsa Yahudi di tanah Palestina. Adapun Kalischer menerbitkan buku "Tuntutan Zionis". Dalam buku tersebut, ia menyarankan kepada orang-orang Yahudi untuk kembali ke Palestina dengan cara melakukan hijrah dan pendudukan. Ia mengajak para investor Yahudi agar memberikan bantuan keuangan yang diperlukan untuk membangun pemukiman-pemukiman dan koloni-koloni pertanian di Palestina. Dan akhirnya Kalischer berhasil mendirikan "Lembaga Bantuan Kolonialisasi Tanah Palestina" yang bekerjasama dengan organisasi "Aliansi Israel Se-Dunia".

Selain AlKalai dan Kalischer, tokoh Yahudi lainnya yang bernama Moses Hess menerbitkan buku dalam bahasa Jerman berjudul "Roma und Jerusalem" (1862), yang memuat pemikiran tentang solusi "masalah Yahudi" di Eropa dengan cara mendorong migrasi orang Yahudi ke Palestina. Menurutt Hess kehadiran bangsa Yahudi di Palestina akan turut membantu memikul "misi orang suci kulit putih untuk mengadabkan bangsa-bangsa Asia yang masih primitif dan memperkenalkan peradaban Barat kepada mereka". Buku ini memuat pemikiran awal kerja-sama konspirasi Yahudi dengan Barat-Kristen menghadapi bangsa-bangsa Asia pada umumnya, dan dunia Islam pada khususnya.

Pada tahun 1880-an, orang-orang Yahudi Rusia mendirikan organisasi yang bernama Hibbat Zion. Kebanyakan Yahudi Rusia terkemuka ikut bergabung dalam organisasi ini. Nama penting yang ikut bergabung dengan Hibbat Zion adalah Leon Pinsker. Pada tahun 1882, Pinsker menerbitkan buku Auto-Emansipation. Dalam buku tersebut ia menyatakan bahwa Yahudi harus memiliki negara sendiri, dan untuk itu para pemimpin Yahudi harus berkumpul untuk membahasnya. Maka pada tahun 1884, Pinsker memimpin konferensi pertama di Kanovitz, Polandia. Konferensi kedua dilaksanakan pada tahun 1887 di Druskieniki. Dalam konferensi ini disepakati untuk menyebut gerakan sebagai Hovevei Zion. Dan Pinsker kembali terpilih untuk memimpin gerakan.

Konferensi ketiga digelar pada tahun 1889. Kemudian konferensi yang keempat dilaksanakan di Odessa. Dalam konferensi yang keempat ini, pemerintah Rusia mengakui secara resmi gerakan Hovevei Zion. Dalam konferensi yang keempat ini pula, diputuskan didirikannya Komite Palestina bermarkas di Odessa. Komite ini dibentuk untuk mendukung para petani dan seniman Yahudi di Palestina. Diputuskan pula untuk mendirikan kantor tetap bagi komite tersebut di Yafa, Palestina, untuk mengawasi aktivitas pembelian tanah. Namun belakangan pemerintahan Turki mencium gelagat tidak baik, sehingga memperketat peraturan migrasi, melarang penjualan tanah, dan akhirnya menutup kantor di Yafa tersebut. Meski demikian, komite ini terus memberikan bantuan bagi koloni-koloni yang telah ada dan menyokong sekolah-sekolah Ibrani yang baru didirikan.

Pada tahun 1893, diadakan Konferensi Yahudi pertama di Berlin, Jerman. Dalam konferensi tersebut, dicapai kesepakatan untuk mendirikan satu organisasi yang utuh, membentuk sebuah kas umum, dan mendukung pemukiman Yahudi di Palestina. Dibawah slogan komite kemanusiaan dan sosial, organisasi tersebut berhasil membangun sejumlah koloni-koloni baru Yahudi di Palestina.

Pada tahun 1896, Theodor Hertzl, seorang Yahudi Austria, menerbitkan buku Der Judenstaat "Negara Yahudi", yang menjelaskan kaidah-kaidah gerakan Zionisme secara ilmiah dan terorganisir. Dalam buku tersebut, setelah menjelaskan ideologi Zionisme, ia mencanangkan proyek pembangunan Negara Yahudi, yang dimulai dengan pembentukan "Komite Yahudi" yang mengawasi proyek tersebut, dan penunjukan perusahaan Yahudi sebagai pelaksananya. Hertzl berkata, "Tidak ada solusi bagi permasalahan-permasalahan Yahudi kecuali dengan mengumpulkan orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia kedalam satu wilayah. Lalu mendirikan negara mereka sendiri, untuk kemudian menyelesaikan masalah-masalah mereka yang tidak terselesaikan selama hampir dua ribu tahun, setelah diceraiberaikan oleh pasukan Romawi."

Pada tahun 1897, diselenggarakan Konferensi Zionisme Pertama di Basel, Swiss, dibawah pimpinan Hertzl. Dalam konferensi ini, Hertzl menyampaikan pidatonya, mengobarkan semangat kebangkitan, harapan, emosi, dan hasrat yang bergelora dalam jiwa para pendengarnya. Ia mengeksploitasi emosi keberagamaan (keyahudian) demi tujuan-tujuan gagasan Zionisme. Ia adalah seorang sekuler yang tidak meyakini ajaran Taurat, akan tetapi ia menggunakannya secara politis dan ideologis untuk tujuan negara Zionis. Diantara ucapannya: "Jika suatu saat kita berhasil menguasai Jerusalem (Al-Quds), dan aku masih hidup, maka aku akan memusnahkan segala sesuatu yang tidak sakral bagi orang-orang Yahudi di kota tersebut. Aku akan membakar segala peninggalan yang tersimpan didalamnya selama berabad-abad."

Dalam konferensi ini juga berhasil dirumuskan tujuan gerakan Zionisme: "Zionisme bertujuan mendirikan pemukiman bagi bangsa Yahudi di Palestina yang dijamin dengan undang-undang." Disamping itu, konferensi ini juga menetapkan berdirinya Organisasi Zionis, dengan Hertzl sebagai pemimpinnya, bermarkas di Wina, Austria.

Dalam konferensi ini, Hertzl berkata, "Di Basel aku mendirikan Negara Yahudi. Dan jika aku mengatakannya dengan suara lantang, dunia pasti akan menertawakanku. Mungkin dalam waktu lima tahun atau paling lambat lima puluh tahun semuanya baru akan melihatnya!"

Dan benar, Negara Yahudi benar-benar berdiri di Palestina lima puluh tahun setelah pidato Hertzl di Basel, yakni pada tahun 1948 ketika Negara Israel dideklarasikan secara resmi di Palestina.

Konferensi Basel ini memang sangat penting karena merupakan transisi dari konseptualisasi gagasan-gagasan Zionisme menuju tahap realisasi. Dengan demikian perkembangan Zionisme bisa dibedakan menjadi dua tahap. Periode sebelum 1897 adalah peride pembentukan konsep. Sedangkan periode pasca 1897 adalah periode realisasi konsep.

Setelah Konferensi Basel, Hertzl pergi ke ibukota Turki Utsmani menemui Sultan Abdul Hamid II. Perlu diketahui bahwa Turki Utsmani ketika itu sedang dililit hutang besar. Dan pada saat yang sama, di berbagai wilayah Turki Utsmani terjadi pemberontakan.

Di tengah-tengah kondisi seperti ini, Hertzl datang membawa tawaran-tawaran yang menggiurkan kepada Sultan Abdul Hamid. Ia menawarkan kepada Sultan Abdul Hamid pinjaman berjangka panjang dan proyek-proyek untuk menghidupkan perekonomian Turki Utsmani yang hampir tumbang. Selain itu ia juga menawarkan intervensi Rusia dan Inggris untuk menghentikan pemberontakan kaum minoritas yang terjadi di beberapa wilayah Turki Utsmani.

Akan tetapi jawaban Sultan Abdul Hamid melalui sekretaris pribadinya sangat jelas, "Aku tidak sampai hati menjual negara, satu jengkal tanah sekalipun. Negara ini bukan milikku, tetapi milik rakyatku. Rakyatku berhasil membangun imperium ini dengan darah mereka. Dan kami tidak akan membiarkan seorangpun merebutnya dari tangan kami. Karena itu, silakan orang-orang Yahudi menyimpan kembali uang mereka!"

Jika kita melihat sikap Sultan Abdul Hamid terhadap tawaran-tawaran yang diajukan Hertzl, kita dapat menyimpulkan bahwa ia sadar akan tujuan-tujuan gerakan Zionisme. Ia membedakan antara Zionisme dan Yahudi. Karena itu ketika menerima Hertzl, ia menerimanya atas pertimbangan bahwa ia adalah seorang Yahudi, pemimpin Yahudi, dan jurnalis terkemuka, bukan karena ia seorang Zionis. Sultan Abdul Hamid memandang Yahudi sebagai bagian dari rakyatnya jika mereka tinggal di Turki Utsmani, dan sebagai bagian dari manusia yang memiliki hak suaka jika mereka tertindas. Sedangkan mengenai Zionisme, ia memandangnya sebagai sebuah bentuk penjajahan dan perampokan. Kesadaran Sultan Abdul Hamid akan bahaya gerakan Zionisme ini sangat nampak ketika ia mengeluarkan Undang-Undang "Paspor Merah" pada tahun 1900, yang melarang Yahudi hijrah ke Palestina, apalagi sampai bermukim disana. Hal ini membuat orang-orang Yahudi dendam kepada Sultan Abdul Hamid. Dan karena itulah, dengan bantuan dari negara-negara kolonial, mereka menyusun rencana untuk menggulingkan Sultan Abdul Hamid dari kekuasaannya. Pada tahun 1909, usaha mereka berhasil. Sultan Abdul Hamid dicopot dari kekuasaannya.

Setelah lobi Hertzl ke Sultan Abdul Hamid gagal, Hertzl mendekati pemerintah Inggris. Kepada Inggris, Hertzl meminta Sinai. Inggris tertarik dengan permintaan Hertzl karena Inggris menginginkan keamanan di sisi timur Terusan Suez. Maka sebuah komite khusus pun dibentuk untuk mengkaji wilayah Sinai, tetapi ternyata hasilnya mengecewakan karena Sinai kekurangan sumber air dan tidak cocok untuk pertanian.

Akhirnya, muncullah Rencana Uganda, yakni rencana pembangunan pemukiman Yahudi di Uganda, Afrika Timur. Tetapi ternyata rencana ini mendapatkan tentangan yang keras dari banyak pihak, sehingga rencana inipun dibatalkan.

Selama masa kepemimpinan Hertzl, beberapa organ Zionisme terpenting yang berhasil diciptakan adalah surat kabar Die Welt (berdiri tahun 1897) sebagai koran resmi kaum Zionis, Jewish Colonial Trust yang berfungsi sebagai Bank Zionis (berdiri tahun 1899), dan Jewish National Fund (berdiri tahun 1901) yang bertugas mendapatkan tanah yang bisa dimiliki oleh bangsa Yahudi.

Gerakan Zionisme Pasca Hertzl

Setelah kematian Hertzl pada tahun 1904, kepemimpinan Zionisme diteruskan oleh David Wolffsohn, bermarkas di Cologne, Jerman. Sebagaimana Hertzl, Wolffsohn juga melakukan lobi-lobi, termasuk kepada Sultan Abdul Hamid. Tahun 1907 Wolffshon mengunjungi Istanbul dan bertemu Sultan Abdul Hamid. Lobi Wolffshon gagal, namun ia berhasil membuka bank di Istanbul "The Anglo-Levantine Banking Co" yang kegiatannya dibawah kekuasaan Jewish Colonial Trust.

Ketika beberapa tahun kemudian Wolffshon mengunjungi Turki, keadaan sudah berubah. Sultan Abdul Hamid sedang berada di ujung tanduk kekuasaannya akibat revolusi yang dilancarkan oleh Turki Muda. Dan pada tahun 1909, Wolffshon kembali mengunjungi Turki. Sebagaimana diketahui, pada tahun ini Sultan Abdul Hamid berhasil dilengserkan dari kekuasaannya.

Pada tahun 1911, Wolffshon mengundurkan diri dari kepemimpinan Zionis, dan digantikan oleh Otto Warburg, bermarkas di Berlin, Jerman. Dan pada tahun 1917, kepemimpinan Zionisme dipegang oleh Chaim Weizmann, bermarkas di London, Inggris. Weizmann secara intens berhubungan dengan tokoh-tokoh pemerintah Inggris seperti Winston Churchill, Lord Balfour, dan Herbert Samuel, dalam rangka memuluskan pendirian negara Yahudi di Palestina.

Ketika meletus Perang Dunia I, yang tidak lain adalah perang antar penjajah, orang-orang Zionis memiliki kekuatan ekonomi yang menakutkan.  Orang-orang Zionis pun bermain di tengah kecamuk Perang Dunia I. Agar dapat memanfaatkan kemenangan salah satu pihak yang bertikai, orang-orang Zionis dipecah menjadi dua. Satu pihak yang dipimpin oleh Chaim Weizmann membuat kesepakatan dengan negara-negara Sekutu (Inggris) untuk memberikan Palestina kepada Yahudi jika mereka menang perang. Sementara sekelompok Zionis yang lainnya yang dikoordinir oleh Thalat Pasha (Turki) membuat kesepakatan serupa dengan negara-negara Poros (Jerman). Dengan demikian, di tangan Yahudi terdapat dua janji: dengan negara-negara Sekutu dan dengan negara-negara Poros, yang menjamin kehidupan mereka di Palestina.

Ketika ternyata yang menang perang adalah Sekutu, maka perjanjian Turki-Jerman pun terhapus dari peta politik kaum Zionis dan tenggelam di tengah gegap gempita Perjanjian Balfour yang disepakati antara pemerintah Inggris dan kaum Zionis pada tanggal 2 Nopember 1917. Dalam Perjanjian Balfour, pemerintah Inggris menjanjikan satu "tanah air" untuk orang-orang Yahudi di Palestina. Sebagai langkah pelaksanaan Perjanjian Balfour, dibentuklah Komisi Zionis untuk Palestina. Pada April 1918, komisi ini sampai di Palestina, mengawali perjuangan yang berlangsung sampai tiga dasawarsa kemudian.

Pada tanggal 6-11 Mei 1942, para pemimpin Zionis dari 18 negara mengadakan Konferensi Luar Biasa di Hotel Biltmore, New York, Amerika Serikat (biasa disebut dengan Konferensi Biltmore). Konferensi ini dipimpin oleh Chaim Weizmann dan David Ben Gurion. Konferensi ini menghasilkan resolusi yang biasa disebut dengan Program Biltmore, yang merekomendasikan agar

(1) Mandat Inggris di Palestina diakhiri dan digantikan oleh Yahudi, dan
(2) Palestina ditetapkan sebagai "Jewish Commonwelth".

Program Biltmore akhirnya benar-benar direalisasikan ketika pada Mei 1948 Inggris meninggalkan Palestina dan Negara Israel dideklarasikan oleh Kaum Zionis di bumi Palestina.

Struktur Organisasi Zionis

Sebagaimana sudah disebutkan diatas, Organisasi Zionis didirikan pada Konferensi Basel tahun 1897. Berbeda dengan Hibbat Zion dan Hovevei Zion, Organisasi Zionis merupakan sebuah organisasi modern yang diorganisir dengan sangat rapi. Organisasi Zionis beranggotakan semua orang Yahudi yang menerima program Zionis dan membeli shekel. Shekel disini berarti iuran keanggotaan.

Pertumbuhan Organisasi Zionis secara jelas bisa digambarkan dengan meningkatnya jumlah shekel yang diterima oleh organisasi. Sampai dengan tahun 1907, terkumpul 164.333 shekel. Tahun 1913 menjadi 217.231 shekel. Tahun 1921 menjadi 855.590 shekel. Tahun 1939 meningkat menjadi lebih dari 1.000.000 shekel. Dan tahun 1946, menjelang lahirnya Israel, sudah terkumpul 2.159.840 shekel. Ini berarti lebih dari satu juta Yahudi dari berbagai pelosok dunia ketika itu sudah bergabung dengan Organisasi Zionis. Kalau mau dianalogikan, Organisasi Zionis mirip dengan sebuah negara berdaulat dimana para pembayar shekel adalah warga negaranya. Akan tetapi Organisasi Zionis bersifat internasional, tidak dibatasi oleh batas-batas negara.

Dalam Organisasi Zionis, Kongres adalah lembaga tertinggi, yang bertugas mengeluarkan peraturan, memilih Ketua, Eksekutif, Dewan Umum, Yudikatif, dan Bendahara, dan menerima serta mempertimbangkan laporan dari badan-badan tersebut. Sampai dengan tahun 1939, Kongres dilangsungkan setiap tahun (kecuali tahun 1902). Sesudah itu Kongres berlangsung dua tahun sekali (kecuali selama Perang Dunia I). Dan semenjak tahun 1960, Anggaran Dasar menetapkan bahwa Kongres dilaksanakan empat tahun sekali.

Anggaran Dasar 1960 juga melakukan beberapa perubahan mendasar pada struktur Organisasi Zionis.  Nama Organisasi Zionis diubah menjadi Organisasi Zionis Internasional (World Zionist Organization). Anggota organisasi juga tidak lagi individu-individu yang membeli shekel, tetapi lembaga-lembaga kolektif, yakni organisasi teritorial Zionis dan asosiasi-asosiasi wilayah dan antar-wilayah Zionis. Anggaran Dasar 1960 memperkenalkan sistem desentralisasi yang lebih luas. Penekanan diberikan kepada otonomi anggota: "Setiap anggota harus menentukan tindakannya sendiri, juga bentuk dan prosedur organisasinya."

No comments: