Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Apr 9, 2015

Jamban Berusia 500 Tahun di Jerusalem

Sebuah jamban tua berusia 500 tahun ditemukan di kota Jerusalem, Israel. Dalam jamban tersebut ditemukan ribuan telur parasit manusia dan diduga sudah ada sejak tahun 1400-1500 Masehi.

Studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari University of Cambridge di Inggris mengungkap bahwa jamban tersebut ialah para pedagang, peziarah, serta orang-orang Eropa Utara. Parasit-parasit yang ditemukan dalam jamban tersebut juga merupakan jenis umum yang ditemukan dalam kotoran manusia.

"Sementara kita tidak akan pernah tahu pasti mengapa mereka membuat perjalanan ini, peziarah dan pedagang akan menjadi penjelasan yang masuk akal," kata peneliti senior studi tersebut, Piers Mitchell, yang juga merupakan dosen antropologi biologi di University of Cambridge di Inggris.

Sebelumnya pada 1996 para peneliti juga menemukan sebuah jamban di lingkungan penduduk yang mayoritas beragama Kristen di Jerusalam. Jamban tersebut dibangun dengan menggunakan batu, atap berkubah, lantai tanah dan dua saluran jamban di sisi berlawanan, diduga jamban tersebut dulunya dapat digunakan oleh dua orang sekaligus.

Selain mempelajari sisi arkeologi dari bangunan jamban tua tersebut, ilmuwan dari Cambridge University juga meneliti jenis-jenis parasit dalam kotoran manusia itu. Hasilnya, mereka menemukan enam jenis spesies parasit usus, yakni cacing gelang, cacing cambuk, cacing pita pada daging sapi/babi dan cacing pita ikan.

Berbagai cacing parasit yang diteliti oleh ilmuwan tersebut turut menunjukkan asal usul orang-orang yang menggunakan jamban kuno itu. Dugaan kuat orang-orang Eropa Utara, Arab, dan Suriah pedalaman yang aktif menggunakan jamban tersebut.

Di dalam kakus, para peneliti juga menemukan potongan-potongan tembikar Italia, memperkuat gagasan bahwa orang-orang di Eropa dan Yerusalem diperdagangkan satu sama lain selama akhir 1400-an. "Para peneliti tersebut melakukan pekerjaan yang sangat baik menggabungkan arkeologi dan parasitologi," kata Karl Reinhard, seorang profesor ilmu sumber daya alam di Universitas Nebraska, Lincoln.

No comments: