Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jan 29, 2014

Mempercayai Alkitab

Mengapa Saudara dapat mempercayai Alkitab?
Bagaimana kita tahu bahwa alkitab yang kita miliki sekarang dapat dipercaya?

Alkitab dinyatakan sebagai cara unik Tuhan untuk berkomunikasi dengan manusia. Milyaran orang hidup berdasarkan pesan-pesannya. Jutaan mati untuknya.

Dapatkah seseorang yang cerdas percaya pada Alkitab?

Ya. Alkitab bukanlah sebuah buku dongeng. Tidak seperti buku rohani yang lain, Alkitab tidak meminta iman buta. Bermacam-macam kategori bukti mendukung keakuratan sejarah Alkitab sama bagusnya dengan klaimnya terhadap kepenulisannya yang bersifat keTuhanan.

  • Sejarah kuno mendukung keakuratan Alkitab sebagai suatu catatan sejarah.
  • Kitab-kitab Injil menyediakan bermacam cerita-cerita yang terpercaya mengenai kehidupan Yesus.
  • Ilmu Arkeologi menyokong cerita Alkitab.
  • Teks ilmu pengetahuan menegaskan bahwa kitab-kitab dalam Alkitab tidak berubah sejak pertama kali ditulis.

Apakah sejarah kuno sepaham dengan Alkitab?

Jika Alkitab adalah pesan Tuhan pada kita, kita seharusnya berharap versi sejarahnya akurat. Alkitab memang akurat.

Contohnya, Alkitab melaporkan bahwa Yesus dari Nazaret menunjukkan banyak mujizat, dieksekusi oleh Romawi, dan bangkit dari kematian. Banyak ahli sejarah kuno membenarkan cerita Alkitab dari kehidupan Yesus dan para pengikutNya:

Cornelius Tacitus (55-120 M), seorang sejarawan Romawi dari abad pertama, dianggap sebagai satu dari sejarawan yang paling akurat dari dunia kuno.1 Sebuah kutipan dari Tacitus mengatakan bahwa Kaisar Romawi, Nero "menimbulkan penganiayaan-penganiayaan yang paling hebat pada suatu kelompok masyarakat....yang disebut orang Kristen...Christus (Kristus), yang dari Dialah sebutan itu berasal, menderita hukuman yang paling ekstrim selama pemerintahan Tiberius salah satu procurator kita, Pontius Pilatus..."2

Flavius Josephus, seorang sejarawan Yahudi (38-100+ M), menulis tentang Yesus dalam peninggalan kuno Yahudinya. Dari Josephus, "Kita belajar bahwa Yesus adalah seorang bijak yang melakukan perbuatan-perbuatan luar biasa, banyak mengajar, memenangkan banyak pengikut dari orang Yahudi dan Yunani, dipercaya sebagai Mesias, dituduh oleh para pemimpin orang Yahudi, disalibkan oleh Pilatus, dianggap telah bangkit."3

Suetonius, Pliny the Younger, dan Thallus juga menulis tentang penyembahan dan penganiayaan orang Kristen yang konsisten dengan cerita perjanjian Baru.

Bahkan Kitab Taurat Yahudi, dengan pasti tidak berprasangka terhadap Yesus, setuju mengenai kejadian-kejadian penting dalam hidupNya. Dari kitab Taurat, "kita tahu bahwa Yesus tidak menikah, mengumpulkan murid-murid, membuat klaim-klaim yang bersifat menghujat Tuhan pada diriNya, dan mengerjakan mujizat-mujizat, namun mujizat-mujizat ini dianggap ilmu sihir."4

Ini adalah sungguh-sungguh informasi mengingat bahwa kebanyakan sejarawan kuno berfokus pada para pemimpin politik dan militer, tidak pada para rabi tak dikenal dari provinsi yang jauh dari kekaisaran Romawi. Namun para sejarawan kuno (Yahudi, Yunani, dan Romawi) menegaskan kejadian-kejadian penting yang ditampilkan dalam perjanjian baru, walaupun mereka bukanlah para pemercaya itu sendiri.

Apakah cerita-cerita Injil mengenai Yesus dapat dipercaya?

Para sejarawan sekuler mencatat fakta-fakta umum dari hidup Yesus, namun teman-teman dekatNya membuat laporan-laporan yang lebih detil berdasarkan kesaksian langsung. Disebut 4 Injil, empat buku pertama dari perjanjian baru. Bagaimana kita dapat yakin bahwa biografi-biografi mengenai Yesus ini akurat?

Ketika para sejarawan mencoba menentukan apakah suatu biografi dapat dipercaya, mereka bertanya, "seberapa banyak sumber-sumber lain melaporkan detil-detil yang sama tentang orang ini?" Inilah cara kerjanya. Bayangkan saudara sedang mengumpulkan biografi-biografi dari Presiden John F. Kennedy. Saudara menjumpai banyak gambaran tentang keluarganya, pemerintahannya, cara dia menangani krisis misil Kuba, dan hampir semua biografi melaporkan fakta-fakta yang sama. Namun, bagaimana jika saudara menjumpai satu biografi yang melaporkan bahwa John F. Kennedy pernah hidup 10 tahun sebagai pendeta di Afrika Selatan? Biografi-biografi yang lain menyatakan dia berada di Amerika Serikat pada waktu itu; seorang sejarawan yang berakal sehat akan setuju dengan cerita-cerita yang saling menyetujui satu sama lain.

Mengenai Yesus orang Nazaret, apakah kita menjumpai bermacam biografi yang melaporkan fakta-fakta yang sama tentang hidupNya? Ya. Ketika biografi-biografi tersebut tidak berlebihan menampilkan semua informasi yang, keempat Injil menceritakan dengan pokok-pokoknya cerita yang sama:


Dua dari kitab-kitab Injil ditulis oleh Rasul Matius dan Yohanes, orang-orang yang mengenal Yesus secara pribadi dan berkelana denganNya selama lebih dari 3 tahun. Dua kitab lainnya ditulis oleh Markus dan Lukas, teman-teman dekat dari para Rasul. Penulis-penulis ini mempunyai akses langsung pada fakta-fakta yang mereka catat. Gereja mula-mula menerima ke-empat Injil karena kitab-kitab tersebut setuju dengan pengetahuan umum mengenai hidup Yesus.

Masing-masing dari penulis 4 Injil membuat suatu cerita yang sangat detil. Seraya saudara berharap dari bermacam-macam biografi dari seseorang yang sungguh ada, ada variasi dalam gaya penulisan namun sama dalam fakta-fakta. Kita tahu bahwa para penulis tidak membuatnya begitu saja, karena Injil-Injil memberikan nama-nama geografis yang spesifik dan detil-detil kultural yang telah ditegaskan oleh para sejarawan dan arkeolog.

Kata-kata tercatat dari Yesus meninggalkan banyak topik yang gereja mula-mula mungkin memiliki sebuah pernyataan mengenaiNya. Hal ini menunjukkan bahwa para penulis biografi jujur, tidak meletakkan kata-kata pada mulut Yesus untuk mencocokkan dengan kepentingan-kepentingan mereka.

Apakah Alkitab telah berubah dan rusak dalam perjalanannya?

Beberapa oaring berpikiran bahwa Perjanjian Baru telah diterjemahkan "berkali-kali" sampai Perjanjian Baru telah rusak dalam proses penerjemahannya. Jika penerjemahan-penerjemahan itu dibuat dari terjemahan-terjemahan yang lain, akan timbul masalah. Namun terjemahan-terjemahan tersebut dibuat langsung dari teks-teks sumber Yunani, Ibrani, dan Aramik yang asli berdasarkan ribuan manuskrip kuno.

Sebagai contoh, kita tahu bahwa Perjanjian Baru yang kita miliki sekarang adalah benar dari bentuknya yang asli karena:

     1. Kita memiliki sejumlah besar salinan manuskrip--lebih dari 24.000
     2. Salinan-salinan tersebut saling membenarkan satu sama lain, kata per kata, 99.5 % akurat
     3. Tanggal-tanggal pada manuskrip-manuskrip ini sangat dekat dengan data dari tulisan-tulisan aslinya (lihat link pada akhir bagian ini)

Ketika seseorang membandingkan teks salah satu manuskrip dengan yang lain, kesesuaiannya menakjubkan. Kadang-kadang ejaannya mungkin bervariasi, atau kata-kata mungkin diubah, namun hal itu hanyalah konsekuensi kecil. Mengenai urutan kata, Bruce M. Metzger, Professor Emeritus pada Princeton Theological Semionary menjelaskan: "suatu perbedaan yang amat besar dalam bahasa inggris jika anda berkata, 'Anjing menggigit orang' atau 'orang menggigit anjing'--urutan sangat penting dalam bahasa inggris. Namun dalam bahasa Yunani tidak. Suatu kata berfungsi sebagai subjek dari kalimat tanpa mempedulikan dimana kata itu berada pada rangkaian kata."5

Dr. Ravi Zacharias, seorang professor tamu pada Oxford University, juga berkomentar: "dalam istilah-istilah riil, Perjanjian Baru dengan mudah dibuktikan sebagai tulisan kuno terbaik dalam hal jumlah dokumen saja, jangka waktu antara kejadian-kejadian dan dokumentasi-dokumentasinya, dan variasi dokumen yang tersedia untuk menyokong atau menyangkalnya. Tidak ada bukti manuskrip kuno untuk menandingi ketersediaan dan integritasnya."6

Perjanjian Baru adalah dokumen kuno kemanusiaan yang paling terpercaya. Integritas isinya lebih pasti daripada tulisan-tulisan Plato atau Illiad karya homerus. Untuk suatu perbandingan dari Perjanjian Baru dengan tulisan-tulisan kunao yang lain, klik disini.

Perjanjian lam juga luar biasa terjaga. Terjemahan-terjemahan modern kita ditegaskan oleh sejumlah besar manuskrip kuno baik dalam bahasa Ibrani maupun Yunani, termasuk penemuan gulungan Laut Mati pada pertengahan abad 20. Gulungan-gulungan ini memegang fragmen-fragmen tertua yang pernah ada dari hamper semua kitab-kitab Perjanjian Lama, Tertanggal dari 150 SM. Kesamaan dari manuskrip-manuskrip gulungan laut Mati dengan salinan-salinan tangan yang dibuat bahkan 1000 tahun sesudahnya adalah bukti dari kehati-hatian para penulis Ibrani kuno dalam menyalin tulisan-tulisan itu.

Apakah Ilmu Arkeologi mendukung Alkitab?

Ilmu Arkeologi tidak dapat membuktikan bahwa Alkitab adalah kata-kata Tuhan yang tertulis pada kita. Bagaimanapun, ilmu Arkeologi dapat (dan mampu) membenarkan keakuratan sejarah Alkitab. Para Arkeolog telah secara konsisten menemukan nama-nama pegawai pemerintahan, raja-raja, kota-kota, dan perayaan-perayaan yang disebutkan dalam Alkitab--kadang-kadang ketika para sejarawan tidak berpikir orang-orang atau tempat-tempat itu pernah ada. Sebagai contoh, Injil Yohanes bercerita tentang Yesus menyembuhkan seorang lumpuh dekat kolam Bethesda. Teksnya bahkan menggambarkan lima serambi (gang) menuju ke kolam. Para sarjana tidak berpikir bahwa kolam itu ada, sampai para arkeolog menemukannya 40 kaki dibawah tanah, lengkap dengan 5 serambinya.7

Alkitab memiliki sejumlah besar detil sejarah, jadi tidak semua yang disebutkannya sudah bisa ditemukan dengan ilmu arkeologi. Bagaimanapun juga, tidak satupun penemuan arkeologi bertentangan dengan apa yang dicatat Alkitab.8

Sebaliknya, reporter berita Lee Strobel berkomentar tentang kitab Mormon: "Arkeologi berulang kali gagal untuk membenarkan klaim-klaimnya tentang kejadian-kejadian yang dianggap terjadi lama dahulu di Amerika. Saya ingat untuk menulis kepada Smithsonian Institute untuk meminta keterangan tentang bilamana pernah ada bukti apapun yang mendukung klaim-klaim Mormonisme, hanya untuk dikatakan dalam istilah-istilah tegas bahwa para arkeolognya menjumpai 'tidak ada hubungan langsung antara arkeologi dunia baru dan subyek penting dari kitabnya."' Para arkeolog tidak pernah menemukan lokasi kota-kota, orang-orang, nama-nama, atau tempat-tempat yang disebutkan oleh kitab Mormon.9

Banyak tempat-tempat kuno yang disebutkan oleh Lukas, dalam Kisah para Rasul dalam Perjanjian Baru, telah berhasil diidentifikasi dengan arkeologi. "Secara total, Lukas menyebutkan 32 negara, 54 kota, dan 9 pulau tanpa kesalahan."10

Arkeologi juga telah menyangkal banyak teori dengan dasar lemah mengenai Alkitab. Contohnya, sebuah teori yang masih diajarkan di beberapa perguruan tinggi saat ini menyatakan bahwa Musa tidak mungkin menulis kitab Pentateuch (5 kitab pertama alkitab), karena tulisan belum ditemukan pada masanya. Kemudian para arkeolog menemukan Black Stele. "memiliki huruf-huruf berbentuk paku dan memuat hukum-hukum yang terperinci dari Hammurabi. Apakah itu ada setelah Musa? Tidak! Itu adalah Pra-Musa; tidak hanya itu, tapi juga pra-Abraham (2000 SM). Mendahului tulisan-tulisan Musa paling tidak 3 abad."11

Suatu penemuan arkeologi lain yang utama menegaskan satu alfabet awal dalam penemuan Tablet Ebla di bagian utara Syria pada 1974. 14000 lembaran-lembaran tanah liat ini dianggap dari sekitar 2300 SM., beratus tahun sebelum Abraham.12 Lembaran-lembaran itu menggambarkan budaya lokal yang sama pada apa yang dicatat dalam kejadian pasal 12-50. Arkeologi secara konsisten menegaskan keakuratan sejarah dan Alkitab.

Apakah ada penyangkalan-penyangkalan dalam Alkitab?

Sementara beberapa orang mengklaim bahwa alkitab penuh dengan penyangkalan-penyangkalan, pendeknya hal ini tidak benar. Jumlah dari penyangkalan-penyangkalan yang nyata sebenarnya sangat kecil untuk suatu kitab seukuran jangkauan seperti Alkitab. Perbedaan-perbedaan yang jelas yang ada lebih mencurigakan daripada kesalahan. Hal-hal itu tidak menyentuh sedikitpun pada kejadian-kejadian penting atau tulisan-tulisan iman.

Ini adalah sebuah contoh dari sesuatu yang disebut kontradiksi. Pilatus memerintahkan bahwa satu tanda harus diletakkan pada salib dimana Yesus tergantung. Tiga Injil mencatat apa yang tertulis pada tanda itu:

     Dalam Matius: "Inilah Yesus, Raja orang Yahudi"
     Dalam Markus: "Raja orang Yahudi"
     Dalam Yohanes: "Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi"

Pemakaian katanya berbeda, itulah pertentangan yang muncul. Sesungguhnya, ketiga penulis menggambarkan kejadian yang sama-Yesus disalibkan. Pada hal ini mereka semua setuju. Mereka bahkan mencatat bahwa suatu tanda telah diletakkan pada salib, dan arti dari tanda itu sama pada ketiga ceritanya!

Bagaimana dengan penggunaan kata yang sebenarnya? Dalam versi Yunani asli dari Injil, mereka tidak menggunakan suatu symbol kutipan seperti yang kita lakukan saat ini untuk menandai suatu kutipan langsung. Penulis-penulis Injil membuat suatu kutipan tidak langsung, yang akan bercerita untuk perbedaan-perbedaan yang tak kentara dalam pesan-pesannya.

Ini adalah contoh lain dari sebuah pertentangan nyata. Apakah Yesus tinggal selama 2 malam atau 3 malam dalam makam sebelum kebangkitanNya? Yesus berkata, sebelum penyalibanNya, "Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam." (Matius 12:40). Markus mencatat suatu pernyataan lain yang Yesus buat, "kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit." (Markus 10:33,34)

Yesus dibunuh pada hari Jumat dan kebangkitan dijumpai pada hari Minggu. Bagaimana hal itu dapat menjadi 3 hari dan 3 malam dalam makam? Itu adalah suatu gaya bahasa Yahudi pada masa Yesus untuk menghitung banyak bagian dari suatu siang atau malam sebagai satu hari dan malam penuh. Jadi Jumat, Sabtu, Minggu akan disebut 3 hari dan 3 malam dalam budaya Yesus. Kita berbicara dengan cara yang sama sekarang--jika seseorang berkata, "Saya berbelanja seharian" kita paham bahwa orang itu tidak bermaksud berkata 24 jam.

Hal ini adalah tipikal dari pertentangan nyata dalam Perjanjian Baru. Kebanyakan dipecahkan oleh suatu penjelasan pemeriksaan lebih dekat pada teks itu sendiri atau dengan mempelajari latar belakang sejarah.

Siapa yang menulis Perjanjian Baru? Mengapa tidak menerima Apokripa, Injil Yudas, atau Injil Tomas?

Ada alasan-alasan kuat untuk percaya pada daftar kitab-kitab Perjanjian Baru pada masa sekarang. Gereja menerima kitab-kitab Perjanjian Baru hampir sesegera setelah kitab-kitab itu ditulis. Penulis-penulisnya adalah sahabat-sahabat Yesus atau pengikut-pengikutNya yang baru, orang-orang yang Yesus percayakan kepadanya kepemimpinan gereja mula-mula. Penulis Injil Matius dan Yohanes adalah beberapa pengikut Yesus yang paling dekat. Markus dan Lukas adalah rekan-rekan para Rasul, yang memiliki akses kepada cerita-cerita para Rasul tentang hidup Yesus.

Penulis-penulis Perjanjian Baru yang lain memiliki akses yang dekat juga pada Yesus; Yakobus dan Yudas masih saudara Yesus yang semula tidak percaya padaNya. Petrus adalah salah satu dari 12 Rasul. Paulus mulai sebagai pembenci orang Kristen, namun dia menjadi seorang rasul setelah dia mendapat suatu penglihatan Kristus. Dia juga berkomunikasi dengan rasul-rasul yang lain.

Isi kitab-kitab Perjanjian Baru serasi dengan ribuan saksi yang telah melihat untuk diri mereka sendiri. Sementara kitab-kitab yang lain ditulis ratusan tahun kemudian (contohnya Injil Yudas, ditulis oleh sekte Gnostik sekitar 130-170 Masehi, jauh sebelum Yudas wafat), tidak sulit bagi gereja untuk menempatkannya sebagai kepalsuan-kepalsuan. Injil Tomas, ditulis sekitar 140 Masehi, adalah suatu contoh lain suatu tulisan palsu yang ditulis secara salah menampilkan satu nama rasul. Kitab-kitab ini dan injil-injil Gnostik yang lain bertentangan dengan pengajaran-pengajaran yang dikenal dari Yesus dan Perjanjian Lama, dan sering memuat sejumlah kesalahan historis dan geografis.

Pada tahun 367 Masehi, Athanasius secara resmi menyusun daftar 27 kitab Perjanjian Baru (daftar yang sama yang kita miliki sekarang). Segera sesudahnya, Jerome dan Agustinus menyebarkan daftar yang sama ini. Daftar ini, bagaimanapun juga, bukanlah kebutuhan utama oang-orang Kristen. Sejumlah besar gereja telah mengenali dan menggunakan daftar kitab-kitab yang sama sejak abad pertama setelah Kristus. Seraya gereja bertumbuh melampaui daerah-daerah berbahasa Yunani dan perlunya menterjemahkan kitab-kitab Injil, dan seraya sekte-sekte pecahan mulai muncul dengan kitab-kitab suci mereka sendiri, menjadi sangat penting untuk memiliki suatu daftar yang jelas.

Mengapa memerlukan waktu 30 sampai 60 tahun untuk menulis kitab-kitab Perjanjian Baru?

Alasan utama cerita-cerita Injil tidak segera ditulis setelah wafatnya Yesus dan kebangkitanNya adalah karena tidak ada kebutuhan akan tulisan-tulisan tersebut. Pada awalnya Injil disebarkan melalui mulut ke mulut di Yerusalem. Tidak perlu menulis sebuah cerita tertulis mengenai kehidupan Yesus karena mereka yang tinggal di wilayah Yerusalem adalah saksi-saksi Yesus dan menyadari dengan baik tentang pelayananNya.14

Bagaimanapun juga, ketika Injil menyebar keluar Yerusalem, dan saksi-saksi tidak lagi dapat dihadirkan, muncul suatu kebutuhan akan cerita-cerita tertulis untuk mengajar orang-orang lain mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus. Banyak sarjana memberi penanggalan dari penulisan Injil-Injil adalah antara 30 sampai 60 tahun sesudah wafatnya Yesus.

Lukas memberi sedikit pengertian yang lebih mendalam dengan menyatakan, pada awal Injilnya, mengapa dia menulisnya: "Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu."15

Yohanes juga memberi alasan untuk menulis Injilnya: "Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Jika saudara ingin mengetahui lebih jauh tentang Yesus, artikel ini akan memberi suatu ringkasan yang bagus tentang hidupNya: Melampaui Iman yang buta.

Sungguh Pentingkah jika Yesus sungguh-sungguh melakukan dan mengatakan apa yang ada pada Injil-Injil?

Ya. Agar iman sungguh menjadi nilai yang sangat berharga, iman harus didasarkan pada fakta-fakta, pada kenyataan. Inilah alasannya jika saudara sedang naik pesawat ke London, saudara mungkin percaya bahwa jetnya mempunyai cukup bahan bakar dan terpercaya secara mekanis, pilot yang terlatih, dan tidak ada teroris yang naik. Kepercayaan saudara, bagaimanapun juga, bukanlah apa yang membuat saudara sampai ke London. Kepercayaan saudara berguna untuk naik pesawat itu. Tapi apa yang sebenarnya membuat saudara sampai ke London adalah integritas dari pesawat, pilot, dsb. Saudara dapat berdasar pada pengalaman-pengalaman positif penerbangan sebelumnya. Namun pengalaman positif saudara tidak akan cukup untuk membuat pesawat tersebut sampai ke London. Apa yang penting adalah obyek dari kepercayaan saudara--dapatkah itu dipercaya?

Apakah Perjanjian Baru adalah sebuah gambaran yang akurat dan terpercaya tentang Yesus? Ya. Kita dapat mempercayai Perjanjian Baru karena ada fakta-fakta pendukung yang hebat untuknya. Artikel ini menyentuh poin-poin berikut ini: Persetujuan para sejarawan, persetujuan para arkeologi, persetujuan ke 4 Injil, pemeliharaan salinan-salinan dokumen yang hebat, keakuratan yang superior pada penerjemahan-penerjemahannya. Semua itu memberi suatu pondasi kokoh untuk mempercayai apa yang kita baca di Perjanjian Baru: bahwa Yesus adalah Tuhan, yang dihukum untuk dosa-dosa kita, dan bahwa Dia bangkit dari kematian.

No comments: