Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Feb 2, 2010

Penginjilan Orang Mati

"Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah."(1 Petrus 4:6)

Ada banyak orang yang salah mengerti tentang penginjilan kepada orang-orang mati. Orang mati yang dimaksud oleh ayat-ayat seperti ini bukan menunjuk kepada orang-orang yang sudah mati secara fisik, tetapi itu menunjuk kepada orang-orang yang masih hidup secara fisik tetapi mereka masih berada dalam keadaan mati rohani (yaitu belum menerima kebangkitan jiwa yang baru). Ketika seorang manusia meninggal dunia, nasibnya di dalam kekekalan sudah ditentukan, secara rohani tidak ada sesuatu apapun yang dapat kita lakukan untuk menolong orang yang sudah mati. Itulah sebabnya ketika seorang yang percaya meninggal dunia kita tidak mendoakan jiwa orang yang sudah mati tersebut tetapi kita mendoakan keluarganya yang masih hidup yang ditinggalkannya. Ketika seorang percaya yang sejati meninggal dunia jiwanya langsung pergi untuk berada bersama-sama dengan Kristus di dalam Surga sama seperti yang terjadi pada pencuri yang disalib di samping Yesus (Lukas 23:43).

Dalam kitab Yesaya 38:18 di Perjanjian Lama kita membaca demikian:

"Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepada-Mu, dan maut [yaitu dunia orang yang sudah mati secara fisik] tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang turun ke liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaan-Mu."

Dengan kata lain, kita tidak pergi ke kuburan-kuburan dan berkhotbah kepada tulang-belulang yang ada disana, itu adalah pekerjaan yang gila dan sama sekali sia-sia. Kita pergi memberitakan Injil kepada orang-orang yang masih hidup bukan kepada orang yang sudah mati. Di dalam seluruh Alkitab Tuhan menggambarkan orang-orang yang belum diselamatkan sebagai orang-orang yang mati, yaitu orang-orang yang belum menerima kebangkitan rohani.

Kitab Efesus 2:1 mengajarkan kepada kita demikian:

"Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu."

Kitab 1 Korintus 15:22 berkata demikian:

"Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus."

Orang-orang yang mati secara rohani ini juga digambarkan sebagai "roh-roh yang berada di dalam penjara" (yaitu tawanan-tawanan Iblis) seperti yang dinyatakan dalam kitab 1 Petrus 3:19-20a (dan banyak ayat-ayat lainnya) demikian:

"dan di dalam Roh itu [yaitu Roh Allah/Roh Kudus/Roh Kristus] juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah ...."

Dan kitab Roma 3:10-16 menjelaskan tentang kematian rohani ini demikian:

"seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah [yang benar]. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka ...."

Dan ayat 23 menambahkan demikian:

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan [yaitu citra] Allah"

Manusia diciptakan sempurna, tanpa dosa oleh Allah, mereka diciptakan dalam "gambar dan rupa Allah" (yaitu kemuliaan Allah, atau citra yang baik yang terdapat dalam sifat-sifat Allah), akan tetapi sejak Adam dan Hawa berbuat dosa (yaitu melanggar perintah Allah) mereka menjadi mati secara rohani. Dengan demikian semua manusia yang berasal dari Adam dan Hawa dilahirkan dalam keadaan mati rohani. Kita membaca referensi pertama dari kematian tersebut dalam kitab Kejadian 2:17, dimana Tuhan memperingatkan Adam demikian:

"tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Terjemahan secara literal dari bagian akhir ayat ini adalah:

" ... sebab pada hari engkau memakan kematian dari buah itu, pastilah engkau mati"

Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini "secara rohani adalah sebuah mayat" yang merupakan tingkat pertama dari proses kematian selama hidup mereka yang sementara di dunia ini. Dan kecuali Tuhan membangkitkan jiwanya dari kondisi tersebut sehingga ia memperoleh "kebangkitan pertama", ia pasti akan mengalami "kematian kedua" yang kekal.

Peristiwa kematian secara fisik adalah peringatan yang secara terus-menerus diberikan kepada kita tentang kutukan yang kekal yang akan terjadi pada orang-orang yang tidak diselamatkan. Dan berdasarkan hal ini sekarang kita mengerti ayat yang sulit dalam kitab Roma 7:9-11 yang kita baca demikian:

"Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat [yaitu berbicara tentang Adam]. Akan tetapi sesudah datang PERINTAH itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku."

Disini Rasul Paulus, yang berada dibawah inspirasi dari Allah Roh Kudus, menulis tentang apa yang terjadi pada manusia yang pertama (dan juga seluruh umat manusia yang pada waktu itu masih berada di dalam tubuh Adam) -- yaitu Tuhan memberikan Hukum-hukum-Nya kepada umat manusia di taman Eden, kemudian manusia berdosa, dan akibatnya, manusia mati.

Sekarang karena seluruh umat manusia telah berbuat dosa dan kehilangan citra Allah, maka pilihannya manusia harus membayar sendiri upah dosa-dosanya (yaitu kematian kedua yang kekal), atau Tuhan Yesus Kristus sebagai sang Juruselamat membayar upah tersebut untuknya. Tidak ada pilihan yang lainnya tentang hal ini.

Kalau saja Hukum Taurat (atau hukum-hukum Tuhan atau sepuluh perintah Allah) dapat menyelamatkan manusia maka Tuhan Yesus tidak perlu turun dari Surga dan mati di atas kayu salib. Akan tetapi pada kenyataannya hukum-hukum tersebut diberikan justru untuk memperingatkan manusia bahwa pelanggaran mereka banyak, bahkan sangat-sangat banyak. Setiap "pikiran" (atau keadaan hati) kita yang tidak sesuai dengan hukum Tuhan sudah merupakan dosa dimata Tuhan.

Kitab Roma 3:19-20 menjelaskan demikian:

"Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa."

Dan ayat 21 - 22 menjelaskan jalan keluarnya demikian:

"Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus [sang Penebus] bagi semua orang yang percaya."

Sekarang kita mengerti mengapa setelah Hukum itu diberikan manusia menjadi "mati" secara rohani, karena dalam sifat alaminya manusia berada dalam pemberontakan terhadap Tuhan. Akan tetapi manusia baru, yaitu orang-orang yang telah menerima anugrah "kebangkitan jiwa yang baru" mereka justru akan bersuka-cita di dalam hukum-hukum Tuhan. Dan sekarang kita mengerti mengapa dalam kitab Matius 22:32 Tuhan berkata demikian:

"Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."

No comments: