"Pada waktu itu [yaitu pada akhir zaman] juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu. Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal." (Daniel 12:1-2)
Pada hari yang terakhir ketika pengangkatan (rapture) terjadi, orang-orang akan dibangkitkan, sebagian akan bangun untuk mendapatkan hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan yang kekal. Bagi orang-orang percaya yang sejati kemuliaan mereka adalah pada hari pengangkatan, sewaktu kita diangkat ke atas awan-awan untuk beradabersama Kristus selama-lamanya.
Orang-orang yang percaya akan dibangkitkan sebagai suatu tubuh rohani yang baru yang sudah dipermuliakan dan tidak dapat binasa. Secara pasti semua orang-orang percaya yang pernah hidup akan dibangkitkan kepada hidup kekal di dalam langit yang baru dan bumi yang baru.
Disisi yang lain, tentang kebangkitan orang-orang yang tidak benar, kitab Kisah Para Rasul, Yohanes 5 dan Daniel 12 mengatakan bahwa orang yang diselamatkan akan dibangkitkan pada kehidupan, dan orang-orang yang tidak diselamatkan akan dibangkitkan pada penghakiman. Nah penghakiman apakah itu?
Mikhael adalah Kristus itu sendiri, Ia adalah sang Pemimpin besar itu, Ia bukan Penghulu malaikat, tetapi Ia adalah Pemimpin para pembawa pesan. Dan ungkapan "bangsamu yang akan terluput" menunjuk kepada umat pilihan atau "umat Israel rohani milik Allah" (Roma 2:28-29, Galatia 3:29). Orang-orang yang bangun untuk mendapat hidup yang kekal adalah orang-orang percaya sejati.
Dan orang-orang yang dibangkitkan untuk mengalami kehinaan yang kekal, bukan berarti bahwa mereka akan dibangkitkan untuk mendapatkan hidup. Kehinaan (dipermalukan) merupakan bagian yang besar dari peristiwa penghakiman yang akan terjadi atas orang-orang yang tidak diselamatkan.
Kitab Roma 10:11 menyatakan demikian:
Mereka sama sekali tidak akan dibangkitkan kepada kehidupan. Hal itu tidak diajarkan dimanapun di dalam Alkitab, dan sebenarnya pandangan tradisional tentang siksaan yang kekal juga tidak kita temukan di dalam Alkitab, karena yang Allah maksudkan adalah "kehinaan yang
kekal" bukan siksaan yang kekal.
Seperti misalnya di dalam kitab Yesaya pasal 66, orang-orang percaya yang sejati akan memandangi "bangkai" dari orang-orang yang tidak diselamatkan. Dan ungkapan "mereka akan keluar" sedang berbicara tentang orang-orang percaya sejati. Dalam kitab Yesaya 66:24 kita membaca demikian:
Apa yang dapat kita pelajari dari Alkitab tentang kata ini? Dalam Perjanjian Lama, kata ini dapat ditemukan lebih dari 30 kali dan selalu dalam kata Ibrani "sheol". Kata ini diterjemahkan lebih dari 30 kali sebagai "kubur" dan tiga kali sebagai kata "liang kubur".
Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani "hades" biasanya diterjemahkan sebagai "neraka", tetapi juga dapat diterjemahkan sebagai "kubur". Lagi pula, beberapa kali, kata "neraka" berasal dari kata Yunani "gehenna" dan sekali dari kata Yunani "tartaroo".
Kata Ibrani "sheol" dan kata Yunani "hades" dapat diterjemahkan sebagai "neraka" atau sebagai "kubur", tergantung pada konteksnya. Pada saat-saat tertentu konteknya akan mengizinkan terjemahan yang manapun, yang menunjukkan hubungan yang erat dari kata "kubur" dan "neraka". Jadi kedua kata itu secara erat berhubungan dengan kematian.
Hal ini dapat dipahami ketika kita membaca, "Sebab upah dosa ialah maut" (Roma 6:23), dan "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati..." (Yehezkiel 18:20).
Hal itu sejalan dengan konsep yang diberikan dalam 1 Korintus 15:26 bahwa "Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut". Hal itu juga membuat kitab Wahyu 21:1 dapat dipahami, dan disitu kita membaca demikian:
"Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi."
Kata "laut" di dalam Alkitab sering digunakan sebagai sebuah gambaran atau lambang dari "neraka". Misalnya, 2000 babi, yang dirasuki oleh roh-roh jahat, mati dalam danau (Markus 5:13 dalam bahasa aslinya adalah laut). Ketika rencana penghakiman Allah telah selesai, tidak akan ada lagi kematian, tidak ada lagi neraka. Kematian dan neraka tidak akan ada lagi.
Demikianlah kita harus memahami bahwa neraka itu sama dengan kubur --, dan dalam hal itu kubur sepenuhnya disamakan dengan kematian. Kenyataan ini membawa kita kepada pertanyaan berikutnya: Apakah lautan api itu? Kita menemukan rujukan kepada lautan api dalam ayat-ayat berikut ini:
Wahyu 19:20: "Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh elerang."
Wahyu 21:8: "Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."
Wahyu 20:14,15: "Lalu maut [yaitu orang-orang yang sudah mati dan belum diselamatkan] dan kerajaan maut [yaitu orang-orang hidup yang belum diselamatkan] itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu."
Yang penting kitab Wahyu 20:14 menyatakan bahwa kematian dan neraka (atau kematian dan kubur) akan dicampakkan ke dalam lautan api. Ingatlah kita telah belajar dari 1 Korintus 15:26 bahwa "Musuh yang terakhir yang dibinasakan ialah maut". Namun di dalam ayat-ayat ini kita belajar bahwa maut kemudian akan dicampakkan ke dalam lautan api, yang selanjutnya disebut sebagai "kematian kedua" (Wahyu 20:14). Lagi pula, kita telah mempelajari dari Wahyu 21:1 bahwa ketika langit yang baru dan bumi yang baru diciptakan, lautan (yaitu neraka dan maut) tidak akan ada lagi.
Demikianlah, lautan api sudah berakhir untuk selama-lamanya. Perhatikanlah dengan seksama bagaimana ayat-ayat berikut ini telah ditulis:
Mazmur 31:17: "TUHAN, janganlah membiarkan aku mendapat malu, sebab aku berseru kepada-Mu; biarlah orang-orang fasik mendapat malu dan turun ke dunia orang mati dan bungkam [yaitu kematian kedua]."
Yesaya 38:18: "Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepada-Mu, dan maut tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang turun ke liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaan-Mu."
Dan kitab Yohanes 3:16 menjelaskan demikian:
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa [yaitu tidak mengalami kematian kedua], melainkan beroleh hidup yang kekal."
Sedangkan untuk dibakar dengan api berkaitan dengan kitab 2 Petrus 3:10, dimana kita membaca:
"Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap."
Pembakaran dengan api yang yang menunjuk kepada kematian kedua dan berkaitan dengan lautan api. Itu adalah akhiran yang menjamin bahwa tidak pernah akan ada lagi kemungkinan apapun untuk hidup. Hal itu berkaitan dengan kata Yunani "gehenna" yang diterjemahkan sebagai "neraka". Misalnya kita membaca dalam Markus 9:43-44:
"Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka [gehenna], ke dalam api yang tak terpadamkan; [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]"
Api yang tidak pernah padam adalah lautan api. Rujukan kepada api dalam Alkitab berhubungan dengan kitab Ibrani 12:9, di mana Allah disebut sebagai "api yang menghanguskan". Ketika seseorang terbakar oleh api yang berasal dari Allah ini, orang itu tidak pernah dapat hidup kembali.
Kemudian, kita akan mempelajari bahwa dalam ungkapan "ulatnya tidak akan mati", kata "ulat" disamakan dengan rasa malu. Bahwa kematiannya bukan sekedar berarti bahwa orang yang tidak diselamatkan itu dihukum dengan rasa malu tetapi juga tidak pernah mungkin rasa malu itu dihilangkan. Demikian juga dengan ungkapan "apinya tidak akan padam", itu berarti bahwa ia tidak akan pernah hidup kembali.
Kita harus ingat bahwa di dalam Adam, umat manusia diciptakan untuk hidup selama-lamanya, walaupun dengan syarat-syarat tertentu. Akan tetapi, karena dosa, umat manusia menjadi tunduk pada kematian. Tetapi karena ia diciptakan dalam citra Allah untuk hidup selamanya, apakah mungkin bahwa pada suatu saat kelak di masa depan, setelah ia sendiri membayar atas upah dosa-dosanya, ia dapat hidup kembali? Jawabannya ialah tidak
Untuk menekankan fakta ini, Allah berbicara tentang sebuah lautan api, api yang tidak dapat dipadamkan, penghukuman kekal, tentang ulat yang tidak akan mati, dan asap dari siksaan mereka membumbung ke atas untuk selamanya. Semua ungkapan ini berhubungan dengan kematian kedua, lautan api. Ungkapan api, penghukuman, asap, dan ulat yang kekal, menunjukkan bahwa tidak akan pernah ada kehidupan lagi.
Ungkapan-ungkapan ini menunjukkan bahwa hal itu merupakan jaminan mutlak bahwa tidak akan pernah ada lagi kehidupan bagi mereka yang belum diselamatkan. Faktanya ialah bahwa mereka seutuhnya terbakar sehingga tidak ada kemungkinan mereka bisa hidup kembali. Konsep penghentian dari eksistensi orang-orang yang tidak diselamatkan ditekankan dalam banyak ayat Alkitab, seperti misalnya dalam bagian-bagian berikut ini.
Nahum 1:6,8: "Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap."
Maleakhi 4:1: "Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka."
1.Siksaan dari orang yang belum diselamatkan sementara mereka mendengar Injil yang sejati (Wahyu 11:10).
2.Siksaan sebagai dampak dari penderitaan suatu penyakit (Matius 8:6; Matius 4:24).
3.Siksaan akibat disengat kalajengking (Wahyu 9:5).
4.Kata Yunani yang biasanya diterjemahkan sebagai "siksaan" juga diterjemahkan sebagai "mengalami kesulitan", ketika Alkitab berbicara tentang jiwa Lot orang benar yang "mengalami kesulitan" oleh karena dosa-dosa orang Sodom (2 Petrus 2:8).
5.Kata Yunani yang diterjemahkan "siksaan" juga diterjemahkan sebagai "kesedihan" (Lukas 2:48; Kisah Para Rasul 20:38).
6. Siksaan dengan api (Wahyu 14:10; Lukas 16:24).
Kita telah mempelajari bahwa akhir yang penghabisan dari proses penghakiman Allah adalah kematian. Konsep ini didukung sepenuhnya oleh Alkitab yang banyak menggunakan kata-kata seperti "binasa", "hancur", dan "penghancuran". Lagipula dapat kita perhatikan bahwa penggunaan kata seperti "kematian", "mati", dan "maut" dapat ditemukan lebih dari 1.300 kali di dalam Alkitab. Kalau begitu tidaklah mengherankan Alkitab menyatakan bahwa musuh terakhir yang harus dihancurkan ialah maut (1 Korintus 15:26).
" every knee should bow, of things in heaven, and things in earth, and things under the earth; And that every tongue should confess that Jesus Christ is Lord, to the glory of God the Father." (Philippians 2:10-11)
Pada hari yang terakhir ketika pengangkatan (rapture) terjadi, orang-orang akan dibangkitkan, sebagian akan bangun untuk mendapatkan hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan yang kekal. Bagi orang-orang percaya yang sejati kemuliaan mereka adalah pada hari pengangkatan, sewaktu kita diangkat ke atas awan-awan untuk beradabersama Kristus selama-lamanya.
Orang-orang yang percaya akan dibangkitkan sebagai suatu tubuh rohani yang baru yang sudah dipermuliakan dan tidak dapat binasa. Secara pasti semua orang-orang percaya yang pernah hidup akan dibangkitkan kepada hidup kekal di dalam langit yang baru dan bumi yang baru.
Disisi yang lain, tentang kebangkitan orang-orang yang tidak benar, kitab Kisah Para Rasul, Yohanes 5 dan Daniel 12 mengatakan bahwa orang yang diselamatkan akan dibangkitkan pada kehidupan, dan orang-orang yang tidak diselamatkan akan dibangkitkan pada penghakiman. Nah penghakiman apakah itu?
Mikhael adalah Kristus itu sendiri, Ia adalah sang Pemimpin besar itu, Ia bukan Penghulu malaikat, tetapi Ia adalah Pemimpin para pembawa pesan. Dan ungkapan "bangsamu yang akan terluput" menunjuk kepada umat pilihan atau "umat Israel rohani milik Allah" (Roma 2:28-29, Galatia 3:29). Orang-orang yang bangun untuk mendapat hidup yang kekal adalah orang-orang percaya sejati.
Dan orang-orang yang dibangkitkan untuk mengalami kehinaan yang kekal, bukan berarti bahwa mereka akan dibangkitkan untuk mendapatkan hidup. Kehinaan (dipermalukan) merupakan bagian yang besar dari peristiwa penghakiman yang akan terjadi atas orang-orang yang tidak diselamatkan.
Kitab Roma 10:11 menyatakan demikian:
"Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan [yaitu kehinaan yang kekal]."Mereka akan dihina di hadapan Allah dan para penghuni surgawi. Kubur-kubur mereka akan dibuka dan tubuh-tubuh mereka, atau apapun yang tersisa dari jasad mereka, akan dilemparkan ke luar dan diserakkan di bumi. Itulah kebangkitan yang dimaksud ketika berbicara mengenai kebangkitan dari orang-orang yang tidak benar.
Mereka sama sekali tidak akan dibangkitkan kepada kehidupan. Hal itu tidak diajarkan dimanapun di dalam Alkitab, dan sebenarnya pandangan tradisional tentang siksaan yang kekal juga tidak kita temukan di dalam Alkitab, karena yang Allah maksudkan adalah "kehinaan yang
kekal" bukan siksaan yang kekal.
Seperti misalnya di dalam kitab Yesaya pasal 66, orang-orang percaya yang sejati akan memandangi "bangkai" dari orang-orang yang tidak diselamatkan. Dan ungkapan "mereka akan keluar" sedang berbicara tentang orang-orang percaya sejati. Dalam kitab Yesaya 66:24 kita membaca demikian:
"Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan pinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup."Itu adalah gaya bahasa tentang kehinaan (dipermalukan), dan merupakan bagian dari proses penghakiman Allah yang telah Ia siapkan bagi orang-orang yang tidak diselamatkan. Ungkapan "ulat" disini menggambarkan "kehinaan yang kekal" (dipermalukan). Dan ungkapan "api yang kekal" digambarkan sebagai api yang membakar kota Sodom dan Gomora pada zaman dahulu. Kitab Yudas 1:7 menekankan demikian:
"sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang."Karena pada akhirnya Alkitab mengajarkan bahwa kematian dan neraka, atau kematian dan kubur, akan dicampakkan ke dalam lautan api. Dalam 1 Korintus 15:26 kita membaca demikian:"Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut."Kita telah mempelajari bahwa lautan api disebut sebagai "kematian kedua" dan hal itu menekankan bahwa orang yang tidak diselamatkan tidak akan pernah, tidak akan pernah lagi menjadi sadar kembali atau hidup kembali. Mereka akan musnah untuk selama-lamanya. Kata yang paling sering dihubungkan dengan penghakiman Allah atas dosa ialah "neraka".
Apa yang dapat kita pelajari dari Alkitab tentang kata ini? Dalam Perjanjian Lama, kata ini dapat ditemukan lebih dari 30 kali dan selalu dalam kata Ibrani "sheol". Kata ini diterjemahkan lebih dari 30 kali sebagai "kubur" dan tiga kali sebagai kata "liang kubur".
Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani "hades" biasanya diterjemahkan sebagai "neraka", tetapi juga dapat diterjemahkan sebagai "kubur". Lagi pula, beberapa kali, kata "neraka" berasal dari kata Yunani "gehenna" dan sekali dari kata Yunani "tartaroo".
Kata Ibrani "sheol" dan kata Yunani "hades" dapat diterjemahkan sebagai "neraka" atau sebagai "kubur", tergantung pada konteksnya. Pada saat-saat tertentu konteknya akan mengizinkan terjemahan yang manapun, yang menunjukkan hubungan yang erat dari kata "kubur" dan "neraka". Jadi kedua kata itu secara erat berhubungan dengan kematian.
Hal ini dapat dipahami ketika kita membaca, "Sebab upah dosa ialah maut" (Roma 6:23), dan "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati..." (Yehezkiel 18:20).
Hal itu sejalan dengan konsep yang diberikan dalam 1 Korintus 15:26 bahwa "Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut". Hal itu juga membuat kitab Wahyu 21:1 dapat dipahami, dan disitu kita membaca demikian:
"Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi."
Kata "laut" di dalam Alkitab sering digunakan sebagai sebuah gambaran atau lambang dari "neraka". Misalnya, 2000 babi, yang dirasuki oleh roh-roh jahat, mati dalam danau (Markus 5:13 dalam bahasa aslinya adalah laut). Ketika rencana penghakiman Allah telah selesai, tidak akan ada lagi kematian, tidak ada lagi neraka. Kematian dan neraka tidak akan ada lagi.
Demikianlah kita harus memahami bahwa neraka itu sama dengan kubur --, dan dalam hal itu kubur sepenuhnya disamakan dengan kematian. Kenyataan ini membawa kita kepada pertanyaan berikutnya: Apakah lautan api itu? Kita menemukan rujukan kepada lautan api dalam ayat-ayat berikut ini:
Wahyu 19:20: "Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh elerang."
Wahyu 21:8: "Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."
Wahyu 20:14,15: "Lalu maut [yaitu orang-orang yang sudah mati dan belum diselamatkan] dan kerajaan maut [yaitu orang-orang hidup yang belum diselamatkan] itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu."
Yang penting kitab Wahyu 20:14 menyatakan bahwa kematian dan neraka (atau kematian dan kubur) akan dicampakkan ke dalam lautan api. Ingatlah kita telah belajar dari 1 Korintus 15:26 bahwa "Musuh yang terakhir yang dibinasakan ialah maut". Namun di dalam ayat-ayat ini kita belajar bahwa maut kemudian akan dicampakkan ke dalam lautan api, yang selanjutnya disebut sebagai "kematian kedua" (Wahyu 20:14). Lagi pula, kita telah mempelajari dari Wahyu 21:1 bahwa ketika langit yang baru dan bumi yang baru diciptakan, lautan (yaitu neraka dan maut) tidak akan ada lagi.
Demikianlah, lautan api sudah berakhir untuk selama-lamanya. Perhatikanlah dengan seksama bagaimana ayat-ayat berikut ini telah ditulis:
Mazmur 31:17: "TUHAN, janganlah membiarkan aku mendapat malu, sebab aku berseru kepada-Mu; biarlah orang-orang fasik mendapat malu dan turun ke dunia orang mati dan bungkam [yaitu kematian kedua]."
Yesaya 38:18: "Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepada-Mu, dan maut tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang turun ke liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaan-Mu."
Dan kitab Yohanes 3:16 menjelaskan demikian:
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa [yaitu tidak mengalami kematian kedua], melainkan beroleh hidup yang kekal."
Sedangkan untuk dibakar dengan api berkaitan dengan kitab 2 Petrus 3:10, dimana kita membaca:
"Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap."
Pembakaran dengan api yang yang menunjuk kepada kematian kedua dan berkaitan dengan lautan api. Itu adalah akhiran yang menjamin bahwa tidak pernah akan ada lagi kemungkinan apapun untuk hidup. Hal itu berkaitan dengan kata Yunani "gehenna" yang diterjemahkan sebagai "neraka". Misalnya kita membaca dalam Markus 9:43-44:
"Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka [gehenna], ke dalam api yang tak terpadamkan; [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]"
Api yang tidak pernah padam adalah lautan api. Rujukan kepada api dalam Alkitab berhubungan dengan kitab Ibrani 12:9, di mana Allah disebut sebagai "api yang menghanguskan". Ketika seseorang terbakar oleh api yang berasal dari Allah ini, orang itu tidak pernah dapat hidup kembali.
Kemudian, kita akan mempelajari bahwa dalam ungkapan "ulatnya tidak akan mati", kata "ulat" disamakan dengan rasa malu. Bahwa kematiannya bukan sekedar berarti bahwa orang yang tidak diselamatkan itu dihukum dengan rasa malu tetapi juga tidak pernah mungkin rasa malu itu dihilangkan. Demikian juga dengan ungkapan "apinya tidak akan padam", itu berarti bahwa ia tidak akan pernah hidup kembali.
Kita harus ingat bahwa di dalam Adam, umat manusia diciptakan untuk hidup selama-lamanya, walaupun dengan syarat-syarat tertentu. Akan tetapi, karena dosa, umat manusia menjadi tunduk pada kematian. Tetapi karena ia diciptakan dalam citra Allah untuk hidup selamanya, apakah mungkin bahwa pada suatu saat kelak di masa depan, setelah ia sendiri membayar atas upah dosa-dosanya, ia dapat hidup kembali? Jawabannya ialah tidak
Untuk menekankan fakta ini, Allah berbicara tentang sebuah lautan api, api yang tidak dapat dipadamkan, penghukuman kekal, tentang ulat yang tidak akan mati, dan asap dari siksaan mereka membumbung ke atas untuk selamanya. Semua ungkapan ini berhubungan dengan kematian kedua, lautan api. Ungkapan api, penghukuman, asap, dan ulat yang kekal, menunjukkan bahwa tidak akan pernah ada kehidupan lagi.
Ungkapan-ungkapan ini menunjukkan bahwa hal itu merupakan jaminan mutlak bahwa tidak akan pernah ada lagi kehidupan bagi mereka yang belum diselamatkan. Faktanya ialah bahwa mereka seutuhnya terbakar sehingga tidak ada kemungkinan mereka bisa hidup kembali. Konsep penghentian dari eksistensi orang-orang yang tidak diselamatkan ditekankan dalam banyak ayat Alkitab, seperti misalnya dalam bagian-bagian berikut ini.
Nahum 1:6,8: "Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap."
Maleakhi 4:1: "Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka."
Yesaya 10:23: "Sungguh, kebinasaan yang sudah pasti akan dilaksanakan di atas seluruh bumi oleh Tuhan, TUHAN semesta alam."Lagi pula, ungkapan "binasa" digunakan kira-kira 100 kali dalam Perjanjian Lama dan kira-kira 30 kali dalam Perjanjian Baru. Dan dalam setiap ayat, hal itu menekankan suatu penghentian dari hidup. Misalnya kitab Ayub 4:20 menyatakan demikian:
"Di antara pagi dan petang mereka dihancurkan, dan tanpa dihiraukan mereka binasa untuk selama-lamanya."Selanjutnya bentuk-bentuk dari kata "hancur" dan "penghancuran" digunakan lebih dari 500 kali dalam Alkitab. Di pihak lain, kata "siksaan" sama sekali tidak ditemukan dalam Perjanjian Lama, dan hanya 22 kali dalam Perjanjian Baru. Dan kita akan menemukan bahwa dalam konteks dimana kata "siksaan" ini digunakan berada dalam rangka ayat-ayat berikut ini:
1.Siksaan dari orang yang belum diselamatkan sementara mereka mendengar Injil yang sejati (Wahyu 11:10).
2.Siksaan sebagai dampak dari penderitaan suatu penyakit (Matius 8:6; Matius 4:24).
3.Siksaan akibat disengat kalajengking (Wahyu 9:5).
4.Kata Yunani yang biasanya diterjemahkan sebagai "siksaan" juga diterjemahkan sebagai "mengalami kesulitan", ketika Alkitab berbicara tentang jiwa Lot orang benar yang "mengalami kesulitan" oleh karena dosa-dosa orang Sodom (2 Petrus 2:8).
5.Kata Yunani yang diterjemahkan "siksaan" juga diterjemahkan sebagai "kesedihan" (Lukas 2:48; Kisah Para Rasul 20:38).
6. Siksaan dengan api (Wahyu 14:10; Lukas 16:24).
Kita telah mempelajari bahwa akhir yang penghabisan dari proses penghakiman Allah adalah kematian. Konsep ini didukung sepenuhnya oleh Alkitab yang banyak menggunakan kata-kata seperti "binasa", "hancur", dan "penghancuran". Lagipula dapat kita perhatikan bahwa penggunaan kata seperti "kematian", "mati", dan "maut" dapat ditemukan lebih dari 1.300 kali di dalam Alkitab. Kalau begitu tidaklah mengherankan Alkitab menyatakan bahwa musuh terakhir yang harus dihancurkan ialah maut (1 Korintus 15:26).
" every knee should bow, of things in heaven, and things in earth, and things under the earth; And that every tongue should confess that Jesus Christ is Lord, to the glory of God the Father." (Philippians 2:10-11)
No comments:
Post a Comment