" ... barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yohanes 11:25)
Dalam ayat ini Tuhan Yesus sedang berbicara tentang orang-orang percaya yang sejati, dan kata Yunani untuk ungkapan "sudah mati" adalah apothnesko (G599). Ungkapan ini menunjukkan bahwa mereka "telah" mati pada masa yang lampau. Jadi hal ini menunjuk kepada fakta bahwa pada dasarnya seluruh umat manusia adalah "mati secara rohani" karena mereka memberontak terhadap Tuhan, dan Tuhan sudah mengutuk seluruh umat manusia dan bumi ini di Taman Eden (Kejadian 3). Ingatlah bahwa kita menyebut kondisi tersebut sebagai "kematian pertama" walaupun istilah ini tidak digunakan di dalam Alkitab.
Akan tetapi, sewaktu Tuhan memberikan orang-orang pilihan-Nya "kebangkitan jiwa yang sama sekali baru" atau "hati yang baru", Tuhan berkata dalam kitab Yohanes 11:25 bahwa sebetulnya mereka "sudah mati" pada masa yang lalu, dan mereka "akan hidup" pada masa yang mendatang karena mereka telah diberikan hidup yang kekal. Setiap dari orang-orang ini telah menjadi "mahluk yang baru" (ciptaan yang baru) di dalam Roh Kristus (Roh Kudus = Roh Tuhan), seperti yang kita baca dalam kitab 2 Korintus 5:17 demikian:
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang [yaitu semuanya telah menjadi sama sekali baru seperti halnya seorang anak yang baru dilahirkan]."
Tuhan Yesus juga menggunakan kata apothnesko (G599) sebagai ungkapan "telah mati" dalam kitab Yohanes 6:48-51 dimana Ia berkata demikian:
"Akulah roti hidup [yaitu Yesus sebagai roti rohani]. Nenek moyangmu telah makan manna [yaitu roti secara harafiah] di padang gurun dan mereka telah mati [apothnesko]. Inilah roti yang turun dari sorga [yaitu Firman Kristus]: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
Sangat jelas sekali bahwa orang-orang Yahudi yang sedang berbicara dengan Yesus pada waktu itu mengetahui kalau nenek moyang mereka dalam masa Perjanjian Lama telah mati secara fisik. Jadi disini Tuhan menggunakan gaya bahasa simbolis untuk menjelaskan bahwa nenek moyang mereka, yaitu bangsa Israel kuno, kebanyakan dari mereka "masih mati secara rohani" (atau belum diselamatkan), karena upacara-upacara keagamaan yang mereka lakukan sendiri bagaimanapun terlihat kudusnya hal tersebut tidak dapat menyelamatkan mereka.
Mereka hanya makan roti (manna) secara fisik di padang gurun, bukan "roti rohani" atau "roti kehidupan" yang menunjuk kepada Tuhan Yesus Kristus yang merupakan "satu-satunya" yang dapat memberikan hidup yang kekal. Dalam kitab Yohanes 6:35 kita membaca demikian:
"Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi."
Bahkan Kristus adalah "anak domba" yang telah disembelih sejak sebelum dunia dijadikan seperti yang kita baca dalam kitab Wahyu 13:8:
"Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya [yaitu menyembah binatang atau si Iblis], yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih."
Dan ayat yang pararel dalam kitab Wahyu 17:8 menyatakannya demikian:
"Adapun binatang yang telah kaulihat itu, telah ada, namun tidak ada [yaitu diikat pada peristiwa kayu salib dan pada akhir zaman], ia akan muncul dari jurang maut, dan ia menuju kepada kebinasaan. Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran, apabila mereka melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan muncul lagi [yaitu ia akan dilepaskan lagi untuk "sedikit" waktu lamanya pada akhir zaman -- Wahyu 20:3]."
Selanjutnya Yesus berkata pada bagian akhir dari kitab Yohanes 11:25 bahwa, "ia [yaitu orang yang percaya kepada-Nya] akan hidup". Kata Yunani untuk ungkapan "akan hidup" atau "zao" (G2198), adalah bentuk pernyataan yang digunakan untuk menunjuk kepada peristiwa yang akan terjadi di masa depan, yang adalah kata yang umum untuk menunjuk kepada ungkapan "untuk hidup"; dan di dalam konteks-nya itu juga berarti "untuk hidup selama-lamanya" yang merupakan referensi kepada kehidupan yang kekal.
Tuhan Yesus juga berbicara tentang mereka-mereka yang "hidup" secara kontras dengan mereka-mereka yang "mati" dalam kitab Matius 22:31-32 demikian:
"Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."
Sekarang kita telah mempelajari bahwa sesungguhnya ungkapan "orang-orang mati" (nekros) menunjuk kepada orang-orang yang masih hidup secara fisik tetapi mereka belum diselamatkan, dan ungkapan "orang-orang hidup" (zao) menunjuk kepada orang-orang yang sudah diselamatkan karena mereka telah menerima anugrah kebangkitan jiwa yang baru. Akan tetapi sebenarnya, orang-orang percaya yang sejati sebelumnya adalah bagian dari "orang-orang yang mati" tersebut, dan kemudian pada suatu saat yang Tuhan tentukan mereka "dihidupkan" (anazao:G326).
Kita juga melihat kata "anazao" muncul sebagai ungkapan "hidup kembali" dalam kitab Roma 14:9 yang kita baca demikian:
"Sebab untuk itulah Kristus telah mati [, bangkit - KJV] dan hidup kembali [anazao:326], supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup."
Dan kata Yunani untuk ungkapan "menjadi Tuhan" yang digunakan disini sebenarnya adalah kata "kurieuo" (G2961) yang memiliki ide bahwa Kristus "memiliki kekuasaan atas" atau "memerintah atas" seluruh umat manusia -- baik yang belum diselamatkan maupun yang sudah diselamatkan.
Kristus adalah "RAJA DARI SEGALA RAJA DAN TUAN DARI SEGALA TUAN" [katakurieuo:G2634] seperti yang kita baca dalam kitab Wahyu 17:14:
"Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja [katakurieuo]. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."
Dan Wahyu 19:16 menambahkan demikian:
"Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan."
Yesus seringkali menyebut diri-Nya dengan ungkapan "Anak Manusia" karena sebagai "Adam yang akhir" Ia mewakili umat manusia yang Ia datang untuk Ia selamatkan, dan Ia telah menderita penderitaan "rohani" yang setara dengan kutukan yang kekal (yang dimulai pada hari Kamis malam di Taman Eden). Dalam kitab 1 Korintus 15:45-47 kita membaca demikian:
"Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir [yaitu Kristus] menjadi roh yang menghidupkan. Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah [yaitu Adam sebagai gambaran dari umat manusia]; kemudian barulah datang yang rohaniah [yaitu Kristus]. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua [yaitu Kristus] berasal dari sorga."
Karena "upah dosa ialah maut", yaitu kutukan yang kekal (Roma 6:23), maka Tuhan Yesus harus mati di dalam keberadaan jiwanya tetapi Ia dibangkitkan kembali dari kematian. Itulah sebabnya mengapa kitab Roma 14:9 berkata bahwa Kristus "hidup kembali" (anazao:G326). Dan peristiwa ini telah dinubuatkan ribuan tahun sebelumnya dalam kitab Perjanjian Lama di kitab Mazmur 16:10-11 yang kita baca demikian:
"sebab Engkau [yaitu Allah Bapa] tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati [yaitu maut yang kekal], dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan [yaitu maut yang kekal]. Engkau memberitahukan kepadaku Jalan Kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."
No comments:
Post a Comment