Dalam suatu taklim bersama Allahuyarham Ustadz Rahmat Abdullah awal medio 1990-an di pinggiran Jakarta, dengan suara perlahan namun intonasi yang tegas, beliau berkata, "Hindarilah penggunaan istilah 'Timur Tengah' dalam tulisan dan keseharian. Pakailah istilah 'Dunia Arab'. Kedua istilah ini mengandung ideologi yang amat berbeda."
"Istilah Timur Tengah yang banyak dipakai media massa negeri ini untuk menyebut Jazirah Arab," ujarnya, "...sesungguhnya secara implisit memasukkan dan mengakui adanya 'Zionis-Israel' sebagai kaum yang memiliki hak hidup di Arab. Secara ideologis kita turut mengamini adanya penjajahan mereka terhadap bangsa Palestina. Padahal secara akidah Islam, hal ini tentu tidak bisa dibenarkan. Sebab itu, kita seharusnya mengembalikan istilah asli wilayah ini dengan sebutan 'Jazirah Arab' atau 'Dunia Arab'. Dengan digunakannya istilah asli ini, maka keberadaan Zionis di Palestina menjadi haram, ilegal. Ini adalah sikap ideologis yang benar yang harus dimiliki setiap aktivis dakwah."
Di lain waktu dan tempat, dalam taklim bersama Ustadz Abu Ridho, beliau juga menyinggung hal yang lebih kurang sama. Beliau antara lian berkata jika di dalam keseharian, kita seharusnya menggunakan istilah 'Zionis-Israel'. Baik dalam tulisan maupun perkataan. Ini untuk mempertegas sikap pembelaan kita terhadap bangsa Palestina dan membuka mata dunia jika Israel yang sekarang ini adalah Israel yang sangat rasis dan harus dilawan.
Pemaparan Ustadz Rahmat Abdullah dan Ustadz Abu Ridho yang jelas dan tegas seperti di atas terngiang kembali manakala suara organisasi massa Islam, dan juga partai politik yang memanfaatkan label Islam, terpecah menyikapi rencana perayaan HUT Zionis Israel ke-63 di Jakarta, 14 Mei 2011.
Front Pembela Islam (FPI) secara tegas mengecam dan menolak rencana ini. Bahkan FPI telah bertekad untuk melakukan aksi sweeping rencana yang bertentangan dengan pembukaan UUD 1945 ini.
Hal serupa dikemukakan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), KH. Hasyim Muzadi yang mengatakan sebaiknya kelompok Yahudi Indonesia membatalkan rencana itu. "Lebih baik tidak ada, daripada membuat kontroversi. Bukannya saya keras itu tidak boleh, tapi kontroversi itu (akan) membuat repot pemerintah," ujar Hasyim Muzadi di Jakarta (11/5). Namun jika mereka ngotot, Hasyim mengatakan dia tidak bisa mencegah dan pihak penyelenggara harus menerima resikonya sendiri. "...kan dia sudah tahu itu kontroversi, makanya ada risikonya membuat itu."
Berbeda dengan FPI dan KH. Hasyim Muzadi, Gerakan Pemuda Islam (GPI), seperti yang dikatakan Sekretaris Jenderal GPI Tubagus Muhammad Solehudin, malah menyatakan rencana peringatan HUT Zionis Israel di Jakarta itu tidak perlu dipermasalahkan. "Kalau diperbolehkan oleh pemerintah silakan, asalkan tidak mengganggu ketertiban umum, tidak masalah," ujar Tubagus Muhammad Solehudin, di Markas GPI Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut Soleh, keberadaan orang Yahudi di Indonesia terus berkembang, dan tidak bisa dirahasiakan lagi. "Sebagian masyarakat di Jakarta sudah mengetahui orang Yahudi yang berkerja di Jabotabek," tuturnya seraya berpesan agar para penganut Yahudi di Indonesia mendesak Israel menghentikan aksi kekerasannya di Palestina. Sebuah himbauan yang utopis, jika tidak dikatakan sebagai ahistoris.
Senada dengan Solehudian, Nasir Jamil juga tidak mempermasalahkan rencana itu. "Kalau mereka merayakannya di tempat tertutup dan hanya untuk komunitas mereka sendiri, saya pikir masih bisa ditolerir," ujar politisi dari PKS yang pernah mengutip Injil Matius untuk memperkuat argumennya ini.
Tiga Hal Penting
Dalam berbagai wawancaranya, Unggun Dahana yang menjadi inisiator acara perayaan HUT Israel di Jakarta mengklaim jika perayaan "kemerdekaan Israel" merupakan gerakan umat Kristiani untuk mendukung Israel dan Yahudi secara terbuka. "Di samping itu, kami juga sangat mendukung dibukanya jalur perdagangan antara Indonesia dan Israel," ujarnya.
Unggun juga membenarkan jika acara ini merupakan langkah awal dari gerakan umat Kristen Indonesia untuk mendukung Israel dan Yahudi secara terbuka. "Selama ini umat Kristen takut-takut. Dengan cara ini saya menghimbau untuk mendukung Yahudi dan Israel secara terbuka. Mendukung perdagangan Israel dan Indonesia," ujar Unggun.
Selain itu, acara kontroversial ini juga akan dihadiri oleh utusan dari Komunitas Yahudi di Singapura dan diliput oleh jurnalis Israel yang akan datang langsung ke Jakarta.
Ada beberapa hal yang bisa dikritisi dari pernyataan Unggun Dahana, di antaranya:
- Pertama, pernyataan tentang istilah "Kemerdekaan Israel",
- Kedua, klaim dia tentang gerakan umat Kristiani mendukung Israel dan Yahudi secara terbuka,
- Ketiga, adanya Singapore-Jews Connection dan juga hadirnya jurnalis Israel yang akan meliput perayaan ini.
- Ketiga hal di atas akan dipaparkan satu-persatu dalam tulisan ini agar kita semua dapat memahami dengan benar, mendudukkan sesuatu sesuai dengan kapasitasnya, dan tidak salah dalam menilai kasus ini.
Istilah "Kemerdekaan Israel"
Unggun Dahana dan para kolaborator Zionis-Israel lainnya, termasuk Abdurrahman Wahid, sering menggunakan istilah "Kemerdekaan Israel". Yang jadi pertanyaan, "Kapan Israel pernah dijajah?" Di sini, siapa yang menjajah dan siapa yang dijajah harus didudukan secara jelas dan benar.
Mari kita telusuri apa dan bagaimana sesungguhnya "Negara Israel" terbentuk.
Apa yang dinamakan sebagai "Negara Israel" memiliki akar sejarah yang sangat panjang. Namun satu hal yang harus ditekankan, jika Tanah Palestina yang sekarang diklaim secara sepihak menjadi wilayah Israel, dulunya disebut sebagai Tanah Kana'an dan bangsa asli yang mendiami wilayah itu dinamakan sebagai bangsa Filistin atau Palestina. Dari sebutan ini saja sudah bisa dibuktikan jika pemilik sah dari tanah ini adalah bangsa Palestina, bukan Israel. Namun kaum Zionis sering mengemukakan dalilnya sendiri, terkait hal ini.
Unggun "Samuel" Dahana dan para kolaborator Zionis-Israel lainnya, termasuk Abdurrahman Wahid, sering menggunakan istilah "Kemerdekaan Israel". Yang jadi pertanyaan, "Kapan Israel pernah dijajah?" Di sini, siapa yang menjajah dan siapa yang dijajah harus didudukan secara jelas dan benar.
Mari kita telusuri apa dan bagaimana sesungguhnya "Negara Israel" terbentuk.
Berlindung Dibalik Klaim Agama
Dasar pendirian negara Israel berawal dari kata-kata Nabi Musa dalam 'kitab Perjanjian Lama', bahwa Tuhan "menganugerahkan" tanah Israel untuk orang-orang Yahudi dan tanah tersebut akan menjadi milik mereka untuk selama-lamanya.
Lalu ada pula cerita mengenai persebaran kaum Yahudi (Diaspora), yang konon katanya terjadi setelah kaum Yahudi memberontak terhadap pasukan Romawi pada abad pertama dan kedua. Oleh karena itu, kaum Yahudi kemudian "diasingkan" dari tanah Israel dan kemudian menyebar di wilayah Eropa, terlunta-lunta, dan nasibnya semakin mengenaskan karena dibantai Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Setelah berabad-abad berdoa agar dapat kembali ke Palestina, kaum Yahudi akhirnya bisa kembali ke Tanah Palestina setelah mengalahkan pasukan Arab di sana dan mendirikan Israel pada tahun 1948. Semua kisah ini bersumber dari literatur Yahudi dan dijadikan dalil utama berdirinya negara Israel sebagai negara Yahudi di Tanah Palestina.
Namun jarang sekali orang yang mempertanyakan, apakah kaum Zionis-Yahudi itu benar-benar berasal dari bangsa Yahudi yang dipimpin Musa keluar dari Mesir dan pernah menguasai Tanah Palestina dalam suatu masa sebagaimana dikisahkan dari Kitab Raja-Raja? Lantas, siapakah "Yahudi Khazar" itu yang menjadi pionir, tulang punggung, atau motor penggerak dari gerakan Zionisme Internasional yang mengklaim jika Tanah Palestina merupakan Tanah Yang Dijanjikan bagi kaum Yahudi?
Khazar, Yahudi Jadi-Jadian
Untuk mengetahui lebih jauh tentang "Yahudi Khazar", salah satunya kita harus melihat sebuah buku karya seorang Khazar dari Inggris bernama Arthur Koestler yang berjudul "The thirteenth tribe - The Khazar Empire And Its Heritage" (Suku Bangsa Ketiga Belas – Imperium Khazar dan Warisannya), yang diterbitkan oleh Random House, New York. Konon, sekarang buku ini sudah sangat sulit ditemukan.
Koestler menulis jika nenek moyang bangsa Khazar sendiri berasal dari campuran bangsa Mongol, Turki, dan Finlandia. Di abad ke-3 Masehi, mereka telah berjaya di wilayah Persia dan Armenia. Lalu pada abad ke-5 Masehi, mereka berada di antara gerombolan perusak Attila dari Hun. Setengah abad sebelum Islam muncul di Jazirah Arab, bangsa Khazar yang hidupnya memang selalu berpindah mulai menetap di Utara Kaukasus, antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, dengan ibukota di hulu Sungai Volga yang mengalir ke Laut Kaspia, dalam rangka mengkontrol lalu lintas sungai. Mereka memungut pajak 10% dari tiap kapal yang melintas dan akan membantai siapa pun yang menolaknya.
Kerajaan Khazar yang sangat brutal menjadi besar di wilayah ini dan terus memperluas wilayah kekuasaannya, dengan melakukan ekspansi dan menaklukkan suku Slavia yang cinta damai. Imperium Khazar juga menaklukkan Kiev.
Pada tahun 740 Masehi, kekuatan Khazar sudah sedikit melemah. Wilayah kekuasaannya dihimpit oleh dua kekuatan besar yakni Byzantium dan Muslim. Agar tetap aman, Khazar dihadapkan pada dua pilihan, menjadi Muslim atau Kristen. Namun Kaisar bangsa Khazar, Khakan, telah mengetahui jika ada agama yang ketiga selain Kristen dan Islam, yakni Yahudi. Ketimbang memilih kedua agama itu, Khakan lebih memilih Judaisme dan menyatakan mereka sebagai Yahudi.
Dalam satu malam, bangsa Khazar yang brutal dan sangat gemar berperang berubah menjadi bangsa Yahudi. Kerajaan Khazar mulai dideskripsikan sebagai 'Kerajaan Yahudi' oleh sejarawan pada waktu itu. Penerus penguasa Khazar mengambil nama Yahudi, dan selama akhir abad ke-9 kerajaan Khazar menjadi tempat berlindung yang ramah bagi kaum Yahudi yang ada di berbagai wilayah Eropa. Walau demikian, kebrutalan sebagai watak asli bangsa Khazar tidak pernah hilang.
Pada abad ke-8 Masehi, muncul kekuatan baru yang berasal dari sungai besar Dnieper, Don, dan Volga, yang dikenal sebagai bangsa Viking, yang juga disebut sebagai kaum Varancians atau juga disebut sebagai bangsa Rus. Bangsa ini merupakan bangsa pengelana dan pejuang yang gigih, namun nasib baik mungkin belum berpihak kepada bangsa yang baru muncul ini karena selalu saja kalah perang melawan Khazar.
Di tahun 862, seorang pemimpin bangsa Rus bernama Rurik membangun kota Novgorod. Dari sinilah lahir bangsa Rusia yang kemudian berdiam di antara suku bangsa Slavonic yang berada di bawah kekuasaan Khazar. Perjuangan bangsa Viking kemudian berubah menjadi perjuangan rakyat untuk merdeka dari penjajahan bangsa Khazar.
Satu abad kemudian setelah berdirinya kota Novgorod, seorang pemimpin bangsa Rusia bernama Prince Vladimir of Kiev menyatakan diri memeluk agama Kristen. Ini terjadi pada tahun 989. Orang ini sangat aktif di dalam misi Salib dan sekarang oleh sejarah Rusia dia dikenal dengan nama 'Saint Vladimir'. Ini menandai kekristenan Rusia sudah dimulai sejak seribu tahunan silam.
Kepindahan agama Vladimir ternyata juga menghantarkan Rusia bersekutu dengan Kekaisaran Byzantium. Karena memiliki kepentingan yang sama untuk menaklukkan Khazar, maka mereka bersekutu. Pada tahun 1016, kekuatan gabungan bangsa Rusia dan Byzantium menyerang kerajaan Khazar dengan pasukan yang besar dan lengkap. Akibatnya Kekaisaran Khazar hancur-lebur. Kejayaan bangsa yang brutal dan gemar berperang ini akhirnya pudar. Kerajaan Khazar hilang dari catatan sejarah. Mereka banyak yang melarikan diri ke wilayah yang aman di Eropa. Kebanyakan akhirnya menetap dan berasimilasi dengan warga Eropa Timur, dimana mereka banyak yang menikah dengan bangsa Yahudi lain di sana.
Bergabungnya bangsa Khazar ke dalam komunitas Yahudi telah menambah watak kaum tersebut menjadi lebih brutal. Kaum Yahudi sejak lama memang telah dikenal sebagai kaum yang tidak bisa dipercaya karena berbagai pengkhianatan yang dilakukan, culas, selalu ingin menang sendiri, dan hanya mau mendengarkan suara kaumnya. Khazar mengubah Yahudi yang memang jahat menjadi bertambah jahat lagi.
Kita tentu tidak lupa bagaimana orang-orang Yahudi ini mengkhianati Musa yang telah menyelamatkan mereka dari kejaran tentara Firaun, namun mereka bukannya berterima kasih kepada Musa, melainkan membuang ajaran Taurat Musa dan menggantinya dengan menyembah Sapi Betina yang didasarkan pada kitab hitam Talmud. Kita tentu tidak lupa bagaimana orang-orang Yahudi ini membunuh banyak nabi, bahkan nabi dari kalangan mereka sendiri.
Dalam hal konsep Zionisme, Yahudi asli memang telah lama memilikinya. Hanya saja, para Rabbi Yahudi meyakini jika Zionisme atau Gerakan Kembali ke Bukit Zion hanya akan terjadi ketika Raja Yahudi sudah kembali datang ke tengah mereka dan memimpin kaum Yahudi untuk bisa ke sana. Konsep Zionis asli adalah konsep mesianik, bersifat pasif. Namun oleh Khazar hal ini diubah seratus delapan puluh derajat. Menurut Yahudi Khazar, gerakan kembali ke Bukit Zionis di Palestina jangan menunggu sampai datangnya Mesiah, namun orang-orang Yahudi harus merebutnya sendiri dengan cara apa pun, jika perlu dengan angkat senjata.
Inilah konsep Zionisme yang ada dewasa ini. Bangsa Khazar memang mempunyai dendam kesumat terhadap orang Kristen karena mereka menganggap runtuhnya Imperium Khazar disebabkan serbuan Byzantium dan Kristen Rusia. Berabad kemudian dendam yang sama yang dipelihara oleh Ksatria Templar terhadap Gereja.
Dengan kecerdikan luar biasa, bermodalkan emas, orang-orang Khazar menyusup ke berbagai lini kekuasaan Eropa. Mereka inilah yang menjadi motor bagi gerakan konspirasi Yahudi. Mereka berada di belakang Talmud, berada di belakang dikorbarkannya Perang Salib, di belakang berbagai revolusi, di belakang berbagai penguasaan bank sentral, dan sebagainya.
Kaum Yahudi Khazar menyelenggarakan Konferensi Zionis Internasional I di Basel, Swiss, tahun 1897. Acara itu menobatkan Theodore Hertzl sebagai Ketua Gerakan Zionis Dunia. Agenda yang disahkan adalah apa yang telah ditulis Rothschild pada tahun 1773, dan menciptakan Tanah Yerusalem sebagai Negara Israel Raya. Padahal, saat itu Tanah Yerusalem hanyalah bagian kecil dari wilayah yang disebut sebagai Bumi Filistin atau Palestina, yang berada di bawah kekhalifahan Turki Utsmaniyah.
Hertzl tahu itu. Dia mencoba menyuap Sultan Hamid, Khalifah Turki Utsmani, agar mau menyerahkan Tanah Palestina kepada kaum Zionis. Namun Sultan Hamid dengan gagah menolaknya. "Selama nafasku masih ada, tidak akan penah kuberikan sejengkal pun tanah suci itu kepada kalian wahai Yahudi," tegasnya. Sejarah telah mencatat, gagal dengan cara halus, akhirnya Zionis Yahudi main kasar. Lewat berbagai konspirasi, Turki Utsmani pun hancur pada Maret 1924.
Pada tahun 1940-an mereka menciptakan monster bernama Adolf Hitler dengan gerakan Nazi-nya yang memiliki ideologi yang sebangun dengan ideologi Zionisme. Monster Hitler dengan Nazi-nya ini bertugas mengusir banyak-banyak kaum Yahudi dari Eropa, agar mereka mau pindah ke Tanah Palestina. Perang Dunia I dan II sesungguhnya hanyalah upaya dekonstruksi peta demografi, terutama di Eropa dan Palestina. Dan sejarah juga telah mencatat bagaimana akhirnya kaum Zionis Yahudi ini berhasil mencaplok Tanah Palestina, dengan bantuan Inggris dan kawan-kawan. Bangsa Palestina yang merupakan pemilik yang sah Tanah Palestina diusir dan diteror. Penjajahan yang dilakukan Zionis Yahudi atau Zionis Israel ini terus berlangsung sampai sekarang.
Apa yang dinyatakan dengan istilah "Kemerdekaan Israel" seperti yang diucapkan Unggun "Samuel" Dahana, Muhammad Nur "Benjamin" Ketang, dan para kolaborator Zionis lainnya, sesungguhnya adalah hari terusirnya Bangsa Palestina dari tanah hak miliknya sendiri, hari dimana Bangsa Palestina dibantai, hari di mana perempuan-perempuan Palestina diperkosa, hari dimana bayi-bayi Palestina dibunuh dan dibuang begitu saja ke dalam api yang berkobar-kobar. Kebiadaban inilah yang mereka rayakan dengan suka cita.
Kristen dan Zionisme
Pernyataan kedua yang dikatakan para kolaborator Zionisme tersebut adalah klaim jika umat Kristiani mendukung Zionisme Israel secara terbuka. Benarkah itu?
Adalah menjadi satu pertanyaan besar saat ini, mengapa aras utama umat Kristiani Dunia di dalam aspirasi politiknya sekarang cenderung satu suara, satu tujuan, satu sikap, dengan kaum Zionis-Israel seperti yang diperlihatkan dengan begitu baik dalam acara solidaritas Israel-Amerika bertajuk Stand With Israel yang digagas tokoh Gedung Putih Zionis-Yahudi bernama Paul Wolfowitz pada tahun 2002 lalu? Atau mengapa ketika Gereja Nativity di Betlehem, Palestina, sebuah gereja tersuci dalam agama Kristen karena diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus, dikepung dan ditembaki tentara Zionis-Israel, umat Kristen dunia diam dan tidak menunjukkan reaksi apa pun?
Kedekatan Dunia Kristen dengan kaum Zionis kini berasal dari sebuah infiltrasi dan rekayasa ideologis yang telah dilakukan lama sekali oleh kaum Yahudi. Sejarah mencatat, betapa dulu, kedua pihak ini—Yahudi dan Kristen—memiliki sejarah konflik yang sangat keras dan berdarah-darah. Bahkan Yesus pernah dikejar-kejar penguasa Romawi untuk dibunuh gara-gara pengkhianatan seorang Yahudi. Beberapa peristiwa di masa silam seperti Dewan Inkuisisi di Spanyol dan Portugis, juga memperlihatkan betapa kerasnya Gereja memusuhi kaum Yahudi. Namun dalam sejarah kita juga menemukan beberapa peristiwa yang aneh yang membuat kita berpikir bahwa sebenarnya Gereja itu amat dekat dengan kaum Zionis. Mengapa itu bisa terjadi?
Kedekatan Zionis Yahudi dengan Kekristenan sekarang sesungguhnya hasil dari suatu penyusupan yang dilakukan kaum Yahudi ke dalam Gereja. Mereka menguasai Gereja dengan menjadi pendeta dan menghancurkan nilai-nilai asasi Gereja dari dalam.
Salah satu yang dicatat sejarah adalah apa yang diperbuat Pemimpin Tertinggi Kaum Yahudi di Istambul. Dalam surat balasannya, 24 Juli 1489, kepada Rabbi Shamur dan komunitas Yahudi di Perancis yang sedang ditindas oleh Raja dan Gereja, dia menyatakan agar orang-orang Yahudi segera memeluk Kristen sebagai kamuflase dan menghancurkan agama itu dari dalam. Mereka memenuhi Gereja agar bisa menjadi pemimpin-pemimpinnya dan kemudian menghancurkan nilai-nilai asasi dari Gereja dan menggantinya dengan nilai-nilai serta keyakinan Kabbalis mereka sendiri. Tentu saja, semua ini dilakukan dengan penuh kerahasiaan.
Salah satu hal yang paling mendasar untuk menaklukkan dan menunggangi Gereja dan umatnya adalah dengan merusak kitab suci umat Kristen itu sendiri. Untuk tugas ini, kaum Yahudi menyusupkan agennya bernama Paulus merapat ke Yesus sehingga dikenal sebagai Santo (orang suci) Paulus. Siapa sebenarnya Paulus?
Agar tidak mendapat kesangsian dari umat Kristen, maka untuk mengetahui siapa Paulus sesungguhnya hendaknya juga diambil dari sumber mereka sendiri yakni kitab suci Injil. Hindun al-Mubarak dengan cermat telah melakukan penelitian dan pengkajian terhadap Kitab Injil dan membuat Biodata Paulus yang cukup lengkap. Inilah kutipannya tentang Biodata Paulus:
- Nama : Paulus/Saulus (Gal.5: 2; Kis.13: 9)
- Tempat lahir : Tarsus, Kilikia (Kis.22: 3)
- Pekerjaan : Tuna Karya (Rm.15: 23)
- Jabatan : Mengaku Rasul buat bangsa bukan Yahudi (Rm. 11: 13; Ef. 3: 8; I Tim. 2: 7; Gal. 2: 7), Allah Bapa bagi umat Kristen (I Kor. 4: 15), Pendiri agama Kristen (Kis. 11: 26; I Kor. 9: 1-2).
- Disunat : pada hari kedelapan (Flp. 3: 5)
- Asal : Yahudi dari Tarsus (Kis. 21: 39; Kls. 22: 3)
- Keturunan : Orang Israel (Rm. 11: 1), Ibrani asli (Flp. 3: 5)
- Suku bangsa : Benjamin (Flp. 3: 5; Rm. 11: 1)
- Kewarganegaraan : Romawi (Kis. 22: 25-29).
- Dididik oleh : Gamalael (Kis. 22: 3)
- Agama : Yahudi tidak bercacat (Flp. 3: 6; Kis. 24: 14)
- Status : Tidak beristeri (I Kor. 7: 8)
- Pendirian : Orang Farisi (Flp. 3: 5)
- Kegiatan : Penganiaya pengikut Jalan Tuhan sampai mati, ganas tanpa batas dan penghujat (Flp. 3: 6; Kls. 8: 1-3; 22: 4-5; 26: 10-11; Gal. 1: 13; I Tim. 1: 13; I Kor. 15: 8-9; Kis. 9: 1-2).
- Ciri khusus : Bersifat bunglon (I Kor. 9: 20-22; Kis. 23: 6), Punya kelainan (Rm. 7:15-26), Munafik (Kis. 21: 20-26; Flp. 3; 8-9; Gal. 5: 18; Rm. 6: 14; 7: 6; I Kor. 15: 55-56),
- Memberitakan kebenaran Allah dengan dusta (Rm. 3: 5-7), bergembira memberitakan Yesus walau dengan kabar palsu (Fil. 1: 18).
- Mengalami : Berbicara dengan Tuhan (I Kor.12: 8-9), kemaluan (Paulus) ditinju dan ditendang oleh Yesus (Kis. 9: 5).
- Akhir hayat : Mulutnya ditampar atas perintah Imam Besar (Kis. 23: 2), dijatuhi hukuman pancung oleh penguasa Romawi (Martyrs Mirror).
Itulah Paulus yang mendapat tempat istimewa di dalam kekristenan sekarang ini.
Belum cukup dengan Paulus, karena rupanya tidak semua orang Kristen mentaati Paulus ketimbang Yesus, maka Yahudi Talmudian memusnahkan semua Injil yang tidak mendukung kepentingannya. Alatnya adalah Konsili Nicea 325 M yang menghancurkan ratusan Injil yang tidak mengakui konsep ketuhanan Paulus dan hanya mengakui empat Injil yang semuanya mendukung Trinitas.
Dr. Muhammad Ataur Rahim yang meneliti sejarah kekristenan dan Yesus selama 30 tahun menyatakan bahwa pada abad pertama sepeninggal Yesus, murid-murid Yesus masih tetap mempertahankan ketauhidan secara murni. "Hal ini dapat dibuktikan dalam naskah The Shepherd (Gembala) karya Hermas, yang ditulis sekitar tahun 90 Masehi. Menurut Gereja, naskah itu termasuk kitab kanonik (yang dianggap suci). Di antara isi dari naskah tersebut berbunyi, 'Pertama, percayalah bahwa Allah itu Esa. Dialah yang menciptakan dan mengatur segalanya. Dia menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Dia meliputi segala sesuatu, tetapi dia tidak diliputi oleh apa pun...'" Bahkan menurut Theodore Zahn, sebagaimana dikutip EJ. Goodspeed di dalam Apostolic Fathers, sampai dengan sekitar tahun 250 Masehi, kalimat keimanan umat Kristen masih berbunyi, "Saya percaya kepada Allah yang Maha Kuasa."
Namun walau demikian, antara tahun 180 sampai dengan 210 Masehi, memang telah ada upaya-upaya untuk menambahkan kata "Bapa" di depan kata "Yang Maha Kuasa". Uskup Victor dari Zephysius mengutuk penambahan kata tersebut dan menganggapnya sebagai pencemaran kemurnian kitab suci.
Salah satu tokoh penentang Gereja Paulus adalah Uskup Diodorus dari Tarsus. Lucian, seorang pakar Injil merevisi kitab 'Septuaginta', sebuah Injil berbahasa Yunani, dan memisahkan segala hal yang diyakininya tidak benar. Setelah bekerja keras, akhirnya Lucian menghasilkan empat buah Injil yang menurutnya adalah Injil yang benar-benar bersih dan bisa dipercaya. Namun dalam Konsili Nicea 325 Masehi, keempat Injilnya itu termasuk ke dalam kelompok Injil yang dimusnahkan.
Walau demikian, Lucian tidak melupakan kaderisasi. Salah satu muridnya bernama Arius, yang akan menjadi tokoh terkemuka dalam mempertahankan kemurnian ajaran Yesus Kristus dari serangan Gereja Paulus. Arius meyakini, umat Kristen seharusnya mengikuti ajaran sebagaimana yang diajarkan Yesus, bukan Paulus. Yesus diutus Tuhan untuk melengkapi dan meluruskan kembali Taurat Musa, hanya itu. Guru Arius, Lucian, dieksekusi mati oleh Gereja Paulus pada tahun 312 Masehi.
Tigabelas tahun kemudian, Konsili Nicea digelar. Kaisar Konstantin akhirnya mengeluarkan empat buah keputusan resmi. Keputusan itu adalah :
Pertama, menetapkan hari kelahiran Dewa Matahari dalam ajaran pagan, tanggal 25 Desember, sebagai hari kelahiran Yesus.
Kedua, hari Matahari Roma menjadi hari Sabbath bagi umat Kristen, dengan nama Sun-Day, Hari Matahari (Sunday).
Ketiga, mengadopsi lambang silang cahaya yang berbentuk salib menjadi lambang kekristenan, dan
Keempat, mengambil semua ritual ajaran paganisme Roma ke dalam ritual atau upacara-upacara kekristenan.
Selepas Konsili Nicea, antara Athanasius (Kubu Trinitas) masih saja berhadapan dengan Arius (Kubu Unitarian). Namun dengan adanya kompromi politik dan juga ancaman dari Konstantin, maka Arius dan pengikutnya pun dikalahkan. Ketika itu ratusan Injil yang tidak sesuai dengan konsep Trinitas dimusnahkan. Bahkan Gereja mengancam, siapa pun yang masih menyimpan Injil yang dilarang maka mereka akan dikenai hukuman mati. Suatu ancaman yang tidak main-main. Konsili Nicea menjadi 'kemenangan besar' bagi Gereja Paulus.
Sesungguhnya, Athanasius sendiri sebenarnya juga meragukan konsep Trinitas. Ia pernah menyatakan, "Tiap berusaha memaksakan diri untuk memahami dan merenungkan konsep ketuhanan Yesus, saya merasa keberatan dan sia-sia. Hingga makin banyak menulis untuk mengungkapkan hal itu, ternyata hal ini tidak mampu dilakukan. Saya sampai pada kata akhir, Tuhan itu bukanlah tiga oknum melainkan satu. Kepercayaan kepada doktrin Trinitas itu sebenarnya bukan suatu keyakinan, tetapi hanya disebabkan oleh kepentingan politik dan penyesuaian keadaan di waktu itu."
Tahun 335 Masehi diadakan lagi Konsili di Tyre (sekarang masuk Lebanon). Di sini terjadi anti-klimaks. Athanasius dikutuk, dan kemudian disingkirkan ke Gaul. Arius bahkan diangkat menjadi Uskup Konstantinopel. Ini kemenangan bagi kaum Unitarian. Dua tahun setelah Konsili Tyre, Konstantin meninggal. Sepeninggal Konstantin, dua konsili lagi diselenggarakan: Konsili Antiokia tahun 351 Masehi dan Konsili Sirmium tahun 359 Masehi. Kedua konsili ini menetapkan bahwa keesaan Tuhan merupakan dasar kekristenan dan tidak mengakui konsep Trinitas.
Namun di luar, Gereja Paulus sudah berkembang dengan cepat di Eropa sehingga rakyatnya tidak menghiraukan hasil dua konsili ini.Tahun 387, Santo Jerome (dalam bahasa latin disebut sebagai Eusebius Hieronymus) menyelesaikan penulisan ulang Bibel Vulgate, Injil berbahasa latin pertama dan terlengkap, yang mencakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bibel Vulgate inilah yang kemudian dijadikan dasar bagi penulisan-penulisan Injil lainnya di Barat dan juga Dunia hingga hari ini. Vatikan pun aktif menghancurkan kembali semua Injil yang bukan berasal dari Jerome.
Secara diam-diam, kaum Yahudi Talmudian dan tentu saja Yahudi Khazar mengawal pertumbuhan Gereja, sehingga hanya Gereja Paulus saja yang berkembang. Namun mereka ini juga bermain di sisi yang berlainan. Saat Martin Luther dan gerakan protesnya mencuat, ordo ini menungganginya, juga dengan Calvinisme.
Lahirnya Judeo Christianity
Patut dicatat, kedua gerakan reformasi gereja ini sebenarnya tidak menyentuh akar kekristenan Gereja Paulus dan tetap menerima konsep Trinitas sebagai dasar keimanannya. Kaum Yahudi Talmudian percaya jika penafsiran dan penulisan Injil harus selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Sebab itu, ketika wacana negara Israel terangkat ke permukaan seperti yang dicetuskan dalam Kongres Zionis Internasional I di Basel Swiss tahun 1897, hampir secara bersamaan, kaum Yahudi ini pun melakukan penulisan ulang Injil versi King James yang menjadi Injil utama negara-negara berbahasa Inggris di dunia. Konspirasi memerintahkan agennya, Cyrus L. Scofield, melakukan tugas ini.
Cyrus Ingerson Scofield (lahir 19 Agustus 1843) adalah seorang veteran perang saudara Amerika. Dia sama sekali bukan ahli agama, pastor, atau pun sarjana. Scofield tak lebih dari seorang petualang yang pintar berbicara dan mudah meyakinkan orang. Tipikal orang seperti inilah yang kemudian dirasa cocok oleh kaum Zionis Yahudi untuk menjalankan misinya mengubah penafsiran umat Kristen terhadap Alkitab, yang mampu membawa rahasia ini ke dalam liang kuburnya. Latar belakang Scofield sendiri berasal dari keluarga yang berantakan, punya catatan kejahatan, dan sering menipu orang.
Pada awal abad ke-20, Scofield mulai memberikan catatan kaki pada Injil versi King James, Injil yang dipergunakan oleh negara-negara berbahasa Inggris, termasuk Amerika. Ayat-ayat di dalam Injil tersebut sama sekali tidak diganti, namun di bawahnya diberi banyak sekali catatan-catatan kaki yang seluruhnya berisi dukungan dan pembenaran bagi berdirinya negara Zionis-Israel di tanah Palestina. Catatan kaki itu bahkan lebih banyak daripada ayat Injil itu sendiri.
The Oxford University membayar Scofield yang disebutnya sebagai pastor dan menerbitkan Injil tersebut dengan jumlah yang teramat besar. Di tahun 1908 Scofield merampungkan kerjanya ini dan Injil versi King James yang telah ditulisi ratusan bahkan ribuan catatan kakinya itu disebut sebagai The Scofield Reference Bible, The Holy Bible. Oxford University Press menerbitkan Injil Scofield pada tahun 1909 dan melakukan promosi gila-gilaan sehingga Injil Scofield menjadi Injil paling laris di Amerika Serikat dan bahkan di dunia.
Di dalam Injilnya, Scofield sebenarnya meneruskan pandangan John N. Darby yang secara umum telah diterima oleh evangelikalisme arus utama dan fundamentalisme Protestan Amerika. Scofield Reference Bible kemudian menjadi Alkitab kaum fundamentalis Kristen di AS dan dunia.
Seorang murid Scofield yang paling berpengaruh, Lewis Sperry Chafer, di tahun 1924 mendirikan Dallas Theological Seminary, Sekolah Theologi Amerika yang begitu bersemangat membela pandangan dispensasionalisme pra-millenialis Darby dan Injil Scofield, dan yang jelas juga, mereka membela habis-habisan kepentingan Zionisme.
Para elit Zionis tidak saja memerintahkan Scofield 'menulis ulang' Injil, tetapi juga menyiapkan infrastrukturnya. Sesaat setelah terbitnya Injil Scofield, sejumlah gerakan Kristen evangelikal yang sedang tumbuh di Amerika segera menyambutnya dengan penuh semangat. Bahkan beberapa di antaranya tercatat sebagai anggota redaksi penulisan Injil Scofield ini. Injil baru ini pun kemudian menyebar di seantero Amerika dan juga Eropa, dipakai sebagai pegangan utama di gereja-gereja evangelikal, seminari, dan juga kelompok-kelompok studi Alkitab yang bertebaran di seluruh negeri.
Pendeta Billy Graham dan sejumlah pendeta-pendeta radikal yang memang dipersiapkan oleh elit Zionis Yahudi Internasional dengan penuh semangat mengkhotbahkan bahwa Injil Scofield merupakan Injil yang paling baik dari segi penafsiran. Kepada para jemaatnya, mereka menyatakan bahwa antara Kristen dengan kaum Yahudi itu satu kepentingan dan satu missi. Bahkan mereka, dengan mengutip ayat-ayat Injil secara serampangan, menyatakan siapa pun orang Kristen yang tidak mendukung Israel adalah terkutuk dan menentang kehendak Tuhan.
Dengan promosi besar-besaran dan didukung pabrik propaganda Yahudi Internasional, dari harian, majalah, bulletin, hingga radio, televisi, dan internet, serta kelompok-kelompok studi Alkitab yang banyak didirikan, secara perlahan namun pasti opini yang dikehendaki mereka pun terbentuk. Banyak sekali orang Amerika yang sekarang menganggap keberadaan Israel di tanah Palestina adalah sesuatu yang sah, sesuai dengan takdir Tuhan. Mereka kini mendukung Zionis-Israel tidak sekadar pertimbangan politik atau ekonomi, tetapi sudah menjadi bagian dari keyakinan keberagamaan mereka. Konspirasi Yahudi telah sangat berhasil mengubah opini warga Amerika, yang kemudian diikuti oleh gereja-gereja evangelikal di Eropa dan seluruh dunia.
Inilah sebabnya sekarang kita bisa dengan mudah melihat, begitu dekatnya dan setianya umat Kristen mendukung segala kebejatan dan kebiadaban yang dilakukan Israel, bahkan sekali pun pasukan Zionis itu menembaki gereja tempat Yesus dilahirkan. Injil Scofield merupakan Injil pijakan ideologis kelompok Judeo-Christian atau Zionis Kristen di Amerika dan juga dunia.
Sebagai conoh, beberapa catatan kaki buatan Scofield, yang tidak terdapat dalam Injil sebelumnya, adalah:
- Mereka yang menzalimi orang Yahudi niscaya akan bernasib buruk, (dan) mereka yang melindunginya akan bernasib baik. Masa depan akan membuktikan prinsip ini dengan cara yang luar biasa" (Catatan kaki 2, Genesis 12: 1)
- Tuhan telah berjanji pada suatu janji pemberkatan tanpa syarat kepada negara Israel untuk mewarisi suatu wilayah tertentu untuk selama-lamanya" (Catatan kaki 2, Genesis 12:1)
- Bagi suatu bangsa yang melakukan dosa berupa anti-semitisme—kepada mereka—akan menyebabkan penghukuman yang tidak bisa dielakkan" (Catatan kaki 3, Genesis 15: 1-7)
Freemasonry di Belakang Judeo Christianity
Awal mula terbentuknya kelompok Judeo-Christian atau Zionis-Kristen di AS, yang kini mainstream Kristen Amerika, berasal dari jejak Pendeta John N Darby yang berasal dari Gereja Skotlandia, sebuah denominasi dalam Gereja Anglikan dan pendiri Plymouth Brethen. Sejarah mengenal Skotlandia sebagai rumah asal para Freemasonry, setelah Skotlandia di masa kekuasaan Robert de Bruce menjadi tempat pelarian terbesar bagi Ksatria Templar yang dikejar-kejar pasukan gabungan Gereja dan Perancis.
Darby merupakan penggagas pertama doktrin dispensasionalisme pra-millennial. Bersama Pendeta Edward Irving, Darby sangat gencar mempromosikan dispensasionalisme pra-millennial dalam tahun 1824-1833 di Inggris dan Skotlandia. Sejak 1862 John N. Darby banyak berkunjung ke Amerika Utara. Dalam kurun waktu 25 tahun ia telah mengadakan tujuh perjalanan propaganda ke Amerika. Selama berkeliling di Amerika, Darby berupaya menanamkan pengaruhnya atas para pemimpin gereja evangelis Amerika. Yang menjadi pengikut Darby tercatat nama-nama seperti William E. Blackstone, James H. Brookes, Arno Gaebelein, Dwight L. Moody, dan Cyrus I. Scofield.
Selain itu, paham Injili Darby juga telah menyuburkan tumbuhnya sekolah-sekolah Alkitab, konferensi-konferensi tentang penggenapan "nubuat para nabi", dan kelompok-kelompok kajian Alkitab. Awalnya memang sebatas di dalam gereja evangelis AS namun kemudian dengan cepat menyebar menjadi sesuatu yang sangat akrab di dalam aras fundamentalisme Amerika Serikat, yang marak pada tahun-tahun 1875 hingga 1920.
Darby sendiri sesungguhnya tidak pernah sukses berkarir di tanah kelahirannya. Namun walau demikian ia berhasil melakukan kunjungan sebanyak tujuh kali ke Amerika dengan agenda kegiatan dan wilayah yang dikunjunginya sangat luas. Tentu semuanya itu memerlukan dana yang tidak sedikit. Hal ini menimbulkan kecurigaan di kalangan pengamat bahwa di belakang Darby sesungguhnya ada pemodal Zionis-Yahudi yang mendukung perjalanannya itu. Bukankah perjalanan Darby dalam rangka kepentingan mereka juga?
William E. Blackstone (1841-1935) tercatat sebagai salah seorang Zionis-Kristen pertama di Amerika. Blackstone amat gigih selama puluhan tahun memperjuangkan kepentingan bangsa Yahudi. Dia adalah seorang penginjil dan juga pekerja dari Gereja Episkopal Methodis, juga pendiri American Messianic Fellowship International (1887). Blackstone menulis buku Jesus Is Coming (1887) dan sampai dengan tahun 1927 telah diterjemahkan ke dalam enam puluh bahasa dunia, termasuk Indonesia.
Di bukunya itu, Blackstone berdalih bahwa orang-orang Yahudi memiliki hak-hak alkitabiah atas tanah Palestina dan mereka akan segera menempati kembali tanah itu. Kemunculan gerakan Zionisme merupakan satu isyarat Alkitabiah bahwa Kristus akan segera datang kembali (Blackstone tidak menyebut Yesus Kristus, melainkan hanya Kristus, yang dalam keyakinan Ordo Kabbalah adalah Yohannes Pembaptis). Lebih dari itu, Blackstone juga menegaskan bahwa orang Kristen harus dan wajib mempersiapkan serta membuka jalan bagi kedatangan kembali Yahudi Diaspora untuk menempati Tanah Palestina.
Buku Blackstone ini telah dicetak ulang berkali-kali dan jadi buku yang paling luas pembacanya di abad ke-20. Kesuksesan Blackstone diikuti oleh terbitnya buku-buku dan novel-novel sejenis. Dua penulis Kristen ultra-fundamentalis Amerika yang terkenal adalah Hal Lindsey (The Late Great Planet Earth, 1970) dan novel teologis Tim LaHaye (Serial Left Behind, 1995). Keduanya mengalami cetak ulang hingga sekarang telah beredar puluhan juta kopi di seluruh negara.
Dalam novel-novel Left Behind, Yesus digambarkan bukan sebagai seorang manusia yang penuh kasih dan mengajarkan damai, tapi digambarkan sebagai seorang super hero, mirip Rambo, yang gemar membunuh orang dengan dalih melakukan kehendak Tuhan. Sebuah wajah Yesus yang haus darah, yang akan segera menghukum tanpa ampun siapa pun yang tidak percaya padanya atau yang menghalangi kehendaknya.
Jika hal ini kita sejajarkan dengan sikap dan citra Presiden George W Bush yang haus perang dan darah, maka kita akan menemukan benang merah yang sangat kuat bahwa Bush sesungguhnya terinspirasi oleh gambaran Yesus "Rambo" yang ditulis oleh penulis-penulis pendukung paham Darby dan Scofield. Bagi siapa saja yang menginginkan paparan lebih rinci dan jelas mengenai Injil Scofield, silakan baca artikel Charles E. Carlson berjudul "The Zionist-created Scofield 'bible': The Source of the Problem in the Mid East, Why Judeo-Christians Support War".
Walau Judeo Christianity atau Zionis Kristen telah lama ada di Washington, dan sejak pemerintahan Ronald Reagan sering menggelar kebaktian di kantor kepresidenan, namun di masa Presiden George Walker Bush-lah kelompok ini sungguh-sungguh menunjukkan taringnya. Bush sendiri pernah mengatakan jika Amerika merupakan "Land of the Christ", Tanahnya Mesiah.
Dalam pidato, kampanye, dan banyak buku mengenai George W Bush, sosok presiden AS ini digambarkan sebagai seorang Kristiani yang amat taat. Dalam situs
whitehouse.org ada artikel bertajuk The Presidential Prayer Squad atau Skuadron Doa Kepresidenan. Mereka adalah George W Bush, Pastor Deacon Fred, Rev. Jerry Falwell, Jesus (!), Brother Harry Hardwick, dan Rev. Bob Jones Jr. Di halaman sebelah kanan artikel ada sejumlah agama dan ideology yang diberi tanda silang. Dari atas ke bawah adalah: Budhists, Hindus, Shiks, Rastafarians, dan Muslims. Kurang ajarnya, di bagian Muslim itu ada kotak berisi nama Allah dalam bahasa Arab yang diberi tanda silang.
Artikel itu mengisahkan, "Presiden Bush selalu memulai harinya jam sembilan pagi dengan berlutut di atas lantai Oval Office bersama Skuadron Doa Kepresidenannya untuk berdoa dan menghadap tuannya, The Lord Jesus. Ada Rev. Pat Robertson, Dr. Jerry Falwell, Rev. Bob Jones Jr., Pastor Deacon Fred, dan Brother Harry Hardwick..." Presiden Bush dilukiskan sebagai seorang Kristen yang dilahirkan kembali. Dari pemuda yang menyukai minuman keras dan ugal-ugalan menjadi seorang pengikut Yesus yang taat.
Di Masa pemerintahan Bush inilah, kali pertama pidato kenegaraan ditutup dengan doa bersama, hal ini menyiratkan kedekatan antara negara dengan agama, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak Amerika Serikat berdiri.
Seharusnya, 'kesalehan' seorang Bush dan pejabat puncak pemerintahan Amerika dengan agama Kristen-nya, mampu menjadikan bumi ini lebih damai, adil, dan indah. Tapi ironisnya, hal yang terjadi adalah sebaliknya. Tidak seperti presiden-presiden Amerika lainnya yang masih memiliki sedikit pertimbangan dan mengedepankan strategi diplomatik, Bush dan lingkaran elitnya malah mengedepankan pemerintahan gaya koboi, tembak duluan, urusan benar atau salah nanti belakangan. Dan gilanya, hal ini mendapat pembenaran atas nama agama yang esensinya selalu mengklaim sebagai agama cinta kasih.
Bagaimana semua ini bisa terjadi? Adakah semua ini bisa ditemukan jawabannya dari apa yang disebut Judeo-Christian atau dalam bahasa yang lebih lugas: Zionis Kristen?
Judeo Christian Lahir Dari Rahim Zionisme. Definisi baku Judeo Christian atau Zionis Kristen mungkin tidak akan bisa kita temukan. Tapi secara hakikat, istilah ini mengacu pada keyakinan dan sikap keagamaan umat Kristen Amerika (dan juga Kristen Eropa serta sebagian besar dunia) yang memandang bahwa Zionisme merupakan hal yang harus didukung secara penuh, tanpa syarat, walau kaum Zionis-Israel membunuhi dan membantai anak-anak tak berdosa. Sebaliknya, mereka akan merasa berdosa apabila tidak mendukung atau mengecam Zionis-Israel, seakan berdosa kepada Tuhannya.
Ayat-ayat Injil yang sering dijadikan dalil utama bagi kelompok ini adalah Perjanjian Tuhan kepada Abraham. Abraham atau Ibrahim merupakan bapak dari Ismail yang kemudian menjadi generasi Nabi Muhammad SAW dan Ishaq yang menurunkan bangsa Yahudi. Bunyi perjanjian itu yang dimuat dalam kitab Genesis (Kejadian) Injil Perjanjian Lama King James version adalah:
- Dan aku akan menjadikan engkau suatu bangsa besar, dan Aku akan memberkati engkau, dan menjadikan nama engkau besar; dan terberkatilah engkau' (Gen 12:2)
- Dan Aku akan memberkati mereka yang memberkati engkau, dan mengutuk mereka yang mengutuk engkau; dan di dalam diri engkaulah semua keluarga dari dunia akan diberkati" (Gen 12: 3).
Inilah ayat-ayat yang dijadikan dalil utama kelompok Zionis-Kristen di dalam sikapnya membela Israel tanpa syarat. Padahal di dalam sejarah penulisan Injil, kita sudah mengetahui bahwa kaum Yahudi telah merusak kesucian Injil yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Isa.
Sayang sekali, orang-orang Kristen tidak mengetahui atau mungkin tidak mau tahu tentang Talmud. Kitab iblis yang disucikan Zionis Yahudi ini. Padahal, jika saja mereka mau meluangkan waktu sedikit saja untuk membuka lembar demi lembar kitab iblis itu dan mencari ayat-ayat bagaimana sebenarnya sikap kaum Zionis-Yahudi terhadap Yesus dan kekristenan, maka pasti orang-orang Kristen akan berbalik arah dan memusuhi kaum Zionis-Yahudi. Lihatlah apa kata Talmud terhadap Yesus:
- Pada malam kematiannya, Yesus digantung dan empatpuluh hari sebelumnya diumumkan bahwa Yesus akan dirajam (dilempari batu) hingga mati karena ia telah melakukan sihir dan telah membujuk orang untuk melakukan kemusyrikan (pemujaan terhadap berhala)... Dia adalah seorang pemikat, dan oleh karena itu janganlah kalian mengasihaninya atau pun memaafkan kelakuannya" (Sanhedrin 43a)
- Yesus ada di dalam neraka, direbus dalam kotoran (tinja) panas" (Gittin 57a)
- Ummat Kristiani (yang disebut 'minnim') dan siapa pun yang menolak Talmud akan dimasukkan ke dalam neraka dan akan dihukum di sana bersama seluruh keturunannya" (Rosh Hashanah 17a).
- Barangsiapa yang membaca Perjanjian Baru tidak akan mendapatkan bagian 'hari kemudian' (akhirat), dan Yahudi harus menghancurkan kitab suci umat Kristiani yaitu Perjanjian Baru " (Shabbath 116a)
Inilah ungkapan hati Talmud yang sesungguhnya tentang Yesus dan umat Kristen. Siapa pun yang mengaku sebagai seorang Kristen, setelah mengetahui ayat-ayat pelecehan dari Talmud kepada Yesus dan agamanya, tetapi masih saja mendukung Zionis-Yahudi, masih saja membantu Israel, maka ia sebenarnya telah ikut-ikutan melecehkan agamanya sendiri. Jika tidak percaya, silakan ambil Talmud dan baca sendiri.
Jews Singapore Connection
Yang ketiga, Unggun 'Samuel' Dahana dan para kolaborator Zionis lainnya menyatakan kepada wartawan jika acara yang digagaskan juga akan menghadirkan orang-orang Yahudi dari luar Indonesia, terutama Singapura, dan juga diliput oleh jurnalis Israel. Walau akhirnya kita ketahui hal ini tidak terjadi, namun apa yang telah keluar dari mulut mereka harus kita perhatikan dan kritisi.
Sudah menjadi pengetahuan umum jika Singapura memang merupakan basis Yahudi di Asia Tenggara, bahkan Asia Pasifik. Buku "Singapura Basis Israel di Asia Tengara" (Rizki Ridyasmara, 2005) telah cukup memaparkan bagaimana Zionis Israel turut serta membangun negeri mini tersebut namun memiliki pengaruh dan kekuatan militer kawasan yang maksi. Semua lobi Zionis Israel di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik selalu saja dikendalikan dari Singapura. Sangat mungkin termasuk mengendalikan para kolaborator Zionis di Indonesia.
Bukan rahasia umum lagi jika Singapura merupakan surga persembunyian para maling uang rakyat Indonesia. Orang menyebut mereka dengan istilah 'koruptor', namun saya lebih suka menggunakan istilah 'Maling uang rakyat'.
Sekarang ini, media nasional tengah gencar membahas dua pelarian dari Indonesia di Singapura. Pertama, Nunun Nurbaeti. Nunun adalah isteri anggota DPR dari Fraksi PKS Jend. (Pol) Adang Daradjatun, yang telah ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka kasus suap cek pelawat terkait proses pemilihan Miranda Goeltom sebagai Gubernur Bank Indonesia. Nunun yang mengaku sakit ingatan sejak lama sudah bersembunyi di Singapura.
Yang kedua, Nazaruddin, Bendahara Partai Demokrat yang tersandung kasus suap Wisma Atlet, juga kabur ke Singapura sebelum imigrasi mengeluarkan pencekalan.
Ikhwal Singapura sebagai surganya para maling Indonesia mulai mencuat bersamaan dengan badai krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997-1998. Sebuah tabloid bisnis Indonesia menurunkan sebuah artikel menarik yang mendeskrisikan bagaimana enaknya kehidupan para konglomerat maling yang bersembunyi di Singapura, hidup dengan uang rakyat Indonesia yang telah dimalingnya, inilah petikannya:
Sudah menjadi pengetahuan umum, untuk memakmurkan negaranya yang tidak memiliki kekayaan alam, Singapura amat agresif menarik orang-orang yang dipandang memiliki kelebihan terutama asset kekayaan dari bisnis untuk menjadi waga negaranya. Di Jakarta, sebagian professional perbankan dan financial yang berusia di bawah 50 tahun, khususnya mereka yang berdarah keturunan Cina atau India, selalu disambangi staf kedutaan Singapura guna direkrut menjadi warga negaranya.
Selain itu, Singapura secara terang-terangan juga menawarkan kemudahan bagi para pelaku bisnis untuk mendapatkan status permanent residence. Syaratnya, para pelaku bisnis harus membayar Sing$1,5 juta (sekitar 8 miliar rupiah) dalam Deposit Scheme Foreign Entrepreneur atau menanam uangnya pad abiding bisnis yang disetujui Economic Development Board. Singapura juga memberi kekhususan bagi para nasabah dari Indonesia dan Thailand dan menjamin keamanan uang mereka di negeri kecil tersebut.
Tidak adanya perjanjian ekstradisi antara Singapura dan Indonesia (Singapura selalu menolak menandatangai perjanjian), menjadikan para koruptor dan konglomerat hitam Indonesia bisa hidup dengan tenang. Sebab itulah, mereka banyak menimbun hartanya di sini. Di Indonesia mereka dihujat, di Singapura mereka hidup tenang dan bermewah-mewah. Salah satu contoh yang paling kasat mata bisa dilihat dari kepemilikan sektor properti. Dari data yang ada, nyaris 99% konglomerat hitam punya properti di Singapura.
Distrik 10 dan 15 adalah distrik terpopuler di Singapura sebagai kawasan kaum berpunya asal Indonesia. Jelas, kawasan ini bukan tempat sembarangan. Distrik 10 adalah distrik paling elit di Singapura yang meliputi daerah Orchard Road, Holland Road, dan Bukit Timah Area. Sementara itu, Distrik 15 yang berada di timur biasa dikenal sebagai East Coast Area, meliputi daerah Katong dan Meyer Road.
Di Bukit Timah Area, Martina Sudwikatmono, anak dari konglomerat Sudwikatmono memiliki properti mewah. Pentolan Grup SInar Mas, Eka Tjipta Wijaya, yang memiliki utang segunung di Indonesia, tinggal di daerah Meyer Road, khususnya di Coastarahu. Mereka memiliki enam tower yang masing-masing terdiri dari 8 hingga 24 lantai. Padahal, harga properti di daerah ini bisa mencapai 44 juta rupiah permeter perseginya! Bisa dibayangkan, berapa banyak uang yang dibenamkan Grup Sinar Mas untuk enam towernya itu.
Selain Sinar Mas, ada Syamsul Nursalim di sini. Melalui Tuanshing, perusahaannya di Singapura, pemilik BDNI, Gajah Tunggal Grup, dan Dipasena ini menguasai banyak property di Distrik 10. Lalu keluarga Gondokusumo, yang memusingkan pemerintah RI dengan asset-aset palsunya, juga punya banyak properti mewah di daerah Bukit Timah dan Distrik 15. Ada pula Boyke Gozali dari Grup Ometraco, yang perusahaan holdingnya di Indonesia dalam proses likuidasi, punya apartemen mewah di Steven Road.
Juga keluarga Ongko (pemilik Bank Umum Nasional, BUN), Sudjiono Timan (mantan Dirut Bahana yang memiliki tunggakan perkara di Kejaksaan), Samadikun Hartono (Grup Modern tersangka BLBI), mereka semua punya properti mewah di Singapura.
Gambaran di atas sebenarnya baru sebagian kecil. Ada banyak konglomerat hitam dan maling lainnya asal Indonesia yang berfoya-foya dengan uang rakyat Indonesia, sedang rakyat Indonesia sendiri kini hidup tambah melarat dan kian sekarat.
Sejumlah nama konglomerat hitam yang kabur dan ngumpet di Singapura antara lain adalah :
· Sjamsul Nursalim, kasus BLBI Bank BDNI, merugikan negara Rp 6,9 triliun plus 96,7 juta dolar AS.
· Bambang Sutrisno, kasus BLBI Bank Surya, merugikan negara Rp 1,5 triliun.
· Andrian Kiki Ariawan, kasus BLBI Bank Surya, merugikan negara Rp 1,5 triliun.
· Eko Adi Putranto, kasus BLBI Bank BHS, merugikan negara Rp 2,659 triliun, belum jelas keberadaannya namun diduga kuat ada di Singapura.
· Sherny Konjongiang, kasus BLBI Bank BHS, merugikan negara Rp 2,659 triliun, belum jelas keberadaannya namun diduga kuat ada di Singapura.
· David Nusa Wijaya, kasus BLBI Bank Servitia, merugikan negara Rp 1,29 trilun, belum jelas keberadaannya namun di duga kuat ada di Singapura.
· Agus Anwar, kasus BLBI Bank Pelita, merugikan negara Rp 1.989.832.000.000 plus Rp 700 miliar
· Sujiono Timan BLBI BPUI 126 juta dolar AS Belum jelas keberadaannya
Nama-nama di atas sebenarnya hanya sebagian kecil dari jajaran konglomerat hitam yang bersembunyi di Singapura. Besarnya dana yang dibawa kabur ke negeri Singa itu juga menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Data tahun 2010 menyebutkan sekurangnya ada US$ 87 miliar atau setara dengan Rp. 738 triliun jumlah investasi para maling uang rakyat ini di Singapura. Sebagai perbandingan saja, utang Indonesia sejumlah Rp.1.627 triliun yang berarti lebih kurang setengahnya.
Dan ironisnya, saat krisis itu, Lee Kuan Yew malah membentuk Asian Currency Unit (ACU) sebagai wadah tempat menabung warga keturunan Cina di Singapura, termasuk para maling uang rakyat Indonesia.
Christianto Wibisono, pengamat ekonomi yang sejak Soeharto lengser lebih banyak tinggal di AS, menyatakan bahwa ACU ini sengaja diciptakan Lee Kuan Yeuw untuk menampung uang rakyat Indonesia yang dibawa kabur maling-maling tersebut. Pada Maret 1998, jumlahnya telah mencapai US$513 miliar.
Yang tak kalah seru adalah data yang dinyatakan oleh H.N. Nazar Haroen, Ketua Forum Pengusaha Reformasi. Ia memperkirakan, 110.000 warga keturunan Cina telah melarikan diri ke luar negeri akibat kerusuhan Mei 1998. Kalau saja setiap orang membawa uang rata-rata US$1 juta, maka uang yang dibawa kabur dari negeri ini mencapai US$110 miliar. Itu belum termasuk dana milik 53 konglomerat Indonesia yang memang sudah diparkir di perbankan luar negeri, yang jumlahnya sekitar US$160 miliar.
Menggunakan angka Iman Taufik saja, berarti dana yang dibawa kabur dari Indonesia ini hampir dua kali lipat dari total bantuan IMF (Dana Moneter Internasional) yang dijanjikan kepada Indonesia. Bahkan kalau dikurs dengan Rp 7.000, nilainya dua kali lipat dari APBN 1999. Inilah yang kemudian mengundang kecaman dari pengamat dan politikus dan menganggap warga keturunan tidak nasionalis dan mau enaknya sendiri.
Pada medio 1996, setahun sebelum krisis dimulai, terjadi pemindahan dana secara besar-besaran dengan nominal lebih dari US$100 miliar "milik" swasta dari bank-bank di Indonesia ke bank-bank di Singapura. Dengan demikian, patut dicurigai bahwa sebenarnya para konglomerat Chinese Overseas itu sebenarnya sudah tahu—atau malahan bersekongkol—bahwa pialang Yahudi George Soros akan memborong dollar AS secara besar-besaran di tahun 1997 dari seluruh pasar mata uang Asia.
Juga diketahui jika Liem Sioe Liong, kroni Soeharto, sebelum krisis dikabarkan sudah mengoper saham-saham Bogasari dan Indofood ke PT QAF, yang juga dimiliki Liem Sioe Liong. Tapi karena PT QAF berpusat di Singapura dan berbasis pada dolar, maka PT QAF terbebas dari krisis moneter yang melanda Indonesia. Ini menjadi indikasi jika Liem sudah tahu bahwa krisis akan terjadi, lalu ia memindahkan kekayaannya ke Singapura.
Perdana Menteri pertama Singapura, hasil Pemilu 1955, bernama David Saul Marshall. Dialah pemimpin Partai Buruh yang juga berasal dari keluarga Yahudi Ortodoks Iraq. Kemenangan Marshall tentunya tak lepas dari lobi Yahudi di negeri mini ini.
Selain Marshall, Perdana Menteri yang sangat berpengaruh sehingga dijuluki sebagai 'Bapak Singapura' adalah Lee Kuan Yew. Lee sejak lama diketahui telah tertarik dengan Zionis-Israel dan menganggap Singapura memiliki banyak kemiripan dengan Israel.
Secara geopolitik, Singapura dan Israel sama-sama kecil dan sama-sama "dikepung" oleh negara-negara besar yang memiliki perbedaan mencolok. Jika Zionis-Israel dikepung oleh bangsa-bangsa Arab yang selalu memusuhinya, maka Singapura yang mayoritas Cina pun selalu merasa dikepung oleh bangsa-bangsa Melayu. Kebetulan, bangsa Melayu identik dengan Islam, sama seperti Arab. Jadi baik Israel maupun Singapura sama-sama merasa dikepung oleh bangsa-bangsa yang berideologi Islam.
Bukan itu saja, secara pribadi Lee juga sangat terkesan dengan sistem pertahanan dan intelijen Israel yang mampu tetap eksis bahkan menjadi negara kecil yang "super power" di tengah bangsa-bangsa besar yang menjadi musuhnya. Kecil-kecil cabe rawit, demikian pikir Lee terhadap Israel, dan Singapura harus menjadi seperti Israel di Asia Tenggara.
Pemikiran ini sudah dimiliki Lee sebelum Singapura merdeka dari Malaya. Bahkan di tahun 1962, Lee telah menjalin kontak yang erat dengan Duta Besar Israel untuk Bangkok, Mordechai Kidron, guna membangun angkatan bersenjata Singapura. Goh Keng Swee, pada waktu Lee Kuan Yew berkuasa dipercaya merangkap jabatan Menteri Keuangan sekaligus Menteri Pertahanan Singapura, menjadi penghubung antara Lee dengan Kidron.
Atas restu Lee, Goh sering terbang ke Bangkok menemui Mordechai Kidron. Mordechai Kidron menerima Goh dan menyanggupi rencana Singapura untuk menjadikan Israel sebagai "arsitek" sistem pertahanan militer dan jaringan intelijen Singapura. Tak sampai beberapa hari, Kidron segera ganti terbang ke Singapura menemui Lee Kuan Yew. "Sejak saat itu, Kidron mendatangiku beberapa kali antara tahun 1962 hingga 1963 khususnya untuk membahas pembukaan kedutaan besar Israel di Singapura," ujar Lee (seperti dikutip dalam Lee Kuan Yew: From Third World to First, Singapore, 1963-2000: Building an army from scratch).
Di bawah kepemimpinan Lee, Singapura tumbuh menjadi satu negara kecil yang besar dan kuat. Kecil dipandang dari sudut luas geografis, namun besar dan kuat dalam pengaruhnya atas politik regional maupun perdagangan internasional. Tanggal 21 September 1965, Singapura diakui dan tercatat sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Angkatan Bersenjata Singapura Lahir Dari Rahim Zionis Israel
Harian Ha'aretz terbitan Israel edisi 15 Juli 2004 memaparkan kesaksian sejumlah mantan perwira senior tentara Zionis-Israel tentang hubungan antara negara Zionis ini dengan Singapura. Ha'aretz dengan penuh kebanggaan menceritakan bahwa Israel adalah negara yang membangun dan mencetak sistem pertahanan, intelijen, dan komando tentara Singapura dari awal hingga sekarang.
Dalam sidang parlemen Singapura tahun 1999 dilaporkan data bahwa negeri liliput ini telah menghabiskan 7,27 milyar dolar dalam setahun untuk membangun dan memutakhirkan sistem pertahanannya. Ini berarti sekitar 25% dari anggaran belanja negara itu diperuntukkan bagi anggaran militer.
Sebuah laporan dari Asian Defense Journal (2000) menyebutkan bahwa Singapura memiliki sedikitnya sepuluh jet tempur F-16D, empat pesawat jet tempur F-16B, delapan F-5T fighters, dan tigapuluh enam buah F-5C fighters, yang seluruhnya diperlengkapi dengan sistem persenjataan dan suku cadang yang komplit. Beberapa sumber lain bahkan menyebutkan jika Singapura telah memiliki seratusan pesawat jet tempur lengkap dengan sistem persenjataannya, sederetan Rudal rapier lengkap dengan radar otomatik, empat kapal selam canggih bikinan Swedia, dan aneka peralatan tempur modern lainnya.
Menteri Pertahanan Goh Keng Swee bisa dianggap sebagai salah satu orang Singapura pertama yang meletakkan ide menggunakan jasa Zionis-Israel sebagai arsitek pembangun cetak biru sistem pertahanan dan keamanan Singapura. "Yang bisa membantu Singapura hanyalah Israel. Sebuah negara kecil yang dikepung oleh negara-negara Muslim tapi mempunyai basis militer yang kuat. Hanya Israel yang mampu membangun militer yang dinamis di sini," papar Goh Keng Swee.
Setelah itu pemerintah Singapura diam-diam menjalin kontak dengan Israel. Permintaan Singapura disambut hangat negeri zionis tersebut. Berbagai persiapan pun digalang kedua belah pihak dengan amat intensif. Sebuah tim rahasia dengan sandi "Mexicans" pimpinan Kolonel Yaakov Elazari dari Israeli Sayeret (Israel Defence Force, IDF) dibentuk dan diperintahkan untuk segera ke Singapura. Tim ini mempunyai satu misi penting: membangun cetak biru sistem pertahanan keamanan dalam skala nasional. Salah satu hal yang pertama akan dilakukan tim ini adalah menciptakan komandan-komandan lapangan yang tangguh bagi tentara nasional Singapura.
Dari Bandara Ben Gurion, Israel, "Mexicans Team" yang diperlengkapi dengan paspor sekali pakai dengan identitas palsu ini berangkat ke Singapura. Mereka bersama keluarga tidak langsung ke negeri kecil itu, tetapi berpindah pesawat beberapa kali di berbagai negara Eropa, transit satu-dua hari, baru ke Singapura. Ini merupakan prosedur standar intelijen untuk menghindari penciuman dinas rahasia negara musuh atau pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
Sehari sebelum Natal tiba, 24 Desember 1965, enam orang perwira IDF lengkap dengan seluruh anggota keluarga mereka telah mendarat di Bandara Internasional Changi. Bagai turis dari Eropa yang ingin berlibur dengan keluarganya, rombongan itu dijemput sebuah bus travel da menghilang di tengah keramaian lalu lintas negara kota tersebut Kolonel Yaakov Elazari dan Yehuda Golan termasuk di antaranya.
Setibanya di Singapura, mereka segera menempati sebuah gedung yang dijadikan rumah tinggal. Tugas keenam perwira Israel ini adalah merekrut dan melatih para calon tentara Singapura. Latihan yang diberikan pada calon taruna tentara Singapura pun amat berat dan dengan disiplin amat tinggi. Para taruna wajib bangun sebelum pukul 5.30 dan langsung latihan hingga pukul 13.00.
Pernah ada satu kasus di mana para taruna mengajukan protes kepada Kolonel Yehuda Golan atas kerasnya latihan yang mereka terima. "Kolonel Golan, orang-orang Arab tidak sedang menduduki kepala kami. Apakah perlu latihan segila ini?" protes salah satu taruna yang menjadi juru bicara teman-temannya.
Yehuda Golan segera menyampaikan protes itu pada Elazari. Lantas oleh Elazari diteruskan kepada Menteri Pertahanan Singapura, Goh Keng Swee. Keesokan harinya, Goh Keng Swee melakukan kunjungan mendadak di base camp. Pagi-pagi sekali, para taruna itu dibariskan di lapangan apel bendera. Di depan para taruna, dengan nada tinggi sang menteri mengancam mereka, "Lakukan semua yang diperintahkan Kolonel Golan. Jika tidak, kalian akan melakukannya dua kali lebih keras! Ini bukan ancaman tapi janji saya kepada kalian!"
Setelah diancam demikian, para taruna tersebut terdiam. Rasa nasionalismenya kembali membubung tinggi saat para instrukturnya yang dari Israel selalu mengingatkan bahwa setiap saat Singapura selalu dalam keadaan bahaya karena memiliki negara tetangga yang merupakan negara-negara Muslim yang besar. Dan hasilnya sungguh menakjubkan. Kurang dari setahun Israel bisa mencetak ratusan komandan dalam pasukan Singapura.
Di kemudian hari terbukti, kerja The Mexicans Team sungguh luar biasa. Setelah sukses menuntaskan misi di Singapura, Yaakov Elazari naik pangkat menjadi Brigadir Jenderal. Setelah pensiun dari dinas Israeli Sayeret, Elazari tetap dipertahankan menjadi konsultan ahli angkatan bersenjata Singapura, bolak-balik Israel-Singapura.
Yaakov Elazari dan Yehuda Golan bisa disebut sebagai "Bapak Tentara Singapura" sebenarnya. Beberapa buku pedoman kemiliteran Singapura disusun keduanya. Ada "Buku Coklat" (Brown Book) yang mengulas panjang lebar namun sistematis tentang doktrin pertempuran, ada pula "Buku Biru" (Blue Book) yang berisi aturan dan peran Menteri Pertahanan dan dinas intelijen. Kolonel Yehuda Golan pernah mengakui jika dirinya memegang peranan utama dalam penyusunan konsep tentang pasukan infanteri.
Sejarah telah mencatat jika Singapura memang sangat akrab dengan Zionis-Israel dalam banyak hal. Sebab itu, tidaklah mengherankan jika para kolaborator Zionis-Israel yang ada di Indonesia sangat akrab dengan negeri mini tersebut.
Rencana perayaan peringatan HUT Zionis-Israel yang dilontarkan Unggun 'Samuel' Dahana pada hari Sabtu, 14 Mei 2011, memang batal. Namun Nur Muhammad 'Benjamin' Ketang bersama sejumlah koleganya 'berhasil' merayakan di sebuah kamar hotel di daerah Puncak, Jawa Barat. Anehnya, polisi sampai hari ini tidak berbuat apa-apa terhadap kolaborator Zionis ini yang jelas-jelas menistai Konstitusi Negara Indonesia.
Hal ini diyakini merupakan semacam test the water, uji coba, untuk melihat reaksi masyarakat negeri ini terhadap Zionis-Israel. Hal ini tidak akan dilakukan sekali ini saja, namun tak mustahil di masa depan juga akan timbul uji coba-uji coba baru. Dan bagaimana nantinya, sikap umat Muslim Indonesialah yang akan menjadi ukurannya.