Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Feb 14, 2014

Siratal Mustaqim

Surat Al Fatihah adalah bacaan wajib bagi setiap orang Muslim, sebagai ayat pendahuluan sebelum ia membaca ayat-ayat yang lainnya. Bunyi ayat itu adalah:

“Bismillahir-rahmanir-rahim. Alhamdu lillahi rabbil-alamin, ar-rahmanir-rahim, maliki yaumid-din. Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Ihdinas-siratal-mustaqim, siratal-lazina an’amta ‘alaihim gairil-magdubi ‘alaihim waladdallin.” Artinya adalah: “Dengan menyebut nama Allah Yang Mahapemurah lagi Maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan mereka yang dimurkai dan bukan mereka yang sesat.” Dalam ayat 6 dikatakan: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” Selanjutnya ayat 7 menerangkan tentang jalan yang lurus itu adalah jalan yang benar, bukan jalan yang sesat. Dan kalimat itu akan selalu terbuka demikian, selama orang Muslim belum menemukan jalan yang lurus itu. “Tunjukilah kami jalan yang lurus” merupakan sebuah permohonan untuk mendapatkan taufik dan hidayah, yaitu hikmat atau pengertian tentang hakekat Islam.

Tentunya didalam Al Qur’an sendiri sudah menyediakan petunjuk-petunjuk yang jelas tentang jalan yang lurus itu, hanya saja pengertiannya yang mungkin masih terselubung. Sehingga sekalipun telah membacanya berulang kali namun tidak pernah dimengerti sebelum selubung itu dibuka. Ternyata petunjuk itu baru diberikan pada surat yang ke-43, ayat yang ke-61. Surat itu adalah Surat Az Zukhruf, yang artinya adalah ‘Perhiasan.’ Yang kalau boleh diluaskan itu adalah ayat ‘Mahkota.’ Yaitu ayat yang mempercantik Keislaman di dalam mencapai hakekat yang sebenarnya.

Perhatikan pada; Al Fatihah ayat 7, menerangkan tentang jalan yang lurus itu “jalan orang-orang’ yang telah Engkau anugerahkan nikmat .” Dan salah satu orang yang telah mendapatkan anugerah nikmat dari Allah tidak lain adalah Nabi Muhammad saw. Lalu jawaban atas Al Fatihah 6 diberikan dalam surat PERHIASAN [Az Zukhruf], yaitu, yang di dahului dengan kata-kata: “Dan sesungguhnya.” Tentunya ini merupakan kata-kata yang dipergunakan untuk menyingkapkan suatu misteri; mengenai hal yang sesungguhnya atau hal yang sebenarnya, dengan  maksud agar Anda tidak terkejut.“Dan sesungguhnya Isa itu benar benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutlah Aku, ini lah jalan yang lurus.” QS. 43:61.

“Benar-benar: Suatu usaha untuk meyakinkan Anda.
“Pengetahuan kiamat”  : Siapakah orang beragama yang tidak merindukan hari kiamat? dan siapakah yang tidak ingin mengetahui apa saja persyaratannya agar mencapai selamat ?“Karena itu”     : Merupakan suatu kata-kata pendorong agar Anda tidak ragu-ragu.“Ikutlah aku.”   : Maka siapa yang tidak mengikuti Nabi Muhammad akan menjadi umat yang ketinggalan.
Pengetahuan Tentang Kiamat

Orang yang mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat sudah kita ketahui, yaitu Isa. Perlu ditegaskan bahwa itu bukan Nabi Muhammad. Nabi Muhammad hanya memberikan petunjuk atau menerangkan saja, hal mana sesuai dengan misi beliau, seperti diterangkan dalam QS.7:184 dan QS. 46:9; “Dia [Muhammad] itu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan.” Misi ini sejajar dengan misi diturunkannya Kitab Al Qur’an: “Demikianlah kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura [penduduk Mekah] dan penduduk [negeri-negeri] sekeli lingnya.” QS. 42:7. “Sedang Al Qur’an itu adalah [kitab] yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka.” QS. 2:91; 3:3; 12:111, dan QS. 46:12.

‘Apa yang ada pada mereka ‘ tidak lain adalah Kitab Taurat dan Injil, kitab-kitab yang menjadi pegangan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Atau dengan kata lain peranan Nabi Muhammad dengan Al Qur’annya adalah meneguhkan /menguatkan kitab-kitab yang sebelumnya; “dan sebelum Al Qur’an itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat.” QS. 11:17.  “Dan sesungguhnya kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan [yang cu kup].” QS. 30:47. Artinya, Taurat dan Injil itu sudah sangat memadai/mencukupi. Tidak perlu ditambahi lagi. Dan kitab-kitab tersebut merupakan pedoman. “Dan seungguhnya Al Qur’ an itu dalam induk Alkitab [lauh mahfuzh] di sisi kami, adalah benar-benar tinggi [nilainya] dan amat banyak mengandung hikmah.” QS. 43:4.

Induk Al Qur’an adalah Alkitab.

Lalu hal-hal apa saja yang perlu kita ketahui tentang hari kiamat itu dan apa peranan Nabi Isa di dalamnya ? Tentunya itu tidak lain adalah tentang masalah keselamatan: Orang yang bagaimana yang akan selamat dan orang yang bagaimana yang tidak selamat, serta dengan cara bagaimana kita diselamatkan. Dalam HSB 1261, dikatakan: “Dari Abu Hurairah ra, katanya: Rasulullah SAW berdiri ketika Tuhan Yang Mahamulia dan Mahabesar menurunkan ayat yang artinya: Dan berilah peringatan kepada kaum famili Engkau terdekat. Lalu beliau bersabda: Hai Quraisy [atau perkataan yang serupa dengan itu]: Tebuslah dirimu. Saya tiada dapat menolongmu barang sedikitpun dari siksa Tuhan. Hai Bani Abdi Manaf Saya tiada bisa menolongmu sedikitpun. Hai Abbas anak Abdul Muthalib Saya tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan. Hai Safiah bibi Rasulullah Saya tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan. Hai Fatimah binti Muhammad Mintalah kepada saya harta dan saya tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan.” Bahkan QS. 46:9; “dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak [pula] terhadapmu.”

Nabi Muhammad tidak mengetahui nasibnya sendiri, sehingga ia minta didoakan: “sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNYA bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” QS. 33:56.

Jelaslah bahwa Nabi Muhammad sama sekali tidak memainkan peranan pada hari kiamat. Bahkan dia mengakui tidak bisa menolong seorangpun, termasuk juga dirinya sendiri.  Seorang Nabi Besar yang sudah berbuat banyak untuk Allah dan untuk Islam, ternyata nasibnya masih belum menentu. Dia masih perlu didoakan; lebih-lebih lagi umatnya. Tetapi Al Qur’an menuliskan tentang ISA: “namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan [kepada Allah].” QS. 3:45. Seorang yang terkemuka [terpandang/termulia] di dunia dan di akhirat.

HSM 127: “Demi Allah yang jiwaku ditanganNya, sesungguhnya telah dekat masanya Isa anak Maryam akan turun di tengah-tengah kamu. Dia akan menjadi hakim yang adil.” Dikuatkan juga dalam Buku Al Bukhari,: “Muhammed berkata:Dengan nama Allah, yang memelihara jiwaku, sesungguhnya Yesus anak Maryam akan segera datang sebagai hakim yang benar.”

Isa adalah hakim yang berkuasa atas dunia dan akhirat. Ini artinya setiap orang pasti akan dihadapkan denganNya. Dalam 5 pasal iman setiap orang Muslim harus percaya kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi. [QS. 2:177]. Sementara QS. 4:159; “Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya [Isa] sebelum kematiannya.” Sedangkan QS. 3:50; QS. 43:63: “Karena itu bertakwahlah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” Kepada Isa. Kalau seorang mengaku bertakwa kepada Allah, dia harus beriman dan taat kepada ajaran Isa.

Percaya kepada Isa bukanlah hanya sekedar percaya bahwa Dia anak Maryam yang pernah ada di dunia dan akan datang menjadi hakim yang adil saja, melainkan juga menuruti perintah-perintahNya. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: kami telah beriman sedang mereka tidak diuji lagi ?” QS. 29:2.  Jadi, iman itu harus dibuktikan melalui penurutannya. Sama seperti orang beriman kepada Nabi Muhammad, maka ia akan menuruti kata-kata Nabi Muhammad itu: Ikutlah aku. Inilah jalan yang lurus. Apa pendapat Al Qur’an tentang perkataan Isa ? Di depan telah dijelaskan tentang pendapat Al Qur’an terhadap Alkitab, yaitu membenarkan Taurat dan Injil. Sekarang tentang perkataan Isa: “itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” QS. 19:34. Sudahkah Anda mengetahui kebenaran Alkitab dan kebenaran perkataan Isa ?

Namun sebelum kita melihat kebenaran Alkitab dan perkataan Isa, kita rangkumkan terlebih dahulu apa-apa yang sudah kita pelajari di atas.

Kita sudah mengetahui tentang jalan yang lurus; Isa.Posisi Isa: 

a. Terkemuka di dunia dan di akhirat.
b. Hakim yang adil pada akhir zaman.
c. Imam Mahdi yang akan datang pada akhir zaman  Kitab Majah Bab Ayyidatuzzaman.

Peranan Isa dan Nabi Muhammad

Al Qur’an membenarkan Alkitab; 

- Alkitab sebagai Pedoman dan Rahmat.
- Alkitab membawa keterangan yang sudah cukup.
- Alkitab menjadi induk dari Al Qur’an.

Nabi Muhammad membenarkan Isa:

- Perkataan Isa dibenarkan.
- Isa adalah jalan yang lurus.

Alkitab dan Isa.

Antara Alkitab dengan Isa merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sama seperti Nabi Muhammad dengan Kitab Al Qur’annya. Sekalipun Alkitab terdiri dari 66 Kitab [39 Kitab di dalam Perjanjian Lama Taurat, dan 27 Kitab di dalam Perjanjian Baru  Injil] dan ditulis oleh sekitar 40 orang dari berbagai latar-belakang profesinya, namun yang menerima panggilan Allah secara khusus, serta dalam rentang waktu yang sangat panjang, yaitu sekitar 1600 tahun, namun inti yang dibicarakan adalah mengenai Isa, Seorang yang terkemu ka di dunia dan di akhirat.

Sebelum kelahiranNya, 39 Kitab Perjanjian Lama telah membicarakanNya, melalui lambang-lambang dalam upacara keagamaan Yahudi dan nubuatan-nubuatan [ramalan]. Begitu pula setelah kelahiranNya, 27 Kitab Perjanjian Baru [Injil] menuliskan tentang perjalanan hidup dan ajaran-ajaran Isa, sebagai bukti penggenapan dari apa yang dinubuatakan dalam Kitab Taurat.

Orang-orang di zaman Perjanjian Lama, bilamana mereka menyadari telah berbuat suatu dosa, mereka membawa seekor domba untuk disembelih di Bait Suci [Yerusalem]. Mereka menumpangkan tangan mereka ke atas kepala domba itu sambil mengakui dosa-dosa mereka, lalu menyembelihnya. Upacara demikian adalah untuk mentransferkan [memindahkan] dosa mereka ke atas diri domba itu, di mana domba yang seharusnya masih hidup dimatikan untuk menggantikan [menebus] kematian kekal kita di neraka. Ini semua adalah melambangkan kematian Isa di kayu salib untuk menjadi Penebus bagi dosa-dosa kita.

Hal ini menyatakan bahwa Allah di dalam mengampuni manusia tidak semudah apa yang selama ini kita bayangkan, bahwa IA melupakan begitu saja dosa/kesalahan kita. Tidak seperti itu, melainkan melalui prosedur ‘penebusan.’ Bahwa apa yang disebut sebagai dosa itu ada, bukan sekedar bayangan. Dan apa yang disebut hukum Allah itu juga ada, nyata, bahwa setiap orang berdosa harus dihukum mati di api neraka. Tidak bisa tidak terjadi Karena itu satu-satunya jalan untuk menyelamatkan manusia itu harus melalui proses penebusan. Harus ada Seseorang yang dikorbankan sebagai ‘penggantinya.’ Dan orang itu haruslah orang yang suci, yang tidak mempunyai dosa dari dalam dirinya sendiri.

Al Qur’an menyebut Yesus Kristus sebagai Isa Al Masih:

ISA : Artinya adalah Kristus, Orang yang diurapi Allah, yaitu orang yang disahkan Allah
Al : Artinya adalah sesuatu, sebuah atau seorang.
MASIH : Artinya adalah YESUS, atau JURUSELAMAT.

  Dalam Bahasa Inggris:  MASSIAH.
  Dalam Bahasa Indonesia: MESIAS.
  Dalam Bahasa Ibrani: HAMASSIAH.
  Dalam Bahasa Arab: MASIH.

Jadi, Isa Al Masih, artinya adalah Seorang yang diurapi Allah sebagai Juruselamat. Sedangkan tahun [penanggalan] yang kita pakai selama ini {Internasional], adalah Tahun Masehi, yang diperhitungkan dari tahun kelahiran Isa, sebagai seorang yang terkemuka didunia dan di akhirat.

Selanjutnya, supaya orang-orang yang hidup di zaman Isa bisa mengenali Dia sebagai Mesias yang dijanjikan Allah, maka Allah, melalui utusan-utusanNya di zaman Perjanjian Lama, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas; melalui nubuatan-nubuatan para nabi. Tentang tahun kelahiranNya [bukan tentang tanggal lahirnya sebagaimana yang kita kenal seba gai hari Natal. Hari Natal adalah hari kelahiran Dewa Matahari, salah satu produk penyesatan Paus Roma Katolik], tentang ibuNya [Perawan Maryam Maria], tentang kota kelahiran Nya [Betlehem], tentang kota DIA dibesarkan [Nazareth menjadi Nasrani], tentang ciri-ciri WajahNya [berbeda dari wajah-wajah yang sering kita lihat dari poster-poster maupun film. Wajah-wajah itu sangat menyesatkan sekali], tentang kehadiran Yohanes Pembaptis {Yahya] sebagai Perintis jalan bagiNya, tentang orang yang mengkhianatiNya {Yudas Iskariot], tentang cara kematianNya, dllnya, sehingga orang tidak sampai kesalahan di dalam mengenaliNya. Dan ketika IA ada di dunia, Allah melengkapiNya dengan tanda-tanda mukjizat.

Maka akhirnya ke-27 Kitab Perjanjian Baru, memberikan penyimpulan: “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadiI Tuhan dan Kristus.” Kisah Para Rasul 2:36. Sedangkan Kisah Para Rasul 4:12; “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam DIA, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Dan pernyataan ini terbukti sekali kebenarannya dalam kenyataannya; tidak ada seorang dari agama apa saja yang mengaku dirinya sebagai Juruselamat, penebus dosa, pengampun dosa, hakim yang adil, imam mahdi, penguasa dunia dan akhirat, seorang yang terkemuka [terhormat, terpandang, termulia]. Baik Dewa Wisnhu, Nabi Budha Gotama, Khong Cu, dll. Baik Nabi Musa maupun Nabi Muhammad, tidak mengaku demikian.

Kata Isa, yang dibenarkan oleh Nabi Muhammad:

“Aku-lah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Yohanes 14:6. “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di du nia ini anak manusia berkuasa mengampuni dosa.” Matius 9:6. “Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum, barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” Yohanes 3:18. Baik Isa maupun para muridNya meneguhkan pernyataan itu dengan darah mereka. Menandakan bahwa apa yang mereka katakan itu benar adanya. Dan ini akan tetap menjadi berita spektakuler sepanjang abad.; bahwa Allah telah turun dari sorga dan menjelma sebagai manusia. Siapakah yang akan percaya bahwa Allah Yang Mahabesar itu akan dan telah turun ke dalam dunia? Orang-orang yang hidup  di zaman purbapun sulit percaya. Begitu pula dengan orang-orang yang hidup di zaman Isa, maupun orang-orang yang hidup di zaman sekarang ini, sulit percaya. Masakan Allah menjadi manusia ? Tetapi ini adalah fakta sejarah yang sudah dituliskan dengan tinta emas. Orang boleh saja untuk tidak percaya, namun orang tidak akan bisa membantahnya.  Kitab Taurat, Injil dan Al Qur’an mempunyai kesaksian yang amat kuat.

Luar-biasanya, ke-3 golongan agama besar ini [Yudaisme, Kristen dan Islam] tidak pernah akur. Mereka hidup sendiri-sendiri dengan keyakinan yang sendiri-sendiri pula. Namun sesung guhnya Kitab Suci mereka adalah Satu. Orang-orang Yahudi dengan Kitab Perjanjian Lama nya, menunjuk pada Isa. Orang-orang Kristen dengan Kitab Injilnya, menunjuk pada Isa. Demikian pula dengan orang-orang Muslim dengan Kitab Al Qur’annya, juga menunjuk pada Isa.

Benarkah Isa anak Allah ?

Adakah pernyataan Isa Anak Allah, itu sebagai sesuatu yang dilebih-lebihkan, sesuatu yang tidak masuk akal, dan sesuatu yang dipaksakan supaya kita mempercayainya begitu saja ? Adakah Allah bekerja secara konyol seperti itu, mendidik manusia untuk mempercayai suatu dongeng, suatu mitos dan suatu takhyul ? Mudah-mudahan tidak demikian “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga IA telah mengaruniakan Anak NYA yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNYA tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16. Inilah alasan Allah menurunkan AnakNYA, Isa, ke dalam dunia ini; karena begitu besar kasihNya atas dunia ini Kasih adalah alasannya Dan kasih yang begitu besarlah yang menjadi pendorong bagi Allah untuk membuat suatu perkara yang besar; menjelma menjadi manusia. Karena hanya seorang pemilik yang bisa mengasihi sedemikian rupa terhadap‘barang’ yang menjadi miliknya. Dan Allah melengkapi dengan berbagai macam bukti untuk menyatakan bahwa Isa, Anak Allah;

Allah berbicara secara langsung kepada murid-murid Isa; “Inilah AnakKU yang Kukasihi, kepadaNyalah AKU berkenan.”Matius 3:17; 17:5.
Malaikat berbicara kepada Maryam, ibu Isa; “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.”Lukas 1:32.
Kesaksian Yahya Pembaptis; “Ia inilah Anak Allah.” Yohanes 1:34

Berkali-kali Isa menyebut Allah, sebagai BapaNya; Yohanes 10:30. Kuasa Isa mengampuni orang berdosa; Matius 9:6.
“Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah ?”  Matius 8:29.Kesaksian Tomas yang semula tidak percaya“Ya Tuhanku dan Allahku.”  Yohanes 20:28.Kesaksian Petrus, salah seorang murid utama Isa;“Engkau adalah Mesia, Anak Allah yang hidup.”  Matius 16:16.Kesaksian prajurit-prajurit Romawi yang menyalibkan dan menjaga kuburNya;“Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.”  Matius 27: 54.Kesaksian dari alam;“Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah.”  Matius 27:51.Kesaksian orang-orang yang telah mati;“Dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus [Yerusalem] dan menampakkan diri kepada orang banyak.”  Matius 27:52-53.Kesaksian dari kebangkitan Yesus; Matius 28:6.Kesaksian Al Qur’an; “namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan [kepada Allah].” QS. 3:45.
Sekalipun Al Qur’an dan Nabi Muhammad sendiri seringkali menyangkali Keilahian Isa, namun berbagai bukti yang melekat di dalam berbagai ayat mempunyai kekuatan yang tidak bisa dipungkiri. Lebih-lebih lagi kita mendapati kenyataan bahwa Nabi Muhammad, memang secara sengaja mendirikan agama baru, Islam, yang berbeda dari Islamnya Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa. Dan itu menyatakan penentangannya terhadap perintah Allah yang menyuruh agar seluruh umat tidak terpecah-belah ke dalam berbagai syari’at/ajaran keagamaan.

Dalam banyak ayat di dalam Al Qur’an banyak memakai kata: “kami”, sebagai bentuk jamak Allah, selain memakai kata; “AKU”, sebagai bentuk tunggalnya.

“kami” dituliskan sebanyak 1613 kali, sedangkan “AKU” sebanyak 313 kali.
Masalah ini berkaitan dengan kaidah bahasa, yaitu aturan-aturan baku dalam Bahasa resmi kita; bahasa Indonesia.
QS. 70:40; “Maka AKU bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya kami benar-benar Mahakuasa.”
“AKU dengan Tuhan, disatukan dengan: “kami.” Di dalam Al Qur’an semua Unsur Trinitasnya ada; Allah Isa  Ruhul Qudus.

Sekalipun oleh para penafsir Isa  Ruhul Qudus. ditafsirkan sebagai malaikat Jibril, tapi itu ‘kan tafsiran mereka, bukan firman Allah. Karena itu kita tidak wajib percaya terhadap tafsiran mereka. Para pimpinan agama Islam harus terbuka untuk mengartikan Isa Al Masih. Apakah itu artinya ? Sebab pengartian ini akan membuka yang lebih luas bagi Keilahian Isa. QS. 2:253; “kami perkuat Dia dengan Ruhul Qudus.”

Luar-biasa sekali ayat ini. Trinitas Allah begitu transparan bisa kita dapati di sini:

kami  pengganti kata Allah; Dia  menunjuk pada ISA; sedangkan Ruhul Qudus di sana diterangkan sebagai Unsur Penguat kepada Isa. Bandingkan dengan Lukas 1:35; “Ruhul Qudus akan turun atasmu [Maryam] dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi Engkau [Maryam]; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut KUDUS, ANAK Allah.” “Isa itu ruh Allah dan firmanNYA.”  H. Annas Ibnu Malik, hal. 72.Perkataan “RUH Allah” sekaligus merupakan penyangkalan terhadap tafsiran bahwa Ruhul Qudus adalah malaikat Jibril. Sedangkan perkataan: “FirmanNYA” menyatakan bahwa Firman Allah itu melekat di dalam diri Isa.

Jadi Isa bukan sekedar seorang nabi, penyampai firman Allah, melainkan Firman Allah itu sendiri. Pada Wahyu 19:13; “NamaNYA ialah Firman Allah.” QS. 3:45; “Seorang terkemuka di dunia dan di akhirat.”

Ini adalah tentang suatu kuasa yang luar-biasa. Suatu kuasa yang hanya dimiliki oleh Allah [BAPA], yang telah diberikan kepada Isa; “KepadaKU telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.”  Matius 28:18.

QS. 3:50; 43:63; “Bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaKU.” Jika kita bertakwa kepada Allah, kita sekaligus harus taat pada Isa. Kita melihat sebuah kesejajaran posisi Isa dengan posisi Allah [Bapa], bukan oleh sebab kuasa Isa memang sebesar itu, melainkan oleh sebab kuasa yang dianugerahkan Allah kepadaNya. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Yohanes 17:3.

QS. 4:159; “Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab kecuali akan beriman kepadanya Isa sebelum kematiannya. “Iman” adalah percaya yang hanya ditujukan kepada Allah. Bandingkan dengan Wahyu 14:12; “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada YESUS.”

QS. 4:158; “Allah telah mengangkat Isa kepadaNYA.”

Bandingkan dengan Markus 16:19; “Terangkatlah IA ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.” Isa menyatu dengan Allah

QS. 19:34; “Yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.”

Perkataan Isa yang menimbulkan perbantahan di kalangan orang-orang Yahudi tidak lain adalah pengakuanNya sebagai Anak Allah, mengampuni dosa orang dan menyebut diriNya sudah ada sebelum dunia diciptakan. Tetapi kita melihat di sini kesaksian Al Qur’an yang membenarkan semua perkara itu. Yohanes 14:6; “Aku-lah jalan dan kebenaran dan hidup.”

QS. 19:17; “…maka ia mengadakan tabir [yang melindunginya] dari mereka, lalu KA

MI mengutus ruh kami kepadanya.”

Artinya bahwa proses kelahiran Isa terpisah dari benih manusia berdosa. Allah hanya meminjam rahim Maryam saja.

Lihat, Matius 1:18; "ternyata ia mengandung dari Roh Kudus.” Sedangkan Yohanes 8:23; “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.”

QS. 19:17b; “maka ia menjelma di hadapannya [dalam bentuk] manusia yang sempurna.” Menjelma, artinya adalah berubah ujud. Dari suatu ujud menjadi ujud yang lainnya. Berbeda dengan ciptaan; dari tidak ada menjadi ada. Tingkat kesempurnaan hanyalah pada Allah. Filipi 2:7; “Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”

QS. 19:21; “dan agar dapat kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami.”

Isa adalah tanda rahmat Allah; pusat penyembahan manusia kepada Allah. Atau dengan kata lain, bila kita hendak menyembah Allah, harus melalui Isa. Filipi 2:11; “Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa”

QS. 19:21b; “…dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” Sudah ditetapkan atau direncanakan/diprogramkan demikian. Jadi Isa datang dengan membawa surat resmi dari Allah. Maka siapakah di antara manusia yang hendak memprotesNya ? Isa bukanlah Pejabat liar. Kisah Para Rasul 2:36; “bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan  dan Kristus.”

QS. 43:61; “Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat.” Wahyu 1:18; “AKU memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”

HSM 127; “Dia akan menjadi hakim yang adil.” Kisah Para Rasul 10:42; “Bahwa DIAlah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati.”

HSB 1493; “Setiap anak Adam yang baru lahir, disentuh oleh setan ketika lahirnya itu, lalu ia memekik menangis karenanya, kecuali Maryam dan anaknya.” Lukas 1:35; “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah

Yang Maha tinggi akan menaungi Engkau.” Kitab Majah Bab Ayyidatuzzaman; “Tidak ada Imam Mahdi selain Isa putra Maryam.” Ibrani 2:17; “Supaya Ia menjadi Imam Besar untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.” 

Namun bagaimana dengan adanya pendapat yang mengatakan bahwa Isa adalah nabi yang telah berlalu, sehingga untuk akhir zaman ini orang harus mengikuti petunjuknya Nabi Muhammad ? QS. 2:134; “Itu adalah umat yang lalu.” QS. 10:47; “Tiap-tiap umat mempunyai rasul.” Sedangkan QS. 2:148; “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya [sendiri] yang ia mengha dap kepadanya.” Hal yang perlu diingat, setelah kita mempelajari yang di atas, adalah bahwa Isa bukanlah sekedar seorang nabi. Dia posisinya sejajar dengan Allah. Sementara itu Nabi Muhammad kita dapati sengaja mendirikan agama sendiri yang baru, yang berlawanan dengan firman Allah. Selain itu kita banyak sekali mendapati paradoks di dalam Al Qur’an, yang sebenarnya juga sangat mengganggu dan membingungkan.

Tetapi sekalipun demikian saya mencoba memberikan gambaran tentang pergantian kepemimpinan di negara kita, Indonesia, yang mulai dari kepemimpinan Presiden Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan sekarang; SBY. Sekalipun berganti kepemimpinan berarti berganti gaya kepemimpinannya, sesuai dengan karakter masing-masing orangnya, namun kesemuanya dipersamakan dalam mengikuti pola UUD 1945.

Gaya boleh beda, tapi prinsip prinsip dasarnya pasti sama karena diseragamkan oleh UUD 1945 itu. Demikian pula dengan pergantian zaman nabi-nabi; nabi Musa berbeda dengan nabi Isa atau nabi yang lainnya.

Tetapi mereka semua datang dengan pengajaran yang sama [prinsip-prinsipnya], karena Allah, Pengutus mereka adalah satu. Nabinya boleh berganti orang, tetapi ajarannya satu. Sebab yang penting bukan nabinya, melainkan Allah-nya. Nabi hanyalah ‘alat’ yang dipergunakan oleh Allah untuk menyampaikan pesan-pesanNya.

Sekarang kita lihat bersama kebenarannya dari Al Qur’an;

HSB 1501; “Saya yang lebih dekat dengan Isa anak Maryam di dunia dan di akhirat. Semua nabi-nabi itu bersaudara karena seketurunan. Ibunya berlainan sedangkan agamanya satu.” Jika memang ayat ini benar demikian, maka seharusnya agama Islam yang sekarang ini harus meleburkan diri ke dalam ajaran agama Islamnya Nuh. Sebab dikatakan; “DIA telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiat-kan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya.” Hanya yang perlu disayangkan dari ayat ini adalah, di zaman Nuh masih belum ada agama. Agama yang pertama-tama didirikan oleh Allah adalah agama Yahudi, yang dibawakan oleh nabi Musa dalam perjalanan di Padang Gurun. Dan itu terjadi sekitar 830 tahun setelah Nuh, atau 430 tahun setelah zaman Ibrahim. Lagi pula kalau dalam konsep Kristen; Nuh, Ibrahim, Daud, Suleman, sekalipun merupakan tokoh-tokoh penting Alkitab, tokoh panutan, tokoh keagamaan, tokoh kesalehan, namun belum bisa masuk dalam kategori kenabian. Sebab mereka tidak menyampaikan ajaran moral kepada masyarakat. Dan mereka tidak diutus Allah. Tetapi Allah memuliakan mereka oleh sebab iman mereka. Selanjutnya, sekalipun Daud menuliskan Kitab yang disebut Kitab Zabur, dia tetap bukanlah nabi. Sebab Kitab Zabur, atau yang disebut Mazmur, itu isinya adalah syair puji-pujian Daud tentang kebesaran Allah. Kitab itu adalah kumpulan syair dan nyanyian.QS. 2:136; “kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepadaNYA.” ‘Tidak membeda-bedakan’ artinya adalah menempatkan segala sesuatunya pada proporsinya. Jujur dan objektif Jika nabi Isa harus ditempatkan di mana, ya harus ditempatkan di sana. Jika nabi Muhammad harus diposisi mana, ya harus diposisikan yang semestinya. Itulah arti dari tidak membeda-bedakan.QS. 21:92; “Sesungguhnya [agama tauhid] ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” ‘Kamu semua’, ini menunjuk kepada Yahudi, Kristen dan Islam.
Benarkah Isa Disalibkan ?

QS. 4:157; “dan karena ucapan mereka; Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak [pula] menyalibnya, tetapi [yang mereka bunuh ialah] orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang [pembunuhan] Isa, benar-benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yg dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidal [pula] yakin, bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” Demikian juga dengan ayat 158; “Tetapi [yang sebenarnya], Allah telah mengangkat Isa kepadaNYA.”

Dari ayat-ayat di atas timbullah pemikiran tentang 3 hal:
Al Qur’an yang semula “MEMBENARKAN” Alkitab dan ISA, kini berbalik dengan menyatakan itu Tidak benar Adakah ini suatu Paradoks ?Allah telah mendustai manusia dan berbuat kejam terhadap seseorang yang diserupakan dengan Isa.  Orang tersebut menjadi korban sifat egois Allah yang ingin menyelamatkan AnakNYA.Tapi sekaligus ayat ini semakin membenarkan kenyataan bahwa Isa memang Anak Allah. Karena itu Allah berusaha menyelamatkannya. Dan selanjutnya, ini memberikan perbedaan perlakuan Allah terhadap Nabi Muhammad, yang dibiarkannya mengalami kematian. Bahkan hingga kini Allah dan para malaikatNYA beserta dengan umat Muslim sedunia sedang mengusahakan keselamatan Nabi Muhammad. Seperti yang dikatakan dalam QS. 33:56; “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNYA bershalawat untuk nabi Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya
Selanjutnya kita akan melihat pertentangan [paradoks] ayat-ayat Al Qur’an yang lainnya:

QS. 3:55; “Hai Isa, sesungguhnya AKU akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalMu dan mengangkat kamu kepadaKu serta membersihkan kamu dari orang-orang yg kafir.” Jadi, bagaimana ini ? Di sini dengan jelas dikatakan tentang ‘ajal’ Isa, dan itu dilanjutkan dengan keterangan ‘diangkat.’

QS. 5:117; “Maka setelah Engkau wafatkan [angkat] aku, Engkau lah yang mengawasi mereka.” Ayat ini jelas-jelas kurang fair: Bagaimana mungkin wafat diterangkan sebagai angkat ? Ini menunjukkan tingkat kemampuan dari para juru tafsir. Bahwa mereka kurang abjektif, kurang menguasai permasalahan, atau dengan sengaja berusaha menyimpangkan maksud ?

QS. 19:33; “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” Di sini tahapan-tahapan kehidupan Isa diterangkan secara sangat jelas; bahwa Isa dilahirkan, mengalami kematian dan mengalami kebangkitan. Perkataan ‘Hidup kembali’ menegaskan bahwa Isa mengalami kematian.Dengan adanya konsep ini maka kebenaran Alkitab semakin dikuatkan. Bukti-bukti kebenaran itu begitu melimpah terdapat di dalam Kitab Al Qur’an.

Perihal Kiblat.

QS. 2:115; “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.Sesungguhnya Allah Mahaluas [rahmatNYA] lagi Mahamenge tahui.” Ayat ini menunjukkan Kemahaluasan Allah, bahwa IA ada di mana-mana, bahwa Allah memiliki wilayah kekuasaan yang Mahaluas, tidak hanya barat saja milikNYA, dan bahwa Allah itu tidak membeda-bedakan antara orang barat dan orang timur. Bahwa Allah itu Mahamengetahui DIA tidak bisa kita dustai, manakala hati kita tidak sedang menghadap ke HadiratNYA, melainkan sedang pusing memikirkan bisnis/urusan kita, sekalipun tubuh dan wajah kita menghadap ke arahNya.Siapakah manusia yang bisa mendustaiNYA ?

QS. 2:177; “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi.” Mengimani dan mempraktekkan iman dari 5 pasal iman itu jauh lebih penting daripada sekedar menghadapkan tubuh ke arah tertentu.

Ka’abah.

Sejarah ringkas Nabi Muhammad, menerangkan bahwa Ka’abah di Mekah yang sekarang ini dijadikan tujuan ibadah haji, sesungguhnya merupakan ‘peninggalan’ dari bangsa Arab yang masih kafir, yang menyembah kepada Al Lata, Al Uzza dan Manah. Baik bangunannya maupun ritual-ritual hajinya adalah berasal dari kekafiran. Hal mana diterangkan di dalam 

QS. 2:158, “Tuhan mengungkapkan dengan perkataan: ‘Tidak ada dosa’ sebab sebagian sahabat merasa keberatan mengerjakan sa’i di situ, Karena tempat itu bekas tempat berhala. Untuk menghilangkan rasa keberatan itu Allah menurunkan ayat ini.” Jadi, Ka’abah bukanlah bangunan yang didirikan oleh Ibrahim. Sebab bangunan Baitullah baru dibuat di zaman Raja Suleman. Itupun lokasinya bukan di tanah Arab, tetapi di Yerusalem.

Ibadah Haji.

QS. 2:128; “dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami.”
[Ini adalah doanya Ibrahim, seakan-akan Ibrahim sudah mengenal keagamaan, padahal Taurat belum diturunkan].

QS. 22:26,27; “Dan, ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang rukuk dan sujud. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji.” Ini adalah seruan Ibrahim. Padahal baik orang Yahudi maupun orang Nasrani sama sekali tidak mengenal ritual semacam haji. Orang Yahudi tidak mempunyai tempat ziarah, karena nabi Musa diangkat Allah setelah kematiannya, dan orang Nasrani juga tidak mempunyai tempat ziarah, karena nabi Isa juga diangkat Allah setelah kematiannya. Bandingkan itu dengan Sejarah Ringkas Nabi Muhammad, “Ayat ini [QS. 15:94] memerintahkan kepada rasul agar menyiarkan Islam dengan terang-terangan dan meninggalkan cara sembunyi-sembunyi itu. Maka mulailah Nabi Muhammad saw menyeru kaumnya secara umum di tempat-tempat terbuka untuk menyembah Allah dan meng-Esa-kanNYA. Pertamakali seruan [da’wah] yang bersifat umum ini beliau tujukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekah pada umumnya yang terdiri dari bermacam-macam lapisan masyarakat. Kemudian kepada Kabilah-kabilah Arab dari pelbagai daerah yang datang ke mekah untuk mengerjakan haji.” “Pada waktu MUSIM HAJI tiba, datanglah ke Mekah Kabilah-Kabilah Arab dari segala penjuru tanah Arab. Di antara mereka itu, terdapat jemaah orang Khazraj dari Yatsrib. Sebagaimana biasanya setiap musim haji, Nabi Muhammad menyampaikan seruan Islam kepada kabilah-kabilah yang sedang melakukan haji itu.” Jelas sekali di sini bahwa ritual haji pada mulanya adalah ritualnya bangsa Arab yang masih kafir.

Sembahyang Jum’at.

Nama-nama Hari di dalam bahasa Arab, dibuat berdasarkan urutan angkanya, seperti: Hari ke-1 [Ahad], Hari ke-2 [Isnain], dstnya.
Untuk Hari yang ke-6, namanya adalah SITTAH. Bukan Jum’at.
“Jum’at” sendiri artinya adalah jama’ah/kumpulan/bersama-sama. Sama sekali tidak mempunyai kaitan dengan nama-nama hari.
Adapun aturan Allah untuk beribadah berjemaah adalah di hari yang ke-7, yaitu Sabtu. Sabtu itulah Hari yang ke-7. Sabtu/Sabta/Sabti].
Sedangkan arti kata: Sabat/Saba'a adalah perhentian. Perhentian dari segala pekerjaan atau aktifitas duniawi.
QS. 45:18; “Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at [peraturan] dari urusan [agama] itu.” 

Dalam Sejarah Ringkas Nabi Muhammad, diterangkan: “Tanggal 24 September 622 Tarikh Masehi untuk pertama kalinya nabi bersembahyang jum’at. Dan sejak itu kota Yatsrib berubah nama menjadi Medinah [Madinatun Nabiy=Kota Nabi].” Sekarang bagaimana jika kalimat itu kita baca; “Untuk pertamakalinya Nabi bersembahyang bersama-sama umatnya ?” Jadi bukan tentang harinya [hari apa], tetapi tentang keadaannya, yaitu bersembahyang bersama-samanya. Adapun tentang harinya, pada peristiwa itu tidaklah mengikat. Hari apa saja itu boleh dan bisa. Sebab acara itu intinya adalah peresmian agama Islam diorganisasikan oleh Nabi, dengan ditandai perubahan nama kota Yatsrib menjadi Medinah. Jadi itu bukan tentang hari peribadatannya. Sama seperti Hari Lebaran itu bisa jatuh di hari apa saja. Sedangkan ayat yang memerintahkan bersembahyang Jum’at adalah QS. 62:9; “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari JUM’AT, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Bagaimana jika inipun kita baca: “Apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari berkumpul.”Sebab tentang hari Sabtu dikatakan: “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu kami berfirman kepada mereka: Jadilah kamu kera yang hina.” QS. 2:65. “Maka kami jadikan itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang bertaqwa.” “.sebagaimana kami telah mengutuk orang-orang [yang berbuat maksiat] pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.” QS. 4:47. “Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu.”

QS. 4:154. “Sesungguhnya diwajibkan [menghormati] hari Sabtu atas orang-orang [Yahu di] yang berselisih padanya.” QS. 16:124. Kata-kata “Kamu” tidak lain adalah menunjuk pada umatnya Nabi Muhammad. Dan di sana dikatakan bahwa ‘kamu telah mengetahui’ tentang peraturan Allah mengenai hari Sabtu itu. Jadi umat Islam ‘dianggap’ telah mengetahui adanya peraturan Allah itu.

Orang-orang di masa itu, adalah orang-orang Yahudi, sedangkan orang-orang yang datang kemudian, tidak lain adalah orang-orang Kristen, dan orang-orang yang bertakwa tentunya orang-orang Islam termasuk sebagai orang-orang yang bertakwa ini. ‘Ketetapan Allah pasti berlaku’, tentunya berlaku bagi siapa saja tanpa memandang bulu.

Kita melihat di sini bahwa semua umat diwajibkan untuk beribadah kepada Allah pada hari Sabtu. Namun  kenyataannya kita mendapati bahwa umat Kristen berbaktinya pada hari Minggu, sedangkan umat Islam berbaktinya di hari Jum’at. Hanya umat Yahudi dan umat Kristen aliran Masehi Advent Hari Ketujuh, yang masih memelihara peribadatan di hari Sabtu. Adapun mengenai hari Minggu, itu adalah hari perbaktikan kepada Dewa Matahari [Sun = Matahari, sedangkan Day = Hari Bahasa Inggris]. Begitu pula dengan Hari Natal, itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari, bukan hari kelahiran Isa. Ini semua merupakan penyesatan warisan Paus Roma Katolik. Itulah sebabnya Al Qur’an menyebut orang-orang Kristen yang menyimpang itu sebagai musuh Islam [QS. 2:137], kafir [QS. 2:253], membelakangi kebenaran [QS. 3:23], melampaui batas [QS. 4:171], tidak mempunyai suatu pegangan [QS. 2:113] dan mengubah firman [QS.2:75].

Sedangkan Alkitab menyebut mereka itu: Orang yang menyombong dan penganiaya [Daniel 7:25], Pembinasa Keji yang berdiri di tempat yang kudus [Matius 24:15], Manusia Durhaka [2Tesalonika 2:3-4], Anti Kristus [1Yohanes 2:18-19], Babel  Agama yang kacau/murtad[Wahyu 17:5]. Tetapi tentang Umat Masehi Advent Hari Ketujuh, Al Qur’an katakan: Golongan yang tidak sama, golongan yang lurus [QS. 3:113], Golongan pertengahan [QS. 5:66], Umat yang kecil [QS. 2:83], Golongan yang beriman [QS. 2:253], Golongan yang teguh pendirian dan setia [QS. 46:13], penghuni sorga [QS. 46:14].

Shalat 5 Waktu.

Arti shalat tidak mesti ditujukan seperti tata cara ibadah umat Muslim saja, sebab arti shalat adalah sembahyang. Sehingga orang yang beragama apa saja manakala ia sedang berkomunikasi dengan Allah-nya, maka ia adalah bershalat. Adapun mengenai shalat 5 waktu, sedikitpun tidak tersebutkan perintahnya di dalam Kitab Al Qur’an. Itu hanya diterangkan di dalam Sejarah Ringkas Nabi Muhammad, “Perintah Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad pada waktu beliau menjalani Isra’ dan Mi’rat.” Sedangkan di dalam Surat Al Isra’ sendiri tidak ada keterangannya sedikitpun.

Al Qur’an.

Sejarah Al Qur’an,, menerangkan: “Barulah pada masa Al Hajjaj bin Jusuf Ats Tsaqafi diadakan penulisan di dalam atau dipinggir  Al Qur’an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.” Jadi kalau kita mendapati keterangan dengan tanda kurung [….] di dalam ayat-ayat Al Qur’an, atau tulisan keterangan dibagian bawah ayat-ayat Al Qur’an, itu adalah hasil dari zaman Al Hajjaj bin Jusuf Ats Tsaqafi.

QS. 6:115, mengatakan: “telah sempurnalah kalimat TuhanMu [Al Qur’an], sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimatNya.

No comments: