Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Mar 25, 2014

Kekuasaan Presiden Isabel Peron Berakhir Tragis

Pada 38 tahun yang lalu, Isabel Martinez de Peron kehilangan jabatannya secara tragis. Dia adalah perempuan pertama di Argentina yang berhasil menjadi presiden negara itu.

Terlahir dengan nama asli María Estela Martínez Cartas de Perón, 4 Februari 1931, Isabel juga dikenal sebagai istri ketiga mendiang Presiden Argentina Juan Peron.

Menurut stasiun berita BBC, selama Juan Peron menjabat sebagai Presiden, Isabel menjadi wakilnya. Begitu suaminya wafat, Isabel dilantik menjadi Presiden pada 1 Juli 1974. Isabel adalah perempuan kepala negara dan kepala pemerintahan pertama yang bukan berasal dari kalangan bangsawan di Dunia Barat.

Namun, Isabel tidak mampu menjadi pemimpin yang baik sehingga negaranya sarat dengan ketidakstabilan politik dan krisis ekonomi. Militer pun tidak menyukai kepemimpinan Isabel sehingga dia dijungkalkan dari kekuasaan melalui kudeta tak berdarah pada 24 Maret 1976.

Isabel bahkan mendekam dalam tahanan rumah selama lima tahun. Setelah itu, dia diasingkan ke Spanyol.

Tahun 2007, menurut kantor berita Reuters, hakim di Argentina memerintahkan penangkapan terhadap Isabel atas tuduhan penghilangan paksa seorang aktivis bulan Februari 1976. Perintah penghilangan paksa itu ditandatangani oleh Isabel, yang membolehkan tentara Argentina mengambil tindakan atas kegiatan subversif. Maka Peron pun diduga terlibat atas kasus pembantaian banyak orang.

Pada tahun 1984 Komisi Penyelidik Penghilangan Orang di Argentina membuat laporan berjudul Nunca Mas (Jangan Pernah Ada Lagi). Laporan itu mengungkapkan ada 600 kasus penghilangan dan 500 pembunuhan yang belum terungkap selama pemerintahan Peron dari 1973 hingga 1976.

Inilah yang membuat pihak berwenang Argentina terus berupaya menangkap Peron, yang mengasingkan diri ke Spanyol.  Dia akhirnya ditahan di dekat rumahnya di Spanyol pada 12 Januari 2007. Namun hakim pengadilan di Spanyol menolak permintaan ekstradisi Argentina atas Peron.

No comments: