Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jul 1, 2013

Sejarah Pulau Easter Dan Misteri Raksasa Hitam, Kassites

Bagaimana orang-orang bisa menyebut pulau Easter yang misterius? Sebuah analisis bahasa membuktikan bahwa pulau itu merupakan tempat pelarian kaum Kassites yang bertubuh tinggi dan berkulit hitam, yang pindah akibat pertempuran para Dewa.

Ishtar, Easter, logat yang kita ucapkan memang hampir mirip. Dan saya lebih terkejut lagi ketika membaca ulasan yang diuraikan Leteane tentang mitologi Pulau Easter (Rapa Nui) yang dihuni suku Olmec maupun kaum Kassites. Pandangan ini berbeda, dimana Dewa dan Dewi disebutkan sebagai sosok yang berkulit, berdaging, berdarah, dan menggunakan teknologi tinggi. Hingga akhirnya pertempuran besar para Dewa Timur dan Barat terjadi di Amerika Selatan, yang juga melibatkan senjata berat, kemungkinan adanya penggunaan energi Nuklir.

Pulau Easter, Tempat Pelarian Kaum Kassites

Beberapa sejarawan mitos telah mengartikan kisah Pulau Easter sebagai skasi tragedi pertempuran besar para Dewa. Peperangan ini dikabarkan telah meninggalkan jejak berupa batu berpahat, patung kepala raksasa misterius yang sekarang menjadi ciri khas Pulau Easter, Polinesia. ada beberapa hal yang penting, seperti yang disebutkan Leteane dalam bukunya, bahwa semua patung kepala itu terkait dengan bahasa Bantu Sotho-Tswana yang mungkin bisa membantu penerjemahannya.

Artikel sebelumnya telah dijelaskan, bahwa suku Olmecs merupakan sekelompok insinyur yang menemani Dewa Thoth pindah ke Amerika Selatan. Dan hal ini telah dijelaskan dengan pahatan kepala raksasa yang selalu menggunakan helm. Sebenarnya Dewa Thoth merupakan tokoh yang nyata, mereka berdaging dan berdarah. Pendapat Leteane memang berbeda dari pandangan mitos lainnya (seperti mitos Dewa Yunani). Dewa Thoth dalam cerita ini digambarkan hidup seperti manusia layaknya, tetapi dia menggunakan teknologi yang sangat canggih. Mereka pindah ke daratan Amerika untuk menciptakan peradaban rahasia di mana Thoth dianggap sebagai 'Dewa' oleh seluruh umat manusia.

Dalam peperangan para Dewa, diceritakan telah melibatkan Dewi Inanna (Ishtar) yang diberikan daerah Ketiga diwilayah Lembah Indus untuk pemerintahannya, dan dia menjalin aliansi dengan Dewa Thoth dan dewa Nergal. Menurut legenda Sumeria, Dewi Inanna meminta Pantheon untuk mengeksplorasi pertambangan timah di Amerika Selatan, dan Inanna pergi ke sana dengan ras keturunan Afrika dan campuran India yang disebut 'Kassites' (kemungkin nama ini diambil dari Kasiterit, penyebutan timah). Mereka cenderung menjadi bagian Hittite yang kini masih dikenali sebagai Indo-Eropa.

Ras ini tercampur ketika terjadi aliansi perang dengan Nergal, dalam legenda Sumeria lebih dikenal pada pemerintahan KI di Afrika. Semetara dalam teks kuno Erra OPOS menyebutkan Dewa Thoth (Ningishzidda), Dewi Inanna dan Nergal, mereka telah berperang dengan Dewa Marduk (Babilonia) yang juga disebut 'Baal' oleh bangsa Kanaan dan 'Ra' oleh bangsa Mesir kuno.

Legenda India banyak mengatakan tentang adanya penggunaan senjata berat ketika Dewa Quetzalcoatl berjuang di Tezcatilpoca Huitzilpochtli. Faktanya di Amerika Selatan ditemukan bukti adanya penggunaan senjata nuklir, dan sejumlah laporan menyatakan bahwa salah satu kota di hutan pedalaman Amerika Selatan musnah yang menyebabkan disekitarnya tidak ada vegetasi yang hidup. Padahal kenyataannya wilayah ini dikelilingi hutan yang lebat.



Ini membuktikan adanya radiasi, perang yang berkecamuk menyebabkan penduduk melarikan diri dan serangkaian peristiwa aneh kaum Kassities. Kemungkinan suku Olmecs juga terdampar di Pulau Easter akibat terjadinya perang besar antara para Dewa. Pulau ini mungkin disebut 'Ishtar' berkaitan dengan Dewi Ishtar yang dikabarkan seorang Paganisme.

Yang terlihat di Pulau Easter, bangsa Kassites mengukir kepala batu yang sama persis seperti yang diukir suku Olmecs di Amerika Selatan, meskipun dalam gaya yang agak berbeda seolah-olah sebagai peringatan besar yang telah melewati penderitaan mereka. Kesamaan tertentu dengan patung-patung di daratan Amerika Selatan telah banyak ditemukan, terutama yang berkaitan dengan Ollantaytambo di Peru. Indikator lainnya, mereka disebut pembangun atau 'Moai' dalam bahasa Sotho-Tswana. Tahap di mana patung ditempatkan disebut 'Ahu', yang juga dikenal dalam bahasa Sotho-Tswana sebagai 'AHO' yang artinya 'bangunan'. Contohnya terlihat pada (bahasa Sotho-Tswana) penyebutan Phara-AHO, sama artinya dengan Pharaoh (sebutan Firaun Mesir).

Kaum Kassites mungkin bertubuh tinggi seperti raksasa yang mungkin saja hidup di pulau Easter, dimana suku asli menyebutnya sebagai Pulau Rapa Nui. Istilah penyebutan Rapa dalam bahasa Ibrani adalah Repha, yang artinya Raksasa. Istilah ini tidak asing bagi kita, sering disebut Refaim yang dianggap sebagai ras raksasa penghuni wilayah Kanaan. Sementara bahasa Sotho-Tswana istilah ini dikenal dengan 'Rapaletse' yang artinya 'mengulurkan'. Dan 'Nui' berhubungan dengan istilah Indo-Eropa yang artinya 'malam'. Jadi Pulau Rapa Nui bisa diartikan sebagai pulau Raksasa Hitam.

Kebanyakan legenda mengatakan, wilayah ini seakan-akan meniru kebiasaan suku Olmecs. Patung-patung yang diukir disebut 'Rano Raraku' yang dalam bahasa Sotho-Tswana diartikan sebagai 'Re-Hano, Rara Akhu' (kita di sini, Raja Akhu). 'Akhu' istilah Mesir menyatakan 'Dewa', dan juga digunakan di Amerika Selatan karena adanya suku Olmec yang telah memahami tradisi Mesir Kuno.

Mungkin saat ini masih menjadi misteri, bagaimana Piramida Mesir dan Amerika Selatan terukir kepala raksasa. Pembuat ukiran kepala menggunakan bahasa yang terkait erat dengan orang-orang berkulit gelap (Dravidian) yang juga dikenal sebagai Sudra. Sudra mungkin lebih dikenal Sut-Ra, 'Sut' dalam etimologi disebut sebagai 'jelaga' yang merupakan etimologi awal dari sebutan 'ZU atau SU' di Sumeria dan Akkadia, semua makna ini artinya 'Hitam'. 'Sud' juga memiliki konotasi 'Selatan' yang merupakan arah umum dari mana orang-orang berkulit Hitam bermukim (Afrika Selatan misalnya).

Catatan Charles Berlitz menyatakan bahwa alfabet Pulau Easter menunjukkan kesamaan luar biasa dengan script Lembah Indus yang digunakan di kota-kota Mohenjo Daro dan Harappa. Kota-kota ini dinyatakan tempat berkuasanya Dewi Inanna (Ishtar) tapi dihancurkan oleh para Dewa.

No comments: