Mitos dan spiritual Mesopotamia Kuno mengungkapkan simbol abstrak yang menyerupai struktur lingkaran atau gelembung dan bersinar, yang sering diartikan bahwa adanya fenomena gelembung dianggap sebagai kejadian mistis atau spiritual, dan mungkin ada dimensi gelembung perseptual yang hampir tidak dikenal manusia modern.
Saya rasa Anda pernah mendengar fenomena orbs (gelembung) yang sering terjadi pada pandangan (penglihatan), baik secara kasat mata ataupun melalui media perekam seperti kamera. Ada mitos yang mengatakan bahwa fenomena gelembung (orbs atau sejenisnya) erat kaitannya dengan mistis, apakah itu benar? Kali ini, saya akan bercerita tentang dunia visual zaman Mesopotamia kuno dan menunjukkan bahwa lingkaran (orbs, gelembung) telah dianggap sebagai seni dan imajinasi peradaban kuno.
Dalam beberapa sejarah Mesopotamia kuno, lingkaran atau gelembung yang memancarkan cahaya dijelaskan sebagai simbol mistis dan spiritual. Beberapa bukti yang menjelaskan hal ini adanya ukiran pada dinding dan barang-barang kerajinan yang sering menampilkan gelembung dan lingkaran. Beck Roger 'A Brief History of Ancient Astrology', Rochberg Francesca 'The Heavenly Writing Divination, Horoscopy, and Astronomy in Mesopotamian Culture', adalah salah satu dari sekian banyak tulisan tentang simbol lingkaran, orbs dan gelembung yang dianggap berhubungan dengan para Dewa.
Simbol Lingkaran Peradaban Mesopotamia Kuno
Sekitar 10,000 tahun yang lalu, manusia zaman Neolitik secara bertahap meninggalkan gaya hidup nomaden untuk menetap bertani. Mereka meletakkan dasar peradaban pertama yang diketahui dalam sejarah, di antara daerah peradaban awal merupakan tanah diantara sungai-sungai atau dikenal Mesopotamia yang berada di Irak.
Sebelum tahun 500 SM, wilayah yang berada di sekitar sungai Eufrat dan Tigris merupakan tempat pertemuan masyarakat dengan budaya yang berbeda. Seperti Sumeria, Assyria, Babilonia, orang-orang Hitti, Hurrian, dan masyarakat lainnya. Mereka membudidayakan tanaman di sawah ber-irigasi, melakukan perdagangan dan kerajinan, mengorbankan diri untuk para Dewa Kuno, kota-kota dan dinasti didirikan, kemudian kerajaan dibangun yang kemudian ditaklukkan.
Sisa-sisa bangunan mereka, meja tanah liat, segel silinder, lukisan, keramik dan logam perunggu dan besi, sebagai saksi sejarah yang terkadang mengandung unsur simbol-simbol menyerupai fenomena Entoptic, gelembung, ataupun lingkaran yang bersinar.
Dukun Mesopotamia Kuno Terapkan Entoptic
Persepsi fenomena entoptic (visual subjektif) geometris diintensifkan dan diperdalam melalui kesadaran untuk mengubah teknik ekstasi. Teknik-teknik tersebut mungkin sudah ada sejak zaman Paleolitik Awal sekitar 40,000 SM, seperti lukisan batu geometris dalam gua Zaman Batu. Dalam agama Mesopotamia kuno ada sedikit bukti tentang praktek mengubah pikiran. Seperti di Mesir kuno, agama terdiri dari Imam dan individu yang melakukan ibadah ritual pada dewa. Mereka diwakili dalam gambar kultus dan patung di kuil-kuil yang merupakan bagian dari mitos dan legenda.
Hubungan manusia kepada para Dewa sangat jauh, para Dewa dipuja dengan perasaan kagum dan kerendahan hati. Melalui sarana ramalan dan penemuan adanya pertanda alam, orang-rang Mesopotamia kuno belajar dari para Dewa mengenai nasib manusia tertentu atau negara.
Semua ini tidak sesuai dengan praktek perdukunan untuk pengetahuan dan penyembuhan. Namun beberapa tindakan magis, mitos dan penggambaran tentang seni Mesopotamia kuno bisa menjelaskan adanya perdukunan oriental kuno yang juga dipengaruhi perdukunan Asia dan Siberia Tengah. Misalnya perjalanan ke dunia bawah dari beberapa tokoh mitos seperti Dewi Inanna atau Enkidu, ritual penyembuhan meliputi irama drum, tarian berputar, makna ritual dan medis mengubah tanaman seperti ganja, dupa, tanaman beracun yang mematikan, mungkin semua ini tertuang dalam ramuan keabadian yang dicari oleh raja Gilgamesh, semua ini menunjukkan jenis praktek perdukunan di Mesopotamia kuno.
Ide perdukunan dari pusat dunia atau disebut Axis Mundi yang meliputi gunung kosmik, pilar atau pohon yang menghubungkan tiga bidang kosmik, bumi, dan dunia bawah. Ide yang tersebar luas di banyak budaya dan mungkin berasal dari zaman prasejarah.
Ada simbol abstrak dalam arsitektur dan seni visual Mesopotamia kuno yang mungkin berhubungan pada gagasan perdukunan. Misalnya berdiri diatas kolom, pilar, tiang yang berulang kali digambarkan pada relief dan segel silinder. Diatas kepala mereka terdiri dari tombak, kepala ber-binatang, juga simbol melingkar. Sementara semua jenis pilar mewakili Dewa, mereka digambarkan dengan lingkaran yang berhubungan dengan Dewa Astral.
Kishkanu, pohon kehidupan Mesopotamia kuno digambarkan memiliki akar yang mencapai ke bawah, batangnya melambangkan bumi, sementara mahkota meluas ke lingkup surgawi. Pohon yang secara keseluruhan merupakan kursi dewa, penjaga kuil matahari, atau pohon kehidupan yang buahnya mengandung cairan keabadian. Beberapa gambar pohon menunjukkan struktur yang sama seperti pilar.
Baik pilar kosmik dan pohon kosmik adalah konsep yang berhubungan dengan praktek perdukunan dan mengubah kesadaran. Gambar-gambar yang ditampilkan menunjukkan bahwa pilar dan pohon tidak hanya membayangkan kiasan, tetapi juga sebagai jaringan (hubungan) dengan lingkungan. Hubungan dengan lingkungan menyampaikan makna sendiri, bahwa mereka berhubungan dengan, atau mewakili, benda-benda angkasa, Dewa dan keabadian.
Kaitan Simbol Orbs Dan Gelembung Dalam Astronomi
Gagasan pada zaman Mesopotamia kuno tentang dunia dan kosmos mengungkapkan pola mirip dengan lingkaran konsentris struktur ber-gelembung. Seperti budaya kuno dan perdukunan lainnya, orang-orang dari Mesopotamia kuno membayangkan kosmos yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu Surgawi, bumi dan dunia bawah.
Agama Astral para Dewa pria dan wanita di Mesopotamia tidak hanya terkait dengan tanaman atau mistis tentang pertanian dan kerajinan, tetapi juga dengan hewan. Dalam mitos penciptaan Akkadia yang disebut Enuma Elisch, Dewa Marduk sebagai bintang dari para Dewa. Beberapa Dewa astral secara eksplisit misalnya Inanna/Ishtar, Dewi Venus dan Dewa Matahari Utu/Shamash, serta Dewa bulan Nanna/Sin. Simbol umum untuk Surga dan Dewa adalah tanda runcing menonjol, 'An' yang menggambarkan kiasan bintang dengan delapan sinar.
Mesopotamia kuno sangat mengenal astronom, dalam pencarian mereka tentang pertanda dalam memprediksi masa depan, penuh perhatian dengan mengamati benda langit pada siang dan malam. Tapi mereka tidak membedakan antara bintang dan peristiwa meteorologi, karena keduanya dipahami sebagai fenomena Surga yang lebih rendah.
Kelompok lingkaran atau gelembung yang dianggap mewakili bintang di langit malam. Jika jumlah mereka tujuh, mereka juga dapat mewakili planet. Catatan Handcock tahun 1912 menyatakan bahwa sekelompok gelembung mungkin representasi dari Igigi, sebuah anonim kolektif surgawi Dewa pria dan wanita. Dalam mitos, jumlahnya bervariasi dari 7 hingga 600. Akkadia dalam mitos Atrahasis, karakter Igigi sebagai Dewa yang lebih rendah dan harus melakukan penciptaan bagi para Dewa Anu, Enlil dan Enki. Dalam mitos penciptaan Enuma Elish, Igigi dikatakan berada dalam dua bidang surgawi teratas.
Dan semua keyakinan itu terus bergulir hingga hari ini, bahwa fenomena orbs atau gelembung merupakan lingkaran konsentris mewakili Dewa Astral dan bintang atau planet yang juga muncul berbentuk lebih kompleks. Hal ini memungkinkan sebagai fakta bahwa persepsi sumber cahaya yang memancarkan sinar mengungkapkan keadaan tertentu, baik sumber cahaya eksternal yang terlihat melalui bulu mata atau entoptic medan energi yang memancar seperti dalam fenomena entoptic konstanta, semua ini sudah diyakini sejak zaman Mesopotamia kuno.