Yudea (bahasa Inggris: Judea, Judæa, dari bahasa Ibrani: יהודה, Standard Yəhuda Tiberian Yəhûḏāh, bahasa Yunani: Ἰουδαία, Ioudaía; bahasa Latin: IVDÆA, bahasa Arab: يهودا, Yahudia) adalah nama biblika, Romawi, dan modern dari bagian selatan Palestina yang bergunung-gunung. Nama ini berasal dari nama Ibrani, Kanaan, Babilonia Baru kelak, dan Persia, "Yehuda" atau "Yehud" untuk menyebut Suku Yehuda dari Israel biblika serta berhubungan dengan Kerajaan Yehuda, yang mana Ensiklopedia Yahudi tahun 1906 memberinya tarikh 934 sampai 586 SM. Nama dari wilayah ini tetap diintegrasikan pada sepanjang periode penaklukkan Babilonia, Persia, Helenistik, dan Romawi sebagai Yehud, Yehud Medinata, Yudea Hashmonayim, dan konsekuensinya, berturut-turut, Yudea Herodian dan Yudea Romawi.
Salah satu akibat dari Perang Bar Kokhba, pada tahun 135 M wilayah ini diganti namanya dan digabungkan dengan Siria Romawi untuk membentuk Palaestina Siria oleh Kaisar Romawi Hadrianus yang berjaya pada saat itu. Suatu bagian besar dari Yudea termasuk dalam Tepi Barat Yordania dari tahun 1948 sampai 1967 (yaitu "Tepi Barat" dari Kerajaan Yordania). Istilah Yudea sebagai suatu istilah geografis dihidupkan kembali oleh pemerintah Israel pada abad ke-20 sebagai bagian dari nama distrik administratif Israel Wilayah Yudea dan Samaria untuk wilayah yang umumnya disebut sebagai Tepi Barat.
Samaria, atau Shomron (bahasa Ibrani:שֹׁמְרוֹן}}, bahasa Ibrani standar Šoməron bahasa Ibrani Tiberias Šōmərôn; bahasa Arab: سامريّون, Sāmariyyūn or ألسامرة, as-Samarah – juga dikenal sebagai جبال نابلس, Jibal Nablus; bahasa Yunani: Σαμαρεία) adalah sebuah istilah geografis yang digunakan untuk wilayah pegunungan antara Galilea di utara dan Yudea di selatan. Nama ini digunakan untuk wilayah alam, historis, dan politik. Daerah ini terletak di tengah Tanah Israel di dalam Alkitab. Kebanyakan wilayah ini berada di Tepi Barat sebelah utara dari Sungai Yordan.
Nama ini mungkin berasal dari shâmar, 'mengamati' atau 'mengawasi' sehingga artinya mungkin seperti 'pos penjagaan'; tetapi, menurut 1 Raja-raja 16:24, nama ini berasal dari nama seseorang (atau klan) Semer. Dari Semer inilah Omri membeli tempat ini.
Samaria adalah salah satu "wilayah" statistik standar yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik Israel. "Biro Pusat Statistik juga mengumpulkan statistik dari wilayah Yudea-Samaria dan Distrik Gaza. Biro ini menghasilkan berbagai seri statistik di wilayah ini, yang memuat data populasi, pekerjaan, gaji, perdagangan luar, laporan nasional, dan berbagai topik lainnya." Samaria digunakan oleh orang-orang yang ingin menekankan hubungan Israel dan orang Yahudi dengan tanah mereka. Misalnya, Samaria, bersama-sama dengan Yudea, kini lebih luas dikenal di luar Israel dengan istilah baru "Tepi Barat." Lihat Yudea dan Samaria.
Lokasi geografis
Di sebelah utara, Samaria berbatasan dengan lembah Esdraelon; di sebelah timur dengan Sungai Yordan; di sebelah barat dengan Pegunungan Karmel (di bagian utara) dan dataran Sharon (di barat); di sebelah selatan dengan Yudea (bukit-bukit Yerusalem). Bukit-bukit Samaria tidak begitu tinggi, jarang yang tingginya lebih dari 800 meter. Iklim Samaria lebih ramah daripada iklim Yudea.
Kontrol politik
Sejarah Samaria di zaman modern, yang dimulai ketika wilayah Samaria, yang tadinya dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman, dipercayakan kepada Britania Raya untuk menjalankan administrasinya pada masa setelah Perang Dunia I sebagai Mandat Britania atas Palestina, oleh Liga Bangsa-Bangsa. Akibat dari Perang Arab-Israel 1948, wilayah ini jatuh ke tangan kekuasaan Yordania dan para penduduknya belakangan menerima paspor Yordania.
Samaria direbut oleh pasukan-pasukan Israel dari Yordania pada masa Perang Enam Hari 1967. Baru pada 1988 Yordania menarik klaimnya atas Tepi Barat, termasuk Samaria, dan belakangan dikukuhkan oleh perjanjian perdamaian Israel-Yordania tahun 1993. Sebaliknya Yordania mengakui Otoritas Palestina sebagai pihak yang berkuasa atas wilayah ini. Dalam Persetujuan Oslo 1994, tanggung jawab untuk melaksanakan administrasi atas sebagian wilayah Samaria (Wilayah 'A' dan 'B') dialihkan kepada Otoritas Palestina.
Israel telah dikritik karena kebijakannya membangun pemukiman di Samaria. Posisi Israel ialah bahwa status hukum tanah itu tidak jelas, sementara PBB tidak setuju. Lihat pemukiman Israel.
Orang Samaria
Secara etnis, orang Samaria adalah penduduk Samaria setelah awal pembuangan orang Israel di Israel (2 Raja-raja 17 dan Yosefus Ketika Asyur mengalahkan Kerajaan Utara (Israel) pada 722 SM, sebagian penduduknya dideportasi, dan orang-orang lain dari Kekaisaran Asyur ditempatkan di Israel. Sargon mengklaim dalam catatan-catatan sejarah Asyur bahwa ia mengangkut 27.290 penduduk dari Samaria, ibukota Israel Utara. Para penduduk yang baru menyembah dewa-dewa mereka sendiri, tetapi ketika di wilayah yang mulanya jarang penduduknya itu merajalela binatang-binatang buas yang berbahaya, mereka meminta kepada raja Asyur untuk mengirimkan para imam Israel untuk mengajar mereka tentang bagaimana menyembah "dewa wilayah itu." Hasilnya adalah sebuah agama sinkretistik – kelompok-kelompok nasional menyembah Tuhan, tetapi mereka juga melayani dewa-dewa mereka sendiri sesuai dengan kebiasaan bangsa-bangsa asal usul mereka. Sebagian orang Samaria mengklaim sebagai keturunan orang Israel dari Kerajaan Utara yang lolos dari deportasi dan pembuangan.
Sebuah studi genetik menyimpulkan dari analisis kromosom-Y bahwa orang Samaria adalah keturunan dari orang Israel (termasuk Kohen, atau para imam), dan analisis DNA mitokondrial menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan dari perempuan-perempuan Asyur dan asing lainnya, hingga praktis menegaskan bahwa orang-orang Samaria adalah keturunan masyarakat lokal maupun asing. (Shen et al, 2004)
Agama Samaria adalah agama yang berkaitan dengan Yudaisme dalam segala aspeknya. Agama ini menerima Torah sebagai kitab sucinya, meskipun tidak banyak dari teologi Yahudi yang belakangan. Bait suci mereka terletak di Bukit Gerizim, bukan Yerusalem, dan dihancurkan oleh Yohanes Hirkanus dari kelompok Makabe (Hasmoni) belakangan pada abad ke-2 SM, meskipun keturunan mereka masih beribadah di antara reruntuhan-reruntuhannya. Antagonisme antara orang Samaria dengan orang Yahudi penting untuk memahami cerita-cerita Perjanjian Baru tentang "Orang Samaria yang Baik Hati" dan Perempuan Samaria.
Sejarah
Shomron (Samaria) secara harafiah adalah sebuah bukit pengintai atau menara pengintai. Di pusat gunung-gunung Israel, beberapa kilometer di barat laut Sikhem, berdiri "bukit Shomeron," sebuah bukit sendirian, sebuah "mamelon" raksasa. Ini adalah sebuah bukit persegi empat, dengan lereng yang curam namun masih dapat didaki, dan puncaknya yang panjang dan datar.
Omri, raja Israel, membeli bukit ini dari Semer pemiliknya dengan dua talenta perak, dan membangun di puncaknya yang luas sebuah kota yang dianaminya "Shomeron", yaitu, Samaria, sebagai ibukota baru kerajaannya, ketimbang Tirzah (1 Raja-raja 16:24). Karena itu, kota ini mempunyai sejumlah keuntungan. Omri tinggal di sini selama enam tahun terakhir pemerintahannya.
Akibat dari perang yang tidak perlu dengan Suriah, Omri terpaksa memberikan hak kepada Suriah untuk "membangun jalan-jalan di Samaria", artinya, kemungkinan memberikan izin kepada para pedagang Suriah untuk meneruskan perdagangan mereka di ibukota Israel. Ini menyiratkan kehadiran populasi Suriah yang cukup besar.
Ini adalah satu-satunya kota besar di Palestina yang dibangun oleh yang berkuasa. Yang lain-lainnya telah disucikan oleh tradisi leluhur atau merupakan milik sebelumnya. Tetapi Samaria adalah pilihan Omri sendiri. Memang, ia memberikan kepada kota yang dibangunnya itu nama dari pemilik sebelumnya, tetapi hubungan khusus dengan dirinya sendiri sebagai pendirinya dibuktikan oleh nama yang tampaknya diberikan kepada Samaria dalam prasasti-prasasti Asyur, "Beth-khumri" ("rumah atau istana Omri").
Samaria seringkali dikepung. Pada masa Ahab, Benhadad II bangkit menyerangnya dengan 32 raja vasal, tetapi dikalahkan dengan pembantaian hebat (1 Raja-raja 20:1-21). Kali yang kedua, tahun beriuktnya, ia menyerangnya; tetapi kembali ia dikalahkan habis-habisan, dan terpaksa meneyrah kepada Ahab (20:28-34), yang pasukannya, dibandingkan dengan pasukan Benhadad, tidak lebih daripada "segelintir anak kecil."
Pada masa Yoram, Benhadad kembali mengepung Samaria. Tetapi tepat ketika ia tampaknya akan berhasil, mereka tiba-tiba membubarkan pengepungan, karena mereka ketakutan ketika mendengar suara kereta-kereta perang dan kuda-kuda serta sejumlah besar pasukan, lalu melarikan diri, meninggalkan perkemahan mereka dengan segala isinya. Penduduk kota yang kelaparan segera merasa lega karena berlimpahnya jarahan dari perkemahan orang Suriah. Menurut kata-kata Elisa, "sesukat tepung yang terbaik berharga sesyikal dan dua sukat jelai berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria" (2 Raja-raja 7:1-20).
Salmaneser V menyerang Israel pada masa Hosea, dan menjadikannya negara vasalnya. Ia mengepung Samaria (723 SM), yang bertahan selama tiga tahun, dan akhirnya ditangkap oleh Sargon II, yang menyelesaikan penaklukan yang telah dimulai oleh Salmaneser (2 Raja-raja 18:9-12; 17:3), serta membuang sejumlah besar suku-suku di sana ke pembuangan. Lihat Sepuluh suku yang hilang.
Rujukan Perjanjian Baru
Perjanjian Baru menyebutkan Samaria dalam Injil Lukas pasal 17:11-20, dalam mujizat penyembuhan terhadap sepuluh penderita kusta, yang terjadi di perbatasan Samaria dan Galilea. Injil Yohanes 4:1-26 mencatat perjumpaan Yesus di sumur Yakub dengan seorang perempuan dari Sikhar. Di situ ia menyatakan dirinya sebagai sang Mesias. Dalam Kisah 8:5-14, dicatat bahwa Filipus pergi ke kota Samaria dan memberitakan Injil di sana. Pada masa Yesus, Syria Iudaea yang merupakan wilayah Roma dibagi menjadi tiga provinsi, Yudea, Samaria, dan Galilea. Samaria berada di pusat Syria Iudaea (Yohanes 4:4). (Syria Iudaea belakangan diganti namanya menjadi Syria Palaestina pada 135, setelah pemberontakan Bar Kokhba.) Dalam Talmud, Samaria disebut "negeri orang Kutim".
Edom merupakan nama tempat yang sebelumnya dikenal dengan nama Seir. Tanah dan penghuni dari Edom ini ditemukan di dataran bagian selatan dan tenggara dari Laut Mati. Edom juga bertetangga dengan Israel di timur dan selatan. Di dalam Alkitab nama 'Edom' memiliki tiga makna. Makna yang pertama (Kejadian 25:30; 36:1, 8, dan 19) yaitu nama lain dari Esau sebagai peringatan bahwa ia menukar hak kesulungannya dengan sup merah. Makna yang kedua (kitab Bilangan 20:18, 20, 21; kitab Amos 1:6, 11; 9:12; kitab Maleakhi 1:4) yaitu Edom sebagai suatu kelompok bangsa. Makna yang ketiga (kitab Kejadian 32:3; 36:20, 21, 30; kitab Bilangan 24:18) yaitu tanah yang diduduki oleh keturunan Esau, yang sebelumnya dikenal dengan nama Seir. Kata Edom sendiri berarti 'merah'. Kata ini menunjuk pada sup yang diberikan sebagai ganti hak kesulungannya. Selain itu, kata ini juga berkaitan dengan kelahiran Esau yang terdapat dalam kitab Kejadian 25:25. Selain itu, kata "merah" ini juga muncul karena warna kemerah-merahan yang ada pada tanah Edom yang di dalam Akitab disebutkan terdiri dari batu yang berwarna merah. Dalam zaman Romawi atau Perjanjian Baru, wilayah Edom dikenal dengan nama Idumea.
Wilayah Edom mempunyai panjang kurang lebih 160 Km. Daerah ini terbentang mulai dari Wadi Zered sampai ke Teluk Aqaba. Edom mempunyai empat batas wilayah. Batas utara adalah Wadi Zered dan teluk Akaba, batas timur adalah Wadi Araba, batas selatan adalah Wadi el-Hesea(yang juga batas dari Moab), dan batas barat adalah padang gurun Araba. Ia meluas sampai ke sisi Araba, suatu daerah seperti lembah yang menghubungkan Laut Merah dengan Laut Mati. Daerah Edom merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan tinggi 1607 m. Dataran tinggi pada Edom mencapai 5000 m, bahkan bisa mencapai 5600 m. Tanah yang terdapat di daerah Edom bukanlah tanah yang subur. Namun, ada beberapa tanah di daerah timurlaut yang baik untuk ditanami. Salah satu hasil pertaniannya adalah anggur (kitab Bilangan 20:17, 19). Di tanah ini juga hewan ternak dapat merumput. Tanah Edom sendiri terbagi atas tiga bagian.
Hutan Edom
Jarak hutan Edom ada 70 mil dari utara ke selatan serta kurang lebih 50 mil dari timur ke barat. Batas utara dari hutan ini adalah Wadi el-Hesea yang memisahkan Edom dari Moab. Batas timur dari hutan ini adalah padang gurun yang berada beberapa mil dari barat. Batas selatan dari hutan ini adalah sebuah lereng yang terjal yang bernama Neqb esh-Shtar. Batas barat dari hutan ini adalah beberapa bukit. Hutan ini disebut sebagai daerah merah karena terdiri dari tanah merah dan juga batu yang berwarna merah. Daerah ini juga masih merupakan bagian dari Edom. Hutan Edom ini juga ditandai dengan beberapa deretan hutan, terutama hutan yang ada pada perbatasan utara. Daerah ini juga menjadi batas bagi dataran tinggi dan cukup dekat untuk memberi sinyal apabila ada serangan ke Edom.
Daerah-daerah kecil Edom
Daerah kecil ini terletak dari Arabah sampai daerah selatan Neqb esh-Shtar sejauh teluk Akaba. Daerah ini berada dekat dengan hutan Edom dan berada di bawah kekuasaan Edom. Daerah ini biasa digunakan sebagai jalur perdagangan untuk pertukarang barang seperti besi dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan daerah ini menjadi penting. Bangsa Edom juga menggunakan daerah ini untuk berdagang besi dan tembaga untuk menambah kekayaan mereka.
Pedalaman Edom
Daerah ini berada dalam wilayah Edom tetapi tidak dikuasai oleh Edom seluruhnya. Daerah ini biasa ditempati oleh suku-suku yang hidup berpindah-pindah. suku-suku ini adalah suku Amalek dan suku Kenas. Dalam kitab Bilangan 20:16 diceritakan bahwa Musa sebagai pemimpin Israel meminta izin untuk dapat melewati daerah ini. Israel tidak menemukan kesulitan ketika melewati pedalaman Edom dan daerah-daerah kecil di Edom.
Data Arkeologis
Data arkeologis mengenai Edom sangat sedikit atau bisa dikatakan jarang. Data-data arkeologis mengenai Edom menunjukkan bahwa penduduk Edom baru muncul di akhir zaman perunggu yaitu sekitar 1300 SM. Ketika awal zaman besi baru ditemukan adanya sebuah kota. Sebuah materai dari Tell el-Kheleifeh memperlihatkan bahwa naskah yang digunakan oleh orang Edom tidak sama dengan naskah yang dipakai orang Ibrani maupun orang Moab. Beberapa artefak yang ditemukan dari hasil penelitian arkeologis adalah puisi, alat-alat, dan beberapa ornamen yang mungkin dipakai untuk peribadahan.
Masyarakat Edom
Di dalam Kitab Nabi-nabi diceritakan mengenai hubungan yang erat antara penduduk Edom dengan Israel, hal ini dikarenakan leluhur Edom merupakan Esau (Saudara kembar Yakub yang disebut Israel). Sejak kecil Esau sudah sering disakiti oleh Yakub seperti dicuri hak kesulungan kemudian dicuri pula hak berkatnya dari Ishak, tetapi demikian Esau pun akhirnya tetap mengampuni Yakub (Kejadian 33), bahkan diayat 4 tertulis bahwa Esau berlari menghampiri, memeluk, mencium dan mereka bertangis-tangisan. Dalam dunia Psikologi ini merupakan sebuah rekonsiliasi keluarga yang baik. Semenjak pulihnya hubungan antara kedua saudara kembar ini, hubungan keduanya pun menjadi baik. bahkan Esau tidak segan memberi bantuan kepada Yakub (Kejadian 3:15), hal ini yang kemudian secara turun temurun menjadi budaya saling tolong menolong antara keturunan kedua saudara ini. Kemungkinan besar masyarakat Edom berasal dari Aram. Mereka melakukan perkawinan campur dengan orang Kanaan (Kejadian 26:34), Orang-orang Ismael (Kejadian 28:9), dan suku-suku asli Hori dari Seir (Kejadian 36:20). Masyarakat Edom merupakan masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian. Mereka memperkaya diri dengan perdagangan besi dan tembaga. Hal ini dikarenakan pada masa itu besi dan tembaga sangat diperlukan. Perdagangan tersebut biasa mereka lakukan dengan bangsa Babilonia, Siria, Arab, dan Mesir. Masyarakat Edom memakai bahasa Ibrani sebagai bahasa sehari-sehari. mereka juga menganut paham politeis dan dewa-dewa mereka terdapat dalam nama raja-raja mereka. Sistem pemerintahan mereka adalah monarki. Sistem ini juga telah dipraktikkan jauh sebelum Israel melakukannya. Pengangkatan raja dilakukan dengan cara pemilihan oleh orang-orang tertentu seperti imam.
Sejarah
Menurut data arkeologis, Edom telah berpenghuni jauh sebelum zaman Esau. Kemudian, Esau bermigrasi ke Edom dan menjadi kelompok yang dominan dengan cara bergabung dengan beberapa kelompok, salah satunya adalah suku Hori. Pada tahun 1850 SM, Edom mengalami kemunduruan budaya karena pada saat itu tanah Edom diduduki oleh bangsa-bangsa pengembara seperti bangsa Filistin. Berdasarkan keterangan Alkitab, bangsa Edom merupakan bangsa yang sangat sering berperang dengan Israel. Dalam masa pemerintahan raja Saul, ia juga berperang melawan bangsa Edom walaupun di antara hamba-hambanya terdapat orang Edom (kitab 1 Samuel 14:47; 21:7; 22:19, 18). Pada masa pemerintahan raja Daud, hal yang sama pun terjadi. Ia menaklukkan Edom dan menempatkan pasukan-pasukan pendudukan di seluruh negeri itu (kitab 2 Samuel 8:13-14). Pada masa pemerintahan ini juga banyak orang Edom yang meninggal. Yoab yang merupakan panglima Daud turut membantai orang-orang Edom ketika ia tinggal di Edom selama beberapa bulan (kitab 1 Raja-raja 11:15-16). Namun, tidak semua orang Edom pada saat itu meninggal karena ada yang melarikan diri yaitu Hadad yang kemudian menyebabkan kesulitan-kesulitan pada masa pemerintahan Salomo (kitab 1 Raja-raja 11:14-22). Pada masa kerajaan Yosafat, orang Edom bersekutu dengan kerajaan Moab dan Amon untuk berperang melawan Yehuda (kitab 2 Tawarikh 20:1). Namun, pasukan sekutu ternyata justru saling membunuh. Pada waktu itu, seorang raja Edom (ia mengakui keunggulan Yehuda) memutuskan untuk bergabung dengan Yehuda untuk berperang melawan Mesa, raja Moab (kitab 2 Raja-raja 3:4-27). Pada masa pemerintahan raja Yoram, Edom kembali memberontak tetapi bisa ditaklukkan (kitab 2 Raja-raja 8:20-22;kitab 2 Tawarikh 21:8-10). Setelah masa itu, Amazia menyerbu Edom dan membunuh 10.000 orang Edom (kitab 2 Raja-raja 14:7). Setelah itu, dalam pemerintahan Ahas ketika Yehuda diserang oleh Pekah dan Rezin, orang Edom masuk ke Yehuda dan membawa para tawanan (2 Tawarikh 28:17. Setelah itu, Edom tidak pernah lagi ditaklukkan oleh Yehuda. Ketika Yehuda jatuh, para nabi mulai menubuatkan kejatuhan Edom sebab Edom bersukacita atas kejatuhan Yehuda. Edom sendiri jatuh dalam kekuasaan Arab selama abad ke-5 SM dan pada abad ke-3 SM diserbu oleh orang Nabatea.
Pada masa Asyur
Pemberontakan Siria dan sekutu melawan Asyur berakhir pada saat Tiglath-Pileser III menaklukkan mereka pada tahun 732 SM. Setelah pemberontakan itu Edom jatuh ke dalam perbudakan di bawah Asyur. Namun tidak berarti bahwa perbudakan di Asyur membawa dampak yang buruk bagi perkembangan Edom. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa beberapa kota yang menjadi sumber kemakmuran bagi Edom dibangun pada zaman bangsa Asyur berkuasa. Kota-kota tersebut adalah Tawilan, Bozrah, dan Umm el-Biyarah. Pada masa bangsa Asyur berkuasa, Edom juga menguasai daerah selatan Yehuda. Pada tahun 735 Sebelum Masehi, Edom menjarah daerah yang bernama Elat. Dalam Perjanjian Lama, daerah Edom disebutkan mulai dari selatan Yehuda sampai daerah barat Wadi Arabah.
Pada masa Babilonia
Setelah bangsa Asyur mulai berkurang kekuasaannya, Edom mendapat keringanan untuk bebas dari pajak serta pemerintahan Asyur. Pada masa itu yang berkuasa adalah Nebukadnezar. Ia memegang kuasa atas wilayah barat setelah tahun 605 SM. Pada masa itu juga terjadi perbudakan dan salah satu bangsa yang termasuk dalam perbudakan adalah Yehuda. Dalam masa kejayaan Babilonia, beberapa kali terjadi pemberontakan yang diakukan oleh bangsa Yehuda, Moab, Amon, Tirus, dan Sidon. Di bawah pemerintahan Babilonia, Edom juga beberapa kali dituduh mengambil kesempatan untuk merampas dan merampok Yehuda. Hal inilah yang menjadi pembahasan dari beberapa kitab nabi-nabi kecil, salah satunya adalah Kitab Obaja. Dua hal yang menjadi keluhan dalam kitab-kitab tersebut adalah Edom telah menyerobot tanah Israel dan juga melakukan kesalahan yaitu kekerasan terhadap umat Israel. Pada sisi lain, Edom juga memberikan tempat perlindungan kepada orang Yahudi untuk melarikan diri dari kekuatan Babilonia. Namun, tidak ada bukti kuat bahwa Edom membantu bangsa Babilonia secara militer pada tahun 587 SM. Edom tidak menyerang Babilonia. Sejarawan Yahudi-Romawi yang bernama Yosefus menyebutkan bahwa Nebukadnezar menaklukkan Moab dan Amon, lima tahun setelah kejatuhan Yerusalem. Namun, Yosefus tidak menyebutkan bahwa Edom juga diserang dalam peristiwa tersebut. Akhir dari kerajaan Edom adalah hasil dari suatu operasi militer yang dilakukan oleh Nabonidus pada tahun 552 SM.
Pada masa Persia
Sejarah mengenai Edom dan penduduk Edom pada masa Persia kurang diketahui dengan pasti. Kebanyakan dari penduduk Edom pada saat itu melanjutkan tradisi yang berkaitan dengan cara hidup mereka. Beberapa dari mereka hidup di gua dan di kemah. Mereka juga memanfaatkan tanah mereka dengan memelihara ternak.
Pada masa Romawi
Penduduk Edom dikenal dengan nama Idume selama masa Hellenistik atau periode Romawi. Salah satu keturunan Edom yang terkenal pada masa itu adalah Herodes Agung. Cukup sulit untuk menelusuri mengenai Edom atau keturunan Edom setelah masa Roma. Hal ini dikarenakan kehancuran Yerusalem pada tahun 70 Sesudah Masehi. Dalam masa Romawi, kata Edom menjadi suatu bentuk kata yang dipakai untuk musuh. Kata ini dipakai Romawi selama aksi penekanan yang dilakukan pihak Romawi terhadap Yahudi dan Kristen. Penggunaan kata ini disebabkan oleh rasa benci terhadap bangsa Edom. Setelah masa pemerintahan Romawi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang Idumea masih ada.
No comments:
Post a Comment