Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Sep 7, 2017

Generasi Banjir

Jika keturunan Kain menyerupai leluhur mereka dalam kekejian dan kebejatan, keturunan Seth adalah kaum yang saleh serta beradab. Perbedaan prilaku dari dua rumpun ini tercermin dari tempat tinggal mereka. Keturunan Seth berdiam di pegunungan di sekitar firdaus, sementara Keturunan Kain mendiami padang rumput di Damaskus, di lokasi pembunuhan Abel oleh Kain.

Namun, pada masa Methusalah, setelah kematian Adam, prilaku keturunan Seth secara perlahan menjadi rusak seperti hal nya keturunan Kain. Kedua rumpun ini bersatu dalam hal kekejian. Hasil dari penyatuan antara mereka adalah kaum Nephilim, yang dosa-dosanya membawa banjir atas dunia. Dalam kesombongan mereka mengklaim sebagai keturunan Seth, dan mereka membandingkan diri mereka dengan para pangeran dan keturunan bangsawan.

Pada masa sebelum banjir, kondisi hidup masih lah ideal, mereka tidak perlu bekerja keras karena masih hidup dalam kemakmuran. Dalam kesombongan mereka bangkit melawan Allah. Sekali panen cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 40 tahun, dan mereka memiliki kemampuan sihir untuk menundukkan matahari dan bulan menurut kemauan mereka. Mereka memelihara anak-anak nya tanpa kesulitan. Masa kehamilan hanyalan beberapa hari, dan segera setelah lahir mereka mampu berjalan dan berbicara; mereka sendiri membantu ibu nya memutuskan tali pusar. Bahkan setan tidak dapat menyakiti mereka. Setelah masa yang panjang dengan kenyamanan walau manusia hidup dalam dosa. Selama itu pula mereka menyakiti Allah, walau berkah-Nya tiada berhenti. Namun kesabaran-Nya berhenti ketika mereka mulai melakukan kekejian dan hidup tidak dalam kesucian.

Namun setelah Allah menetapkan penghukuman atas manusia, Ia masih memberi belas kasih Nya, melalui Nuh yang di utus Nya kepada mereka, untuk memerintahkan mereka mengubah cara hidup mereka, selama 120 tahun, dengan janji bencana banjir jika tidak berpaling. Akan tetapi mereka mencemooh Nuh. Ketika mereka melihat ia mempersiapkan bahtera, mereka bertanya, "Oleh karena itu kah bahtera ini?"

Nuh : "Allah akan membawa banjir besar atas kalian."

Pendosa : "Banjir macam apa? Jika Ia mengirim banjir api, kami tahu cara bagaimana melindungi diri dari api, jika banjir air akibat luapan dari bumi, kami akan menyumbatnya dengan pasak besi, jika dari atas, kami juga tahu cara mengatasinya."

Nuh : "Air akan meluap dari bawah kaki mu, dan engkau tidak akan dapat mencegahnya."

Sebagian dari mereka menjadi keras kepala, karena mereka mendengar perkataan Nuh, bahwa selama Methusalah yang kudus berdiam bersama mereka, musibah banjir tidak akan menyentuh mereka. Masa 120 tahun yang di beri Allah sebagai masa percobaan berakhir, Methusalah wafat, namun Allah memberi mereka perpanjangan waktu selama 1 minggu, untuk berkabung, mengenang sang manusia kudus.

Selama masa perpanjangan tersebut, hukum alam berubah, matahari terbit dari barat dan terbenam di timur. Allah bahkan memberi makanan surgawi yang diperuntukkan bagi manusia di dunia yang akan datang, kepada para manusia pendosa ini, dengan maksud agar manusia bertobat, namun hal tersebut adalah sia-sia. Setelah Methusalah dan orang-orang kudus lainnya dari generasi ini wafat, Allah mendatangkan bencana banjir besar atas dunia ini.

Kitab Suci

Pengetahuan yang luar biasa sangat diperlukan untuk membangun bahtera yang dapat menampung segala mahluk hidup di bumi, bahkan para roh. Hanyalah ikan yang tidak mendapat tempat di dalam nya. Nuh memperoleh pengetahuan tersebut dari buku yang diberikan kepada Adam oleh malaikat Raziel, di mana segala pengetahuan di langit dan bumi tercatat di dalam nya.

Ketika Adam dan Hawa masih tinggal di taman Firdaus, suatu waktu Samael, yang bersama seorang anak mendatangi Hawa, ia meminta untuk mengawasi anak tersebut hingga ia kembali. Hawa memenuhi permohonan Samael. Ketika Adam kembali dari rutinitasnya di Firdaus, ia menemui anak kecil sedang bersama Hawa yang sedang menangis dan meraung.

Adam bertanya perihal anak tersebut dan di jawab oleh Hawa sebagai anak Samael. Adam merasa terganggu dan sangat jengkel akibat tangisan dan jeritan anak tersebut yang semakin lama semakin keras. Dalam kekesalannya ia memukul anak tersebut, dalam sekali pukulan yang mengakibatkan anak tersebut terbunuh.

Namun mayat anak tersebut tidak lah berhenti meratap dan menangis, demikian pula walau telah di mutilasi oleh Adam menjadi potongan-potongan kecil. Untuk menghilangkan suara bising anak tersebut, Adam memasak potongan tubuhnya, dan bersama Hawa, mereka memakannya. Baru saja selesai menyantap anak tersebut, Samael muncul dan mencari keberadaan anaknya.

Namun Adam dan Hawa membohongi Samael, dan berpura-pura tidak mengetahui keberadaan anaknya. Namun Samael berkata kepada mereka : "Apa! Kalian berani berkata bohong, Allah di waktu yang akan datang akan memberi Israel, Taurat, yang mana di dalamnya akan terdapat larangan, 'Jauhkan dirimu dari perkataan palsu!'"

Sementara mereka berbicara, tiba-tiba terdengar suara anak yang terbunuh dari jantung Adam dan Hawa, yang ditujukan kepada Samael: "Pergilah, saya telah menetap di hati Adam dan Hawa, dan tak pernah aku meninggalkan mereka, termasuk di hati semua keturunan mereka, hingga akhir."

Samael kemudian berlalu dari mereka, namun Adam tetap bersedih hati, dan ia mengenakan (kain) karung dan abu, dan ia mulai berpuasa dalam waktu yang panjang, hingga Allah menampakkan diri kepadanya, dan berkata : "Anakku, janganlah engkau takut akan Samael. Aku akan memberi mu penawar yang akan membantu mu melawan nya, karena atas kehendak Ku, ia datang kepada mu." Adam bertanya, "Dan apakah penawarnya?" Allah : "Taurat." Adam : "Dan di manakah Taurat itu?" Allah lalu memberinya kitab milik malaikat Raziel, yang mana di pelajari siang dan malam.

Setelah beberapa saat berlalu, para malaikat mengunjungi Adam, mereka menjadi iri, karena pengetahuan dan kebijaksanaan dari buku tersebut telah di miliki oleh Adam. Mereka bermaksud untuk menjatuhkannya dengan tipu muslihat, dengan memanggil Adam sebagai Allah dan bersujud di hadapan nya, walau ditolak, "Jalanlah sujudkan dirimu di hadapan ku, tetapi muliakan Allah bersama ku. Marilah kita meninggikan nama-Nya bersama-sama."

Namun perasaan iri telah memenuhi para malaikat sehingga mereka mencuri buku tersebut, dan membuangnya ke lautan. Adam kemudian mencari buku tersebut hingga putus asa, dalam kesedihan, ia kembali berpuasa beberapa hari, sampai Allah menampakkan diri kepadanya, dan berkata: "Janganlah takut! Aku akan mengembalikan buku itu kepadamu," dan Allah memanggil Rahab, malaikat laut, dan memerintahkan kepadanya untuk mencari buku tersebut dan diberikan kepada Adam, dan begitulah perintah dilaksanakan.

Setelah kematian Adam, kitab suci tersebut menghilang, namun kemudian ketika Henokh bersembunyi di sebuah gua, keberadaan kitab itu di ungkapkan kepada Henokh dalam mimpinya. Dari buku inilah Henokh mendapatkan pengetahuan tentang alam, bumi dan langit, dan ia menjadi begitu bijak sana melebihi kebijaksanaan Adam. Setelah menghafalnya, Henokh menyembunyikan buku tersebut kembali.

Sekarang, setelah Allah memutuskan untuk membawa banjir atas bumi, Dia mengutus malaikat Raphael kepada Nuh, untuk membawa pesan berikut : "Aku berikan kepadamu kitab suci ini, yang mana semua rahasia dan misteri yang tertulis di dalamnya, dapat engkau ketahui, dan supaya engkau mengetahui bagaimana memenuhi perintah dalam kekudusan, kemurnian, dan kerendahan hati. Engkau akan belajar darinya bagaimana membuat sebuah bahtera dari kayu pohon gofir, dimana engkau, dan anak-anakmu, dan istrimu akan menemukan perlindungan."

Nuh mengambil Kitab tersebut, dan ketika ia mempelajarinya, roh kudus menjamahnya, dan ia mengetahui segala sesuatu yang diperlukan untuk membangun bahtera dan mengumpulkan segala jenis binatang di bumi. Kitab tersebut terbuat dari safir, ia membawanya ke dalam bahtera, dan ditutupnya dalam sebuah peti dari emas. Sepanjang masa ketika berada di dalam bahtera, kitab tersebut menjadi teman pembunuh waktu baginya. Sebelum kematiannya, ia memberi kitab tersebut kepada Shem, dan pada gilirannya kepada Abraham. Dari Abraham turun kepada Yakub, Lewi, Musa, Yoshua, Solomon, mereka semua belajar dan mendapatkan kebijaksanaan dari nya, serta keterampilan untuk pengobatan, dan penguasaan atas iblis.

Para Penghuni Bahtera

Bahtera tersebut selesai sesuai dengan petunjuk dalam kitab Raziel. Tugas Nuh berikutnya adalah mengumpulkan para hewan. Tidak kurang dari 32 spesies burung, 365 reptil harus ia bawa bersamanya. Allah memerintahkan para hewan unuk membantu pembangunan bahtera, mereka pun berkumpul ke lokasi bahtera, dan membantu Nuh sehingga pekerjannya menjadi ringan.

Namun hewan yang datang lebih banyak dari yang seharusnya di ikut kan kedalam bahtera, dan Allah memerintahkan Nuh menyeleksi mereka di depan pintu masuk bahtera, mana yang berjongkok ketika memasuki pintu, dan mana yang berdiri. Yang berjongkok akan diterima, dan yang berdiri ditolak. Binatang yang tidak diterima memasuki bahtera berdiri mengelilinginya, selama 7 hari, pengumpulan binatang terjadi selama seminggu sebelum banjir.

Pada saat bencana banjir di mulai, matahari menjadi gelap, bumi berguncang, dan kilat dan guntur menggelegar secara luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. Namun manusia pendosa tidak pula ingin bertobat,   pula selama 7 hari sebelum banjir, tidak lah mereka mengubah kebiasaan jahatnya.

Ketika banjir mulai terjadi, 700.000 anak manusia berkumpul disekitar bahtera, dan memohon kepada Nuh, untuk memberi mereka perlindungan. Dengan suara nyaring Nuh menjawab: "Bukan kah kalian yang memberontak terhadap Allah, hingga berkata, 'Allah itu tidak ada'? Oleh karena itu Ia membawa kehancuran atas kamu, untuk memusnahkan engkau dari muka bumi. Bukankah sudah ku nubuat kan kepada kalian selama 120 tahun, namun kalian tidak mengindahkan perintah Allah. Dan sekarang kalian ingin untuk tetap hidup!"

Lalu para pendosa berseru: "Jika demikian terjadilah! Kami bersedia untuk kembali kepada Allah, jika engkau bersedia untuk membuka pintu bahtera mu dan membawa kami, hingga kami tidaklah binasa."

Jawab Nuh: "Sekarang barulah engkau berseru, ketika Allah memberi kesempatan selama 120 tahun, engkau berpaling darinya, sekarang sia-sia lah permintaanmu kepada Allah, karena tidak akan di dengar oleh Nya!"

Ketika kerumunan pendosa tersebut mencoba memaksa memasuki bahtera, para binatang buas yang mengelilingi bahtera mencegah mereka, dan banyak dari mereka yang terbunuh, dan sisa nya melarikan diri dan menemui kematian di telan banjir bah. Bagi para raksasa air saja tidak cukup memusnahkan mereka, karena tubuhnya yang tinggi menjulang dan kuat. Ketika Nuh mengecam mereka, mereka menjawab : "Jika air datang dari atas, mereka hanya sampai pada leher kami; dan jika mereka datang dari bawah, kaki kami mampu untuk membendung air itu meluap." Namun Allah membuat setiap tetes air tersebut melalui Gehenna sebelum mencapai bumi, dan air tersebut menjadi panas dan membakar kulit mereka. Penghukuman ini sebanding dengan kejahatan mereka. Seperti panasnya nafsu sensual, dan membakar mereka melakukan perbuatan tak bermoral, demikianlah mereka dihukum dengan air panas.

Bahkan pada saat-saat kematian orang-orang berdosa tetap melakukan kekejian. ketika air mulai meluap dari setiap mata air, mereka menggunakan anak mereka untuk menyumbatnya, hingga anak-anak tersebut mati tertelan banjir.

Namun oleh kasih karunia Allah, dan bukan karena perbuatannya, Nuh dapat berlindung dalam bahtera dari amukan banjir. Meskipun ia lebih baik dibanding manusia sezamannya, ia tidak memiliki kemampuan melakukan mujizat. Ia hanya memiliki sedikit iman, ia tidak memasuki bahtera hingga air telah mencapai lututnya. Nuh bersama istrinya yang saleh bernama Naamah binti Enosh, selamat dari bencana ini beserta 3 anaknya, serta istri mereka.

Nuh menikah ketika ia berusia 498 tahun. Lalu Allah memerintahkan ia untuk mencari istri. Ia sebenarnya tidak memiliki keinginan untuk memiliki anak di dunia ini, karena ia tidak ingin mereka binasa bersama banjir. Ia kemudian  memiliki 3 anak, yang lahir tidak lama sebelum datangnya banjir. Allah memberkatinya 3 anak agar dapat membantunya membangun bahtera yang berukuran masif, agar mereka dapat pula menjadi saleh. Jika tidak mereka pun akan ikut binasa bersama para generasi banjir.

Nuh dan keluarganya adalah orang-orang yang tidak jatuh dalam kekejian pada zaman itu, demikian pula dengan hewan-hewan yang diterima memasuki bahtera adalah yang hidup sesuai dengan kodratnya. Karena hewan pada masa tersebut juga menjalani kehidupan yang penuh kekejian seperti hal nya manusia: anjing kawin dengan srigala, ayam dengan merak, dan banyak hewan yang tidak menjaga kemurnian mereka. Dan mereka yang terluput dari kehancuran adalah yang melindungi diri mereka dari kekejian tersebut.

Salah satu hewan yaitu, reem (mahluk mistis yang sering diterjemahkan sebagai lembu hutan), tidak disertakan oleh Nuh kedalam bahtera. Disebabkan oleh ukuran tubuhnya yang tidak mencukupi ruangan dalam bahtera. Nuh lalu mengikatnya kepada bahtera, dan ia mengapung dibelakang bahtera. Demikian pula dengan sang raksasa Og, raja Bashan. Ia akhirnya ditempatkan pada bagian atas bahtera, sehingga ia terselamatkan dari banjir. Nuh mengurus makanan mereka sehari-hari, dan membuat Og berjanji bahwa ia dan keturunannya akan melayani Nuh dan hidup sebagai budak.

Banjir

Mengatur para hewan dalam bahtera adalah bagian terkecil dari tugas Nuh. Kesulitan utama adalah menyediakan makanan serta akomodasi bagi mereka selama setahun. Dimasa yang akan datang, tradisi dari Shem anak Nuh, yang diceritakan oleh Eliezer, hamba Abraham, menceritakan pengalaman mereka dengan para hewan dalam bahtera. Ini lah kisahnya, "Kami memiliki masalah pelik dalam bahtera. Memberi makan hewan siang pada siang hari, dan hewan malam pada malam hari. Ayahku tidak tahu makanan apa yang harus diberikan pada si kecil Zikta. Suatu saat ia sedang memotong buah delima, dan cacing terjatuh dari buah tersebut, lalu di mangsa oleh zikta. Sejak saat itu ayah ku akan membuat adonan dan membiarkannya ber-ulat, yang kemudian di berikan kepada nya. Singa menderita penyakit demam sepanjang masa, dan ia tidak menjadi ancaman bagi hewan lain, hal ini karena ia tidak menikmati makanan kering. Binatang urshana ditemukan ayahku tidur disudut bahtera, dan ia bertanya kepadanya apakah ia tidak membutuhkan makanan. Ia menjawab : 'aku melihat engkau sangat sibuk, dan saya tidak ingin menambah bebanmu.' dan ayahku menjawab, 'Semoga adalah kehendak Allah ada padamu agar engkau dapat hidup selamanya,' dan berkat itu terwujud."

Kesulitan semakin bertambah ketika banjir mulai mengayunkan bahtera. Semua mahluk didalamnya terguncang seperti makanan dalam wajan. Singa mulai mengaum, srigala melolong, dan semua binatang meraung sekuatnya karena ketakutan. Demikian pula Nuh beserta anak-anaknya, berpikir bahwa kematian telah mendekat. Nuh berdoa kepada allah dalam tangisannya : "Ya Tuhan, bantulah kami, karena tidak mampu lagi kami menanggung penderitaan ini. Ombak-ombak ini mencoba menenggelamkan kami, dan membuat kami dalam ketakutan melihat kematian berada di depan kami. Oh, dengarkan lah doa kami, selamatkanlah kami, mendekatlah pada kami, dan ampunilah kami!"

Banjir ini dihasilkan oleh menyatunya perairan jantan, yang berada di atas firmament, dan perairan betina yang keluar dari bumi. Air yang berada di atas turun melalui langit disebelah kiri, ketika Allah memindahkan 2 bintang dari konstilasi Pleiades. Ketika banjir akan dihentikan, Allah memindahkan 2 bintang dari konstilasi beruang kepada konstilasi Pleiades. Demikianlah konstilasi beruang bergerak mengejar konstilasi Pleiades. Ia menginginkan 2 anaknya dikembalikan, namun mereka hanya dikembalikan di dunia yang akan datang.

Pada saat itu terdapat perubahan pada kubah langit selama tahun banjir. Selama waktu berjalan, matahari dan bulan tidak memancarkan cahaya, Demikianlah panggilan nama Nuh yang juga berarti, "peng-istirahat", karena selamanya hidupnya matahari dan bulan beristirahat pada masa itu. Bahtera diterangi oleh batu mulia, cahaya yang dipancarkan lebih kemilau pada malam hari dibanding siang, hingga Nuh dapat membedakan antara siang dan malam.

Lamanya banjir selama 1 tahun, dimulai pada hari ke-17 pada bulan Heshwan (Oktober-November), dan hujan turun terus menerus selama 40 hari, hingga pada hari ke-27 pada bulan Kislew (November-Desember). Ini adalah hukuman atas kejahatan dari generasi pendosa. Mereka telah menjalani kehidupan tak bermoral, dan menghasilkan anak-anak haram, yang berada dalam rahim selama 40 hari. Dan dari hari ke-27 bulan Kislew hingga hari ke-1 bulan Siwan (May-Juni), yakni masa 150 hari, air telah mencapai ketinggian, 15 ells (33 mtr) diatas bumi. Selama mas ini para durjana dimusnahkan, semuanya mendapatkan hukuman. Kain turut bersama dengan mereka pada saat itu, demikianlah kematian Habel terbalaskan. Demikian dashyatnya banjir tersebut hingga jazad Adam lenyap dari kuburannya.

Pada hari pertama di bulan Siwan, banjir mulai menyusut, 1/4 ell per-hari, dan pada saat hari ke 60, yakni hari ke-10 Ab (Juli-Agustus), hingga hari ke-1 Tishri (September-Oktober) air telah menyusut hingga 1/2 nya. Kemudian pada hari ke-27 Heshwan, banjir telah berjalan selama 1 tahun kalender matahari, yang terdiri dari 12 bulan dan 11 hari.

Nuh mengalami beberapa rintangan untuk mengetahui status dari banjir. Suatu saat ia memutuskan untuk mengirim burung gagak untuk mengecek, namun sang burung berkata: "Allah, tuan mu membenciku, dan engkau juga membenciku. Tuanmu membenciku, karena ia memerintahkan 7 pasang burung 'tak bercela', namun hanya 2 pasang burung 'najis' dimana aku termasuk. Karena kebencian, engkau tidak memilih dari kalangan burung tak bercela, malah memilihku, dan tersisalah 1 pasang dari kalangan kami. Misalkan, aku binasa karena panas atau dingin, bukankah dunia akan kehilangan 1 spesies binatang? atau mungkin engkau telah bernafsu pada pasangan ku, dan hasratmu adalah mengenyahkan aku?" Nuh menjawabnya: "Terkutuk! (Karena tugas) aku harus terpisah dari istriku dalam bahtera ini, bagaimana mungkin terlintas pikiran yang engkau tuduhkan kepadaku!"

Tugas yang diberikan kepada burung gagak tidak berhasil, karena ketika ia melihat tubuh orang mati, ia mulai tergoda untuk memangsanya, dan melupakan perintah yang diberikan oleh Nuh kepadanya, kemudian burung merpati ditugaskan. Menjelang malam hari ia kembali dengan daun zaitun pada paruhnya, yang di petik diatas bukit zaitun di Yerusalem, karena tanah suci terhindar oleh banjir. Saat ia memetiknya, katanya kepada Allah: "Ya Allah penguasa dunia, biarlah makanan ku menjadi pahit seperti zaitun, namun adalah pemberian dari tangan-Mu, daripada manis, namun aku jatuh dalam kekuasaan manusia."

Nuh Keluar Dari Bahtera

Walau banjir telah berakhir, Nuh tidak meninggalkan bahtera hingga turun perintah dari Allah. Dia berkata kepadaa dirinya sendiri, "Saat aku memasuki bahtera karena perintah Allah, maka saya akan meninggalkannya juga karena perintah-Nya." Namun, ketika Allah memerintahkan Nuh untuk keluar dari bahtera, ia menolak, karena ia menolak, karena takut jika setelah mereka hidup di bumi untuk beberapa waktu, dan melanjutkan keturunan, Allah akan kembali membawa hukuman banjir. Karena itu ia tidak meninggalkan bahtera hingga Allah berjanji untuk tidak pernah menghukum bumi lagi dengan banjir bah.

Ketika ia melanggkah keluar dari bahtera, ia mulai menangis dalam kegetiran melihat pemandangan kerusakan dari banjir, dan yang ia berkata kepada Allah: "Ya Allah! Engkau disebut sebagai maha pengasih, dan Engkau seharusnya menunjukkan belaskasi atas ciptaan-Mu." Allah menjawab : "Wahai gembala bodoh, sekarang engkau berkata demikian kepada-Ku. Namun mendiamkan firmanku padamu : 'Aku melihatmu sebagai orang yang saleh dan ber-iman dari generasi mu, Aku akan membawa banjir untuk memusnahkan semua mahluk. Maka buat lah bagimu bahtera dari kayu gofir.' Demikianlah firmanku padamu, tentang segala perkara ini, maka mungkin engkau memohon pengampunan atas dunia. Namun engkau, ketika mendengar bahwa engkau akan diselamatkan dalam bahtera, engkau tidak prihatin akan bencana atas dunia. Engkau membuat bahtera penyelamat. Sekarang setelah dunia telah dirusakkan, engkau baru membuka mulutmu untuk memohon dan berdoa."

Nuh menyadari bahwa ia telah bersalah dan sungguh bodoh. Untuk berdamai dengan Allah dan memohon pengampunan dosa, ia membawa kurban persembahan. Allah menerima persembahan tersebut. Kurban persembahan itu tidak dilakukan oleh Nuh melalui tangannya sendiri; tugas pelayanan imam ini dilakukan oleh anaknya Shem. Ada penyebab akan hal tersebut. Suatu hari di dalam bahtera, Nuh lupa memberi jatah makanan untuk singa, dan ia menjadi sangat kelaparan lalu menerjang Nuh, hingga ia menjadi lumpuh, karena memiliki cacat tubuh, ia tidak dapat melakukan tugas seorang imam.

Ritual kurban ini menggunakan hewan lembu, domba, kambing, 2 ekor puyuh, dan 2 ekor merpati. Nuh memilih jenis ini karena nalurinya, setelah menyaksikan Allah memerintahkan ia untuk mengambil 7 pasang dari jenis ini untuk memasuki bahtera. Altar di dirikan tepat di lokasi Adam, Kain dan Habel pernah menyembelih kurban mereka, dan kemudian menjadi tempat Altar kudus di Yerusalem.

Setelah ritual kurban tersebut, Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya. Ia membuat mereka menjadi penguasa dunia, sebagaimana Adam dahulu, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi," karena selama berdiam di dalam bahtera, semua mahluk hidup, baik hewan maupun manusia, yang berbeda jenis kelamin, hidup dengan tidak saling "menjamah", dikarenakan mereka dalam keadaan menghadapi bencana hebat. Prilaku ini tidak dilakukan oleh penghuni bahtera kecuali oleh Ham, Anjing, dan gagak. Mereka semua telah mendapatkan ganjarannya. Ham akan menjadi bapa kaum yang berkulit gelap.

Sebagai tanda bahwa Allah tidak akan menghancurkan bumi dikemudian hari, Allah meletakkan busur-Nya di awan. Bahkan jika manusia kembali melangkah kedalam dosa, busur menyatakan bahwa dosa mereka tidak akan membawa dampak kehancuran bagi bumi. Sebuah masa datang dalam perjalanan hidup manusia ketika manusia yang hidup dalam kesalehan tidak perlu mencemasi bayang-bayang penghancuran bumi. Pada masa tersebut busur tidak terlihat lagi.

Allah memberi izin bagi Nuh dan keturunannya untuk mengkonsumsi daging hewan, yang mana terlarang pada masa Adam hingga saat itu. Namun mereka menjauhkan diri untuk tidak mengkonsumsi darah. Ia menyatakan 7 hukum era Nuh, sebuah kewajiban untuk semua orang. Allah melarang secara spesifik tentang penumpahan darah sesama manusia. Barang siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan ditumpahkan. Bahkan jika hakim memutuskan orang tersebut untuk bebas, hukumannya akan mengejarnya. Dia akan mati secara tidak wajar, seperti orang yang telah ia tumpahkan darahnya. Ya, bahkan binatang akan turut menumpahkan darah mereka, selanjutnya nyawa binatang akan dibutuhkan untuk kehidupan manusia.

Kutukan atas kemabukan.

Nuh kehilangan julukan sebagai "orang saleh" ketika ia mulai menyibukkan diri dengan tanaman anggur. Ia menjadi "manusia tanah", dan ini adalah upaya pertama manusia untuk membuat minuman anggur (wine) dan pertama kalinya kasus minum anggur secara berlebihan, pertama-kalinya sumpah serapah kepada sesama dalam keadaan mabuk, dan yang pertama memperkenalkan perbudakan.

Inilah kisah hal itu terjadi. Nuh menemukan pokok anggur yang diambil oleh Adam dari taman Firdaus ketika ia di usir. ia (Nuh) mencoba anggur tersebut dan melekat padanya. Pada saat ia menanamnya, ia lalu tumbuh dan menghasilkan buah pada hari yang sama, ia mengolahnya menjadi minuman, meneguknya hingga mabuk, dan ia menjadi tercemar--semuanya dalam 1 hari. Pembantunya di kebun anggur adalah Satan, yang telah bersamanya pada saat ia menanam pokok anggur temuannya. Satan bertanya padanya: "Apakah yang engkau tanam disini?"

Nuh: "Kebun anggur."
Satan: "Seperti apakah hasilnya?"
Nuh: "Buahnya sangat manis, baik itu jika dikeringkan atau segar. Anggur tersebut menyenangkan hati manusia."
Satan: "Marilah kita bekerjasama menanam anggur."
Nuh: "Baiklah."

Satan lalu menyembelih anak domba, kemudian singa, babi, dan monyet. Darah mereka ia alirkan dibawah pohon anggur. Ia berkata kepada Nuh, khasiat anggur tersebut: sebelum ia meminumnya, ia polos seperti anak domba; jika ia meminum seteguk, ia merasa kuat seperti singa; jika ia meminumnya lebih banyak dari yang ia mampu, ia akan menyerupai babi; dan jika ia meminum pada titik pencemaran, maka ia akan berprilaku seperti monyet, ia menari-nari, menyanyi, berbicara serampangan, dan tidak menyadari kelakuannya.

Hal ini yang menyebabkan Nuh tidak melampaui contoh yang diberi oleh Adam, yang jatuh juga karena anggur, karena buah terlarang adalah anggur, namun itu tidak membuatnya menjadi mabuk.

Dalam kondisi mabuk Nuh pergi ke tenda istrinya. Ham melihatnya disana, dan ia memberitahu saudaranya apa yang ia saksikan, dan berkata: "Manusia pertama mempunyai 2 anak, dan satu membunuh yang lain; dan Nuh yang memiliki 3 anak, masih ingin menambah anak ke-4." Namun Ham tidak juga menghentikan dosanya melalui perkataan buruk terhadap ayahnya. Ia bahkan mencegah ayahnya bersetubuh.

Setelah Nuh sadar dari mabuknya, ia lalu mengutuk Ham (anak bungsu Nuh), yakni kepada anak Ham, si bungsu Kanaan. bukan kepada Ham sendiri, karena Allah telah memberi berkat kepada Nuh dan ke-3 anaknya. Oleh karena itu ia menempatkan kutukan pada anak bungsu Ham, karena anak ke-3 Nuh, mencegahnya mempernak anak ke-4.

Keturunan Ham melalui Kanaan memiliki mata marah, karena Ham menyaksikan aurat ayahnya; mereka memiliki bibir yang cacat, karena Ham berbicara dengan bibirnya kepada saudaranya tentang kondisi tak pantas ayahnya, mereka memiliki rambut ikal (berombak) karena ia memutar kepalanya untuk melihat aurat ayahnya, dan karena Ham tidak ikut serta menutupi aurat ayahnya. Demikianlah ia dibalaskan, sebagaimana Allah akan membalaskan dengan ukuran yang setimpal.

Kanaan harus menderita akibat dosa ayahnya. Namun beberapa hukuman itu dijatuhkan karena prilakunya sendiri, karena Kanaan lah yang menyebabkan perhatian Ham kepada Nuh. Ham, adalah ayah yang sesuai untuk Kanaan. Wasiat Kanaan yang ditujukan kepada keturunannya adalah seperti berikut: "Janganlah berbicara jujur; janganlah menahan dirimu untuk mencuri; jalanilah hidup sex bebas; bencilah tuanmu dengan kesumat; dan sesama kalian haruslah saling melindungi."

Jika Ham dibuat menderita akibat kesalahannya, Sem dan Yafet mendapatkan berkat karena berbakti, dengan cara hormat mereka mengambil pakaian dan meletakkan di atas kedua bahu mereka, dan berjalan mundur dengan memalingkan wajah mereka dari aurat ayahnya. Ketelanjangan adalah ciri khas keturunan Ham, orang Mesir dan Ethiopia, yang dibawa pergi sebagai tawanan di pengasingan oleh raja Asyur, yang merupakan keturunan Shem, Bangsa Asyur itu sendiri, ketika dibakar oleh malaikat Allah di negeri mereka, pakaian mereka tetap melekat pada jazad mereka. Dan di waktu yang akan datang, pada saat Gog akan menderita kekalahan, Allah akan menyiapkan kain kafan dan kuburan bagi kaumnya, mereka adalah keturunan Yafet.

Walau Shem dan Yafet menunjukkan kepatuhan dan hormat, namun Shem mendapat berkah lebih besar, sebab ia lah yang pertamakali mencetuskan ide tentang bagaimana menutupi aurat ayah mereka. Yafet kemudian bergabung dengannya. Oleh karena itu keturunan Shem mendapat berkah untuk mengenakan tallit, dan keturunan Yafet mengenakan toga. Berkah lain yang diterima oleh Shem adalah penyebutan namanya dalam berkat Nuh, "Terpujilah Tuhan, Allah Shem," meskipun sebagai aturan nama Allah tidak bergabung dengan nama orang yang masih hidup, namun hanya untuk orang yang meninggal.

Hubungan Shem dan Yafet terungkap dalam berkat dari ayah mereka: Allah akan memberikan tanah yang indah kepada Yafet, dan keturunannya akan menganut agama yang dikembangkan oleh keturunan Shem. Pada saat Nuh menyampaikan berkatnya, ia juga mengucapkan bahwa Shekinah hanya akan berdiam di bait Allah pertama, yang di dirikan oleh Salomon keturunan Shem, dan tidak pada bait Allah ke-2 yang di dirikan oleh Cyrus, keturunan Yafet.

Menyebarnya Keturunan Nuh

Ketika Ham mengetahui bahwa ayahnya telah mengutuknya, ia menyingkir karena malu, dan bersama keluarganya ia menetap di kota yang ia bangun dan diberi nama Neelatamauk, untuk istrinya. Iri melihat saudaranya, Yafet juga membangun sebuah kota dan diberi nama menurut nama istrinya, Adataneses.

Shem adalah satu-satunya dari anak Nuh yang tidak meninggalkan dirinya. Di dekat rumah ayahnya, disebuah gunung, ia membangun kota yang juga diberi nama seperti nama istrinya, Zedeketelbab. Ketika kota ini berada disekitar Gunung Lubar, disekitar bahtera mereka karam. Yang pertama berada di sisi selatan, yang ke-2 di sebelah barat, dan ke-3 di timur.

Nuh berusaha untuk mengajarkan adat-istiadat dan perintah yang diketahui olehnya kepada keturunannya. Secara khusus ia mengingatkan mereka untuk menghindari pencabulan, kenajisan, dan semua kejahatan yang telah membawa dunia pada banjir besar. Nuh mencela mereka yang hidup terpisah satu sama lain, dan diliputi kecemburuan, karena ia takut, setelah kematiannya, mereka akan saling menumpahkan darah. Terhadap hal ini ia memperingatkan mereka, walau mereka tidak akan dimusnahkan seperti kaum sebelum mereka.

Hukum lain yang diperintahkan kepada mereka untuk di-taati, adalah hukum bahwa setiap buah dari pohon tidak akan di panen selama 3 tahun pertama, bahkan pada tahun ke-4, adalah bagian bagi para imam, yang akan ditawarkan di atas mezbah Allah. Setelah mengajarkan berbagai perintah Allah, Nuh berkata: "Sebagaimana Henokh, leuluhur kita yang merupakan generasi ke-7 manusia, menasehati anaknya Methuselah, dan Methuselah kepada anaknya Lamekh, dan Lamekh kepada ku, sekarang perintah itu ku berikan kepada kalian, anak-anak ku.

Pada tahun 1569 setelah penciptaan dunia, Nuh membagi bumi diantara anak-anaknya, di hadapan malaikat. Masing-masing mengulurkan tangan dan mengambil secarik lembaran dari dada Nuh. Lembaran milik Shem bertuliskan bagian tengah bumi, dan menjadi pusakanya beserta keturunannya untuk selama-lamanya. Nuh bersukacita karena bagian tersebut menjadi milik Shem. Karena hal itu menggenapi berkah Nuh kepadanya, "Dan Allah berdiam bersama Shem," selama tiga tempat suci (Bait Allah, Gunung Sinai yang berada pada titik tengah gurun pasir, dan gunung Zion pada titik tengah bumi.

Bagian selatan menjadi milik Ham, dan utara menjadi milik Yafet. Tanah milik Ham sangat panas, dan Yafet dingin, namun Shem berada diantaranya.

Pembagin bumi ini dimulai ketika masa akhir hidup Peleg (berarti dibagi), nama ini berikan oleh ayahnya Eber yang merupakan seorang nabi, mengetahui bahwa pembagian bumi akan di mulai pada masa anaknya. Saudara Peleg bernama Yoktan (berarti kecil), karena pada masa itu umur manusia semakin singkat.

Mereka membagi bumi menjadi 104 tanah, dan 99 pulau diantara 72 bangsa (negri), masing-masing dengan dialek sendiri, dan menggunakan 16 huruf karakter untuk menulis. Yafet mendapatkan 44 tanah, 33 pulau, 22 dialek dan 5 jenis tulisan; Ham mendapatkan 34 tanah, 33 pulau, 24 dialek, 5 jenis tulisan; dan Shem mendapat 26 tanah, 33 pulau, 26 dialek, 6 jenis tulisan - satu set karakter yang berjumlah lebih banyak diberikan kepada Shem, lebih banyak dibanding saudaranya, bahasa tersebut adalah bahasa Ibrani.

Tanah yang akan dimiliki sebagai warisan dari 12 anak Yakub, sementara diberikan kepada Kanaan, Sidon, Heth, Yebus, Amorit, Girgasi, Hewi, Arkit, Sinit, Arvadit, Semari, Hamati. Adalah tugas dari bangsa-bangsa ini untuk mengurus tanah sampai datangnya pemilik yang sah.

Setelah keturunan Nuh mengambil bagian mereka, para roh jahat mulai merayu mereka, dan menyeret mereka dalam penderitaan menuju kematian jasmani dan rohani. Setelah permohonan Nuh, Allah mengutus malaikat Raphael, yang kemudian memusnahkan 90% roh-roh jahat dari bumi, dan meninggalkan 10% yaitu Mastema, yang akan menghukum orang berdosa diantara manusia.

Rafael lalu mengajarkan Nuh tentang obat-obatan dari tanaman. Nuh mencatat hal tersebut dalam sebuah buku, yang ia wariskan kepada anaknya Shem. Ini adalah sumber dari buku kedokteran yang digunakan oleh para orang bijak dari India, Aram, Macedonia dan Mesir. Orang bijak dari India mengabdikan diri mereka pada pepohonan dan rempah-rempah; orang Aram sangat ahli dalam gandum dan biji-bijian, dan mereka menterjemahkan buku tersebut kedalam bahasa mereka. Orang Macedonia adalah yang pertama menerapkan pengetahuan kedokteran dalam kehidupan sehari-hari, sementara orang Mesir menggunakan penyembuhan melalui ilmu sihir dan astrologi, yang mereka ajarkan kepada bangsa Kasdim, yang ditulis oleh Kangar, anak Ur, anak Kesed.

Keterampiln medis menyebar luas hingga pada masa hidup Aesculapius. Orang bijak dari Macedonia ini, bersama dengan 40 penyihir, menjelajahi berbagai negara, mencari taman Firdaus, namun mereka sampai di India. Tujuan perjalanan mereka adalah menemukan pohon kehidupan, dan ketenaran mereka tersebar ke seluruh dunia. Namun harapan mereka adalah kesia-sian ketika mereka mencapai lokasi bekas taman Firdaus, mereka menemukan pohon penyembuhan dan kayu dari pohon kehidupan, namun ketika mereka mencoba untuk mengumpulkan kayu tersebut, halilintar muncul dari pedang yang terus berputar, menyungkurkan mereka ke tanah, dan terbakar.

Bersama mereka hilanglah semua pengetahuan kedokteran, dan muncul kembali pada masa Artaxerxes I, oleh orang bijak Macedonia bernama Hippocrates, Dioscorides dari Baala, Galen dari Caphtor (Kaftor/Siprus), dan Asaph si orang Ibrani.

Kerusakan Moral Manusia.

Ketika manusia makin tersebar luas didunia, manusia semakin korup. Nuh masihlah hidup ketika keturunan Shem, Ham dan Yafet menunjuk para pangeran (raja) dari kelompok mereka. Nimrod oleh keturunan Ham, Yoktan oleh keturunan Shem, dan Phenech oleh keturunan Yafet. 10 tahun sebelum wafatnya Nuh, pengikut dari para pangeran ini berjumlah jutaan. Ketika  mereka berkumpul di Babel (Babilonia) dalam sebuah perjalanan, mereka berkata satu sama lain : "Sesungguhnya, akan datang suatu waktu, di hari terakhir, dimana tetangga akan dipisahkan dari tetangga, saudara dan saudara, dan akan saling berperang satu sama lain. Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi. Dan sekarang marilah kita membuat batu bata, dan masing dari kita menulis namanya pada batu bata nya."

Semua menyetujui rencana ini, kecuali 12 orang saleh, Abraham salah satunya. Mereka menolak untuk bergabung dengan yang lain. Mereka ditangkap, dan dibawa ke hadapan 3 pangeran, dan disebutkanlah alasan penolakan mereka: "Kami tidak akan membuat batu bata, atau pun berdiam bersama kalian, karena kami mengetahui Allah yang esa, dan kepadanya kami menyembah; bahkan jika anda membakar kami dengan api bersama batu bata itu, kami tidak akan mengikuti rencana kalian." Nimrod dan Phenech sangat murka terhadap ke-12 orang dan memerintahkan untuk membuang mereka ke dalam api.

Yoktan, yang juga takut akan Allah, dan berkerabat dengan orang terhukum, memutuskan untuk menyelamatkan mereka. Ia menyarankan kepada 2 koleganya untuk memberi mereka masa istirahat 7 hari. Usulan ini disetujui, dan ia pun mendapat rasa hormat diantara ke-3 pangeran. Ke-12 orang tersebut ditahan di rumah Yoktan. Pada malam hari ia mengutus 50 hambanya untuk mengungsikan para tahanan ke daerah pegunungan dengan menaiki keledai. Demikian lah mereka lolos dari hukuman. Yoktan memberi mereka makanan selama 1 bulan. Ia meyakini selama mereka mengungsi, orang-orang akan melupakan penghukuman tersebut, dan Allah akan membantu mereka. 11 dari tahanan menyetujui rencana ini. Namun Abraham menolaknya, ia berkata: "Dengarkanlah, hari ini kita melarikan diri ke pegunungan dan selamat dari api, namun jika binatang buas memangsa kita, atau kita kehabisan makanan, hingga kita mati kelaparan, kita akan dikenang sebagai pengecut dan mati dalam dosa. Sekarang, sebagaimana Allah yang hidup, kepada-Nya aku percaya, Aku tidak akan pergi dari tempat ini, dari tempat mereka memenjarakan aku, dan jika aku mati dengan dosa-dosaku, maka aku mati oleh karena kehendak Allah, sesuai keinginan-Nya."

Usaha Yoktan untuk membujuk Abraham untuk melarikan diri adalah sia-sia. Dia bertahan dan menolak. Dia tetap berdiam dalam tahanan, sedangkan 11 orang lainnya melarikan diri. Ketika masa rehat telah berakhir, orang-orang kembali menuntut kematian ke-12 tahanan, Yoktan hanya mengeluarkan Abraham. Ia beralasan tahanan lain telah melarikan diri pada malam hari.

Orang-orang mengerumi Abraham dan melemparnya kedalam tungku pengapian. Tiba-tiba terjadi gempa bumi, dan api melesat dari tungku pembakaran, dan semua orang yang berdiri disekelilingnya, sejumlah 84.000 orang, tewas terbakar, sedangkan Abraham tak tersentuh oleh api. Kemudian ia menemui teman-temannya di pegunungan, dan menceritakan keajaiban yang dialaminya. Mereka semua kembali bersamanya, dan gentarlah orang-orang, mereka lalu memuji dan mengucap syukur kepada Allah.

No comments: