Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Dec 1, 2016

Sejarah Kristen

Pendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi bernama Yesus, yang lahir di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga 4 SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam bulan Desember tahun pertama era Kristen yaitu, tahun 1 M, akan tetapi telah diketahui sekarang bahwa hal ini salah. Dalam catatan-catatan yang menyangkut Yesus -yakni Injil, empat di antaranya terdapat dalam perjanjian baru yang  ditulis Matius, Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa dia lahir selama berkuasanya Raja Herodes dan pada saat Kerajaan Romawi  melaksanakan  sensus  penduduk. Kerajaan Romawi melaksanakan sensus penduduk empat belas tahun sekali. Sensus pertama berlangsung tahun 6 M; ini berarti bahwa sensus sebelumnya dimulai tahun 8 SM, selama pemerintahan Kaisar Augustus dan tanah Judea diperintah Kerenius yang dapat kita baca dalam Lukas 2:1-5. Kita juga diberi tahu tentang bintang yang menuntun orang Majus ke tempat Yesus berada, dan astronom Keppler, menghitung bahwa  timbul konjungsi antara Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun 7 SM yang menampakkan kesan sebagai bintang baru yang terang benderang. Semua data ini mendukung kesimpulan bahwa Yesus lahir antara tahun 8 hingga 4 SM. Kita juga dapat menentang pendapat bahwa Yesus lahir bulan Desembers karena dalam Injil Lukas terdapat gembala yang menggembalakan ternaknya pada malam hari (2:8). Namun di Palestina pun cuaca dingin dan turun sadju, jadi saat kelahiran itu pastilah di luar musim dingin karena para gembala tidak akan keluar pada saat tersebut. Musim yang lebih mungkin adalah musim semõ atau musim rontok.

Penganut ajaran Kristen percaya bahwa ibu Yesus, yakni Maria, melahirkan Yesus dalam keadaan masih perawan dan belum bersetubuh dengan suaminya yaitu Yusuf. Anak tersebut lahir karena kekuasaan Tuhan melalui roh kudus. Kaum Katolik bahkan  berkeyakinan bahwa Maria tetap perawan setelah kelahiran Yesus. Saudara laki-laki dan perempuan Yesus yang disebutkan dalam Markus 6:1-6 adalah anak-anak Yusuf dari perkawinannya yang terdahulu.

Tidak banyak yang kita ketahui tentang Yesus di masa kanak-kanak;  kisahnya  mulai  banyak diungkapkan untuk perjalanan hidupnya setelah berusia  tigapuluhan,  saat dibaptis  oleh  Yahya. Yahya membaptis manusia sebagai persiapan mereka untuk menerima kedatangan "juru selamat;" pada waktu Yesus datang, dia menolak membaptis Yesus dengan menyatakan bahwa Yahya tidak pantas membaptis Yesus, bahkan sebaliknya dialah yang pantas dibaptis. Namun Yesus tetap meminta Yahya membaptis dirinya; setelah dibaptis  dia mengasingkan diri selama 40 hari dan memikirkan "juru selamat" yang bagaimanakah sebenarnya. Selama itu iblis menggoda dia, membujuk Yesus agar menjadi pahlawan bagi bangsa Yahudi, atau memenangkan dukungan bangsanya lewat perbuatan kegaiban atau dengan memenuhi kepuasan material bangsa Yahudi. Yesus menolak godaan ini, karena Dia sadar bahwa Dia haruslah "juru selamat" yang menderita, yang akan mati demi bangsanya.

Setelah meninggalkan gurun, dia memilih dua belas orang sebagai teman dan muridnya. Murid-murid ini mempunyai latar belakang yang beragam: Petrus dan Andreas adalah bersaudara dan nelayan miskin; Yacob dan Yahya, juga bersaudara, adalah nelayan juga, namun lebih makmur; Matius (atau Levi) adalah pengumpul pajak yang bekerja bagi orang Romawi; ada anggota kelompok Zealot yang fanatik; dan Yudas Iskariot, orang yang pada akhirnya mengkhianati Yesus dan menyerahkannya kepada musuhnya. Dari kedua belas muridnya, Petrus, Yacob dan Yahya merupakan teman Yesus yang paling dekat.

Dalam Markus 6:1-6 Yesus disebut "tukang kayu," dan dari sini diasumsikan bahwa sebelum terkenal, Yesus meneruskan profesi ayahnya sebagai tukang kayu. Kita tidak mengetahui latar belakang pendidikannya walaupun mungkin dia memperoleh pendidikan dari cendekiawan monastik Yahudi, yakni kaum Essenes, yang ajarannya banyak mirip dengan ajaran Kristen. Namun dari kitab-kitab Injil dapat kita lihat bahwa dia adalah manusia yang cerdas, arif dan penuh humor. Ajarannya dia sampaikan lewat perumpamaan, dongeng, kisah-kisah pendek yang mengandung makna mendalam. Teknik pengajaran seperti inilah yang ditempuh para rabbi karena lebih mudah menangkap makna  lewat  kisah-kisah  pendek  dibandingkan  lewat kisah-kisah panjang, atau lewat diskusi formal yang panjang. Kisah-kisah atau perumpamaan Yesus adalah sederhana dan langsung kena, kisah yang mudah disimak oleh siapa pun. Akan tetapi, dia juga menggunakan kotbah, dan kotbah  yang terkenal adalah kotbah bukit (kotbah ini bukanlah satu kotbah panjang, melainkan adalah intisari yang diambil dari ucapan-ucapan Yesus dalam berbagai kejadian).

Di samping memberikan ajaran, Yesus juga menyembuhkan banyak penyakit dan bahkan menghidupkan kembali  orang  mati. Perlahan-lahan namanya termasyhur ke seluruh negeri dan
orang mulai berbisik-bisik mempersoalkan siapakah  dia. Pertama kali Yesus mengaku sebagai "juru selamat" yang telah lama dinanti-nantikan di Caesarea Phillippi. Setelah dia menanyakan  kepada  murid-muridnya tentang siapakah dia disebut khalayak ramai, dia bertanya tentang siapakah dia di mata para muridnya? Petrus, yang merupakan orang pemberani, menjawab, "Engkau adalah juru selamat." Semenjak itu Yesus mulai memperkenalkan ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya kepada kedua belas muridnya tentang tujuan kedatangannya. Lalu dia diberi nama Kristus yang berarti "orang yang diurapi." Segera setelah pengakuan oleh Petrus tentang dia (Yesus) sebagai "juru selamat," dia mengajak Petrus, Yahya dan Yacob ke suatu bukit, di mana pakaian dan wajah Yesus menjadi bercahaya putih mengkilap dan dia berkomune dengan Nabi Elisa dan Musa. Peristiwa ini disebut Transfigurasi (perubahan tubuh).

Namun selama tiga tahun misi Yesus, tantangan terhadap ajarannya meningkat terutama dari pihak Parisi dan Saduki. Kaum Saduki adalah kelompok kecil aristokrat yang sangat berpengaruh yang mengaku  sebagai  keturunan  Sulaiman. Kelompok Parisi terbentuk pada saat Kekaisaran Yunani ingin menanamkan pengaruhnya di Palestina, dan Kaum Parisilah yang sangat menentang pengaruh (Helenisasi) ini. Kedua kelompok ini, dengan alasan yang berbeda, memusuhi Yesus; kaum Parisi menolak karena ajaran-ajaran Yesus menentang sikap kaum Parisi. Kita tahu orang Yahudi sangat berpegang erat kepada 10 perintah Allah, sementara Yesus memperbaharui penafsiran tentang  makna  kesepuluh  perintah  tersebut.  Selama bertahun-tahun  hukum itu berubah menjadi doktrin yang mendasari ajaran Yudaisme, yang menjadi dasar bagi orang Yahudi untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. Bagi kebanyakan orang Parisi, tradisi lebih penting daripada hukum, dan Yesus sangat lantang menentang sikap orang Parisi ini. Kaum Saduki menentang Yesus karena mereka bekerja sama dengan bangsa Romawi, dan karena itu mereka sangat berpengaruh dan menikmati hak-hak istimewa. Mereka khawatir Yesus bisa menimbulkan  kesulitan yang berakhir pada situasi yang mengancam pada prestise dan kekuasaan mereka.

Setelah kira-kira tiga tahun, Yesus pergi ke Yerusalem menunggang keledai dan disambut sebagai pembebas dan "juru selamat," karena saat itu bertepatan dengan berlangsungnya pesta paskah dan Yerusalem dipadati oleh banyak manusia. Paskah adalah hari yang ditunggu-tunggu bagi kedatangan "juru selamat" bangsa Yahudi, sehingga suasana saat Yesus memasuki kota amatlah eksplosif. Lalu dia masuk ke Bait Allah  dan mengusir semua pedagang, pembunga uang dan orang-orang lain yang dia anggap mengotori tempat suci tersebut. Penduduk menunggu tindakannya yang selanjutnya, yakni hal mengumumkan dirinya sebagai Raja yang  akan mengusir  penjajah  Romawi;  namun  tindakan  yang ditunggu-tunggu itu tidak pernah muncul. Sebaliknya Yesus mengadakan perjamuan dengan murid-muridnya, yang dinamakan perjamuan  terakhir  (sebagian  cendekiawan  menyebutnya perjamuan paskah), sesudah itu dia pergi ke Taman Getsemane. Di sana dia ditangkap serdadu yang dipimpin oleh Yudas Iskariot.

Pertama kali setelah ditangkap, Yesus diajukan ke hadapan para imam dan dituduh menghujat Allah, suatu kejahatan besar dalam  hukum  Yahudi, namun karena mereka tidak dapat menjatuhkan hukuman mati, keputusan mereka harus disahkan oleh penguasa Romawi. Lalu Yesus dihadapkan kepada penguasa, Pontius Pilatus, dan  dituduh  melakukan  pemberontakan subversi  dan  menghindari  pajak; Pilatus tidak ingin menghukum orang yang tidak bersalah, namun  disebabkan tekanan para imam dan amarah bangsa Yahudi -yang merasa tertipu kalau Yesus tidak memperlihatkan dirinya sebagai "juru selamat" dalam arti penuh kemenangan dalam peperangan- dia terpaksa membuat keputusan yang tidak menyenangkan dan Yesus dihukum dengan penyaliban. Putusan itu dilaksanakan, dan Yesus mati setelah penuh penderitaan selama tiga jam di kayu salib.

Akan tetapi, bagi Gereja Kristen, itu bukanlah akhir, melainkan adalah awal. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari kematian (tiga hari berdasarkan perhitungan Yahudi -Yesus meninggal hari Jumat dan bangkit hari Minggu). Para wanita yang pergi ke makamnya pada Minggu pagi menemukan makamnya sudah kosong, namun pakaiannya masih terlipat di dalam kubur. Kemudian Yesus sendiri menampakkan dirinya kepada mereka; kemudian mereka berlari untuk memberitahukan hal itu kepada  murid-murid  Yesus  yang  sebelumnya  meragukan kebangkitan Yesus; namun kemudian mempercayainya. Beberapa saat  kemudian  Yesus mengajak mereka ke suatu bukit, memberkati mereka lalu mereka terangkat ke surga. Semenjak itu Yesus tidak pernah menampakkan diri lagi di bumi ini.

Sementara  itu murid-murid Yesus tidak bisa menentukan langkah-langkah  mereka  seterusnya.  Namun  pada  hari Pantekosta, pada saat mereka semua berkumpul di Yerusalem, Roh Kudus turun dari surga dan hinggap pada masing-masing mereka. Sejak itu mereka diubahkan, tidak lagi cemas dan takut, melainkan sudah menjadi rasul-rasul yang berani yang menjelajahi dunia ini untuk menyampaikan kabar gembira tentang Tuhan Yesus Kristus. Pada awalnya mereka berharap Yesus segera muncul kembali, namun hal itu tidak terjadi demikian.

Iman baru ini segera menyebar di seluruh dunia lama. Hebatnya, misi penyebaran Injil yang paling spektakuler bukanlah oleh salah satu murid Yesus melainkan adalah oleh Saul (Paulus) dari Tarsus, yang mengalami pertobatan pada saat dia dalam perjalanan ke Damascus untuk menangkapi orang-orang Kristen; sebagai hasil pertobatan ini, dia banyak melakukan perjalanan untuk pekabaran Injil, mengalami penderitaan yang berat, bahkan mati martir demi imannya Dia menuliskan banyak surat nasihat dan penguatan iman kepada gereja-gereja baru yang dia dirikan, dan dokumen-dokumen ini, yang terdapat dalam PerjanJian Baru, sangat penting karena merupakan salah satu tulisan Kristen pertama yang kita miliki.

Pada tahun-tahun awal tersebut, ajaran baru ini masih dianut orang  Yahudi,  namun  ternyata agama baru ini segera menghilang dari antara orang-orang Yahudi dan dianut oleh orang-orang di luar Yahudi. Pemisahan antara ajaran Yahudi dan Kristen mulai nyata dan akhirnya tak dapat dihindarkan; para penganut Kristen tidak lagi merayakan hari-hari besar Yahudi serta tidak mempertahankan tradisi dan budaya Yahudi. Pemisahan ini diakui pada Dewan Yerusalem pada tahun 48 M, pada  saat  pembatasan-pembatasan  Yudaistis  terhadap orang-orang Kristen yang bukan Yahudi diberlakukan.

Mula-mula dengan enggan diberi toleransi oleh Kerajaan Romawi, faham Kristen di bawah masa pemerintahan Kaisar Nero yang  sangat  membenci  ajaran  Kristen. Nero berusaha memojokkan orang Kristen dengan menuduh bahwa kebakaran besar kota Roma disebabkan oleh orang Kristen (64 M), serta membunuh orang-orang Kristen, di antaranya Petrus  dan Paulus. Banyak orang Kristen berkeyakinan bahwa dengan kematian rasul-rasul ini, dan kematian orang-orang yang secara  pribadi mengenai Kristus, perlu dibuat rekaman tertulis tentang kehidupan Kristus. Selama empat puluh tahun berikutnya masih banyak tulisan tentang Yesus, namun hanya empat di antaranya diakui dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi tindakan pembunuhan ini bukanlah yang terakhir, bahkan meningkat selama pemerintahan Kaisar Domitian (81-96 M). Selama dua ratus tahun ajaran Kristen merupakan doktrin yang ilegal hingga akhirnya Kaisar Konstantin, setelah melihat cahaya  terang  di malam hari sebelum melakukan suatu pertempuran, yang meliputi salib dengan tulisan "dengan tanda ini kamu ditaklukkan," memberikan hak legal kepada orang-orang Kristen pada tahun 313 M dan menjadikan agama Kristen sebagai agama negara Kekaisaran Romawi.

Apa yang terjadi kepada gereja muda ini selama masa yang penuh kesulitan tersebut? Tantangan muncul dari berbagai arah, namun penyebarannya makin pesat. Walaupun pada mulanya
Yerusalem dianggap sebagai  pusat  suci,  namun  sikap permusuhan  yang  diperlihatkan orang-orang Yahudi yang menguasai Yerusalem mendorong pemindahan pusat Kristen; mula-mula ke Antiokia, bergeser ke Roma. Selama periode Konstantine, Agama Kristen makin kuat dan melembaga.

Salah satu masalah pertama yang harus dipecahkan adalah masalah Trinitas, keyakinan umat Kristen akan Bapak, Anak, dan Roh Kudus, yang pada hakikatnya identik namun terpisah satu sama lain. Banyak pendapat yang berbeda diajukan untuk menjawab masalah Trinitas, dan tahun 325 Konstantin meminta Dewan Pertama Nicaea untuk membahas masalah ini dengan saksama, yakni 'Aryan Heresy' yang menyatakan bahwa Kristus diciptakan Tuhan untuk membantu dalam penciptaan dunia ini, dan menerima status ketuhanan dari Tuhan, jadi tidak sama esensinya dengan Tuhan. Status ketuhanannya dapat dicabut Tuhan. Dewan ini melahirkan Nicene Creed suatu bentuk yang digunakan hingga dewasa ini dan mencakup kata-kata: 
  • Kami percaya akan satu Tuhan, Tuhan Yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
  • Kami percaya akan Yesus Kristus, anak tunggal Allah, yang diturunkan oleh Allah Bapak, bukan diciptakan, yang satu dengan Allah Bapak.
  • Kami percaya akan Roh Kudus, Tuhan, pemberi kehidupan, yang diturunkan dari Allah Bapak dan anak. 
Lalu gereja dihadapkan dengan sekumpulan masalah, terutama masalah intern. Romawi Barat dan Timur mulai terpisah semakin jauh dan akhirnya benar-benar terpisah. Memang sebab pemisahan ini bukan hanya hal di atas, karena masih banyak titik-titik perpecahan antara Barat dan Timur. Dibandingkan dengan  Kristen  Barat, Kristen Timur lebih menekankan ikon-ikon. Ikon merupakan gambar flat pada kayu, gading atau bahan-bahan lain, yang memperlihatkan Yesus, Perawan Maria, atau orang suci yang lain dan melembaga dalam Gereja Yunani. Selama abad kedelapan, ikon-ikon dilarang oleh Kaisar Leo III, namun protes keras menyebabkan larangan ini dicabut pada Sidang Umum ketujuh yang berlangsung di Nicaea tahun 787. Ini tampaknya merupakan kemenangan Gereja Timur. Namun perpecahan di antara keduanya tidak akan diatasi oleh sidang tersebut dan masalah ini mengemuka pada abad ke 11 pada waktu Roma menerima pemberian suatu tambahan ke dalam Nicene Creed, suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur. Tambahan itu adalah "dan anak" setelah frasa "kami percaya dalam Roh Kudus, Tuhan pemberi kehidupan, yang diturunkan dari Allah Bapak ..." Jadi, Gereja-gereja Timur tidak menerima bahwa Roh Kudus diturunkan dari Allah Bapak dan Anak, melainkan hanya dari Allah Bapak. Tentang masalah ini Timur dan Barat sama sekali tidak mempunyai titik temu dan menimbulkan pemisahan  tahun  1054,  karena wakil Paus menempatkan surat-surat ekskomunikasi pada  altar  St.  Sophia  di Konstantinopel. Sejak itulah muncul Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Yunani. Unsur-unsur doktrinal membuat mereka tetap terpisah: Gereja Katolik dipimpin oleh satu tampuk pimpinan yang disebut Paus, sementara Gereja  Ortodoks menyerahkan  kepemimpinan  di  tangan para bishop atau patriark; pandangan tentang Roh Kudus juga berbeda, Gereja Ortodoks tetap memberikan kedudukan penting bagi ikon-ikon dalam pemujaan, para pelayan gerejanya dibolehkan menikah, dan lain-lain.

Segera  kemudian,  yakni  tahun 1096, Paus Urbanus II mengorganisasi Gereja Katolik ke dalam satu pola seragam yang bertahan selama hampir 200 tahun -tentara salib. Mula-mula dibentuk untuk dua tujuan, yakni  mengurangi tekanan Turki atas Kekaisaran Timur dan untuk menjamin keamanan para peziarah yang berkunjung ke Yerusalem, tentara salib segera mengalami degradasi cita-cita; mereka ingin membebaskan Yerusalem dari kekuasaan Muslim.

Gereja Katolik  tetap  berperan  penting  hingga  abad pertengahan. Berpusat di Roma, Paus memegang kekuasaan tertinggi, yang melampaui kekuasaan raja dan ratu. Namun sejak akhir abad keempat belas mulailah timbul tantangan terhadap kekuasaan Paus yang begitu besar. Timbullah gerakan reformasi yang dimulai Lollards dan Hussites; gerakan ini berubah menjadi ancaman serius terhadap supremasi Gereja Katolik ketika tahun 1617, seorang imam bernama Martin Luther menentang keras penjualan surat aflat oleh gereja. Dia   lalu   menolak  supremasi  Paus,  menyangkal transubstantiation, serta mendorong para bangsawan Jerman untuk memberontak dan memisahkan kekuasaan mereka. Para bangsawan, yang sebelumnya terdisilusi dengan kontrol oleh Gereja dan Paus, membutuhkan sedikit dorongan dan banyak di antara mereka segera bergabung dengan Martin Luther.

Tindakan Luther merupakan awal tumbuhnya berbagai sekte yang didasari kepada doktrin pokok Luther namun berkembang sesuai dengan jalan yang ditempuh masing-masing sekte. Pandangan
Luther mendapat formalisasi dalam Gereja Lutheran yang tumbuh subur di Jerman, Skandinavia dan Amerika. Namun Luther pun bertentangan dengan bekas sekutunya menentang Paus. Salah satu bekas pendukungnya, Zwingli, mengembangkan pandangan Eukaristi yang menyebabkan Luther dan Zwingli berpisah.

Pengaruh Reformasi menyebar ke seluruh Eropa. Pembaharu yang lain, John Calvin, memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma tahun 1533. Pandangannya hampir sama dengan Luther, namun dia yakin akan adanya karunia tertentu untuk kelompok tertentu. Pengikut Calvin menyebar di  Jerman,  Negeri Belanda,  Skotlandia,  Swiss,  Amerika Utara dan cukup berpengaruh di Inggris.

Inggris juga mengikuti anjuran para pembaharu namun dengan motif yang agak berbeda. Tahun 1521 Raja Henry VIII telah mengeluarkan suatu traktat yang menyerang Luther  yang menyebabkan dia mendapat titel 'Pembela Iman" dari Paus. Akan tetapi Raja Henry VIII sangat ingin menikahi putri Anne Boleyn  namun  sebelum  bisa menikahi Anne, dia harus menceraikan Catherine of Aragon. Sayangnya Paus  tidak merestui  perceraian  itu  (Roma  dipengaruhi  oleh saudara-saudara Catherine yang ada di Spanyol, negeri asal Catherine) dan Henry terpaksa mengabaikan kekuasaan Paus pada tahun 1534. Lalu dia menyatakan dirinya sebagai kepala Gereja Inggris, dan dapat membatalkan perkawinannya dengan Catherine. Ajaran "Tiga puluh  sembilan  pasal,"  yang menyangkut hal-hal yang kontroversial serta mengungkapkan bagaimana kedudukan  Gereja  Inggris  mengenai  masalah perceraian  tersebut,  dikeluarkan  tahun  1571  selama pemerintahan Ratu Elizabeth I, anak perempuan Henry. Gereja Inggris mengakui kerajaan sebagai kepala gereja, bukan Paus, juga menolak transubstantiation, meniadakan biara serta menggantikan  bahasa Latin dengan bahasa Inggris untuk dipakai di Gereja.

Tetapi reaksi terhadap Roma masih belum mencapai bentuknya yang paling ekstrim. Dalam abad ketujuh belas, George Fox, dari Leicestershire (Inggris), mulai menyebarkan ajaran bahwa manusia dapat berhubungan dengan Tuhan tanpa melakukan suatu 'hiasan' (upacara) ritualis yang ditetapkan oleh gereja-gereja Katolik, dan bahwa gereja-gereja yang telah diperbaharui belum cukup jauh melangkah dalam penolakan mereka terhadap upacara dan hierarki gerejawi. Seorang kristen, menurut George Fox tidak membutuhkan imam atau pendeta/pastor, dan juga tidak membutuhkan bait suci. Tidak ada gunanya ketujuh  sakramen  Gereja  Katolik;  tidak dibutuhkan  suatu  sakramen  apa  pun. Fox lalu mulai menyebarkan ajarannya dan melakukan berbagai perjalanan ke daerah-daerah  pedalaman. Pada umumnya, saat berdirinya gerakan Fox ini dianggap terjadi pada tahun 1652, yakni saat terjadinya kebaktiannya yang sangat berhasil untuk pertama kalinya. Pengikutnya disebut "Quakers," atau "Perkumpulan Sahabat-sahabat."  Sampai  sekarang  juga  mereka tidak mempunyai bait suci kecuali rumah-rumah kebaktian, dan dalam kebaktian mereka tidak ada liturgy, tetapi sebaliknya, setiap orang dapat berbicara bila mereka merasa bahwa mereka mempunyai sesuatu yang bermanfaat untuk diutarakan, tanpa memperhatikan atau mempedulikan berapa usia  yang  mau berbicara tersebut dan apa kedudukannya dalam masyarakat.

Berbagai perkembangan baru telah terjadi di Inggris pada periode setelah Perang Saudara. Banyak orang merasa tidak senang dengan penyatuan gereja dan negara yang dilakukan oleh Henry VIII, tetapi selama  periode  persemakmuran (Commonwealth  period) di Inggris, mereka menjadi lega melihat bahwa kedua hal tersebut (gereja dan negara) telah dipisahkan kembali. Akan tetapi, dengan naiknya Charles II menjadi pangeran, Undang-undang Uniformitas dikeluarkan pada tahun  1662  yang  memulihkan status quo tersebut dan memerintahkan semua pastor untuk  menerima  "Buku  Doa Bersama." Imam-imam yang menolak untuk menerima (oleh karena itu disebut Non-Conformis) ketentuan-ketentuan Undang-undang ini akan dikeluarkan dari Jemaah mereka dan dianiaya. Hal ini berlangsung sampai dengan  keluarnya  Undang-undang Toleransi pada tahun 1689 yang memberikan mereka beberapa hak hukum (legal). Akibatnya, perkembangan Gereja Baptis dan Gereja  Reformasi bersatu mengalami perkembangan cepat. Gereja Baptis, yang didirikan oleh John Smith, menganggap bahwa pembaptisan bayi adalah melawan perintah Alkitab. Hanya orang dewasa yang telah mengerti makna sumpah yang diucapkannyalah yang dapat dibaptis. Mereka juga mencoba untuk meyakinkan bahwa jemaat ikut aktif dalam perjalanan Gereja, dan mencontoh Kisah rasul-rasul dengan mengangkat deakonis dari antara jemaatnya (lihat Kisah Rasul-Rasul 6: 1-6)  untuk  membantu  mengarahkan dan menuntun gereja tersebut. Gereja Reformasi Bersama adalah suatu koalisi dari GereJa Presbiterian Inggris (yang dikembangkan dari ajaran Calvin) dan gereja-gereja Jemaat Inggris dan Wales yang didasarkan pada ajaran-ajaran dari tokoh pembaharu lainnya yang telah menyebarkan ajarannya pada zaman Calvin, yakni Robert Browne (1550-1633). Terlepas dari pandangan-pandangan mereka yang sangat sama, tetapi usaha-usaha untuk menyatukan kelompok-kelompok ini barulah berhasil pada tahun 1972 dengan pembentukan Gereja Reformasi Bersatu.

Gereja Metodis pada mulanya adalah merupakan suatu gerakan dalam Gereja Inggris. Pendirinya, John Wesley (1703-1791), tetap menolak untuk berpisah dari gereja induknya. Akan tetapi, setelah kematiannya, disadari bahwa Gereja Metodis tidak dapat lagi dimasukkan dalam Gereja Inggris, dan lalu memisahkan diri pada tahun 1795. John Wesley dan saudaranya Charles, melalui studi mereka yang ketat dan  metodis terhadap  InJil  (sehingga  mereka disebut dengan nama Metodis), merasa bahwa keselamatan diperoleh hanya karena kasih dan karunia Tuhan, bukan karena suatu perbuatan atau kebaikan manusia.

Menjelang akhir abad kesembilan belas, ada gelombang atau kegairahan  lain mengenai perhatian keagamaan. Hal ini sebagian disebabkan penemuan-penemuan ilmiah dalam abad tersebut yang mengancam berbagai keyakinan yang hingga waktu itu telah diterima sebagai kebenaran religius yang tidak dapat dibantah (misalnya, mengenai taman firdaus dan masalah penciptaan). Dalam hal  ini,  reaksi  dari  Pencerahan (Enlightement) dalam tahun-tahun sebelumnya turut berperan. Akibatnya adalah bermunculannya banyak sekte yang memisahkan diri dari gereja induk mereka, sebagaimana yang terjadi dalam Reformasi  yang  memunculkan  gereja-gereja  yang diperbaharui yang memisahkan diri dari iman Katolik. Di Inggris, Bala Keselamatan berkembang sebagai suatu kekuatan besar, bukan saja karena ketaatan beragamanya, tetapi juga karena  reformasi  dan  bantuan  sosialnya.  Di  bawah kepemimpinan William Booth (1829-1912), Bala Keselamatan tersebut memisahkan diri dari gereja Metodis dalam tahun 1865 dan membentuk sendiri suatu organisasi yang bergaya militer karena kelompok tersebut menganggap dirinya sebagai laskar perang Tuhan dan memerangi ketidakadilan sosial. Dibandingkan dengan kebanyakan sekte Gereja, mereka sangat sedikit memperhatikan sakramen, walaupun mereka menerima bahwa beberapa orang Kristen mungkin melihat sakramen itu merupakan pertolongan dan bantuan.

Di  Amerika juga terjadi suatu gejolak keagamaan yang demikian. Pada tahun 1830, Mormon, atau Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Hari Terakhir, dibentuk oleh Joseph Smith (1805-1844) yang mengklaim telah mengalami suatu wahyu Tuhan, menemukan tablet-tablet emas yang tertulis dalam Buku Mormon, yakni yang merupakan kitab suci penganut Mormon. Pada  mulanya  ajaran  Mormon  ini  terlarang  karena pandangan-pandangan mereka yang menyimpang dari  ajaran Kristen dan praktek poligami mereka, tetapi Mormon ini merayap ke seluruh Amerika dan akhirnya menetap di Salt Lake City, tempat markas mereka terletak hingga kini.

Aliran spiritual mulai ada tahun 1848 ketika dua orang perempuan, yakni saudara perempuan Fox yang berumur dua belas dan lima belas tahun, menyebabkan suatu kegemparan di antara, penduduk kota mereka, Arcadia, New York State, dengan mengklaim bahwa mereka telah dapat berkomunikasi dengan roh-roh. Walaupun  ada  yang  menyatakan  bahwa suara-suara gaduh tersebut adalah suara gabungan dari suara kedua anak perempuan tersebut, tetapi mereka (penduduk kota tersebut)  berkumpul sedemikian banyak mendukung supaya Gereja Spiritual didirikan. Penganut aliran Spiritual yakin, selain  pada  pandangan-pandangan Kristen biasa, bahwa, melalui mereka, nasihat dan tuntunan dapat diperoleh.

Advent Hari Ketujuh juga mulai ada di Amerika,  yang membangun reputasinya dalam tahun 1860, dan setelah itu sekte ini cepat menyebar ke seluruh dunia. Berbeda dengan sekte-sekte Kristen lainnya, mereka membuat hari ketujuh sebagai Sabat (yaitu, mereka menjalankannya seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi, dimulai dari saat matahari terbenam pada hari Jumat sampai matahari terbenam hari Sabtu). Sama seperti Gereja Baptis, mereka hanya membaptis orang-orang dewasa, dan juga membuat pembatasan-pembatasan mengenai apa yang dapat dimakan dan diminum oleh jemaatnya. Misalnya, mereka tidak boleh minum alkohol dan memakan makanan kerang-kerangan.

Sebelum mengakhiri ulasan ini, tiga kelompok Kristen lainnya harus disebut yakni: Christian Science, Saksi Jehova, dan gerakan Pantekosta.  Christian Science didirikan oleh Mrs. Mary Baker Eddy pada tahun 1879, yang mempertahankan bahwa satu-satunya realitas hanyalah pikiran dan semua yang lainnya adalah illusi. Oleh karena itu penyakit jangan dirawat dengan obat, tetapi harus disembuhkan dengan mempraktekkan pemikiran yang benar.

Saksi Jehova, yang didirikan oleh C.T. Russell, yakin bahwa kedatangan kedua kalinya Yesus serta akhir dunia ini akan terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi, dan bila hal itu terjadi maka hanya suatu kelompok elit saja yang selamat, yaitu kelompok Saksi Jehova itu sendiri. Mereka mempunyai Al-Kitab  dengan  terjemahan mereka sendiri dan mereka menyisihkan  banyak  waktu,  usaha,  dan  uang  untuk kegiatan-kegiatan missionaris.

Yang terakhir, yakni gerakan Pantekosta, yang bermula dari suatu missi di Los Angeles dalam tahun 1906 yang dilakukan oleh W.J. Seymour, mengajarkan bahwa setiap orang Kristen dapat mengalami kehadiran Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri dan menerima hadiah-hadiah roh. Oleh karena itu kebaktian Pantekosta adalah merupakan upacara yang sangat emosional, di mana jemaatnya menjadi dirasuki oleh Rohul Kudus dan tampak berbicara dalam lidah (berbahasa roh), sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid Yesus yang pertama. Walaupun gerakan Pantekosta telah mempunyai gereja sendiri,  tetapi  gerakan  ini telah juga mempengaruhi aspek-aspek lain dari Gereja (Kristen), dan dalam GereJa Katolik gerakan tersebut juga berpengaruh dengan munculnya apa yang disebut gerakan Karismatik, orang-orang Katolik bermaksud menerima Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri.

No comments: