Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Dec 1, 2016

Pembelajaran dari Gereja Mula-mula

Sejarah dapat mengajarkan begitu banyak hal kepada manusia, baik melalui hal-hal baik dan indah maupun tidak baik dan bencana sekalipun. Ada satu macam sejarah yang sangat penting yang harus dipelajari oleh seluruh umat Tuhan, yaitu sejarah Gereja. Melalui sejarah Gereja, Allah menyatakan diri sebagai Allah yang memegang kuasa atas seluruh sejarah. Di dalam artikel ini, kita akan melihat apa yang diajarkan oleh sejarah Gereja pada abad pertama.

Gereja Didirikan oleh Yesus Kristus 

Banyak hal yang terjadi dalam sejarah Gereja pada abad pertama. Namun sebelum membahas hal itu, kita harus mengingat kembali awal mulanya Gereja berdiri. Ketika membaca Alkitab, kita menemukan bahwa Tuhan Yesus mengatakan, “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18). Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya di dunia ini dan mengatakan bahwa alam maut tidak akan menguasainya. Apakah arti perkataan Tuhan Yesus ini? Hal ini adalah jaminan yang diberikan kepada Gereja-Nya dan memang jaminan ini sudah dibuktikan kebenarannya di sepanjang sejarah Gereja pada satu abad pertama. Begitu banyak hal yang terjadi dan kalau dilihat dari kacamata dunia, seharusnya Gereja tidak dapat bertahan sama sekali.

Dikatakan bahwa Gereja pada abad pertama berdiri menghadapi begitu banyak tantangan, yaitu serangan dari ajaran-ajaran sesat yang menyusup ke dalam Gereja, penolakan-penolakan dari agama-agama lain, perpecahan di dalam Gereja sendiri, dan tekanan serta penganiayaan dari politik atau negara. Namun sejarah mencatat bahwa ketika Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus mengalami tantangan-tantangan ini, Gereja terus dipelihara oleh Tuhan sendiri sehingga bukan saja bisa bertahan tetapi malah berkembang dengan pesat. Apakah yang menyebabkan hal ini bisa terjadi? Orang dunia banyak menanyakan apa rahasia di balik hal ini? Mari kita mempelajarinya dengan saksama sehingga kita, sebagai Gereja di abad ke-21, juga dapat meneruskan perjuangan Gereja yang sudah dimulai dengan sangat baik di dalam pemeliharaan Tuhan. Hal ini diperlukan demi melanjutkan sejarah Gereja sampai pada generasi yang akan datang sehingga kita dipakai Tuhan menjadi mata rantai yang meneruskan pekerjaan Tuhan melalui Gereja-Nya dan bukan menjadi pemutus rantai sejarah Gereja Tuhan.

Gereja pada Abad Pertama 

Gereja pada abad pertama biasa disebut sebagai Gereja pada zaman rasul-rasul (apostolic age). Hal ini dimulai dari hari Pentakosta (setelah kenaikan Tuhan Yesus) sampai pada kematian rasul terakhir yaitu Rasul Yohanes. Periode Apostolik ini berlangsung kurang lebih 70 tahun, dari kira-kira tahun 30-100 M. Tempat berlangsungnya adalah di tanah Palestina dan secara bertahap meluas ke daerah Siria, Asia Minor, Yunani, dan Italia dengan gereja yang pusat terdapat di kota Yerusalem, Antiokhia, dan Roma. Perkembangan Gereja ini merupakan hasil perjuangan para rasul yang diwakili oleh Rasul Petrus yang banyak mempertobatkan orang Yahudi dan Rasul Paulus yang banyak mempertobatkan orang-orang non-Yahudi. Rasul-rasul lain pun tentu saja turut berbagian dalam memberitakan Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia.

Namun di tengah-tengah kisah perkembangan Gereja Mula-mula ini, ada beberapa hal yang disayangkan terjadi seperti perpecahan di dalam gereja di Korintus. Hal ini terjadi karena adanya beberapa orang yang mengagung-agungkan orang-orang yang memberitakan Injil dan melayani jemaat di sana sehingga muncul golongan-golongan di antara jemaat. Selain itu, Gereja juga mengalami serangan dari ajaran-ajaran sesat yang menyusup ke dalam Gereja. Paulus dan Yohanes adalah rasul yang dengan sangat jelas berjuang melawan ajaran sesat ini. Paulus mencatat hal ini di dalam suratnya kepada jemaat Galatia yang mencampuradukkan Injil Yesus Kristus dengan tradisi Yahudi. Sedangkan Rasul Yohanes berperang melawan ajaran Gnostik yang mulai muncul di akhir abad pertama. Selain itu Gereja juga mengalami penolakan dari agama-agama lain yang sudah ada pada zaman itu. Namun, satu tantangan yang sangat berpengaruh terhadap Gereja adalah tekanan dan penganiayaan dari politik.

Di dalam Kisah Para Rasul, kita melihat bahwa para rasul sering kali diadili secara tidak adil, dihukum penjara, cambuk, dan sebagainya. Dicatat mulai dari pasal 5 bahwa para pemimpin agama Yahudi merasa iri dengan perkembangan kekristenan saat itu dan akhirnya memasukkan rasul-rasul ke penjara. Ini diperkirakan terjadi pada tahun 30-40 M. Dimulai dari periode inilah penganiayaan kepada Gereja Mula-mula banyak sekali terjadi. Para rasul adalah sekelompok orang Kristen yang mengalami penganiayaan terlebih dahulu. Kira-kira sepuluh tahun kemudian baru dimulailah penganiayaan terhadap jemaat Kristen. Mari kita melihat hal ini dengan lebih mendetail.

Penganiayaan terhadap para pengikut Yesus diawali dengan pembunuhan Stefanus yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 7. Ia memberitakan Injil kepada orang Yahudi dan dituduh mengajarkan ajaran sesat sehingga ia dibawa ke hadapan imam besar dan dihakimi. Setelah memberikan pembelaan diri berupa pesan Injil Yesus Kristus, para pemimpin agama Yahudi merasa tertusuk hatinya dan akhirnya menjatuhkan kepadanya hukuman mati dengan cara dirajam dengan batu. Menurut cerita yang diturunkan melalui tradisi oral, pada saat itu Stefanus dibawa ke luar kota, dimasukkan ke dalam lubang yang sudah digali di tanah dan kepalanya dibiarkan di atas lubang tersebut dan ia dirajam dengan batu sampai mati. Hal ini terjadi delapan tahun setelah Kristus disalibkan (±35 M). Ia adalah martir pertama yang dengan berani terus bersaksi mengenai Injil. Setelah kematian Stefanus inilah orang-orang Yahudi menganiaya jemaat Kristen yang ada di Yerusalem dan menyebabkan banyak dari jemaat tersebut tersebar ke Yudea dan Samaria (Kis. 8:1).

Setelah Stefanus, Rasul Yakobus anak Zebedeus dicatat menjadi martir pada zaman pemerintahan Raja Herodes Agrippa I di sekitar tahun 44 M. Ia adalah rasul pertama yang menjadi martir dan ia mati dipenggal kepalanya bersama dengan seorang yang menangkapnya. Orang ini melihat keberanian Rasul Yakobus berjalan ke tempat eksekusi dan mendengarkan Injil yang diberitakan oleh Rasul Yakobus sehingga ia bertobat dan akhirnya mati dipenggal bersama dengan Rasul Yakobus. Pada saat yang sama, dua dari tujuh diaken, yaitu Timon dan Parmenas dari Filipi dan Makedonia juga mati dibunuh oleh karena iman mereka kepada Tuhan Yesus. Sepuluh tahun kemudian (54 M) Filipus pun mati martir setelah dipenjara dan dicambuk. Akhirnya ia disalibkan di Hierapolis, Frigia.

Rasul Tomas dicatat kemungkinan pergi ke India dan mendirikan jemaat di sana. Dari pencatatan sejarah, ia dihukum mati oleh penduduk lokal sekitar pertengahan abad pertama. Orang kafir menjadi marah dan menusuk Rasul Tomas dengan tombak dan melemparkannya ke dalam nyala api oven. Bersamaan dengan itu, Rasul Matius yang pergi ke Etiopia pun juga mati martir. Rasul Matius dihukum mati setelah melayani kurang lebih lima tahun dengan badannya direbahkan ke tanah dan akhirnya dipancung kepalanya di kota Nadabah atau Naddayar (60 M). Lalu Yakobus, adik Tuhan Yesus (yang menulis surat Yakobus), dicatat mati martir pada tahun 66 M. Setelah imam besar Ananus menghakimi Yakobus, ia menjatuhkan hukuman mati, namun pencatatan sejarah menyatakan cara kematiannya kurang jelas. Ada yang mencatat bahwa ia dirajam batu hingga mati, ada juga yang mengatakan bahwa ia dilempar dari menara Bait Allah namun masih belum juga mati sehingga akhirnya dipukul kepalanya dengan pentung besi.

Rasul Andreas, saudara Petrus, yang pergi mengabarkan Injil ke daerah Asia Minor, mati martir di Edessa dengan cara disalibkan pada kayu salib yang berbentuk X yang kemudian dikenal dengan Salib Santo Andreas. Markus dicatat mati martir ketika ia berbicara menentang perayaan Serapis orang Alexandria, dan menurut tradisi ia mati dengan cara diseret sampai tubuhnya terkoyak-koyak. Rasul Petrus dicatat mati martir di Roma pada zaman Nero dengan cara disalib terbalik karena ia merasa tidak layak disalibkan dengan cara yang sama dengan Tuhannya. Kisah ini dapat dilihat juga dalam film Quo Vadis. Rasul Paulus yang sudah dipenjara berkali-kali akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan melawan kaisar. Ia dibawa ke tiang eksekusi dan dipancung kepalanya pada tahun 66 M, tepat empat tahun sebelum Yerusalem jatuh dan Bait Allah dihancurkan. Yudas, saudara Tuhan Yesus, juga mati martir dengan cara disalibkan di Edessa, Mesopotamia, sekitar tahun 72 M.

Bartolomeus dicatat pergi berkhotbah di beberapa negara di Asia, kemudian ia dikatakan menerjemahkan Injil Matius ke dalam bahasa India Timur dan mengajarkannya di sana. Musuh-musuhnya dengan kejam memukuli dia dan akhirnya ia mati disalibkan. Lukas yang setia mengikuti Rasul Paulus dalam perjalanan misinya, pergi memberitakan Injil setelah Paulus dijatuhi hukuman mati. Dicatat bahwa ia melayani Tuhan tanpa gangguan karena ia tidak memiliki istri atau anak, dan pada saat berusia 84 tahun ia jatuh tertidur di Boeatia, penuh dengan Roh Kudus. Tetapi ada catatan lain yang mengatakan bahwa ia pergi ke Yunani dan memberitakan Injil di sana. Ia mati martir dengan digantung pada pohon zaitun di Atena pada tahun 93 M. Penganiayaan terhadap Gereja bukan hanya terjadi kepada para rasul, tetapi juga kepada jemaat awam. Mulai dari jemaat di Yerusalem seperti yang dicatat di Kisah Para Rasul 8:1, sampai pada penganiayaan yang terjadi di bawah pemerintahan Nero. Jemaat di Yerusalem mendapatkan penyesahan yang tidak habis-habis oleh para pemimpin agama Yahudi. Bahkan sebelum bertobat, Rasul Paulus pun banyak menganiaya bahkan membunuh orang Kristen. Memang tidak banyak catatan yang menjelaskan mengenai hal ini dengan jelas. Namun penganiayaan terhadap jemaat Kristen sangat jelas dicatat dalam zaman pemerintahan Nero.

Ia menganiaya orang Kristen dengan sangat kejam. Bahkan dikatakan bahwa Nero adalah orang gila yang diilhami imajinasi Iblis yang menganiaya orang Kristen. Ketika kota Roma dilalap api yang dinyalakan oleh Nero sendiri, orang-orang di kota itu mempersalahkan Nero sebagai pelaku pembakaran tersebut. Tetapi Nero malah mempersalahkan sekelompok orang Kristen di kota Roma, sehingga kemarahan orang Roma ditimpakan kepada orang Kristen yang pada waktu itu sudah diketahui oleh Nero bahwa mereka pasti tidak bisa apa-apa. Orang-orang Kristen disalibkan untuk mengajukan penghinaan kepada Kristus yang juga mati disalib. Bahkan banyak yang disiksa dengan cara dijahit kepada kulit binatang buas dan dirobek-robek oleh anjing ganas. Lalu orang Kristen diberikan pakaian yang sudah dibalut lilin dan kemudian diikat pada tiang di kebun Nero serta dibakar untuk menjadi obor penerang dalam pesta yang Nero adakan. Kadang mereka diikat dan dibakar untuk menjadi lampu penerang pada jalan-jalan di kota Roma.

Masih banyak hal yang begitu mengerikan terjadi kepada orang Kristen pada abad pertama. Namun artikel ini tidak akan dapat memuat seluruhnya. Fokus dari pembahasan mengenai sejarah Gereja abad pertama ini adalah menganalisis mengapa di tengah tantangan yang ada dan begitu menekan, kekristenan bukan hanya dapat bertahan tetapi justru berkembang dan bertumbuh dengan demikian cepat sehingga tidak ada suatu apa pun yang dapat menahannya. Mari kita mengingat bahwa Gereja didirikan oleh Tuhan.

Gereja diberikan suatu jaminan oleh Tuhan Yesus bahwa bahkan alam maut tidak akan menguasainya. Kita melihat memang demikian yang terjadi pada Gereja di abad pertama, bahkan ketika begitu banyak orang mati menjadi martir, kekristenan justru semakin kuat dan membangkitkan semangat orang-orang Kristen untuk semakin taat kepada Tuhan. Dari sini kita bisa melihat bahwa Allah Tritunggal memberikan anugerah yang memelihara keberadaan Gereja-Nya di sepanjang sejarah bahkan sampai pada zaman kita di abad ke-21. Satu hal yang harus kita syukuri dan responi dengan baik. Selain dari jaminan yang diberikan oleh Kristus, ada hal lain yang bisa dipelajari yaitu kerohanian dari Gereja Mula-mula yang membuat mereka dapat bertahan dalam penganiayaan. Tuhan Yesus mengatakan bahwa di atas batu karang ini Ia akan mendirikan Gereja-Nya. Batu karang itu adalah pengakuan Rasul Petrus yang menjawab pertanyaan dari Tuhan Yesus, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawaban Rasul Petrus adalah, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Maka kita bisa melihat bahwa pengenalan akan Kristus yang benar menjadi dasar bagi berdirinya Gereja. Tanpa dasar ini, maka Gereja tidak akan dapat berdiri dengan teguh. Pengenalan akan Kristus sebagai Tuhan dan Allah menjadikan suatu fondasi bagi Gereja untuk berdiri di atasnya.

Selain itu, dalam Kisah Para Rasul pasal 2 dinyatakan bahwa setelah Petrus memberitakan Injil, tiga ribu orang bertobat dan mereka masuk menjadi Gereja Kristus, mereka dicatat sebagai orang-orang yang “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. ... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah” (Kis. 2:42, 46-47).

Ibadah yang mereka lakukan sungguh-sunguh, kemudian mereka juga bertekun di dalam pengajaran para rasul, serta mengadakan perjamuan kudus dan berdoa kepada Tuhan. Dengan cara inilah mereka terus menambah pengetahuan akan Allah dan mendapatkan kekuatan untuk dapat bertahan di dalam penganiayaan sekalipun. Alkitab mencatat bahwa dalam masa penganiayaan itu, orang Kristen malah bergembira karena boleh menderita bagi Tuhan dan terus-menerus memberitakan Injil kepada orang lain sehingga mereka bertambah banyak.

Kita harus mengakui bahwa kita, Gereja di abad ke-21, sangat dipengaruhi oleh pemikiran zaman ini sehingga banyak dari kita melupakan hal mendasar di dalam kehidupan bergereja. Kerohanian tidak kita perhatikan dengan baik. Hal ini menyebabkan kemunduran iman dan mengakibatkan kita tidak bisa setia kepada Tuhan. Kita begitu mudah digeser dari fokus hidup yang benar. Pdt. Dr. Stephen Tong selalu mengajarkan bahwa kita tidak boleh melupakan segala pekerjaan Tuhan yang sudah dilakukan-Nya dalam zaman lampau. Maka beliau sering sekali mengajarkan kepada kita supaya kita tidak menjadi orang seperti yang Hegel katakan, “We learn from history that man does not learn anything from history.”

Mari kita merefleksikan hidup kita dan kembali belajar dari Gereja di abad pertama yang mendapatkan kekuatan untuk bertahan serta berkembang dalam pengenalan akan Tuhan Yesus yang benar. Mari kembali kepada panggilan kita sebagai Gereja milik Kristus yang sudah didirikan di atas dasar batu karang yang teguh, sehingga kita bisa meneruskan mata rantai Gereja Tuhan kepada generasi berikutnya.

Teladan yang diberikan oleh Gereja Mula-mula harus kita ikuti dan kembangkan supaya Gereja bisa menyatakan terang Injil Kristus kepada seluruh dunia. Maka kita harus bertekun di dalam pembelajaran firman Tuhan dan bertekun dalam ibadah serta doa kepada Tuhan untuk memberikan kita kekuatan untuk tetap setia kepada-Nya. Kiranya Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada kita supaya dapat hidup sebagai Gereja yang mampu meneruskan apa yang sudah dimulai dengan baik oleh Gereja di abad pertama.

Timeline Sejarah Gereja pada Abad Pertama

30 M Sejarah Gereja pada abad pertama dimulai dalam tahun ini, tahun di mana Tuhan Yesus disalibkan dan mati, bangkit dari kematian dan naik ke sorga.

30 M Tepat setelah kenaikan Tuhan Yesus, kekristenan dimulai dengan kurang lebih tiga ribu orang percaya dan berpusat di Yerusalem. Dalam waktu satu tahun, kekristenan meningkat menjadi kurang lebih sepuluh ribu orang percaya.

30-40 M Dalam kurun waktu ini, Rasul Petrus memimpin gerakan Kristen mula-mula.

30 M Pelemparan batu terhadap Stefanus menyebabkan orang-orang Kristen tersebar (tanggal tepatnya tidak diketahui).

32 M Rasul Paulus bertobat (tanggal tepatnya tidak diketahui).

40 M Istilah “Kristen” pertama kali digunakan di Antiokhia (Kis. 11:26).

41 M Kaisar Kaligula mengumumkan bahwa ia akan mendirikan sebuah patung dirinya di dalam Bait Allah di Yerusalem. Ia dibunuh sebelum dapat melakukannya.

48-49 M Perjalanan misi pertama Rasul Paulus. Paulus mulai mengajar bahwa orang-orang non-Yahudi tidak perlu disunat untuk menjadi Kristen.

49 M Suetonius, seorang sejarawan Roma, melaporkan bahwa “sejak orang-orang Yahudi terus-menerus menyebabkan gangguan dalam hasutan dari Kristus, dia (Kaisar Klaudius) mengusir mereka keluar dari Roma.” Priskila dan Akwila merupakan bagian dari orang-orang yang diusir ini (Kis. 18:2).

50 M Council of Jerusalem dipangggil untuk menentukan apakah kepercayaan Paulus mengenai orang non-Yahudi tidak harus disunat benar atau tidak; keputusan dibuat dan menyatakan bahwa Paulus benar (Kis. 15).

50 M Dalam tahun ini, orang-orang Kristen mulai menyembah Tuhan pada hari Minggu dan berbeda dengan Sabat Yahudi yang dilakukan pada hari Sabtu.

50-58 M Perjalanan misi kedua dan ketiga Rasul Paulus. Kekristenan melangkah maju hingga mencapai Turki dan Yunani. Paulus menuliskan surat-suratnya pada periode waktu ini.

60-62 M Paulus ditangkap dan dibawa ke Roma. Kitab Kisah Para Rasul diakhiri dengan Paulus di dalam penjara rumah di Roma.

64 M Api di Roma. Dimulai pada tanggal 18 Juli, api membakar seluruh Roma dan menghanguskan 70% kota dalam periode waktu satu minggu. Beberapa warga kota menuduh Kaisar Nero yang menyalakan api. Tetapi Nero malah melimpahkan kesalahan itu dan menunjuk kepada grup kecil orang Kristen yang melakukannya (padahal mereka tidak bersalah).

66 M Orang Yahudi memberontak terhadap penjajahan Romawi dan memenangkan kembali kerajaan mereka. Beberapa bukti menunjukkan bahwa orang-orang Kristen melarikan diri ke Pella.

67 M Diperkirakan pada tahun ini Rasul Petrus dan Paulus menjadi martir di Roma di bawah pemerintahan Nero.

68 M Dipercaya bahwa Injil Markus dituliskan pada akhir tahun 60-an. Injil Matius dan Lukas diperkirakan datang dalam waktu yang sama atau mungkin juga dari 10-15 tahun setelahnya.

70 M Orang Romawi mengambil alih kembali Yerusalem dan menghancurkan Bait Allah di bawah serangan Jenderal Titus.

70-95 M Pengetahuan akan penyebaran dan pengembangan kekristenan ditinggalkan pada periode ini.

81-96 M Domitianus menjadi kaisar Romawi. Dia memulai penganiayaan pertama terhadap orang Kristen oleh karena iman mereka.

95 M Rasul Yohanes berada di pulau Patmos oleh karena penganiayaan oleh Domitianus.

95 M Council of Jamnia. Konsili ini merupakan kumpulan dari para pemimpin Yahudi dan membuat beberapa keputusan yang disebut 18 benedictions. Dan dalam poin keduabelas dinyatakan, “Semoga kaum Nasrani (orang-orang Kristen) dan para penyesat menghilang secepatnya.” Mereka menarik garis pembatas yang tegas antara kekristenan dan Yudaisme, dan orang Yahudi mana pun yang menjadi Kristen tidak diterima di sinagoge.

96 M Domitianus meninggal dan Rasul Yohanes pindah ke Efesus di mana kemungkinan ia meninggal di sana pada tahun 100.

96-98 M Nerva menjadi kaisar Romawi dan tidak ada bukti yang menyatakan penganiayaan terhadap orang Kristen.

98-117 M Trajan menjadi kaisar Romawi dan terdapat beberapa penganiayaan terhadap orang Kristen tetapi tidak sampai menyebar.

No comments: