Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

May 11, 2015

Golda Meir

Golda Meir adalah Perdana Menteri keempat Israel. Dia hidup antara tahun 1898-1978 dan menjabat sebagai PM selama lima tahun, antara tahun 1969 hingga 1974. Golda Meir dikenal sebagai Iron Lady, sebuah istilah yang nantinya juga digunakan untuk menyebut Perdana Menteri Margaret Thatcher dari Inggris. Sampai saat ini (2013), Golda Meir adalah satu-satunya wanita yang menjabat sebagai Perdana Menteri Israel, dan perdana menteri perempuan ketiga di dunia, serta yang pertama mencapai posisi itu tanpa pengaruh keluarga.

Golda Meir lahir di Kiev, sekarang termasuk wilayah Ukraina, yang pada saat itu merupakan bagian Kekaisaran Rusia. Keluarganya pindah ke Amerika Serikat pada saat usianya delapan tahun untuk kemudian menetap di Wisconsin. Sejak usia dini Golda Meir adalah seorang organisatoris dan wanita brilian, mengorganisir pengumpulan dana untuk kelasnya dan ditunjuk sebagai pembaca pidato pada perpisahan SMA. Pada saat berusia 16 tahun, Golda Meir diperkenalkan ke gerakan Zionisme dan menjadi aktif dalam gerakan Zionis Sosialis.



Golda Meir menikah pada usia 19 tahun dan berharap pindah ke Palestina sebagai bagian dari kolonisasi Zionis awal. Namun, pecahnya Perang Dunia I mengganggu rencana itu dan dia menyibukkan diri melakukan penggalangan dana di Amerika Serikat untuk mendukung gerakan Zionis di luar negeri. Setelah perang, pada tahun 1921, Golda Meir menuju ke Palestina dengan suaminya untuk bergabung dengan sebuah kibbutz. Dia segera ditunjuk mewakili kibbutz ke Federasi Buruh dan memulai kehidupan politisnya.

Beberapa tahun kemudian dia terpilih sebagai sekretaris Dewan Wanita Kerja, dan setelah beberapa tahun Meir menjadi bagian dari Komite Eksekutif untuk selanjutnya naik menjadi kepala Departemen Politik. Pada tahun 1938, Golda Meir adalah wakil dari Palestina pada pertemuan yang diadakan Presiden Roosevelt untuk membicarakan penganiayaan orang-orang Yahudi oleh Nazi.

Setelah mendengar alasan yang dibuat oleh wakil dari berbagai pemerintah serta respon mereka yang hanya mengekspresikan simpati kepada orang Yahudi, Golda Meir terkenal berkomentar," Hanya satu hal yang saya berharap untuk melihat sebelum mati dan itu adalah bahwa rakyat saya tidak memerlukan ekspresi simpati lagi." Selama masa awal negara Israel setelah perang, Golda Meir memainkan peran penting baik dalam negosiasi dan penggalangan dana. Dia melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk mengumpulkan uang dan mampu menghimpun delapan kali lebih banyak dari yang diharapkan. Dia juga menyamar sebagai seorang wanita Arab beberapa hari sebelum Israel mendeklarasikan diri sebagai negara untuk mengunjungi Raja Yordania, untuk mendorongnya agar tidak bergabung dengan negara-negara Arab lainnya saat mereka menyatakan perang terhadap Israel.

Raja Yordania lantas meminta Meir agar tidak terburu-buru mendeklarasikan sebuah negara Yahudi, yang dijawab Golda Meir, "Kami sudah menunggu selama 2.000 tahun. Apakah itu terburu-buru?" Golda Meir adalah salah satu dari dua puluh empat penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Israel pada tahun 1948, dan merupakan duta besar pertama ke Uni Soviet.

Tahun berikutnya dia terpilih menjadi anggota Knesset dan menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja sampai tahun 1956. Pada tahun 1956, dia menjadi Menteri Luar Negeri di bawah Perdana Menteri David Ben-Gurion, yang kemudian akan menjadi salah satu pengagum terbesarnya. Pada tahun 1969, Golda Meir terpilih sebagai Perdana Menteri Israel dan menjabat sampai tahun 1974. Pada tahun 1973, intelijen mulai menunjukkan rencana Suriah yang akan melakukan serangan terhadap Israel. Berbagai masukan dan rekomendasi diajukan kepada Golda Meir untuk menyikapi masalah ini.

Salah satu saran menginginkan serangan pre-emptive terhadap Suriah, sementara yang lain menganggap rencana ini akan mengasingkan Amerika Serikat dan menutup setiap kesempatan bantuan militer yang diharapkan Israel. Pada akhirnya, Golda Meir memilih untuk meningkatkan kesiagaan tanpa melakukan serangan. Konflik akhirnya tidak bisa diredam dan memicu Perang Yom Kippur yang dimenangkan Israel.

Setelah perang usai, Meir mngundurkan diri dari jabatan PM meskipun partainya memenangkan pemilihan umum. Meir terus berperan dalam politik Israel sampai kematiannya akibat kanker pada tahun 1978 di usia 80 tahun. Dia tetap menjadi salah satu tokoh paling monumental dan mengesankan dalam sejarah Israel, serta menjadi seorang tokoh ikonik dalam sejarah politik dunia.

No comments: