Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

May 21, 2015

Arkeologi Bulan Sabit

Ketika manusia belum menemukan teropong bintang, dan belum pula memiliki pengetahuan tentang alam semesta, mereka mengagumi benda-benda angkasa seperti, Bulan, Matahari dan Bintang-Bintang. Bahkan mereka tidak hanya berhenti sampai dengan mengagumi benda-benda angkasa itu saja, tetapi lebih lanjut lagi, mereka menganggap benda-benda itu mempunyai kuasa, lalu mereka sembah menjadi sesembahan mereka. Penyembahan kepada benda-benda angksa ini berkembang terus ke berbagai Negara, Yang Dimulai Dari Babilonia, Menyebar Ke Selatan, Ke Mesir, Ke Barat, Ke Eropa, Ke Timur, Ke India dan Jepang.

Bangsa-bangsa telah menyembah Bulan, Matahari dan Bintang-Bintang, dan bahwa penyembah-penyembah Bulan, Matahari dan Bintang-Bintang telah meluas keempat penjuru dunia, dan juga penyembah-penyembah Baal, Berhala, penyembah-penyembah Bulan, penyembah-penyembah Matahari, Allata, penyembah-penyembah Bintang-Bintang, Aluzza-Almana.

Hal ini sungguh menarik perhatian karena:
  • Bulan Sabit telah menjadi simbol bagi Islam
  • Bulan Sabit telah ditinggikan di atas kubah masjid-masjid.
  • Bulan Sabit telah dimuliakan dengan dilukis di benda negara-negara Islam.
  • Bulan Sabit telah jadi tanda permulaan dan akhir puasa umat Islam.
  • Bulan Sabit telah menjadi tanda yang setara dengan Allah yang ditinggikan di atas kubah masjid. Di atas kubah tiap masjid kalau tidak dipasang tanda Bulan Sabit di pasang tulisan Arab yang berbunyi Allah.
Benda angkasa yang ketiga, yang telah dikagumi manusia lalu disembah ialah Bintang-Bintang-Bintang di langit telah disembah sebagai anak-anak Allah. Orang-orang Arab zaman Jahiliyah menyebut anak-anak Allah itu dengan sebutan namanya Aluzz dan Almana, sedang menantu Allah bernama AlhubaL.

Nabi Muhammad pada umur 40 tahun, yaitu pada tahun 610 Masehi, bangkit menjadi nabi bangsa Arab, mengajarkan ajaran Tauhid, menyembah Allah yang Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak mempersekutukan Allah dengan apapun. Dia mengubah bangsa Arab dari penyembahan banyak ilah, banyak dewa, politheisme menjadi penyembahan Allah yang Esa atau monotheisme, Bangsa Arab pra-Islam, kalau bersumpah, mengucapkan sumpahnya dengan ucapan: "Demi Allah, demi Allata dan demi Aluzza" setelah mendapat ajaran Muhammad mengucapkan sumpahnya dengan ucapan: "Demi Allah" saja.

Dari sini dapat ditemukan bahwa Muhammad tidak meniadakan Allah yang telah disembah oleh bangsa Arab pra-Islam sebagai dewa Bulan tetapi hanya meniadakan permaisuri Allah yaitu Allata dan anak-anak Allah yaitu Aluzza dan Almana.

Allah yang tadinya disembah sebagai dewa Bulan telah diubah konsepnya, diubah pengertiannya menjadi Allah yang Esa dan yang Mahakuasa. Sebutan namanya tetap yaitu Allah, sedang pengertiannya telah berbeda. Allah yang tadinya diimani mempunyai anak, diubah menjadi tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Pengubahan konsep atau pengubahan pengertian tentang Allah dan tentang ketidakpunyaan Allah akan anak itu, termuat di dalam Alqu'ran surah ke 112 Al Ikhlas ayat 1 s/d 4 yang berbunyi sebagai berikut:
  • Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa
  • Allah tempat meminta
  • Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan
  • Dan tidak ada seorangpun setara dengan dia. Sedang jin-jin juga ikut mengatakan:
  • Dan bahwasanya Maha Tinggi Tuhan kami, dia tidak beristri dan tidak beranak (72 AL Jin 3)
  • Dan lebih lanjut, tentang anak-anak Allah ini Alqur'an menyebutkan demikian:
  • Apakah kamu perhatikan LATA dan UZZA?
  • Dan MANATA, ketiga yang lain?
  • Apakah bagi kamu anak laki-laki dan bagi-Nya anak perempuan?
  • Itu, kalau demikian adalah pembagian curang. (53 AN-NAJM 19-22)
Benda angkasa yang kedua yang telah dikagumi manusia lalu disembah ialah Bulan, menjadi dewa Bulan dengan namanya Allah. Pada zaman Jahiliyah, bangsa Arab menyembah dewa Matahari dan dewa Bulan, ajaran yang mereka terima dari bangsa Babil yang diam di daerah Mesopotamia (irak), disebelah utara tanah Arab. Dengan bukti-bukti penemuan Arkeologi, di dalam inskripsi-inskripsi, ajaran itu datang dari Babil ke Selatan, ke Arab bagian Utara dan memusat di kota Mekah.

Dewa Bulan mereka sebut Allah, sedang dewa Matahari mereka sebut Allata. Bulan mengawini Matahari, Allah mengawini Allata dan memperanakkan bintang-bintang, antara lain yang bernama Aluzza dan Almana, anak-anak perempuan Allah sedang Alhubal adalah menantu Allah.

Patung Alhubal ini pernah ditemukan di dalam Ka'bah yang ada di kota Mekah itu. Didalam dan di sekitar Ka'bah ini tadinya, sampai dengan tahun 610 Masehi masih terdapat 361 berhala, yang semuanya disembah oleh orang Arab pra-Islam. Orang-orang Arab yang berangkakt berdagang ke pasar, singgah dulu ke Ka'bah ini, berdoa minta diberi banyak rezeki.

Sudah sejak zaman Jahiliyah, zaman pra-Islam, orang-orang Arab telah memuja-muja berhala-berhala di Ka'bah Baitullah itu dengan thawaf, mengelilingi Ka'bah sambil bertepuk tangan dan telanjang bulat (Catatan kaki Hadits Shahih Bukhari 843). Maka ada yang mengatakan apa yang dilakukan oleh umat Islam tiap tahun yaitu upacara Haji, tidak lain adalah pelestarian upacara penyembahan berhala dari orang-orang Jahiliyah sebelum Islam. Bedanya pada zaman Jahiliyah penyembahannya harus dengan telanjang bulat, sedang pada zaman Islam harus berpakaian Ichrom, tetapi tidak boleh pakai celana.

Ketika Muhammad datang dan membawakan ajaran baru, ajaran Tauhid, bukan lagi menyembah banyak dewa, tetapi satu Tuhan, menghadapi masyarakat Quraish yang sudah ribuan tahun menyembah banyak dewa itu, yang salah satu dewa, dewa Bulan disebut Allah dan yang mempunyai anak perempuan Aluzza dan Almana.

Ayah Muhammad sendiri bernama Abdullah yang berarti hamba Allah yaitu Allah yang bukan diajarkan oleh Muhammad, tetapi Allahnya orang Arab Jahiliyah suku Quraish penyembah berhala, penyembah banyak dewa atau
politheisme itu.

Kesimpulan dari semua itu ialah bahwa yang mereka sebut Allah sampai hari ini berasal dari ajaran orang Arab Jahiliyah, penyembah berhala, hanya saja pengertiannya yang sudah diubah oleh Muhammad menjadi Allah yang Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tuhan mereka, Ilah mereka, bernama Allah.

Kesaksian Hadits:

Orang akan melihat Tuhan seperti Bulan
  • Kami bersama Nabi SAW: beliau menengok ke Bulan yakni Bulan empat belas. Maka beliau berkata: "Sesungguhnya kamu semua akan melihat Tuhanmu, sebagaimana kamu melihat Bulan ini." (Hadist Shohih Buchory 315)
  • Orang banyak bertanya: "Dapatkah kami melihat Tuhan kita nanti di hari kiamat?
    Jawab Nabi: "Masihkah kamu sangsi untuk dapat melihat Bulan purnama pada empat belas yang tidak berawan?"
    Jawab mereka: "Tidak Ya Rasulullah"
Sabda nabi SAW: "Sesungguhnya kamu akan melihat Allah seperti itu!"
Pada hari Kiamat akan dikumpulkan seluruh manusia lalu Allah berfirman: "Siapa yang menyembah sesuatu maka hendaklah mengikut sesembahannya itu". Diantara mereka itu ada yang mengikut Matahari, ada yang mengikut Bulan, ada yang mengikut THAGHUL. Maka tinggalah umat Islam ini, termasuk di dalamnya orang-orang munafik (Hadist Shohih Buchory 441)
Harus shalat waktu ada gerhana
Karena itu kalau ada gerhana Matahari atau Bulan, diperintahkan shalat.
Shalat gerhana:
Karena itu apabila kamu melihat gerhana, maka segeralah pergi shalat. Shalatlah hingga Allah memberi cahaya terang kembali kepadamu" (Hadist Shohih Buchory 856)
Nabi Muhammad sendiri juga melakukan shalat waktu melihat gerhana (Hadist Shohih Buchory 855, 856, 857)

Kesaksian arkeologi
  • Pada kuil Bulan Arab nama dewa Bulan dipahatkan pada batu
  • Patung Dewa Bulan dilihat dari empat sisi Catatan: Simbol Bulan sabit dipahatkan pada dada patung. Dua patung tersebut ditemukan pada tempat ini.
  • Sebahagian besar daripada struktur masjid juga dikaitkan dengan buah dada dewi Matahari di dalam rupabentuk atapnya dan secara langsung adalah bersifat pagan, Nama Al ilat adalah bentuk lama bagi Dewi Matahari yang dimaksudkan di dalam Herodotus i. 131; iii 8. Ini menjadi Al lat atau Allat dan dengan ringkasnya bermakna dewi itu.

No comments: