Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Nov 15, 2013

Temuan Essenes

Sepeninggal Sauniére, Marie Denarnaud tinggal di vila Bethania hingga
akhir Perang Dunia. Marie lalu menjual vila tersebut kepada Monsieur
Noel Corbu dan diam-diam menjanjikan akan membuka rahasia besar itu
sebelum dirinya meninggal.

Rahasia itu, ujar Marie, siapa pun yang memegangnya akan bisa
membuatnya kaya-raya dan berkuasa. Pada hari Kamis, 29 Januari 1953,
seperti majikannya dulu, tiba-tiba Marie terserang penyakit stroke
yang membuatnya tidak bisa bicara dan meninggal, tanpa sempat mewarisi
sebuah rahasia yang dipegangnya sampai ke liang lahat.

Banyak kalangan percaya, rahasia yang ikut terkubur bersama jasad
Sauniére dan Marie lebih dari sekadar harta karun berupa emas atau pun
batu permata. Jika demikian, apakah ini tentang suatu pengetahuan yang
selama ini dikubur dalam-dalam? Oleh siapa? Mengapa Vatikan sepertinya
sangat takut dan tidak berani terhadap Sauniére?

Richard Andrews dan Paul Schellenberger (The Tomb of God, 1996)
berspekulasi bahwa harta karun yang dimaksud sesungguhnya adalah makam
Yesus Kristus. Pertanyaan-pertanyaan ini mengemuka dan akhirnya
mengerucut menjadi satu dugaan bahwa sesungguhnya rahasia itu memang
lebih dari sekadar harta-benda, namun juga meliputi suatu pengetahuan
rahasia yang selama ini ditutup rapat oleh Vatikan. Sebab itu, Vatikan
terkesan sangat permisif dan segan pada Sauniére. Dan tidak cukup
dengan itu, bisa jadi Vatikan malah secara kontinyu mengucurkan uang
kepada Sauniére, sekadar sebagai tutup mulut. Dan yang terakhir
mungkin saja menghabisinya.
"Kami yakin bahwa ia telah menerima uang dari Johann von Habsburg.
Pada saat bersamaan, 'rahasia' pendeta itu, apa pun itu, tampak lebih
bersifat religius daripada politik, " demikian The Holy Blood and the
Holy Grail.

Dugaan Michael Baigent dan kawan-kawan dibenarkan seorang mantan
pendeta Gereja Anglikan Inggris. Usai penayangan film "The Lost
Treasure of Jerusalem" pada Februari 1972, mantan pendeta itu mengirim
surat, "'Harta karun' itu tidak terkait dengan emas atau batu-batu
mulia yang berharga. Sebaliknya, harta tersebut berupa 'bukti yang
tidak dapat dibantah' bahwa penyaliban adalah peristiwa tipuan dan
bahwa Yesus masih hidup hingga akhir tahun 45 Masehi. "

Keyakinan bahwa Yesus tidak mati di tiang salib sebenarnya juga banyak
dianut oleh sekte-sekte kekristenan awal yang lazim disebut sebagai
kelompok Unitarian. Mereka ini menganggap Yesus hanyalah utusan Tuhan,
bukan Tuhan itu sendiri.

Jika Yesus memang tidak mati di tiang salib, mungkinkah Yesus telah
diselamatkan oleh Yusuf Arimathea, seorang murid rahasianya yang kaya
dan berpengaruh, seperti yang selama ini diyakini sebagian umat
Kristen awal seperti Sekte Essenes dan gulungan Nag Hammadi?

Al-Qur'an juga menyatakan bahwa Yesus tidaklah mati di tiang salib.
Yang mati di tiang salib adalah orang yang ditampakkan Allah SWT
menyerupai Yesus. Al-Qur'an menginformasikan bahwa Yesus atau Nabi Isa
a. S. "diselamatkan" oleh Allah SWT dengan cara diangkat ke jannah.

Bagi kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan Vatikan, Yesus
diyakini meninggal dunia di dekat Laut Mati yang dipenuhi dengan
gua-gua batu, dekat dengan tempat tinggal kelompok Esenes. Maria
Magdalena sendiri dipercaya meninggal di Marseilles, Selatan Perancis.
Di Aux en Provence yang juga berada di selatan Perancis, di daerah ini
dikenal sebagai pusat Magdalenaisme. Di sini pula tradisi lisan
Kabbalah dibukukan. Selain Magdalenaisme, di sini juga merupakan pusat
pemujaan terhadap Yohanes Pembaptis. Banyak gereja yang didedikasikan
kepada Maria Magdalena dan Yohaes Pembaptis yang bertebaran di sini.

Legenda di Languedoc-Rousilon

Daerah Selatan Perancis, yang lazim disebut wilayah
Languedoc-Roussillon, para penduduknya memang tidak begitu patuh pada
Vatikan. Tiap 22 Juli, mereka menggelar hari pesta Maria Magdalena
secara besar-besaran dan meriah. Lynn Picknett dan Olive Prince
menyebut wilayah ini sebagai jantung heresy Eropa. Selain pemujaan
terhadap Maria Magdalena dan Yohanes Pembaptis, di daerah ini juga
terkenal dengan ajaran paganisme dan okultisme dengan segala legenda
dan mitosnya. Salah satu kegenda yang masih hidup di masyarakat
sekitar adalah tentang legenda "Ratu dari Selatan" (Reine du midi)
yang sebenarnya merupakan gelar dari para countess dari Toulouse.

Fakta tunggal inilah yang menyebabkan adanya pemiskinan sistematis
atas wilayah selatan Perancis tersebut.

Languedoc adalah "rumah besar" para Templar di Eropa hingga mereka
diburu oleh Phillipe le Bel. Lebih dari 30 persen benteng dan markas
Templar yang tersebar di Eropa, terletak di sini. Bukan itu saja, di
selatan Perancis ini pula, banyak kalangan meyakini, para Templar
telah menguburkan dan menyembunyikan harta karunnya yang dibawa lari
dari Yerusalem.

Prof. Mariano Bizari daam film dokumenter "The Da Vinci Project:
Seeking The Truth" menyatakan bahwa desa ini dengan segala riwayatnya
memiliki jejak sejarah yang amat panjang. "Kisah mengenai
Rennes-le-Château dimulai pada tahun 1200 SM dengan campur tangan
orang Beaker, juga Celts, jadi ini merupakan kisah yang panjang! Di
sana terdapat jaringan saluran bawah tanah, juga goa, goa di mana
beberapa ritual dilakukan, goa yang membuka jalan ke tempat lain,
misalnya tempat yang memungkinkan pelaksanaan upacara tertentu, dan
Pendeta Boudet, teman sekaligus penasehat Sauniére, menulis buku
berkode untuk mengidentifikasi jalan masuk ke rute-rute ini. "

"The Da Vinci Project: Seeking the Truth" juga membuat daftar
pertanyaan yang mengusik keingintahuan orang tentang pendeta dan desa
yang penuh misteri ini: Mengapa Sauniére menulis "ini tempat yang
buruk (sebenarnya "Menyeramkan" atau "mengerikan", pen) di atas pintu
masuk gereja itu?

Mengapa Sauniére menghabiskan hari-harinya di Museum Louvre, di depan
lukisan Poussin tahun 1640 yang berjudul "Arcadian Sheperds", yang
nampaknya menggambarkan daerah sekeliling Rennes-le-Château dan sebuah
nisan bertuliskan "Et In Arcadia Ego"? Mengapa penjaga rumah Sauniére,
Marié Denarnaud, selalu mengatakan, "Di sini orang berjalan di atas
emas, namun mereka tak mengetahuinya!"

Mengapa kota ini memiliki peraturan khusus yang melarang penggalian
tanah, walau hanya untuk menanam bunga? Mengapa mangkuk air suci di
gereja Rennes diangkat oleh mahluk bernama "Asmodeus", yang menurut
mitologi Ibrani merupakan penjaga harta karun Salomo? Mengapa gambar
mosaik di atas altar menggambarkan Perjamuan Terakhir dengan seorang
wanita mengangkat sebuah cawan di kaki Kristus? Apakah ini petunjuk
adanya kaitan antara Perjamuan Terakhir dengan Maria Magdalena?

Mengapa patung-patung santo dalam gereja sedemikian diatur sehingga
huruf awal nama mereka membentuk kata GRAAL bila dihubungkan membentuk
huruf M dari kata Maria Magdalena? Mengapa tempat-tempat salib
diletakkan dengan urutan terbalik? Mengapa kaca jendela yang
menggambarkan Kristus selalu memiliki bulan di latar belakangnya?
Mengapa Sauniére membangun patung Magdalena yang besar dan menurut
buku hariannya menyembunyikan sebuah peti di dasarnya?

Profesor Roberto Giacobbo, penulis buku "'Il Segreto Di Leonardo' juga
mengamini kemisteriusan Rennes-le-Château. "Wilayah ini adalah tempat
yang aneh—begitu Anda memasuki kota, ada tanda bertuliskan "Dilarang
menggali di sini". Mengapa? Siapa yang meletakkan tanda ini?
Rennes-le-Château banyak mengangkat pertanyaan spontan, seperti
mengenai sebuah legenda yang terulang…atau mungkin juga tidak. "

Amat mungkin, karena kemisteriusan desa inilah yang membuat seorang
Francois Mitterand, beberapa pekan sebelum terpilih presiden Perancis
di tahun 1981, mengunjungi Rennes-le-Château dan berfoto di Menara
Magdala dan di samping patung Asmodeus, Raja Iblis Penjaga Harta Karun
Sulaiman. Adakah Mitterand yang dikenal sebagai pemerhati okultisme
juga merupakan bagian dari kemisteriusan wilayah ini?

Sauniere Tidak Sendiri

Rennes-le-Château dengan Pastur Berenger Sauniére memang menjadi
misteri tersendiri. Para peneliti menyatakan bahwa tidaklah mungkin
Pastur Sauniére sendirian dalam menjalankan pekerjaannya yang begitu
misterius. Apalagi dalam radius tiga mil sekitar Rennes-le-Château
terdapat sekurangnya dua daerah dan dua pastur yang juga aneh.

Yang pertama, Pastur Antoine Gelis yang menjadi Gembala Sidang di
daerah Coustaussa yang terletak persis di bawah Rennes-le-Château.
Pastur Gelis tinggal sendirian di sebuah rumah kecil yang berjarak
hanya beberapa langkah dari gerejanya. Selain sebagai pastur, Gelis
terkenal sebagai lintah darat. Ia dikenal memiliki banyak uang yang
sumbernya juga tak jelas dari mana. Kabarnya Gelis juga telah
menemukan koin emas dalam jumlah banyak di gerejanya, sama seperti
rekannya, Sauniére.

Minggu sore, 31 Oktober 1897, pintu rumah Pastur Gelis diketuk
seseorang. Gelis segera membukakan pintu bagi tamu yang tidak
dikenalnya ini. Tiba-tiba sang tamu memukulkan sebuah benda keras ke
kepala dan tubuh Gelis. Pastur berusia 70 tahun ini jatuh tersungkur
bersimbah darah. Sang pembunuh segera pergi. Awalnya polisi menyangka
telah terjadi perampokan karena Gelis memang dikenal memiliki banyak
uang. Tapi barang-barang milik Gelis tidak ada yang hilang.

Bukan itu saja, di dekat jenazah Gelis yang telentang dengan kedua
tangan bersedekap, seolah pembunuhnya ingin menunjukkan sesuatu pola,
ditemukan dua kertas rokok dengan tulisan tangan bertuliskan "Viva
Angelina!", yang memiliki arti kejayaan bagi malaikat perempuan atau
kejayaan bagi Sang Dewi. Maria Magdalenakah yang dimaksud? Sampai kini
polisi tidak berhasil mengungkap siapa pembunuhnya. Banyak penafsiran
tentang motif di balik peristiwa pembunuhan terhadap Gelis. Tapi para
peneliti meyakini, dibunuhnya Gelis erat kaitannya dengan harta karun
yang ada di sekitar daerah itu. Adakah Gelis dianggap terlalu banyak
tahu tentang harta karun Rennes-le-Château?

Batu nisannya, yang terletak di pemakaman gereja di Coustassa,
diposisikan lain dengan nisan-nisan lainnya. Nisan Pastur Gelis dibuat
menghadap ke Rennes-le-Château dan terlihat amat jelas di lereng bukit
di seberangnya. Anehnya, batu nisan itu juga memiliki tanda
Salib-Mawar (Rose-Croix), terkait Templar.

Yang kedua, Pastur Henri Boudet (1837-1915) yang menjadi gembala
sidang di daerah Rennes Le Bains, yang terletak di sisi lain bukit
yang juga ditempati Rennes-le-Château. Pastur ini juga tidak kalah
misteriusnya. Walau bukan ahli bahasa, tapi Boudet diketahui telah
mengarang sebuah buku mengenai bahasa yang salah satu premisnya
sungguh aneh yakni bahasa Celtic adalah bahasa asal dari semua bahasa
dunia.

Buku tersebut ternyata berisi kode-kode tertentu yang setelah Boudet
meninggal di makamnya terdapat kaitan erat dengan kode-kode dari
bukunya tersebut. Judulnya: Le vraie langue cetique et le cromleck de
Rennes-les-Bains (The True Celtic Language and the Cromlech of
Rennes-les-Bains).

Pastur Berenger Sauniére, Pastur Antoine Gelis, dan Pastur Henri
Boudet, ketiganya memimpin gereja dalam wilayah yang bertetangga,
ketiganya menyimpan misteri, dan tentu ketiganya memiliki ikatan
khusus atau suatu kerjasama yang tidak diketahui secara jelas apa dan
bagaimana bentuknya.

Hanya saja, di belakang hari diketemukan catatan bahwa Pastur Sauniére
ternyata pernah dua kali diundang dan menghadiri acara resmi kelompok
Freemason yang diadakan di Martinist Lodge di Lyons, Perancis. Sejak
zaman Renaissance, kota Lyons juga dikenal sebagai kota yang penuh
misteri. Selain itu ada pula catatan pengiriman barang dari Paris
berupa sebuah teropong yang berdaya kuat dan kamera kepada Sauniére.
Sebuah organisasi atau kelompok di Paris mengirim peralatan
penyelidikan kepada Sauniére yang tinggal di desa penuh misteri. Apa
yang sesungguhnya yang diselidikinya?

Misteri Harta Karun Templar

Menurut sejarah, setelah kerajaan Barat menyerbu Roma dan kemudian
meninggalkan Italia, harta karun dari Yerusalem yang dijarah oleh
Titus kemudian dibawa ke Toullose, lalu dibawa lagi ke Carcassonne,
setelah itu tidak ada satu pun orang yang pernah mendengar tentang
keberadaan harta karun tersebut. Salah satu wilayah di Perancis
Selatan yang dekat dengan Rennes-le-Château bernama Opoul Perillos.
Wilayah ini memiliki kode pos: 666-00. Triple Six, sebuah angka setan!

Perancis Selatan sampai hari ini masih saja diliputi misteri. Wilayah
bekas salah satu markas para Templar tersebut seteah booming novel The
Da Vinci Code bukan lagi sebuah wilayah yang sepi, namun selalu
dikunjungi turis mancanegara. Walau demikian, hal ini tidak mengurangi
kemisteriusannya.

No comments: