Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Nov 15, 2013

Eseni

Eseni (bahasa Inggris: Essenes) adalah nama bagi salah satu sekte
Yahudi yang hidup dan berkembang di tepi Laut Mati sejak tahun 65-an
SM hingga 70-an M.
Informasi tentang kelompok ini terdapat di dalam naskah-naskah Laut
Mati, meskipun di dalam naskah-naskah tersebut tidak pernah disebut
mengenai nama Eseni. Nama Eseni digunakan oleh Filo, Yosefus, dan
Plinius (sejarawan-sejarawan Yahudi dan Romawi) untuk menyebut
kelompok yang memiliki banyak persamaan dengan kelompok yang disebut
di dalam naskah-naskah Laut Mati. Kaum Eseni disebut juga komunitas
Qumran sebab Qumran adalah nama tempat yang menjadi pusat kelompok
Yahudi tersebut, sebagaimana dikisahkan oleh naskah-naskah Laut Mati.
Para ahliPerjanjian Baru cenderung menyamakan komunitas Qumran dengan
kaum Eseni, atau menganggap Qumran sebagai pusat dari
kelompok-kelompok Eseni lainnya yang terpencar-pencar di Palestina
atau di luarnya.
Kaum Eseni menganggap bahwa dunia telah menjadi sangat jahat dan
kotor, sehingga mereka berupaya membentuk komunitas sendiri, di mana
mereka dapat menjaga kesucian hidup mereka serta terlindungi dari
dunia yang jahat. Mereka percaya bahwa Allah akan segera
mengintervensi jalannya dunia ini dan menetapkan pemerintahan Allah
yang benar di dunia. Karena itulah, mereka membentuk komunitas yang
mandiri di Qumran dan mempraktikkan hidup yang terpisah dari dunia
luar.
Hubungan Kaum Eseni dengan Kelompok Yahudi Lainnya
Kaum Eseni, sebagaimana kelompok-kelompok Yahudi lainnya, muncul
sebagai respons terhadap konflik-konflik politik yang muncul, di mana
identitas Yahudi sedang terancam oleh Helenisasiyang dilancarkan oleh
penjajah Romawi. Akan tetapi, masing-masing kelompok Yahudi tersebut
memilih cara dan norma yang dianggap penting sehingga tidak jarang
bertentangan satu dengan yang lain. Kaum Eseni memiliki pertentangan
yang kuat terhadap kelompok Farisi dan Saduki, di mana kelompok Farisi
dianggap oleh mereka kurang mengikuti hukum Taurat secara literer,
sedangkan kaum Saduki dianggap sebagai pemimpin-pemimpin agama yang
korup dan salah mengerti hukum Tuhan dalam menjalankan kultus Bait
Suci.

Kaum Eseni di Qumran
Qumran terletak di daerah dataran tinggi yang luas di dekat Laut Mati
dengan dikelilingi gunung-gunung dan mata air di bagian bawahnya. Di
situ komunitas Eseni mendirikan bangunan-bangunan yang sebenarnya
telah mulai dibangun tahun 150 SM, ketika Yohanes Hirkanus sedang
memerintah di Yerusalem dan kaum Saduki memegang kekuasaan.
Bangunan-bangunan tersebut dihancurkan tahun 68 M pada waktu
pemberontakan Yahudi pertama oleh tentara Romawi, di mana
bangunan-bangunan dibumi-hanguskan dan penghuninya diusir. Orang-orang
Romawi kemudian membangun kembali bangunan-bangunannya dan digunakan
sebagai kompleks prajurit-prajurit. Setelah sempat direbut oleh Bar
Khokba pada pemberontakan kedua, akhirnya bangunan-bangunan tersebut
menjadi puing-puing saja setelah pemberontakan tersebut ditumpas.

Lokasi komunitas Qumran
Bangunan utama berbentuk empat persegi panjang, berlantai dua, ukuran
kasarnya 35 X 70 meter. Salah satu sudutnya diperkuat menjadi bentuk
sebuah menara pengawal dengan ruangan-ruangan gudang di bawahnya dan
tiga ruangan sempit di atasnya. Di samping itu terdapat sejumlah
ruangan sempit dengan bangku-bangku sekeliling tembok. Sebagian besar
ruangan berfungsi sebagai ruang pertemuan, dan salah satu ruangan
dilengkapi dengan meja-meja tulis, wadah-wadah tinta, dan baskom
tempat cuci tangan bagi para ahli tulis. Kemudian bangunan ini
dilengkapi juga dengan ruang makan dan ruang menyimpan alat-alat
makan. Tata letak bangunan ini menunjukkan bangunan ini dipakai
sebagai tempat tinggal suatu komunitas yang cukup besar.

Pengajaran Kaum Eseni
Keterangan mengenai pengajaran Kaum Eseni didapat dari dua dokumen
penting, yakni buku Peraturan Persekutuan atau Petunjuk Disiplin, dan
bukuPeraturan Damaskus. Para ahli berpendapat bahwa Peraturan Damaskus
adalah pengembangan lebih lanjut dari Petunjuk Disiplin.

Guru Kebenaran
Akar dari kaum Eseni diduga berasal dari masa setelah pemberontakan
Makabe, ketika pengharapan orang-orang beragama digoyahkan oleh
sifat-sifat keduniawian raja-raja Hashmonayim. Menurut Peraturan
Damaskus, beberapa orang pencari kebenaran kemudian memperoleh
pencerahan dari seorang "Guru Kebenaran". Karena itulah, sosok "Guru
Kebenaran" ini terdapat di dalam tulisan-tulisan kaum Eseni dan di
dalam kidung-kidung pujian yang menggambarkan kehidupan dan karya
beliau.
Guru Kebenaran digambarkan sebagai seorang yang berasal dari keluarga
imam tingkat tinggi Yahudi yang kemudian melihat dunia sekitarnya,
yaitu adat istiadat Yahudi, telah dirusakkan dan umat Israel dianggap
menyeleweng dari Allah. Kemudian ia menjadi pengkhotbah pembela
Taurat dan berhasil mengumpulkan sejumlah pengikut. Ia mengecam
orang-orang sezamannya beserta seluruh pemimpin-pemimpin agama. Ia
juga menelaah Kitab Suci dan dari situ membangun peraturan-peraturan
dan tafsiran-tafsiran baru yang kemudian diajarkan kepada
murid-muridnya. Persekutuan itu dianggap sebagai Israel yang benar,
dan anggotanya dianggap sebagai "anak-anak terang". Diduga bahwa
setelah sang guru meninggal akibat penganiayaan, kemudian
murid-muridnya mengundurkan diri dari kehidupan masyarakat umum dan
mendirikan komunitas Qumran, di mana mereka terus menelaah Kitab Suci,
mentaati peraturan-peraturan yang ketat, dan menantikan hari Tuhan, di
mana Allah akan datang sebagai tanda kemenangan mereka.

Taurat Bagi Israel Yang Baru
Komunitas ini sangat memandang negatif kepada dunia yang dianggap
telah dikuasai oleh kuasa jahat, sedangkan komunitas mereka adalah
anak-anak terang yang menantikan Tuhan turun ke dunia untuk
menghancurkan kuasa kegelapan. Untuk menjaga kemurnian diri selaku
anak-anak terang, kaum Eseni melakukan berbagai disiplin dan mengikuti
peraturan yang ketat. Beberapa peraturan tersebut adalah tidak
diizinkan memiliki barang milik pribadi, berjaga-jaga sepanjang malam,
belajar bersama anggota lain, menyanyikan kidung-kidung, dan
memanjatkan doa. Sebagai penegak dari sistem ini, terdapat jabatan
penilik, inspektur, dan hakim, serta imam-imam.

Perang Terakhir
Kelompok ini menafsirkan Kitab Habakuk dalam melihat sejarah dunia.
Ketika hari akhir akan datang, seorang nabi akan muncul untuk
memproklamasikan kedatangan hari tersebut. Kemudian Allah akan
mengutus dua orang mesias, yang satu seorang imam dan yang satu
seorang prajurit. Mesias imam dipandang sebagai Guru Kebenaran yang
dihidupkan kembali dan diberikan kuasa, sedangkan mesias prajurit akan
berasal dari garis keturunan Daud dan bertugas memimpin pasukan Allah
dalam perang terakhir melawan kuasa kegelapan. Keduanya akan
memerintah umat Yahudi selaku umat Allah dan memperbarui peraturan
Israel.

No comments: