Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jan 1, 2019

Gereja Ortodoks Oriental

Gereja Ortodoks Oriental adalah persekutuan Gereja terbesar ke-4 di dunia, dengan jumlah umat sekitar 76 juta jiwa. Sebagai salah satu lembaga keagamaan tertua di dunia, Gereja Ortodoks Oriental telah memainkan peranan penting dalam sejarah dan budaya Abisinia, Armenia, Mesir, Sudan, serta beberapa daerah di Timur Tengah dan India. Sebagai persekutuan Gereja-Gereja autokefalos Kristen Timur, para uskupnya sederajat berdasarkan tahbisan uskup, dan ajaran-ajarannya terangkum dalam pernyataan bahwa persekutuan ini hanya mengakui kesahihan dari ketiga konsili oikumene yang terdahulu. Meskipun Paus Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria (sekarang dijabat oleh Paus Tawadros II) dianggap sebagai tokoh yang dituakan, jabatan ini tidak memiliki kewenangan pemerintahan terpusat sebagaimana lembaga kepausan dalam Gereja Katolik.

Persekutuan Ortodoks Oriental terdiri atas enam Gereja autokefalos (swakepala): Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria, Gereja Ortodoks Suryani Antiokhia, Gereja Apostolik Armenia, Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia, Gereja Tewahedo Ortodoks Eritrea, dan Gereja Suriah Ortodoks Malankara. Sebagai satu kesatuan, Gereja-Gereja ini memandang dirinya sebagai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik yang didirikan oleh Yesus Kristus melalui Amanat Agung, dan bahwasanya para uskup adalah para pengganti rasul-rasul Kristus. Sebagian besar Gereja dalam persekutuan ini adalah anggota Dewan Gereja-Gereja Sedunia. Semua anggota persekutuan ini menganut teologi yang kurang lebih identik, dengan paham Miafisitisme sebagai ciri khasnya. Ada tiga ritus berbeda yang dipraktikkan dalam persekutuan ini: Ritus Armenia yang dipengaruhi Gereja Barat, Ritus Suriah Barat yang dipraktikkan dua Gereja Suryani, serta Ritus Aleksandria yang dipraktikkan umat Koptik, Ethiopia, dan Eritrea.

Sebelum Konsili Kalsedon diselenggarakan pada 451 M, Gereja-Gereja Ortodoks Oriental juga menjalin persekutuan dengan Gereja Katolik, dan Gereja Ortodoks Timur. Sebab utama pecahnya persekutuan dengan kedua Gereja ini adalah perbedaan-perbedaan di bidang Kristologi. Sebagai akibat dari perpecahan ini, Gereja Ortodoks Oriental berkembang sendiri di bawah kepemimpinan Kebatrikan Aleksandria di Mesir, yang mula-mula adalah salah satu dari Pentarki dan satu-satunya takhta keuskupan selain Takhta Suci yang melestarikan gelar "Paus". Kebatrikan Ortodok Suryani dalam persekutuan ini diakui sebagai Gereja yang berwenang mengayomi sebagian Umat Kristen Santo Tomas di India sampai sekarang.

Mayoritas umat Kristen Ortodoks Oriental berdiam di Mesir, Ethiopia, Eritrea, serta Armenia. Selain itu, ada sejumlah paguyuban kecil umat Suryani di Timur Tengah – jumlahnya lambat laun berkurang akibat persekusi – dan India. Banyak pula paguyuban Ortodoks Oriental yang terbentuk di berbagai belahan dunia melalui diaspora, peralihan agama, dan karya misi.

Selayang pandang
Ciri khas Gereja-Gereja Ortodoks Oriental adalah hanya mengakui tiga konsili oikumene terdahulu yang diselenggarakan semasa agama Kristen masih menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi, yaitu Konsili Nikea yang pertama pada 325, Konsili Konstantinopel yang pertama pada 381, dan Konsili Efesus pada 431. Kristen Ortodoks Oriental memiliki banyak kesamaan di bidang teologi dan tradisi gerejawi dengan Gereja Ortodoks Timur; antara lain, kemiripan dalam ajaran tentang keselamatan, tradisi kesejawatan antaruskup, penghormatan terhadap Teotokos, dan penggunaan syahadat Nikea.

Perbedaan utama di bidang teologi antara persekutuan Ortodoks Oriental dan persekutuan Ortodoks Ortodoks Timur adalah perbedaan Kristologi. Kristen Ortodoks Oriental menolak rumusan iman Kalsedoni, dan sebagai gantinya mengadopsi rumusan iman Miafisit, yakni percaya akan kemanunggalan kodrat insani dan kodrat ilahi Kristus. Menurut sejarahnya, para waligereja Ortodoks Oriental yang terdahulu beranggapan bahwa rumusan iman Kalsedoni menyiratkan penyangkalan terhadap konsep Tritunggal, atau pembenaran terhadap paham Nestorianisme.

Perbedaan-perbedaan lain meliputi perbedaan-perbedaan kecil dalam ajaran sosial dan perbedaan pandangan mengenai gerakan oikumene. Gereja-Gereja Ortodoks Oriental pada umumnya dianggap lebih konservatif sehubungan dengan isu-isu sosial dan lebih antusias terkait hubungan oikumene dengan Gereja-Gereja non-Ortodoks. Paham kreasionisme populer di kalangan rohaniwan Ortodoks Oriental, namun hanya sekadar suatu opini yang terbatas dalam sekalangan kecil rohaniwan Ortodoks Timur.

Pecahnya persekutuan antara Gereja Ortodoks Oriental dan Gereja Ortodoks Timur tidak terjadi serta merta, tetapi perlahan-lahan dalam kurun waktu 2-3 abad seusai Konsili Kalsedon. Pada akhirnya kedua belah pihak membentuk lembaga masing-masing yang terpisah satu sama lain, dan untuk seterusnya Gereja Ortodoks Oriental tidak lagi ikut serta dalam penyelenggaraan konsili-konsili oikumene.

Gereja-Gereja Ortodoks Oriental melestarikan suksesi apostolik kuno mereka sendiri. Pemerintahan masing-masing Gereja diselenggarakan oleh Sinode Suci yang dipimpin oleh seorang uskup primus inter pares selaku primat. Para primat menyandang gelar-gelar batrik, katolikos, dan paus. Di antara para batrik, Paus Aleksandria adalah tokoh yang dituakan, dan kadangkala dianggap sebagai "wajah" dari Gereja Ortodoks Oriental. Kebatrikan Aleksandria, bersama Kebatrikan Roma dan Kebatrikan Antiokhia, adalah salah satu dari takhta-takhta keuskupan terkemuka dalam Gereja perdana. Kebatrikan ini mengayomi sekumpulan besar umat Kristen Koptik dan, tidak seperti Kebatrikan Antiokhia, masih menjadi pusat dari populasi umat yang besar.

Dengan kata lain, Paus Aleksandria tidak memiliki wewenang untuk memerintah atas Gereja-Gereja Ortodoks Oriental non-Koptik. Persekutuan Ortodoks Oriental tidak memiliki sosok pemimpin magisterial sebagaimana Gereja Katolik, maupun sosok pemimpin yang berwenang menyelenggarakan sinode-sinode oikumene seperti Gereja Ortodoks Timur.

Skisma Kalsedoni
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Gereja Ortodoks Oriental#Skisma
Skisma antara Gereja Ortodoks Oriental dan Gereja-Gereja Kalsedoni didasarkan pada perbedaan-perbedaan dalam Kristologi. Konsili Nikea pertama, yang diselenggarakan pada 325, memaklumkan bahwa Yesus Kristus adalah Allah, dengan kata lain "sehakikat" dengan Allah Bapa. Di kemudian hari, konsili oikumene ketiga, Konsili Efesus, memaklumkan bahwa Yesus Kristus, sekalipun memiliki kodrat ilahi serta kodrat insani, hanyalah satu pribadi (hipostasis) belaka. Dengan demikian Konsili Efesus secara terang-terangan menolak paham Nestorianisme, yakni ajaran bahwa Kristus adalah dua pribadi yang berbeda, satu pribadi ilahi (Sang Sabda) dan satu pribadi insani (Yesus), yang bersemayam dalam satu tubuh. Gereja-Gereja yang kelak membentuk persekutuan Ortodoks Oriental sangat anti terhadap Nestorianisme, dan oleh karena itu sangat mendukung keputusan-keputusan yang dihasilkan di Efesus.

Dua puluh tahun selepas Efesus, Konsili Kalsedon meneguhkan kembali pandangan bahwa Yesus Kristus adalah satu pribadi tunggal, tetapi pada saat yang sama memaklumkan pula bahwa pribadi tunggal ini memiliki "dua kodrat yang sempurna", satu kodrat insani dan satu kodrat ilahi. Pihak-pihak penentang Kalsedoni memandang maklumat ini sebagai suatu pembenaran terhadap Nestorianisme, atau bahkan sebagai suatu muslihat halus untuk mengubah haluan Gereja menuju Nestorianisme. Akibatnya, pada dasawarsa-dasawarsa sesudah Konsili Kalsedon, pihak-pihak ini lambat laun terpisahkan dari persekutuan dengan Gereja-Gereja yang menerima keputusan Konsili Kalsedon, dan membentuk persekutuan sendiri yang kini disebut Gereja Ortodoks Oriental.

Kadang-kadang umat Kristen Kalsedoni menyebut umat Kristen Ortodoks Oriental sebagai Kaum Monofisit – dengan kata lain, mendakwa umat Kristen Ortodoks Oriental sebagai pengikut ajaran Eutikes (ca. 380 – ca. 456), yakni percaya bahwa Yesus Kristus sama sekali bukanlah seorang manusia, melainkan sosok ilahi semata-mata. Monofisitisme dikutuk sebagai bidah bersama-sama dengan Nestorianisme, dan mendakwa sebuah Gereja sebagai Kaum Monofisit sama saja dengan mendakwanya telah terperosok ke dalam suatu bidah yang merupakan kebalikan dari bidah Nestorianisme. Meskipun demikian, umat Kristen Ortodoks Oriental sendiri menolak sebutan itu sebagai suatu sebutan yang tidak akurat, karena mereka telah mengutuk secara resmi baik ajaran Nestorius maupun ajaran Eutikes. Mereka justru menyebut dirinya sebagai Kaum Miafisit, yakni kaum yang percaya bahwa Kristus hanya memiliki satu kodrat, insani sekaligus ilahi.

Sekarang ini, Gereja-Gereja Ortodoks Oriental menjalin persekutuan paripurna satu sama lain, tetapi tidak dengan Gereja Ortodoks Timur atau Gereja-Gereja lain. Dialog lamban menuju pemulihan persekutuan antara kedua persekutuan Ortodoks ini dimulai pada pertengahan abad ke-20. Gereja Ortodoks Oriental juga telah menjalin dialog dengan Gereja Katolik dan Gereja-Gereja lain. Pada 2017, praktik saling mengakui baptisan telah dipulihkan antara Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria dan Gereja Katolik.

Sejarah

Pascakonsili Kalsedon (451 M)
Skisma antara Gereja Ortodoks Oriental dan seluruh Gereja lain terjadi pada abad ke-5. Salah satu faktor yang turut menimbulkan perpecahan adalah penolakan Paus Dioskoros dari Aleksandria dan tiga belas uskup Mesir lainnya terhadap asas-asas kristologi yang diundangkan oleh Konsili Kalsedon, yakni bahwasanya Yesus memiliki dua kodrat: yang satu ilahi dan yang lain insani. Mereka hanya menyetujui rumusan "berasal dari dua kodrat" menolak rumusan "memiliki dua kodrat."

Bagi para waligereja yang kelak menjadi pemimpin Gereja Ortodoks Oriental ini, rumusan "memiliki dua kodrat" setali tiga uang dengan dengan Nestorianisme, yang dijabarkan dengan suatu istilah yang tidak dapat dirukunkan dengan pemahaman kristologi mereka. Nestorianisme dipahami sebagai pandangan bahwa Kristus memiliki dua kodrat yang terpisah, insani dan ilahi, masing-masing dengan tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman yang berbeda; bertolak belakang dengan rumusan yang diajukan oleh Kiril dari Aleksandria, yakni "satu kodrat Allah Sang Sabda yang menjelma", (atau menurut terjemahan lain,  "satu kodrat penjelmaan Sang Sabda") yang menitikberatkan keesaan penjelmaan di atas segala-galanya. Tidak sepenuhnya jelas apakah Nestorius sendiri menganut paham Nestorianisme.

Oleh karena itu Gereja-Gereja Ortodoks Oriental kerap dijuluki Monofisit, meskipun mereka berkeberatan karena julukan ini bersangkut-paut dengan Monofisitisme Eutikes; mereka lebih suka disebut Gereja-Gereja "Miafisit". Gereja-Gereja Ortodoks Oriental menolak apa yang mereka pandang sebagai bidah monofisit yang diajarkan Apolinaris dari Laodikea dan Eutikes, rumusan iman diofisit dari Konsili Kalsedon, dan kristologi khas Antiokhia yang diajarkan Teodorus dari Mopsuestia, Nestorius dari Konstantinopel, Teodoretus dari Sirus, dan Ibas dari Edessa.

Kristologi, sekalipun penting, bukanlah satu-satunya alasan bagi Gereja Aleksandria untuk menolak keputusan-keputusan Konsili Kalsedon; isu-isu politik, gerejawi, dan kekaisaran cukup seru diperdebatkan pada masa itu.

Pada tahun-tahun sesudah Konsili Kalsedon, para Batrik Konstantinopel masih menjalin persekutuan dengan para Batrik Non-Kalsedoni dari Aleksandria, Antiokhia, dan Yerusalem, (lihat Henotikon) sementara Roma tetap menolak bersekutu dengan mereka dan persekutuannya dengan Konstantinopel mulai goyah. Baru pada 518 Kaisar Bizantium Yustinus I (yang menerima rumusan iman Kalsedoni), menuntut agar Gereja dalam Kekaisaran Romawi menerima keputusan Konsili Kalsedon. Yustinus memerintahkan agar para uskup Non-Kalsedoni diganti, termasuk para Batrik Antiokhia dan Aleksandria. Besar kecilnya pengaruh Uskup Roma atas keputusan kaisar ini telah menjadi sebuah pokok pedebatan. Kaisar Yustinianus I juga berusaha menggiring para rahib yang masih menolak keputusan Konsili Kalsedon ke dalam persekutuan dengan Gereja utama. Waktu terjadinya peristiwa ini tidak diketahui, tetapi diyakini berlangsung antara tahun 535 dan 548. St. Abraham dari Farsyut diperintahkan menghadap ke Konstantinopel dan dia memutuskan untuk membawa serta empat orang rahib. Sesampainya di Konstantinopel, Yustinianus mengancam menurunkan mereka dari jabatan masing-masing jika tidak menerima keputusan Konsili Kalsedon. Abraham mengabaikan ancaman itu dan berpegang teguh pada keyakinannya semula. Ratu Teodora mencoba membujuk Yustinianus untuk mengurungkan niatnya, namun tampaknya tidak berhasil. Abraham sendiri menegaskan dalam surat kepada para rahibnya bahwa dia lebih suka tetap tinggal di pengasingan daripada beralih pada keyakinan yang berlawanan dengan keyakinan Athanasius.

Abad ke-20
pada abad ke-20 skisma Kalsedoni dipandang tidak segawat dulu lagi, dan dari beberapa pertemuan antara pihak-pihak yang berwenang dari Tahta Suci dan kalangan Ortodoks Oriental, keluar deklarasi-deklarasi pendamai dalam bentuk pernyataan bersama oleh Batrik Suryani (Mar Ignatius Zakka I Iwas) dan Paus (Yohanes Paulus II) pada 1984.

“Kesalahpahaman-kesalahpahaman dan skisma-skisma yang memisahkan Gereja-Gereja mereka pada abad-abad kemudian, hari ini mereka sadari, sama sekali tidak mempengaruhi atau menyentuh substansi iman mereka, karena semuanya itu timbul hanya oleh perbedaan-perbedaan dalam terminologi dan budaya dan dalam berbagai rumusan yang diadopsi oleh mazhab-mazhab teologi yang berbeda-beda untuk mengungkapkan hal yang sama. Oleh karena itu, hari ini kami dapati bahwa tidak ada dasar yang nyata untuk perpecahan-perpecahan dan skisma-skisma menyedihkan yang telah memisahkan kami sehubungan dengan ajaran inkarnasi. Dengan perkataan dan perbuatan kami mengakui ajaran yang benar tentang Kristus Tuhan kita, meskipun ada perbedaan-perbedaan dalam memaknai ajaran yang timbul pada masa Konsili Kalsedon itu. Menurut kanon-kanon Gereja Ortodoks Oriental, empat uskup masing-masing dari Roma, Aleksandria, Efesus (kelak dipindahkan ke Konstantinopel), dan Antiokhia diberi status Batrik oleh Konsili Nikea Pertama. Dengan kata lain, kota-kota tempat keempat uskup itu berdiam merupakan pusat-pusat apostolik Agama Kristen. Tiap batrik bertanggung jawab atas uskup-uskup dan Gereja-Gereja di wilayahnya masing-masing dalam Gereja Universal, (kecuali Batrik Yerusalem). Dengan demikian, Uskup Roma selalu dihormati sebagai pemimpin berdaulat dalam wilayahnya sendiri, sekaligus sebagai "yang pertama di antara yang setara", karena adanya keyakinan tradisional bahwa Rasul Petrus dan Rasul Paulus wafat sebagai syuhada di Roma.

Alasan teknis terjadinya skisma adalah Uskup Roma dan Uskup Konstantinopel mengekskomunikasi uskup-uskup Non-Kalsedoni pada 451 karena menolak ajaran "memiliki dua kodrat", dan dengan demikian menyatakan bahwa mereka berada di luar persekutuan Kristen. Deklarasi-deklarasi yang dihasilkan belakangan ini menyiratkan bahwa Tahta Suci kini menganggap dirinya berada dalam persekutuan yang tidak paripurna dengan batrik-batrik lainnya.

Jabatan tertinggi dalam Gereja Ortodoks Oriental adalah batrik. Keenam Gereja Ortodoks Oriental memiliki batriknya masing-masing. Gelar Paus, yang digunakan oleh Paus Shenouda III dari Aleksandria (Paus Gereja Ortodoks Koptik) bermakna 'Bapa' dan bukan sebuah gelar yurisdiksional. Meskipun demikian, Paus Koptik dihormati sebagai "yang pertama di antara yang setara", sama seperti kedudukan Batrik Oikumene dalam persekutuan Gereja-Gereja Ortodoks Timur, dan oleh karena itu dia berperan sebagai presiden dalam pertemuan-pertemuan pan-yurisdiksional Gereja-Gereja Ortodoks Oriental.

Sebaran geografis

Menurut data Encyclopædia of Religion and Ethics, Kristen Ortodoks Oriental adalah mazhab Kristen "terpenting dari segi jumlah umat yang hidup di Timur Tengah", yang bersama dengan persekutuan-persekutuan Kristen Timur lainnya mencerminkan keberadaan umat Kristen pribumi di Timur Tengah, jauh sebelum agama Islam lahir dan menyebar di kawasan itu. Kristen Ortodoks Oriental adalah agama yang dominan di Armenia (94%), Republik Nagorno-Karabakh yang berpenduduk suku bangsa Armenia dan belum diakui kemerdekaannya (95%), dan Ethiopia (43%, total populasi umat Kristen adalah 62%), khususnya di dua daerah di Ethiopia: Amhara (82%) dan Tigray (96%), serta di ibu kota Addis Ababa (75%). Kristen Ortodoks Oriental juga merupakan salah satu dari dua agama yang dominan di Eritrea (50%).

Kristen Ortodoks Oriental adalah agama minoritas di Mesir (<20%), Sudan (3–5%), Suriah (2–3% dari total umat Kristen yang mencapai 10%), Lebanon (10% dari total umat Kristen di Lebanon yang mencapai 40%, atau 200.000 umat Armenia dan umat Gereja Timur Asiria), dan di Kerala, India (7% dari total umat Kristen di Kerala yang mencapai 20%). Dari segi total jumlah umat, Gereja Ethiopia merupakan Gereja terbesar di antara seluruh Gereja Ortodoks Oriental, dan Gereja terbesar kedua (di bawah Gereja Ortodoks Rusia) di antara seluruh Gereja Timur maupun Oriental.

Gereja-Gereja yang juga cukup penting adalah Kebatrikan Konstantinopel Armenia di Turki, dan Gereja Apostolik Armenia di Iran. Gereja-Gereja Ortodoks Oriental ini merupakan kelompok minoritas Kristen terbesar di kedua negara berpenduduk mayoritas muslim itu, yakni Turki dan Iran.

Gereja-Gereja dalam persekutuan Ortodoks Oriental

Persekutuan Ortodoks Oriental adalah sekelompok Gereja Kristen Ortodoks Oriental yang menjalin persekutuan paripurna satu sama lain. Persekutuan ini terdiri atas:

Gereja Apostolik Armenia
Takhta Induk Etchmiadzin Suci
Takhta Suci Kilikia
Kebatrikan Armenia Konstantinopel
Kebatrikan Armenia Yerusalem
Gereja Ortodoks Suryani Antiokhia
Gereja Suriah Yakubi
Gereja Suriah Ortodoks Malankara
Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria
Gereja Ortodoks Koptik Prancis
Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia
Gereja Tewahedo Ortodoks Eritrea
Ada sejumlah organisasi yang dianggap nonkanonik, tetapi umat dan rohaniwannya mungkin saja menjalin atau tidak menjalin persekutuan dengan Gereja Ortodoks Oriental yang lebih besar. Contoh-contohnya adalah Gereja Ortodoks Keltik, Gereja Britania Kuno, dan Gereja Ortodoks Britania. Organisasi-organisasi ini sudah pernah diakui maupun ditolak secara resmi, namun umatnya jarang menghadapi putusan pengucilan manakala tidak lagi diakui. Para waligereja dari Gereja-Gereja ini lazimnya disebut episcopus vagans atau singkatnya vagans.

Sengketa internal

Dalam Gereja-Gereja Ortodoks Oriental masih berlangsung sengketa-sengketa internal. Sengketa-sengketa ini menimbulkan kerusakan persekutuan, baik kerusakan besar maupun kecil.

Apostolik Armenia
Sengketa yang paling kurang divisif adalah sengketa yang timbul di dalam Gereja Apostolik Armenia, antara Kekatolikosan Etchmiadzin dan Kekatolikosan Rumah Besar Kilikia. Keterpisahan dua jawatan katolikos ini timbul karena pusat Gereja ini seringkali berpindah lokasi akibat pergolakan politik dan militer.

Keterpisahan ini semakin parah pada masa kekuasaan Uni Soviet. Sujumlah uskup dan rohaniwan menganggap Takhta Suci Etchmiadzin sebagai boneka tawanan Komunis. Para simpatisan mereka membentuk jemaat-jemaat yang lepas dari Etchmiadzin, dan memaklumkan kesetiaannya pada Takhta Keuskupan Antelias di Lebanon. Keterpisahan ini disahihkan pada 1956, manakala Takhta Keuskupan Antelias (Kilikia) melepaskan diri dari Takhta Suci Etchmiadzin. Katolikos Kilikia mengakui supremasi Katolikos Segenap Bangsa Armenia, namun mengatur rohaniwan dan keuskupan-keuskupan yang diayominya secara mandiri. Meskipun demikian, sengketa ini sama sekali tidak memutuskan jalinan persekutuan di antara keduanya.

Ethiopia
Sesudah Abune Merkorios mengundurkan diri dan Abune Paulos terpilih pada 1992, sejumlah uskup Gereja Ortodoks Ethiopia di Amerika Serikat bersikeras menganggap pemilihan Abune Paulos tidak sah, dan melepaskan diri dari tadbir Gereja Ortodoks Ethiopia di Addis Ababa.

India
Umat Kristen India yang beriman Ortodoks Oriental terbagi ke dalam dua Gereja: Gereja Suriah Ortodoks Malankara dan Gereja Ortodoks Suriah Yakubi Malankara. Kedua Gereja ini pernah bersatu sebelum 1912, dan kembali bersatu pada 1958 setelah adanya prakarsa-prakarsa persatuan, namun kembali pecah pada 1975. Gereja Ortodoks Malankara yang juga dikenal dengan sebutan Gereja Ortodoks India, adalah sebuah Gereja autokefalos. Gereja ini dikepalai oleh Katolikos Timur dan Metropolit Malankara. Gereja Yakubi Malankara yang bernama resmi Gereja Ortodoks Suriah Yakubi Malankara adalah sebuah Gereja autonomos dalam Gereja Ortodoks Suryani di India. Gereja ini dikepalai oleh Katolikos India.

Gereja Suriah Mandiri Malabar juga beriman Ortodoks Oriental, tetapi tidak menjalin hubungan persekutuan dengan Gereja-Gereja Ortodoks Oriental lainnya.

Anggapan-anggapan keliru
Gereja Timur Asiria kadang-kadang secara keliru disebut sebagai sebuah Gereja Ortodoks Oriental, padahal kemunculannya bermula dari sengketa-sengketa yang timbul sebelum Konsili Kalsedon, dan menganut suatu paham kristologi yang berbeda dari yang dianut oleh Gereja Ortodoks Oriental. Gereja Timur yang bersejarah itu adalah Gereja di Iran Raya yang menyatakan diri lepas dari Gereja negara Kekaisaran Romawi antara 424–427, bertahun-tahun lamanya sebelum penyelenggaraan Konsili Kalsedon. Ditilik dari teologinya, Gereja Timur ini memiliki pertalian dengan ajaran diofisit Nestorianisme, dan dengan demikian menolak ajaran Konsili Efesus yang menyatakan paham Nestorianisme sebagai bidah pada 431. Kristologi Gereja-Gereja Ortodoks Oriental pada hakikatnya berkembang sebagai suatu reaksi perlawanan terhadap kristologi Nestorianisme yang menitikberatkan perbedaan antara kodrat insani dan kodrat ilahi Kristus.

Ada banyak yurisdiksi gerejawi yang tumpang-tindih di India. Sebagian besar dari yurisdiksi-yurisdiksi itu mewarisi khazanah liturgi Suryani dan berpusat di negara bagian Kerala. Gereja Kristen Suriah Yakubi (Malankara), yang berstatus autonomia (swatantra) di bawah naungan Gereja Ortodoks Suryani, seringkali secara keliru dianggap sama dengan Gereja Suriah Ortodoks Malankara yang berstatus autokefalia (swakepala) karena kemiripan namanya.

1 comment:

Anonymous said...

"BUKTI ISRAEL / YAHUDI UMAT PILIHAN ALLAH" ....

1. Penemu Pesawat :
OrviLLe Wright & WiLbur Wright
(Keturunan Yahudi) .

2. Penemu MobiL :
Ferdinand Verbiest
(Keturunan Yahudi) .

3. Penemu Sepeda Motor :
Baron KarLs Drais
(Keturunan Yahudi) .

4. Penemu Listrik & BoLa Lampu :
MichaeL Faraday & Thomas ALva Edison
(Keturunan Yahudi)

5. Penemu Komputer :
CharLes Babage
(Keturunan Yahudi) .

6. Penemu Android :
Andy Rubin
(Keturunan Yahudi) .

7. Penemu Facebook
Mark Zuckerberg
(Keturunan Yahudi) .

8. Penemu GoogLe :
Larry Page & Sergey Bin
(Keturunan Yahudi) .

9. Penemu Mesin Cetak
Johan Guttenberg
(Keturunan Yahudi) .

10. Penemu Jam :
Peter HenLein
(Keturunan Yahudi) .

11. Penemu Radio :
GuigLermo Marconi
(Keturunan Yahudi) .

12. Penemu TeLevisi :
John Logie Baird
(Keturunan Yahudi) .

13. Penemu Wifi :
Seorang perempuan
Hady Lamarr
(Keturunan Yahudi) .

14. Penemu WhatsApp :
Jan Koum
(Keturunan Yahudi) .

15. Penemu Instagram :
Kevin Systrom & Mike Kriger
(Keturunan Yahudi) .

16. Penemu Twitter :
Jack Doresy
(Keturunan Yahudi) .

17. Penemu Microsoft, sekaLigus Orang Terkaya di Dunia :
BiLL Gates
(Keturunan Yahudi)

18. Penemu Mesin Tenun :
Sir Richard Arkwight
(Keturunan Yahudi)

19. Penemu Bom Atom :
FeLix BLoch
(Keturunan Yahudi) .

20. Penemu ILmu Fisika :
ALbert Einstein
(Keturunan Yahudi) .

21. Penemu Obat-Obatan Penyakit yang Mematikan :
Gertrude BeLLe ELion , PauL EhrLich & Arron Beck
(Keturunan Yahudi) .

22. Penemu ALternating Current (AC) :
NikoLa TesLa
(Keturunan Yahudi) .

23. Penemu Lampu LaLu Lintas :
CharLes EdLer
(Keturunan Yahudi) .

✡ Dan yang meraih NobeL Terbanyak di dunia adaLah keturunan Yahudi .. .

✡ Penemu apa saja di dunia seLaLu keturunan Yahudi / IsraeL.
Artinya : Mereka sudah jadi berkat kepada semua bangsa-bangsa samapi hari ini. Kecerdasan mereka teLah mengubah dunia .. .

✡ Yahudi / IsraeL seLaLu diberkati secara ekonomi meskipun negara gurun pasir .. .

✡ Yahudi / IsraeL seLaLu diberkati secara teknoLogi canggih, dan Lain sebagainya .. .

✡ Janji TUHAN untuk bangsa IsraeL (Kitab Yosua 21 : 45) "Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi. Tahun 2019 menurut kaLender masehi adaLah 5779 menurut kaLender Yahudi, seLama 5779 tahun IsraeL eksis, bertahan dari berbagai perang, pembuangan, penjajahan, genosida (HoLocaust). Intifada hingga sekarang menjadi negara maju dengan inovasi sains di berbagai bidang. IsraeL adaLah contoh bagi umat TUHAN masa kini tentang penyertaan, pemuLihan, dan penggenapan Firman TUHAN yang disampaikan daLam ALkitab .. .

✡ TUHAN Berfirman kepada Musa : BeginiLah harus kamu memberkati orang IsraeL, katakan kepada mereka :
TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
TUHAN menyinari engkau dengan WAJAH-NYA dan memberi engkau kasih karunia;
TUHAN menghadapkan WAJAH-NYA kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. (Bilangan 6 : 24 - 26)

✡ Aspek-aspek kehidupan IsraeL teLah menjadi teLadan bagi bangsa-bangsa. Karena itu, kita tidak punya aLasan apapun untuk membenci bangsa IsraeL .. .

***