Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Nov 4, 2014

Perkembangan Ilmu Pada Masa Yunani Kuno

Zaman Yunani Kuno merupakan awal kebangkitan filsafat secara umum, karena menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau tahyul yang irrasional. Secara historis kelahiran dan perkembangan pemikiran Yunani Kuno (sistem berpikir) tidak dapat dilepaskan dari keberadaan kelahiran dan perkembangan filsafat, dalam hal ini adalah sejarah filsafat. Dalam tradisi sejarah filsafat mengenal 3 (tiga) tradisi besar sejarah, yaitu :

1. Sejarah Filsafat India (sekitar2000 SM – dewasa ini)
2. Sejarah Filsafat Cina (sekitar 600 SM – dewasa ini)
3. Sejarah Filsafat Barat (sekitar 600 SM – dewasa ini)

Dari ketiga tradisi sejarah tersebut , tradisi Sejarah Filsafat Barat adalah basis kelahiran dan perkembangan ilmu sebagaimana yang kita kenal sekarang ini.

Bangsa Yunani mulai mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat sekitar abad VI SM. Perkembangan pemikiran ini menandai bahwa suatu usaha pemikiran manusia untuk mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu secara mendalam tentang realitas atau alam yang ada. Filsafat Yunani muncul dari pengaruh mitologi, mistisisme, matematika dan persepsi yang kental sehingga segalanya nyaris tidak jelas dan seakan mengacaukan pandangan dunia.

Pemahaman filsafat tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah pemikiran manusia itu sendiri.Sebagiman pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi dengan corak berpikir mitilogis yang diwarnai dengan pertimbangan-pertimbangan magis dan animistik terkait dengan corak kehidupannya sehari-hari. Dalam perkembangan selanjutnya manusia mulai berpikir lebih rasional dengan disertai argumentasi yang sistematis dan logis. Dari perkembangan pemikiran inilah muncul beberapa pemikiran filosofis pada masa Yunani kuno antara lain Parmanides, Xenophanes, Thales, Aristoteles, Herklitus dan Pythagoras. Dari sinilah sejarah filsafat mulai muncul.

Perkembangan ilmu hingga seperti sekarang ini tidak berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif. Karena itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik. Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu menampilkan ciri khas tertentu. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.

Peradaban Yunani Kuno sangat berpengaruh pada bahasa, politik, sistem pendidikan, filsafat, ilmu, dan seni, mendorong Renaisans di Eropa Barat, dan bangkit kembali pada masa kebangkitan Neo-Klasik pada abad ke-18 dan ke-19 di Eropa dan Amerika.

KARAKTERISTIK PEMIKIRAN

Pada zaman Yunani Kuno, ciri pemikiran yang menonjol adalah kosmosentris, yang berarti mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya sebagai salah satu upaya untuk menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Beberapa tokoh filosof pada zaman ini menyatakan pendapatnya tentang arche, antara lain :

    Thales (640- 550 SM)                
    Anaximander (611-545 SM)      
    Anaximenes (588-524 SM)       
    Phytagoras (580-500 SM)        

Beberapa tokoh filosof lain mengemukakan pendapat, antara lain :
  • Herakleitos (± 500 SM) mengemukakan bahwa segala sesuatu itu "mengalir" ("panta rhei") bahwa segala sesuatu itu berubah terus-menerus/ melakukan perubahan.
  • Parmenides (515 – 440 SM) menyatakan bahwa segala sesuatu itu sebagai sesuatu yang tetap (tidak berubah).
  • Pythagoras (sekitar 500 SM) berpendapat bahwa segala sesuatu itu terdiri dari "bilangan-bilangan": struktur dasar kenyataan itu tidak lain adalah "ritme"
Secara umum karakteristik filsafat Yunani kuno adalah rasionalisme, yaitu suatu pemahaman tentang sebuah pengetahuan yang lebih mengutamakan akal atau logika.

Tokoh-tokoh Filsuf yang hidup pada masa Yunani kuno, antara lain:

THALES (624-546 SM)

Orang Miletus yang mendapat gelar sebagai "Bapak Filsafat",  karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar. Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?. Terlepas dari apapun jawabannya, pertanyaan ini telah mengangkat namanya menjadi filosof pertama.

ANAXIMANDER (610-546 SM)

Anaximender adalah filosof yang nampaknya campuran antara ahli astrologi, geologi, matematika, fisika dan filosof seperti Thales.

ANAXIMENES (585-528 SM)

Adalah yang ketiga dari trio filosof yang dikenal dengan milesian. Ia diperkirakan berkibar sekitar 540 SM dan dia adalah murid dari Anaximander.

PYTHAGORAS (571-496 SM)

Ia adalah ahli matematika dan mistik, lahir di Samos, sebuah pulau dekat  pantai Ionia, tetapi menghabiskan  sebagian besar hidupnya di Croton (sebelah selatan Italia).

HERACLITUS (544-484 SM )

Menurut Diogenes Laertius mengatakan bahwa Heraclitus orang yang sangat sombong dan angkuh hingga akhirnya, Ia menjadi manusia pembenci yang hidup di pegunungan dan memakan rerumputan serta tanam-tanaman.

PARMANIDES (501-492 SM)

Parmanides adalah salah seorang tokoh relativisme yang penting, yang lahir pada akhir abad 16 SM. Ia adalah warga negara Elea sebelah selatan Italia. Ia dikatakan sebagai logikawan pertama dalam segala filsafat, yang juga disebut filosof pertama dalam pengertian modern.

ZENO

Zeno lahir pada tahun 490 SM. Zeno dikenal karena paradoknya, ia adalah murid dan pengikut Parmanides, Eleatik yang paling terkemuka.

PROTAGORAS

GORGIAS

Pada tahun 427 SM Gogias datang dari Leontini ke Athena.

SOCRATES ( 470 – 399 SM )

Pada masanya, Socrates berada di tengah –tengah keruntuhan imperium Athena. Disekitarnya dasar-dasar lama hancur, kekuasaan jahat mengganti keadilan disertai munculnya penguasa-penguasa politik yang menjadi orang-orang yang sombong dibandingkan yang sebelumnya. Socrates adalah penganut moral yang absolute yang meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filofof yang berdasarkan ide-ide rasional dan keahlian dalam pengetahuan.

Pemikiran-pemikaran filosof yang hidup pada masa Yunani Kuno, antara lain :

THALES (624-546 SM)

Thales mengemukakan sebuah pertanyaan yaitu, Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?. Ia sendiri menjawab air. Jawaban ini sebenarnya sangat sederhana dan belum tuntas karena memunculkan pertanyaan baru yaitu dari apa air itu?, Thales mengambil air sebagi asal alam semesta barang kali karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung diatas air (Mayer,1950:18). Dari pernyataan Thales tersebut maka dapat diketahui bahwa sesuatu yang sederhana pun dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat kompleks.

ANAXIMANDER (610-546 SM)

Anaximander berpendapat bahwa benda pembentuk dunia yang asli adalah apeiron, suatu substansi yang tidak memiliki batas atau definisi. Ia menjelaskan apeiron sebagai sesuatu yang mengelilingi segala sesuatu secara tak terbatas dan juga sebagai suatu makhluk di mana semua langit dan dunia didalamnya berwujud: bumi, udara, api, dan air bagaimanapun juga digerakkan oleh substansi yang tak terbatas. Anaximander percaya bahwa bumi bentuknya bulat silinder, kedalamannya sepertiga dari lebarnya sehingga bumi seperti drum. Menurutnya, bumi tidak ditopang oleh apa-apa, tetapi tetap berada pada jarak yang sama dari semua benda. Ia juga berpendapat bahwa makhluk pertama yang hidup dilahirkan dalam kelembaban yang melekat pada kulit kayu yang berduri dan kemudian mengalami perkembangan kehidupan organik.

ANAXIMENES (585-528 SM)

Anaximanes berpendapat bahwa prinsip pertama dari segala benda adalah tak terbatas. Ia menyatakan bahwa prinsip pertama tersebut adalah udara, karena udaralah yang meliputi seluruh alam dan menjadikan dasar hidup bagi manusia yang sangat diperlukan untuk bernafas. Anaximenes mengajarkan bahwa bumi datar dan melayang diudara, bintang-bintang ditanam seperti paku dalam kristal dan  benda-benda langit bergerak mengitari bumi seakan-akan seperti topi yang mengitari kepala kita. Ia juga menjelaskan bahwa terjadinya gempa bumi merujuk pada pilihan pertukaran bumi antara keadaan kering dan basah.

PYTHAGORAS (571-496 SM)

Pythagoras berpendapat, Ia percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara, dan air merupakan prinsip semua benda : modifikasi angka sedemikian rupa menjadi keadilan , yang lain menjadi jiwa dan nalar, yang lain lagi menjadi kesempatan dan sama  halnya hampir semua benda yang lain secara angka bisa dijelaskan. Bagi pythagoras Angka adalah materi dan makna cosmos. Ia berpendapat bahwa genap dan ganjil secara bersama-sama menghasilkan kesatuan dan kesatuan itu menghasilkan angka yang merupakan sumber semua benda.

HERACLITUS (544-484 SM )

Heraclitus menyatakan bahwa "You can not step twice into the same river; for the fresh waters are ever flowing upon you"(Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali, karena air sungai itu mengalir).(Warner, 1961:26)

Menurut Heraclitus, alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, begitupun  sebaliknya. Itu berarti bila kita hendak memahami kehidupan cosmos, kita harus menyadari bahwa cosmos itu selalu bergerak, dan menghasilkan perlawanan. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah

PARMANIDES (501-492 SM)

Parmanides mempunyai sebuah metode/sistem yang secara keseluruhan didasarkan pada deduksi logis, misalnya tidak seperti Heraclitus yang menggunakan metode intuisi.

Dalam "The Way Of Truth", Parmanides bertanya : Apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? Ia sendiri menjawab : Ukurannya ialah logika yang konsisten.

Parmanides mengakui adanya pengetahuan yang tidak tetap dan berubah-ubah serta pengetahuan mengenai yang tetap yaitu pengetahuan indera dan budi. Menurut Permanides pengetahuan budi itu sangat utama, karena ia beranggapan bahwa pengetahuan indera dianggapnya keliru belaka, tidak mampu mencapai kebenaran.

ZENO

Zeno berpendapat bahwa relitas adalah satu, tidak berubah dan tidak bergerak, dan realitas dipahami dengan benar oleh nalar bukan indra. Ia berusaha menunjukkan bahwa gerak hanya khayal belaka. Penalarannya yang paling terkenal dalam hal ini menyatakan bahwa, Achilles tak akan pernah dapat mengejar kura-kura. Disebabkan kura-kura tadi akan selalu berada di depan Achilles pada saat ia mencapai titik tempat kura-kura itu semula. Mellisus memperbaiki pendirian Permanides dengan mengatakan bahwa ada, tidak hanya tak terhingga dalam waktu, melainkan dalam ruang. Dengan demikian pendapatnya ini menyimpang dari tradisi Yunani yang memandang ruang bersifat berhingga.

PROTAGORAS

Protagoras menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran ( Mayer,1950 : 84 ) ,dan kebenaran itu bersifat pribadi. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yang absolute dalam etika, metafisika, maupun agama. Bahkan teori matematika juga di anggap tidak mempunyai kebenaran yang absolute.

GORGIAS

Gorgias mengemukakan tiga proposisi,yaitu Tidak ada yang ada,yakni realitas itu sebenarnya tidak ada pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas. Bila sesuatu itu ada,ia tidak akan dapat diketahui.Ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi. Menurut Gorgias, akal tidak juga mampu meyakinkan kita tentang bahan alam semesta ini, karena kita telah dikungkum oleh dilema subyektif.

SOCRATES

Socrates menggunakan metode yang bersifat praktis. Metode yang digunakan Socrates disebut Dialektika, dari kata kerja Yunani "dialegethai" yaitu melalui percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat tentang salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan pengecut, dll. Socrates menganggap jawaban pertama sebagai hipotesa, dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut yang menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut. Jika hipotesa pertama tidak dapat dipertahankan karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka diganti dengan hipotesa lain, lalu hipotesa kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dst.

No comments: