Pada 3 Agustus 2019 lalu, Turki untuk pertama kalinya mengizinkan pembangunan gereja baru dalam kurun waktu 100 tahun sejak berdirinya negara republik pada tahun 1923. Bahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan hadir pada acara peletakan batu pertama tersebut.
Gereja yang mendapatkan izin untuk membangun gereja baru tersebut adalah dari sinode Kristen Ortodok Suriah. Gereja tersebut didesain akan dapat menampung sekitar 700 jemaat. Gereja Kristen Ortodok Suriah di Istanbul sendiri diperkirakan memiliki 17.000 jemaat dan memiliki sebuah gereja namun jaraknya jauh. Gereja yang baru ini akan dibangaun di dekat Bandar Udara Ataturk di seberang selat Bosporus.
"Sudah merupakan tanggung jawab negara untuk memenuhi kebutuhan kaum minoritas itu dengan mengizinkan pembangunan rumah ibadah", demikian pernyataan Erdogan yang dirilis oleh laman DW.com.
Populasi penduduk Kristen Turki saat ini
Saat ini penganut agama Kristen di Turki hanya sekitar 0.3-0.4 persen dari total populasi penduduk, atau sekitar 200 ribu hingga 320 ribu orang saja dari sekitar 80 juta penduduk Turki. Umat Kristen Turki mayoritas dari Gereja Ortodoks, yaitu sekitar 80-90 jemaat. Sisanya adalah Gereja Katolik, Protestan, Injili dan sejumlah kecil kelompok karismatik.
Turki, tempat lahirnya gereja mula-mula
Sejarah Kekristenan di Turki sangat panjang, hingga bisa ditarik hingga 2.000 tahun lalu. Rasul Paulus dan juga jemaat mula-mula yang saat itu tersebar membawa berita Injil ke wilayah yang saat ini disebut Turki tersebut, hal ini kita bisa baca dan telusuri dengan membaca kitab Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus.
Bahkan Rasul Yohanes di Pulau Patmos menuliskan dalam kitab Wahyu peringatan kepada ke tujuh jemaat kota yang berada di sebelah barat Turki, yaitu Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia (Wahyu 1:11).
Pada masa-masa awal di jaman Rasul Paulus karena tekanan dan aniaya dari Romawi, gereja mula-mula adalah gerakan bawah tanah, dimana mereka beribadah di rumah-rumah dan tempat-tempat yang tersembunyi. Di wilayah Turki inilah pertama kalinya sebutan Kristen muncul, yang mengacu kepada para pengikut Kristus.
Pernah menjadi pusat Kekristenan
Namun sekitar 300 tahun sejak masa gereja mula-mula, dibawah kepemimpinan Kaisar Konstantine gereja memasuki masa keemasannya dan menjadi agama negara. Kota Byzantium yang sekarang bernama Istanbul menjadi pusat Kekristenan.
Kekaisaran Byzantium memegang peranan penting dalam Kekristenan, hal ini dilihat dari fakta bahwa pada masa kekaisaran inilah diselenggarakannya tujuh pertemuan Konsili, yaitu Konsili Nicea (325), Konsili Konstantinopel I (381), Konsili Efesus (431), Konsili Kalsedon (451), Konsili Konstantinopel II (553), Konsili Konstantinopel III (680) dan Konsili Nicea (787).
Runtuhnya Kekristenan di Turki
Terjadinya Perpecahan Besar, yaitu munculnya Gereja Timur yaitu Gereja Ortodoks dan Gereja Barat yaitu Katolik Roma, hal ini menjadi awal melemahnya Kekristenan, terutama di Turki.
Jatuhnya ibu kota Kekaisaran Bizantium yaitu Konstantinopel ke tangan Kesultanan Ottoman Turki pada tahun 1453 menambah tekanan pada orang-orang Kristen saat itu. Dengan politik Islamisasi membuat Kekristenan secara pelan-pelan kehilangan pengaruh di Turki.
Runtuhnya Kesultanan Ottoman pada Perang Dunia I, tidak membawa angin segar bagi umat Kristen saat itu. Pada tahun 1915, sekitar 1 juta orang Armenia dan Suriah tewas di wilayah Turki, hal itu memperlemah peran Gereja Ortodoks Armenia dan membuat tensi politik dengan Rusia dimana Anatolia, yang merupakan pusat Gereja Ortodoks Armenia berada.
Setelah berdirinya Republik Turki, berbagai tekanan dan diskriminasi terus dialami oleh kelompok minoritas baik keagamaan maupun etnis. Hal ini memaksa jutaan orang pergi meninggalkan Turki, termasuk kelompok minoritas Kristen Ortodoks Yunani yang memiliki kembali ke negara asalnya.
Hanya ada 2 gereja yang resmi diakui oleh negara Turki sejak tahun 1923
Sejak berdirinya negara Republik Turki pada tahun 1923, negara tersebut hanya mengaku dua gereja yang resmi, yaitu Gereja Ortodoks Yunani dan Gereja Ortodoks Armenia. Jika jemaat kedua gereja ini disatukan maka jumlahnya mendekati 70% dari total keseluruhan orang Kristen di Turki.
Tambahnya adalah Kristen Ortodoks Suriah yang tidak masuk dalam perlindungan Perjanjian Lausanne, sebuah perjanjian perdamaian yang dilakukan di Swiss pada tahun 1923. Namun pada tahun 2000, setelah melewati proses pengadilan yang panjang, Gereja Protestan Istambul di Altintepe akhirnya mendapatkan ijin resmi dan pengakuan negara.
Kondisi Kekristenan Turki saat ini
Dibawah pemerintahan Erdogan, setelah peristiwa kudeta 2016, banyak kelompok minoritas di Turki mengalami tekanan. Termasuk gereja dan orang-orang Kristen.
Bukan hanya dari pemerintah, kelompok radikal pun menyebarkan sentimen anti-Kekristenan dan mengkaitkan Kristen dengan paham barat. Pesan yang mereka tekankan adalah orang Kristen bukanlah rakyat Turki, dan bahkan paham radikal ini mulai disebarkan di sekolah-sekolah.
Menjawab pertanyaan apakah Kekristenan akan bisa bangkit kembali di Turki? Maka jawabannya adalah tentu dengan seijin Tuhan, hal itu bisa terjadi. Namun dengan kondisi saat ini maka kemungkinan yang bisa tergambar adalah gereja di Turki harus kembali kepada bentuk gereja mula-mula, yaitu gereja bawah tanah.
Mari berdoa agar dari tempat lahirnya gereja mula-mula ini, umat Kristen disana mengalami kebangunan rohani kembali. Seperti yang dituliskan oleh Rasul Yohanes dalam kitab Wahyu kepada jemaat Efesus, kiranya mereka kembali kepada kasih mula-mula mereka (Wahyu 2:4-5).
Gereja yang mendapatkan izin untuk membangun gereja baru tersebut adalah dari sinode Kristen Ortodok Suriah. Gereja tersebut didesain akan dapat menampung sekitar 700 jemaat. Gereja Kristen Ortodok Suriah di Istanbul sendiri diperkirakan memiliki 17.000 jemaat dan memiliki sebuah gereja namun jaraknya jauh. Gereja yang baru ini akan dibangaun di dekat Bandar Udara Ataturk di seberang selat Bosporus.
"Sudah merupakan tanggung jawab negara untuk memenuhi kebutuhan kaum minoritas itu dengan mengizinkan pembangunan rumah ibadah", demikian pernyataan Erdogan yang dirilis oleh laman DW.com.
Populasi penduduk Kristen Turki saat ini
Saat ini penganut agama Kristen di Turki hanya sekitar 0.3-0.4 persen dari total populasi penduduk, atau sekitar 200 ribu hingga 320 ribu orang saja dari sekitar 80 juta penduduk Turki. Umat Kristen Turki mayoritas dari Gereja Ortodoks, yaitu sekitar 80-90 jemaat. Sisanya adalah Gereja Katolik, Protestan, Injili dan sejumlah kecil kelompok karismatik.
Turki, tempat lahirnya gereja mula-mula
Sejarah Kekristenan di Turki sangat panjang, hingga bisa ditarik hingga 2.000 tahun lalu. Rasul Paulus dan juga jemaat mula-mula yang saat itu tersebar membawa berita Injil ke wilayah yang saat ini disebut Turki tersebut, hal ini kita bisa baca dan telusuri dengan membaca kitab Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus.
Bahkan Rasul Yohanes di Pulau Patmos menuliskan dalam kitab Wahyu peringatan kepada ke tujuh jemaat kota yang berada di sebelah barat Turki, yaitu Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia (Wahyu 1:11).
Pada masa-masa awal di jaman Rasul Paulus karena tekanan dan aniaya dari Romawi, gereja mula-mula adalah gerakan bawah tanah, dimana mereka beribadah di rumah-rumah dan tempat-tempat yang tersembunyi. Di wilayah Turki inilah pertama kalinya sebutan Kristen muncul, yang mengacu kepada para pengikut Kristus.
Pernah menjadi pusat Kekristenan
Namun sekitar 300 tahun sejak masa gereja mula-mula, dibawah kepemimpinan Kaisar Konstantine gereja memasuki masa keemasannya dan menjadi agama negara. Kota Byzantium yang sekarang bernama Istanbul menjadi pusat Kekristenan.
Kekaisaran Byzantium memegang peranan penting dalam Kekristenan, hal ini dilihat dari fakta bahwa pada masa kekaisaran inilah diselenggarakannya tujuh pertemuan Konsili, yaitu Konsili Nicea (325), Konsili Konstantinopel I (381), Konsili Efesus (431), Konsili Kalsedon (451), Konsili Konstantinopel II (553), Konsili Konstantinopel III (680) dan Konsili Nicea (787).
Runtuhnya Kekristenan di Turki
Terjadinya Perpecahan Besar, yaitu munculnya Gereja Timur yaitu Gereja Ortodoks dan Gereja Barat yaitu Katolik Roma, hal ini menjadi awal melemahnya Kekristenan, terutama di Turki.
Jatuhnya ibu kota Kekaisaran Bizantium yaitu Konstantinopel ke tangan Kesultanan Ottoman Turki pada tahun 1453 menambah tekanan pada orang-orang Kristen saat itu. Dengan politik Islamisasi membuat Kekristenan secara pelan-pelan kehilangan pengaruh di Turki.
Runtuhnya Kesultanan Ottoman pada Perang Dunia I, tidak membawa angin segar bagi umat Kristen saat itu. Pada tahun 1915, sekitar 1 juta orang Armenia dan Suriah tewas di wilayah Turki, hal itu memperlemah peran Gereja Ortodoks Armenia dan membuat tensi politik dengan Rusia dimana Anatolia, yang merupakan pusat Gereja Ortodoks Armenia berada.
Setelah berdirinya Republik Turki, berbagai tekanan dan diskriminasi terus dialami oleh kelompok minoritas baik keagamaan maupun etnis. Hal ini memaksa jutaan orang pergi meninggalkan Turki, termasuk kelompok minoritas Kristen Ortodoks Yunani yang memiliki kembali ke negara asalnya.
Hanya ada 2 gereja yang resmi diakui oleh negara Turki sejak tahun 1923
Sejak berdirinya negara Republik Turki pada tahun 1923, negara tersebut hanya mengaku dua gereja yang resmi, yaitu Gereja Ortodoks Yunani dan Gereja Ortodoks Armenia. Jika jemaat kedua gereja ini disatukan maka jumlahnya mendekati 70% dari total keseluruhan orang Kristen di Turki.
Tambahnya adalah Kristen Ortodoks Suriah yang tidak masuk dalam perlindungan Perjanjian Lausanne, sebuah perjanjian perdamaian yang dilakukan di Swiss pada tahun 1923. Namun pada tahun 2000, setelah melewati proses pengadilan yang panjang, Gereja Protestan Istambul di Altintepe akhirnya mendapatkan ijin resmi dan pengakuan negara.
Kondisi Kekristenan Turki saat ini
Dibawah pemerintahan Erdogan, setelah peristiwa kudeta 2016, banyak kelompok minoritas di Turki mengalami tekanan. Termasuk gereja dan orang-orang Kristen.
Bukan hanya dari pemerintah, kelompok radikal pun menyebarkan sentimen anti-Kekristenan dan mengkaitkan Kristen dengan paham barat. Pesan yang mereka tekankan adalah orang Kristen bukanlah rakyat Turki, dan bahkan paham radikal ini mulai disebarkan di sekolah-sekolah.
Menjawab pertanyaan apakah Kekristenan akan bisa bangkit kembali di Turki? Maka jawabannya adalah tentu dengan seijin Tuhan, hal itu bisa terjadi. Namun dengan kondisi saat ini maka kemungkinan yang bisa tergambar adalah gereja di Turki harus kembali kepada bentuk gereja mula-mula, yaitu gereja bawah tanah.
Mari berdoa agar dari tempat lahirnya gereja mula-mula ini, umat Kristen disana mengalami kebangunan rohani kembali. Seperti yang dituliskan oleh Rasul Yohanes dalam kitab Wahyu kepada jemaat Efesus, kiranya mereka kembali kepada kasih mula-mula mereka (Wahyu 2:4-5).
No comments:
Post a Comment