Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Mar 2, 2019

Antiokhia di Pisidia

Antiokhia di Pisidia (Yunani: Ἀντιόχεια τῆς Πισιδίας, Latin: Antiochia Caesareia atau Antiochia Caesaria) adalah sebuah kota di Daerah Danau Turki, yang terletak di persimpangan Laut Tengah, Laut Aegea dan daerah Anatolia Tengah, dan sebelumnya di perbatasan Pisidia dan Frigia, oleh sebab itu dikenal juga sebagai Antiokhia di Frigia. Situs ini terletak sekitar 1 km timur laut Yalvac, kota modern dari Provinsi Isparta. Kota ini berada di sebuah bukit dengan titik tertinggi 1.236 m di utara.

Geografi
Kota ini dikelilingi di sebelah timur oleh ngarai dalam dari Sungai Anthius yang mengalir ke Danau Eğirdir, dengan pegunungan Sultan di sebelah timur laut, Gunung Karakuş di sebelah utara, Kızıldağ ("Gunung Merah") di sebelah tenggara, Gunung Kirişli serta pantai utara Danau Eğirdir di sebelah barat daya

Meskipun di peta kelihatan dekat dengan Laut Tengah, iklim hangat di selatan tidak dapat melampaui ketinggian Pegunungan Taurus. Karena iklim itu, tidak ada industri kayu, melainkan tanaman perkebunan yang tumbuh di daerah tersebut dengan suplai air dari Pegunungan Sultan, yang mencapai rata-rata curah hujan tahunan sekitar 1000 mm pada puncak-puncak dan 500 mm pada lereng-lerengnya. Aliran ini mengairi dataran tinggi dan kota Antiokhia. Kota-kota lain di Pisidia seperti Neapolis, Tyriacum, Laodicea Combusta (Laodiceia Katakekaumene) dan Philomelium didirikan di lereng-lereng, mengambil manfaat dari kesuburannya.

Sejarah
Selama pemerintahan kaisar Romawi, Augustus, delapan koloni didirikan di Pisidia, tetapi hanya kota Antiokhia yang diberi kehormatan dengan gelar "Kaisarea" serta mendapat hak Ius Italicum, mungkin karena posisi strategisnya. Kota ini menjadi koloni Romawi penting yang meningkat menjadi posisi ibu kota dengan nama "Colonia Caesarea".

Proses Helenisasi menjadi Latinisasi selama periode Romawi dan diterapkan dengan baik di Antiokhia. Kota ini dibagi atas tujuh kwartir yang disebut "vicus" (bentuk jamak: "vici") semuanya didirikan di atas tujuh bukit seperti kota Roma. Bahasa resmi adalah bahasa Latin sampai akhir abad ke-3. Kesuburan tanah dan suasana damai pada masa Augustus (Pax Romana: Masa Damai Romawi) memudahkan para veteran sebagai kolonis di daerah itu untuk menjalin hubungan baik dan berintegrasi dengan penduduk setempat.

Salah satu dari tiga salinan yang masih terlestarikan dari Res Gestae Divi Augusti, inskripsi terkenal yang mencatat dokumen agung dari Kaisar Agustus yang ditemukan di depan Augusteum di Antiokhia. Aslinya dipahat pada lempengan perunggu dan dipertontonkan di depan Mausoleum Augustus di kota Roma, tetapi sayangnya sudah hilang. Salinan di Antiokhia terbuat dari batu, ditulis dalam bahasa Latin, yang menunjukkan tanda pentingnya kota ini sebagai markas militer dan budaya Romawi di Asia. (Salah satu salinan, dalam bahasa Yunani dan Latin, berada di Ankara, satu lainnya, dalam bahasa Yunani di Apollonia - Uluborlu).

Masa awal Kekristenan - Bizantin
Antiokhia menjadi ibu kota banyak budaya berbeda karena aktivitas ekonomi, militer dan agamawi di daerah itu. Inilah alasan mengapa rasul Paulus menyampaikan kotbah pertamanya kepada orang bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 13:13–52) di sini, dan mengunjungi kota ini setiap kali dalam perjalanan misinya, membantu Antiokhia menjadi suatu pusat kekristenan di Anatolia.

Pembebasan Kekristenan oleh kaisar Konstantinus I pada tahun 311 dan dikeluarkannya hukum yang mendukung hal itu, menyebabkan banyak orang menganut agama baru tersebut. Antiokhia memainkan peranan penting sebagai kota metropolitan untuk pertemuan konsili-konsili gereja. Kota ini menjadi ibu kota Provinsi Kristen Pisidia, yang didirikan pada abad ke-4 dan menjadi tempat pemimpin negara bagian dan keuskupan agung.

No comments: