Santo Yustinus, juga dikenal sebagai Yustinus Martir (bahasa Yunani: Ιουστίνος ο Μάρτυρας, bahasa Latin: Iustinus Martyr, bahasa Inggris: Justin Martyr) dan Yustinus sang Filsuf , adalah seorang apolog Kristen, dan dipandang sebagai penafsir terpenting teori Logos pada abad ke-2. Ia wafat sebagai martir bersama dengan sejumlah muridnya, dan dipandang sebagai seorang santo atau orang kudus oleh Gereja Katolik, Komuni Anglikan, Gereja Ortodoks Timur, dan Gereja Ortodoks Oriental.
Sebagian besar karyanya telah hilang, namun dua karya apologi dan satu karya dialog masih terlestarikan. Apologi Pertama, karyanya yang paling terkenal, dengan penuh semangat membela moralitas kehidupan Kristen, dan menyajikan beragam argumen filosofis dan etis untuk meyakinkan Kaisar Romawi, Antoninus Pius, agar menghentikan penganiayaan terhadap Kekristenan yang pada saat itu baru bertumbuh. Sebagaimana yang Santo Agustinus indikasikan terkait "agama yang benar" yang mendahului Kekristenan, Santo Yustinus juga mengemukakan bahwa "benih-benih Kekristenan" (manifestasi-manifestasi tindakan Logos dalam sejarah) sebenarnya mendahului penjelmaan Kristus. Gagasan tersebut memungkinkan dia untuk mengklaim bahwa banyak filsuf Yunani historis (termasuk Socrates dan Plato), yang telah ia pelajari dengan baik karya-karyanya, sebagai orang-orang Kristen yang tidak menyadarinya.
Riwayat Hidup
Yustinus Martir (berjanggut) menunjukkan sebuah buku yang terbuka kepada Kaisar Romawi. Pahatan karya Jacques Callot.
Yustinus Martir lahir sekitar tahun 100 M di Flavia Neapolis (sekarang Nablus) di Samaria ke dalam suatu keluarga pagan, dan mendefinisikan diri sebagai seorang Gentile. Kakeknya, Bacchius, mempunyai nama Yunani, sedangkan ayahnya, Priscus, menyandang nama Latin, yang membawa spekulasi bahwa leluhurnya mungkin telah bermukim di Neapolis segera setelah kota itu didirikan atau mereka adalah keturunan komunitas "diplomatik" Romawi yang dikirimkan ke sana.
Dalam pembukaan Dialog, Yustin memaparkan pendidikan awalnya, bahwa ia tidak puas pada pendidikan mula-mula karena gagal memberikan sistem kepercayaan yang menyediakan inspirasi teologis dan metafisika bagi murid muda itu. Ia mengatakan pertama mencoba belajar pada sekolah seorang filsuf ajaran Stoa, yang tidak mampu menjelaskan keberadaan Allah kepadanya. Kemudian ia berguru kepada seorang filsuf dari sekolah Peripatetic tetapi kecewa karena filsuf itu terlalu menginginkan bayarannya. Selanjutnya ia pergi mendengarkan seorang filsuf beraliran Pythagoras yang menuntutnya pertama-tama belajar musik, astronomi, dan geometri, yang tidak dikehendakinya. Lalu ia mengadopsi Platonisme setelah berjumpa dengan seorang pemikir Platonis yang baru pindah ke kotanya.
Dan persepsi mengenai hal-hal non-material sangat menguasaiku, dan penalaran ide-ide memberiku sayap-sayap, sehingga untuk sesaat aku merasa aku telah menjadi bijaksana; begitulah kebodohanku, aku berharap sejak itu untuk mencari Allah, karena inilah akhir dari filsafat Plato.
Beberapa waktu kemudian, kebetulan ia bertemu seorang pria tua, kemungkinan seorang Kristen Siria, di dekat pantai laut, yang mengajaknya berdialog mengenai Allah dan berbicara mengenai kesaksian para nabi yang lebih dari dapat dipercaya daripada penalaran para filsuf. Tergerak oleh argumen orang tua itu, Yustin meninggalkan iman agamawinya yang dulu dan latar belakang filsafatnya, sebaliknya memilih untuk mendedikasikan hidupnya mempelajari iman Kristen. Yustin menjadi seorang Kristen ketika ia merenungkan tulisan-tulisan Taurat dan membaca Injil serta surat-surat Paulus. Yustin menemukan bahwa sekarang ia menemukan kebenaran sejati dalam agama Kristen. Oleh karena itu ia bertobat menjadi Kristen pada tahun 130. Kepercayaan barunya tambah dikuatkan oleh kehidupan asketik orang-orang Kristen mula-mula dan contoh-contoh kepahlawanan para syuhada, di mana kesalehan mereka meyakinkannya akan keunggulan moral dan spiritual doktrin Kristen. Akibatnya, sejak itu ia memutuskan bahwa satu-satunya pilihan untuknya adalah untuk bepergian ke seluruh negeri, menyebarkan pengetahuan Kristen sebagai "filsafat sejati." Konversinya umumnya dianggap terjadi di kota Efesus meskipun dapat saja terjadi di jalanan antara Siria Palestina sampai ke Roma. Sesudah pertobatannya, Yustin mengajar di Efesus. Ia memandang pengajaran Kristen sebagai filsafat, yang nilainya lebih tinggi dari filsafat Yunani.
Jauh sebelum waktu ini, ada orang-orang tertentu yang lebih kuno daripada semua filsuf terkemuka, yang saleh dan dikasihi oleh Allah, yang berkata-kata dengan Roh Ilahi, dan menubuatkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, dan yang sedang terjadi. Mereka disebut para nabi. Mereka ini saja yang melihat dan mengumumkan kebenaran bagi manusia, tidak menghormati maupun takut pada siapapun, tidak dipengaruhi oleh keinginan maupun kemuliaan, melainkan dikuasai oleh Roh Kudus. Tulisan-tulisan mereka masih terlestarikan, dan dia yang membacanya akan terbantu dalam pengetahuan mengenai hal-hal awal dan akhir, dan hal-hal yang seharusnya diketahui oleh para filsuf, kalau mereka mau percaya kepadanya. Karena mereka tidak menggunakan peragaan dalam makalah mereka, mengingat mereka adalah saksi-saksi kebenaran yang melampaui semua peragaan, dan berharga untuk diyakini; dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan yang sedang terjadi, mendorongmu untuk menyetujui perkataan-perkataan mereka, meskipun, sesungguhnya, mereka harus dipuji karena mujizat-mujizat yang telah mereka lakukan, karena mereka memuliakan Sang Pencipta, Allah dan Bapa segala sesuatu, dan memberitakan Putra-Nya, Sang Kristus [yang diutus] oleh-Nya: yang, sesungguhnya, para nabi-nabi palsu, yang dipenuhi dengan roh kotor pembohong, tidak pernah maupun tidak melakukannya, tetapi berupaya melakukan tindakan mengagumkan dengan tujuan mencengangkan manusia, dan memuliakan roh-roh dan setan-setan yang sesat. Tetapi berdoalah agar, di atas segala sesuatu, gerbang-gerbang cahaya boleh dibukakan untukmu; karena hal-hal ini tidak dapat diterima atau dipahami oleh semua, tetapi hanya oleh orang-orang yang diberi hikmat oleh Allah dan Kristus-Nya.
Justin kemudian mengenakan pakaian filsuf dan berkelana untuk mengajar. Selama pemerintahan Antoninus Pius (138-161), ia sampai ke Roma dan memulai sekolahnya sendiri. Tatian adalah salah seorang muridnya. Dalam masa pemerintahan Marcus Aurelius, setelah berdebat dengan seorang filsuf aliran sinisisme bernama Crescens, ia diadukan kepada pemerintah, menurut Tatian (Address to the Greeks 19) dan Eusebius (HE IV 16.7-8). Yustin diadili bersama enam pendamping oleh Junius Rusticus, yang merupakan prefek urban dari tahun 163-167, dan dihukum penggal. Meskipun tahun pasti kematiannya tidak diketahui, dapat diperkirakan dari masa jabatan prefek Rusticus (antara tahun 162 dan 168). Kematian syahid Yustin dilestarikan oleh catatan pengadilannya.
Prefek Rusticus berkata: Mendekatlah dan persembahkanlah korban, semua kamu, kepada para dewa. Yustini berkata: Tidak ada orang yang waras melepaskan kesalehan untuk ketidaksalehan. Prefek Rusticus berkata: Jika engkau tidak patuh, engkau akan disiksa tanpa ampun. Yustin menjawab: Itulah keinginan kami, untuk disiksa demi Tuhan kami, Yesus Kristus, dan demikianlah diselamatkan, karena itu akan memberikan kami keselamatan dan keyakinan teguh pada pengadilan universal yang lebih hebat dari Tuhan dan Juruselamat kami. Dan semua martir berkata: Lakukanlah sesuai keinginanmua; karena kami adalah orang Kristen, dan kami tidak mempersembahkan korban kepada berhala. Prefek Rusticus membacakan hukuman: Mereka yang tidak mau mempersembahkan korban kepada para dewa dan mematuhi kaisar akan dicambuk dan dipenggal sesuai hukum-hukum. Para syuhada/martir kudus memuliakan Allah berjalan sendiri menuju ke tempat penghukuman, di mana mereka dipenggal dan menjalankan syuhada mereka sambil mengakui Juruselamat mereka.
Perjuangan bagi kekristenan
Yustinus hidup pada masa gereja dan orang Kristen berada pada keadaan yang tidak menguntungkan. Ia sering melihat bahwa banyak orang Kristen yang dihambat dan dianiaya. Oleh karena rasa keprihatinannya, ia membela kekristenan dari serangan yang dilancarkan oleh pemerintah yang tidak beragama Kristen.
Karya-karya penting Yustinus tidak hanya terbatas dalam hal menulis saja, Yustinus juga mengadakan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanannya ia selalu berargumentasi tentang iman yang diyakininya. Di Efesus, ia bertemu dengan Trifo. Di Roma, ia bertemu Marcion, pemimpin kelompok Gnostik. Pada suatu perjalanannya ke Roma, ia pernah berselisih paham dengan seseorang yang bernama Crescens, seorang Cynic. Ketika Yustinus kembali ke Roma pada tahun 165, Crescens mengadukannya kepada penguasa atas tuduhan memfitnah. Yustinus pun ditangkap, disiksa dan akhirnya dipenggal kepalanya bersama-sama enam orang percaya lainnya.
Karya
Penyebutan tertua mengenai Yustin ditemukan dalam Oratio ad Graecos karya Tatian yang menyebutnya "Yustin yang paling dikagumi", dan mengutip suatu perkataan Yustin serta mengatakan bahwa orang Cynic bernama Crescens telah menjebaknya. Irenaeus menulis mengenai kemartiran Yustin dan mengenai Tatian sebagai murid Yustin. Irenaeus mengutip tulisan Yustin dua kali dan memperlihatkan pengaruhnya dalam bagian-bagian lain. Tertulianus, dalam karyanya Adversus Valentinianos, menyebut Yustin seorang filsuf dan seorang martir serta antagonis paling awal terhadap ajaran sesat. Hippolitus dan Methodius dari Olympus juga menyebut atau mengutip tulisan Yustin. Eusebius dari Kaisarea membahasnya dengan panjang lebar, dan menyebutkan karya-karya tulisan berikut:
Apologi Pertama (1 Apol) ditujukan kepada Antoninus Pius, putra-putranya, dan Senat Romawi;
Apologi Kedua (2 Apol) ditujukan kepada Senat Romawi;
Amanat kepada Orang Yunani (Discourse to the Greeks), suatu diskusi dengan para filsuf Yunani mengenai karakter dewa-dewa mereka;
Hortatory Address to the Greeks (sekarang dianggap bukan karya Yustin
suatu makalah Mengenai Kemahakuasaan Allah (On the Sovereignty of God), di mana ia menggunakan otoritas pagan maupun Kristen;
suatu karya berjudul Sang Penulis Mazmur (The Psalmist);
suatu makalah dalam bentuk skolastik Mengenai Jiwa (On the Soul); dan
Dialog dengan Trypho (Dialog)
Eusebius menyiratkan bahwa karya-karya lain juga ada dalam peredaran; dari Ireneus ia mengetahui adanya apologi Against Marcion ("Melawan Marcion"), dan suatu "Apologi" tulisan Yustin mengenai suatu Refutation of all Heresies ("Bantahan terhadap semua Ajaran Sesat").
Epifanius dan Hieronimus menyebutkan mengenai Yustin. Rufinus mengutip dari surat Yustinus kepada Hadrian yang ditulis dalam bahasa Latin. Setelah Rufinus, Yustin terutama dikenal dari Ireneus dan Eusebius atau dari karya-karya yang tidak jelas asal-usulnya. Chronicon Paschale menempatkan waktu mati syahidnya pada tahun 165. Sejumlah karya lain dalam jumlah besar disebutkan berasal dari Yustin oleh Arethas, Photius, dan para penulis lain, tapi tidak dapat dilacak kebenarannya. Expositio rectae fidei telah diyakini ditulis oleh Draseke untuk Apollinaris di Laodikea, tetapi mungkin merupakan karya abad ke-6. Cohortatio ad Graecos telah diyakini ditulis oleh Apollinaris di Laodicea, Apollinaris di Hierapolis, dan juga orang-orang lain. Epistola ad Zenam et Serenum, suatu pengajaran kehidupan Kristen, bergantung kepada Klemens dari Aleksandria, dan oleh Pierre Batiffol diyakini ditulis oleh Uskup di Novatia, Sisinnius (~ 400). Karya yang terlestarikan dengan judul "On the Sovereignty of God" tidak sesuai dengan deskripsi Eusebius mengenainya, meskipun Harnack menganggapnya masih mungkin merupakan karya Yustin, dan paling sedikit dari abad ke-2. Pengarang makalah singkat To the Greeks tidak mungkin Yustin, karena tergantung dari tulisan Tatian; Harnack menempatkannya antara tahun 180 dan 240.
Apologi
Karya tulis Yustinus, "Apologi Pertama", ditujukan pada Kaisar Antoninus Pius (dalam bahasa Yunani berjudul Apologia, yaitu suatu kata yang mengacu pada logika yang menjadi dasar kepercayaan seseorang). Dalam tulisannya ini, Yustinus menyatakan bahwa orang Kristen menuntut keadilan. Jika orang Kristen bersalah, ia harus diadili. Ia menolak bila orang Kristen dihukum karena mereka seorang Kristen. Ia juga menjelaskan mengenai ibadah Kristen dan Perjamuan Kudus, sehingga kecurigaan kekaisaran Roma terhadap orang Kristen sebagai kelompok subversif, amoral, dan kriminal pun terhapus. Seperti Paulus, Yustinus tidak meninggalkan orang-orang Yahudi ketika ia berpaling kepada orang-orang Yunani. Dalam karya besar Yustinus lainnya, "Dialog dengan Trypho", ia menulis kepada seorang Yahudi kenalannya, bahwa Kristus adalah penggenapan tradisi Ibrani.
Tidak hanya itu saja, Yustinus juga memberikan informasi mengenai tata ibadah, Baptisan, dan Perjamuan Kudus dalam gereja pada abad ke 2. Mengenai tata ibadah dikatakan bahwa ibadah dilakukan pada hari Minggu. Hal ini dikarenakan Allah beristirahat pada hari ketujuh. Selain itu, jemaat beribadah pada hari minggu juga karena Kristus bangkit pada hari tersebut. Mengenai praktik baptisan, Yustinus menyatakan bahwa mereka yang dibaptis adalah mereka yang telah percaya kepada pengajaran Kristen dan yang telah berjanji hidup mengikuti ajaran-ajaran tersebut.
Dialog dengan Trypho
Dalam Dialog dengan Trypho (Dialog), setelah bagian pengantar, Yustin berupaya menunjukkan bahwa Kekristenan merupakan hukum baru bagi semua orang.
On The Resurrection
Fragmen-fragmen karya "On the Resurrection" ("Mengenai Kebangkitan") dimulai dengan pernyataan bahwa kebenaran, dan Allah, sumber kebenaran, tidak membutuhkan saksi, tetapi mengalah pada kelemahan manusia, perlu untuk memberikan argumen agar meyakinkan mereka yang perlu diyakinkan. Kemudian ditunjukkan, setelah menyangkal kesimpulan yang tidak beralasan, bahwa kebangkitan tubuh bukannya tidak mungkin ataupun tidak bernilai bagi Allah, dan bukti nubuat tidaklah kurang. Fragmen lain mengambil bukti positif kebangkitan, menonjolkan kebangkitan Kristus dan mereka yang dipanggil-Nya ke dalam hidup. Pada fragmen lain kebangkitan ditunjukkan sebagai apa yang telah diturunkan, yaitu tubuh; pengetahuan mengenainya adalah doktrin baru, berbeda dengan filsafat kuno. Doktrin ini merupakan runtunan logis dari perintah untuk menjaga tubuh dalam kesucian moral.
Makalah On the Resurrection, yang banyak terlestarikan dalam bentuk fragmen dalam Sacra parallela, tidak secara umum diterima. Bahkan lebih awal dari koleksi ini, dirujuk oleh Procopius dari Gaza (~ 465-528). Methodius mengutip Yustinus untuk mendukung tafsirannya mengenai 1 Korintus 15:50 dalam cara yang membuat alamiah untuk menganggap adanya makalah mengenai hal itu, meskipun tidak ada jejak lain yang menghubungkan pemikiran baik di sini maupun dalam tulisan Ireneus (V., ii.-xiii. 5) dan tulisan Tertulianus, di mana sangat erat mengikuti tulisan bahasa Yunani makalah ini. Tulisan Against Marcion telah hilang, demikian pula Refutation of all Heresies yang dirujuk oleh Yustin sendiri dalam Apologi, i. 26; Hegesippus, juga Ireneus dan Tertulianus, nampaknya menggunakannya.
Yustin menggunakan materi dari kitab-kitab Injil (terutama Matius, Markus dan Lukas) dalam penyusunan Apologi Pertama dan Dialogue, baik secara langsung, seperti halnya Injil Matius, atau secara tidak langsung melalui penggunaan suatu harmoni Injil, yang mungkin disusun sendiri oleh Yustin ataupun sekolah yang dipimpinnya Pengutipan dari Injil Yohanes hanya sedikit. Satu kemungkinan kutipan adalah dalam konteks baptisan Kristen (1 Apol. 61.4 – "Kecuali kamu dilahirkan kembali,, kamu tidak dapat masuk kerajaan sorga."), tetapi Koester menduga bahwa Yustin mendapatkan perkataan ini dari suatu liturgi baptisan bukannya dari tulisan Injil Yohanes. Bukti yang lebih kuat adalah kemiripan kata-kata dengan Yohanes 3:4 langsung setelah diskusi mengenai kelahiran baru ("Jadi, apa yang mustahil bagi mereka yang sekali telah dilahirkan untuk memasuki rahim ibunya sekarang telah dinyatakan bagi semua"). Yustin juga menggunakan kata-kata yang sangat mirip dengan Yohanes 1:20 dan Yohanes 1:28. Lebih lanjut, dengan memakai istilah "catatan kenangan para rasul" ("memoirs of the apostles") dan membedakan dari tulisan-tulisan para "pengikutnya", Yustin harusnya tahu bahwa paling sedikit dua kitab Injil ditulis oleh rasul-rasul asli. Karena salah satunya jelas adalah Matius, yang lain tentunya adalah Yohanes.
Catatan kenangan para rasul
Yustinus (Yustin) Martir, dalam Apologi Pertama (1 Apol.) (~155) dan Dialog dengan Trypho (Dialog) (c. 160), kadang merujuk sumber-sumber tertulis yang terdiri dari naratif kehidupan Yesus dan kutipan-kutipan perkataan Yesus sebagai "catatan kenangan para rasul" ("memoirs of the apostles"; Yunani: ἀπομνημονεύματα τῶν ἀποστόλων; transliterasi: apomnêmoneúmata tôn apostólôn) dan lebih jarang sebagai Injil (Greek: εὐαγγέλιον; transliterasi: euangélion) yang, menurut Yustin, dibacakan setiap hari Minggu dalam gereja di Roma (1 Apol. 67.3 – "dan memoirs of the apostles atau tulisan-tulisan para nabi dibacakan selama diizinkan").
Penyebutan "catatan kenangan para rasul" ditemukan dua kali dalam karya Yustin 1 Apol. (66.3, 67.3–4) dan 13 kali dalam Dialogue, kebanyakan dalam tafsirannya mengenai Mazmur 22, sedangkan istilah "Injil" digunakan hanya 3 kali, sekali dalam 1 Apol. 66.3 dan dua kali dalam Dialog. Satu perikop di mana Yustin menggunakan kedua istilah itu (1 Apol. 66.3) membuat jelas bahwa "catatan kenangan para rasul" dan "Injil" adalah sama, serta penggunaan bentuk jamak mengindikasikan bahwa Yustin sadar ada lebih dari satu Injil tertulis. ("Para rasul di dalam memoirs yang mereka buat, yang juga disebut Injil-injil, telah meneruskan apa yang diperintahkan oleh Tuhan ..."). Yustin mungkin lebih suka mengggunakan penyebutan "catatan kenangan para rasul" supaya membedakan dengan "Injil" yang dibuat oleh tokoh yang hidup sezaman dengannya, Marcion, untuk menekankan hubungan antara kesaksian bersejarah dari kitab-kitab Injil dengan nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang ditolak oleh Marcion.
Tidak jelas bagaimana asalnya Yustin menggunakan sebutan "catatan kenangan para rasul" sebagai persamaan kata untuk "kitab-kitab Injil". Sarjana David E. Aune berargumen bahwa kitab-kitab Injil dipolakan seperti biografi-biografi klasik Yunani-Romawi, dan penggunaan istilah apomnemoneumata oleh Yustin mencakup semua kitab-kitab Injil dapat dipahami sebagai rujukan kepada biografi tertulis seperti Memorabilia Xenophon karena kitab-kitab itu melestarikan ajaran asli Yesus. Namun, sarjana Helmut Koester menunjukkan bahwa judul bahasa Latin bagi "Memorabilia" baru diterapkan pada karya Xenophon pada Abad Pertengahan, dan lebih mungkin apomnemoneumata digunakan untuk menyebut penyampaian oral perkataan Yesus dalam Kekristenan mula-mula. Papias menggunakan istilah mirip yang bermakna "mengingat-ingat" (apomnemoneusen) ketika mengisahkan bagaimana Markus secara akurat mencatat "rekoleksi Petrus", dan Yustin juga menggunakannya dalam rujukan kepada Petrus dalam Dialog 106.3, diikuti oleh suatu kutipan yang hanya terdapat dalam Injil Markus (Mk 3:16–17). Jadi, menurut Koester, kemungkinan Yustin menerapkan sebutan "catatan kenangan para rasul" dengan cara serupa untuk mengindikasikan dapat dipercayanya rekoleksi para rasul yang didapati pada catatan tertulis kitab-kitab Injil.
Yustin menguraikan Kitab-kitab Injil sebagai suatu rekaman akurat penggenapan nubuat Alkitab, yang dikombinasikannya dengan kutipan-kutipan kitab-kitab para nabi Israel dari LXX untuk mendemonstrasikan suatu bukti dari nubuat kerygma Kristen. Pentingnya kata-kata para nabi yang dilekatkan oleh Yustinus secara teratur dengan "ada tertulis", menunjukkan hormatnya pada kitab-kitab Perjanjian Lama, sedangkan otoritas yang diberikannya untuk "catatan kenangan para rasul" menurut sarjana modern kurang jelas. Koester menjelaskan pandangan umum para sarjana bahwa Yustin menganggap "catatan kenangan para rasul" merupakan catatan sejarah akurat tetapi bukan tulisan-tulisan yang diilhami, sedangkan sarjana Charles E. Hill, meskipun mengakui pandangan kesarjanaan aliran utama, menganggap bahwa Yustin memandang kutipan-kutipan penggenapan nubuat dalam kitab-kitab Injil setara dalam otoritas.
Surat-surat
Berdasarkan perlawanannya terhadap ajaran Marcion, sikap Yustin terhadap Surat-surat Paulus umumnya bersesuaian dengan sikap Gerejanya. Dalam karya-karya Yustin didapati kutipan jelas dari Surat Roma, Surat 1 Korintus, Surat Galatia, Surat Efesus, Surat Kolose, dan Surat 2 Tesalonika, serta kemungkinan dari Surat Filipi, Surat Titus, dan Surat 1 Timotius. Nampaknya ia juga mengenal Surat Ibrani dan Surat 1 Yohanes. Karakter apologetika dari kebiasaan berpikir Yustin muncul lagi dalam catatan Kisah mati syahidnya, keasliannya dibuktikan oleh bukti-bukti internal.
Kitab Wahyu
Yustin tidak mengutip langsung dari kitab Wahyu kepada Yohanes, tetapi ia jelas merujuknya, menyebut Yohanes sebagai pengarangnya (Dialogue. 81.4 "Terlebih pula di antara kami ada seorang bernama Yohanes, salah satu rasul Kristus, bernubuat dalam suatu wahyu yang diberikan kepadanya bahwa mereka yang percaya kepada Kristus kami akan menghabiskan seribu tahun di Yerusalem; dan bahwa setelahnya orang umum dan, singkatnya, kebangkitan dan penghakiman kekal akan terjadi"). Sarjana Brooke Westcott mencatat bahwa rujukan kepada pengarang satu-satunya kitab nubuat dalam Perjanjian Baru ini melukiskan pembedaan yang dibuat oleh Yustin antara peran nubuat dan penggenapan kutipan-kutipan dari kitab-kitab Injil, karena Yustin tidak menyebutkan nama kitab Injil kanonik secara individual.
Sumber-sumber kesaksian
Menurut sarjana Oskar Skarsaune, Yustin mengandalkan dua sumber utama bagi bukti nubuat yang kemungkinan disebarkan sebagai koleksi kesaksian kitab-kitab suci di dalam sekolah Kristen tempatnya mengajar. Sumber pertama untuk memaparkan bukti kitab suci dalam First Apology dan perikop-perikop paralel dalam Dialogue disebutnya "sumber kerygma" ("kerygma source"). Sumber kedua yang hanya digunakan dalam Dialogue, mungkin identik dengan suatu dialog yang hilang karya Aristo dari Pella mengenai hakikat ilahi Mesias, Dialogue of Jason and Papiscus (~ 140). Yustin mengutip secara verbatim bacaan-bacaan Alkitab dari sumber-sumber ini, dan sering membuat parafrase sumber-sumbernya secara cermat, bahkan dalam keterangan penafsirannya.
Yustin kadang-kadang menggunakan Injil Matius langsung sebagai sumber nubuat-nubuat Perjanjian Lama untuk melengkapi sumber kesaksiannya. Namun, kutipan-kutipan penggenapan dari sumber-sumber ini lebih sering berbentuk harmonisasi Injil Matius dan Lukas.
Koester berpendapat bahwa Yustin telah menyusun suatu harmoni Injil awal sejalan dengan baris-baris harmoni Injil karya muridnya, Tatian, yaitu Diatessaron. Namun, keberadaan suatu harmoni yang sebagai suatu koleksi terpisah ditentang oleh sarjana Arthur Bellinzoni. Apakah materi harmoni Injil yang ditemukan dalam tulisan-tulisan Yustin berasal dari harmoni Injil yang sudah ada atau dikombinasi saat menyusun teks bukti alkitabiah, masih terus diteliti.
"Sumber kerygma"
Kutipan berikut dari 1 Apol. 33:1,4–5 (paralel parsial dalam Dial. 84) mengenai annunciation dan kelahiran Yesus dari seorang perawan menunjukkan bagaimana Yustin menggunakan ayat-ayat harmoni Injil dari Injil Matius dan Lukas untuk memberikan bukti alkitabiah bahwa Yesus adalah Mesias berdasarkan penggenapan nubuat Yesaya 7:14.
"Dan dengarlah lagi bagaimana Yesaya menubuatkan bahwa Dia harus dilahirkan dari seorang perawan;; karena demikian dikatakannya: 'Lihat, perawan itu mengandung dalam rahimnya dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menyebut dalam namanya, Allah beserta kita' (Matius 1:23)." (1 Apol. 33:1)
"...kuasa Allah, yang turun ke atas perawan itu, menaunginya dan membuatnya selagi masih perawan untuk mengandung (bandingkan Lk 1:35), dan malaikat Allah memberitakan kepadanya dan berkata, 'Lihat, engkau akan mengandung dalam rahim dari Roh Kudus dan melahirkan seorang anak laki-laki (Mt 1:20/Lk 1:31) dan ia akan disebut Putra dari Yang Mahatinggi (Lk 1:32). Dan engkau akan menamainya Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Mt 1:21),' sebagaimana diajarkan oleh mereka yang telah membuat memoirs ("catatan kenangan") mengenai segala sesuatu tentang Juruselamat kita Yesus ... (1 Apol. 33:4–5)
Dialogue of Jason and Papiscus
Dialogue with Trypho memuat kutipan-kutipan berikut mengenai baptisan (Dial. 88:3,8) dan pencobaan (Dial. 103:5–6) Yesus, yang diyakini berasal dari Dialogue of Jason and Papiscus, mengilustrasikan penggunaan naratif Injil dan perkataan Yesus dalam suatu sumber kesaksian dan bagaimana Yustin mengadopsi "catatan kenangan para rasul" untuk tujuannya.
"Dan kemudian, ketika Yesus datang ke sungai Yordan di mana Yohanes membaptis, dan ketika Yesus turun ke dalam air, suatu api tersulut dalam Yordan, dan ketika Ia bangkit keluar dari air, Roh Kudus hinggap di atas-Nya dalam bentuk burung merpati, seperti ditulis oleh para rasul mengenai Kristus kita ini." (Dial. 88:3)
"Dan ketika Yesus datang ke Yordan, dan dianggap putra Yusuf si tukang kayu..., Roh Kuddus, dan untuk kepentingan manusia, sebagaimana kukatakan sebelumnya, hinggap di atasnya, dan suatu suara terdengar saat itu dari sorga – yang juga diucapkan oleh Daud, ketika ia berkata, mewakili Kristus, bahwa Bapa akan mengatakan kepada-Nya – 'Engkaulah Anak-Ku, hari ini Aku memperanakkan-Mu'." (Dial. 88:8)
"Iblis sendiri [yang] disebut sebagai ular oleh Musa, Iblis oleh Ayub and Zakharia, dan disebut Setan oleh Yesus. Ini mengindikasikan bahwa ia mempunyai suatu nama majemuk yang dibentuk dari perbuatan-perbuatannya; karena kata "Sata" dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aram berarti "apostat ("sesat")", sedangkan "nas" adalah kata yang diterjemahkan sebagai "ular", jadi, dari kedua bagian itu terbentuk satu kata "Sata-nas". Ditulis dalam catatan kenangan para rasul bahwa segera setelah Yesus keluar dari sungai Yordan dan suatu suara berkata kepada-Nya: 'Engkau Anak-Kku, hari ini Aku memperanakkan-Mu', Iblis ini datang dan mencobai Dia, bahkan sampai berseru: 'Sembahlah aku'; tetapi Kristus menjawab: 'Enyahlah daripada-Ku, Satanas, Tuhan Allahmulah yang harus engkau sembah, dan hanya Dia yang harus engkau layani'. Karena, sejak Iblis menipu Adam, ia mengira dengan sejumlah cara dapat melukai-Nya juga." (Dial. 103:5–6)
Kutipan-kutipan yang merujuk kepada penggenapan nubuat Mazmur 2:7 ditemukan dalam teks Western dari Lukas 3:22. Penyebutan Yustin mengenai api di sungai Yordan tanpa komentar menunjukkan bahwa ia bergantung pada suatu sumber perantara untuk kutipan-kutipan Injil ini, dan penafsiran literalnya mengenai suatu pseudo-etimologi kata Ibrani "Satanas" untuk "Setan" menunjukkan ketergantungannya pada suatu sumber kesaksian dengan pengetahun bahasa Ibrani, yang mungkin adalah Dialogue of Jason and Papiscus.
Sumber-sumber katekismus
Yustin mengutip banyak perkataan Yesus dalam 1 Apol. 15–17 dan kelompok-kelompok perkataan lebih kecil dalam Dialog. 17:3–4; 35:3; 51:2–3; and 76:4–7. Perkataan itu paling sering merupakan harmoni Injil Matius dan Lukas yang nampaknya dikelompokkan bersama menurut topik dan diorganisir menjadi koleksi perkataan, termasuk materi yang kemungkinan berasal dari suatu katekismus Kristen mula-mula.
Contoh berikut adalah suatu pengajaran etis mengenai penyebutan Sumpah dalam 1 Apol. 16:5 menunjukkan suatu kombinasi materi perkataan yang ditemukan dalam Injil Matius dan Surat Yakobus:
"Jangan bersumpah sama sekali (Matius 5:34). Biarlah Ya darimu adalah Ya dan Tidak darimu adalah Tidak (Yakobus 5:12). Segala yang lain adalah dari si jahat (Matius 5:37)."
Harmonisasi Injil Matius dan Lukas terbukti dari kutipan-kutipan Matius 7:22–23 dan Lukas 13:26–27 berikut, yang digunakan oleh Yustin dua kali, dalam 1 Apol. 16:11 dan Dial. 76:5:
"Banyak orang akan berkata kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami dalam nama-Mu makan dan minum dan melakukan perbuatan-perbuatan ajaib?' Maka Aku akan berkata kepada mereka, 'enyahlah daripada-Ku, para pembuat kejahatan'."
"Banyak orang akan berkata kepada-Ku hari itu, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami dalam nama-Mu makan dan minum dan bernubuat dan mengusir setan?' Dan Aku akan berkata kepada mereka, 'enyahlah daripada-Ku'."
Dalam kedua kutipan itu, Yustin menggunakan teks harmoni Injil Matius dan Injil Lukas yang sama, meskipun keduanya tidak mengutip lengkap seluruh bacaan Injil-Injil itu.
Sumber-sumber lain
Yustin memasukkan suatu traktat mitologi Yunani dalam 1 Apol. 54 dan Dial. 69 yang menyatakan mitos-mitos berbagai dewa orang pagan merupakan tiruan nubuat mengenai Kristus dari Perjanjian Lama. Ada juga suatu traktat kecil dalam 1 Apol. 59–60 mengenai para filsafat yang mengutip dari Musa, terutama Plato. Kedua traktat ini mungkin dari sumber yang sama, yaitu suatu Apologi Kristen awal.
Eksegesis profetik
Tulisan-tulisan Yustin merupakan suatu khazanah penafsiran awal mengenai nubuat-nubuat Kitab Suci.
Kepercayaan pada nubuat
Kebenaran para nabi, dinyatakannya, mendorong persetujuan. Perjanjian Lama merupakan panduan dan penasihat yang terilhami.
Penggenapan
Yustin berbicara mengenai penggenapan-penggenapan nubuat Alkitab berikut
Nubuatan mengenai Mesias, terutama kehidupan-Nya.
Kehancuran Yerusalem.
Orang bukan-Yahudi menerima Kekristenan.
Yesaya menubuatkan bahwa Yesus akan lahir dari seorang perawan.
Mikha menyebutkan Betlehem sebagai tempat kelahiran-Nya.
Zakharia menubuatkan masuk-Nya ke Yerusalem dengan menunggang seekor anak keledai.
Kedatangan Kedua dan Daniel 7
Yustin menghubungkan Kedatangan Kristus yang kedua dengan titik puncak nubuat Daniel 7.
Antikristus
Kedatangan kedua yang penuh kemuliaan ditempatkan oleh Yustin dekat setelah munculnya Antikristus, atau "orang sesat."
Masa, masa-masa, dan setengah masa
Tulisan dalam Kitab Daniel "Masa, masa-masa, dan setengah masa" diyakini oleh Yustin sudah mendekati penggenapannya, ketika Antikristus mengucapakan kata-kata hujatannya terhadap Yang Mahatinggi. Dan ia berdebat dengan Trypho mengenai suatu "masa" dan "masa-masa". Yustin mengharapkan waktu itu singkat, tetapi Trypho tidak setuju.
Ekaristi
Pernyataan-pernyataan St. Yustinus dalam Apologi Pertama termasuk di antara sejumlah ungkapan Kristen yang paling awal tentang Ekaristi atau Perjamuan Kudus.
"Dan makanan ini di antara kalangan kita disebut Εὐχαριστία [Ekaristi] ... Karena bukan sebagai roti biasa dan minuman biasa kita menerima ini semua; tetapi sama seperti Yesus Kristus Juruselamat kita, yang telah dijadikan daging oleh Firman Allah, memiliki baik daging maupun darah demi keselamatan kita, demikian juga kita telah diajarkan bahwa makanan yang diberkati oleh doa Firman-Nya, dan yang darinya darah dan daging kita diberi makan oleh transmutasi, adalah daging dan darah dari Yesus yang telah menjadi daging."
Peringatan dan Relikui
Gereja "St. John the Baptist" di Sacrofano, beberapa mil di sebelah utara Roma, mengklaim memiliki relikui St. Yustin.
Pada tahun 1882 Paus Leo XIII mengadakan suatu Misa dan suatu Office yang disusun untuk hari peringatannya, yang ditetapkan pada tanggal 14 April, satu hari setelah kematiannya sebagaimana diindikasikan dalam Martyrology of Florus; tetapi karena tanggal ini sering jatuh dalam masa perayaan Paskah, peringatannya dipindahkan pada tahun 1968 ke tanggal 1 Juni, hari di mana ia telah diperingati dalam Ritus Bizantin sejak sedikitnya abad ke-9.