Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jul 6, 2016

Arab Jahiliyah (Pra Islam)

Dalam kisah Al-Quran dan penelitian oleh sejarahwan terhadap sejarah perkembangan ajaran paganisme dalam abad kedua Hijriyah, mengatakan bahwa sebelum datangnya ajaran Islam, ajaran paganisme dalam bentuknya yang berbagai macam mempunyai kedudukan/ tempat yang tertinggi dikalangan orang-orang Arab .

Dikisahkan melalui hadits bahwa bangsa Arab Jahiliyah telah meletakkan berhala disekitar Kaabah sebanyak 360 berhala. Berhala yang disembah Arab Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama perempuan atau lelaki, berhala yang terkenal diantaranya adalah:

Hubal

Hubal (Arab:هبل) adalah berhala yang disembah sebagai Dewa Bulan oleh bangsa Arab Jahiliyah dan sangat terkenal di Mekkah sebelum datangnya ajaran Islam. 'Amr bin Luhay membawa berhala Hubal dari Kota Ma'arib (Moab) dan ia dianggap sebagai pelopor yang telah membawa berhala Hubal ke Jazirah Arab.

Etimologi

Melacak asal-usul para berhala kuno ini seringkali menemukan kelemahan. Jika nama Hubal di hubungkan dengan bahasa Aramik berarti roh, sebagaimana yang diajarkan oleh Philip K. Hitti[1], maka Hubal berasal dari Arab sebelah Utara. Jika dilihat dari beberapa pendapat mengatakan bahwa Hubal dilihat dari asal-usulnya maka berhala itu berasal dari peradaban mitologi bangsa Mesopotamia yang berpuncak pada mahadewa Enlil yang sangat terkenal pada abad ke 17 SM.

Disamping menyembah Hubal, bangsa Arab Quraisy menyembah pula berhala Bâal sang Dewa Badai yang berasal dan peradaban Israel purba abad ke-13 SM, yang sudah disembah ras Arabia sedikitnya sejak abad ke-10 SM. Dengan demikian terdapat pengaruh kebudayaan Mesopotamia dan Israel purba dalam budaya penyembahan berhala di Hejaz.

Menurut Nehs seorang misionaris, dalam usahanya menghubungkan Hubal dengan "Ha-Baal" (Baal), berhala Hubal di Mekkah berasal dari Ma'arib. Nehls berkata: "Where was Baal worshipped? In Moab! It was the "god of fertility". 'Amr bin Luhay brought Hubal from Moab to Arabia."

Wujud Hubal

Menurut riwayat berhala Hubal itu terbuat dari batu akik merah seperti orang, tangan sebelah kanan telah patah, kemudian setelah menjadi berhala kaum Qurais, mereka membuatkan tangan dari emas sebagai gantinya yang patah itu. Menurut riwayat lain, Hubal ditaruh didalam Ka'bah dan dijadikan berhala terbesar didalam dan luar Ka'bah. Sebagai bawahan Hubal dibuat pula berhala Manāt, Latta dan ‘Uzzá yang merupakan berhala penduduk lokal.

Lātta

l-Lātta (Arab:اللات, al-Lāt) adalah berhala dewi yang disembah oleh bangsa Arab Jahiliyah dan dianggap sebagai salah satu anak tuhan bersama dengan Manāt dan ‘Uzzá. Al-Lātta memiliki arti "Sang Dewi". Berhala ini disebutkan didalam Al-Qur'an surah An-Najm 53:19 yang berbunyi;
“ Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap al Lata dan al Uzza,...(An-Najm 53:19)

Lātta

Menurut riwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Rabi’ bin Anas mereka membaca (الاَّتَ) dengan ditasydidkan taa (تَّ) dan mereka menafsirkannya dengan “Seseorang yang mengadoni gandum untuk para jamaah haji di masa jahiliyyah. Tatkala dia meninggal, mereka i’tikaf di kuburannya lalu menyembahnya.” Mujahid berkata: “Al Lātta adalah orang yang dahulunya tukang mengaduk tepung gandum (dengan air atau minyak) untuk dihidangkan kepada jamaah haji. setelah meninggal, merekapun senantiasa mendatangi kuburannya.”

Imam Al-Bukhari mengatakan, Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas berkata tentang firman Allah “Al-Lātta dan Al-’Uzza.”: “Al-Lātta adalah seseorang yang menjadikan gandum untuk para jamaah haji.”[1]

Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan berkata, Lātta dengan dobel huruf "t" sebagai isim fa’il (Lātta) berasal dari kata kerja latta-yaluttu. Dia (Lātta) adalah seorang lelaki yang shalih yang biasa mengadon tepung untuk memberi makan jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah di atas kuburannya, dan menutupinya dengan tirai-tirai. Akhirnya mereka menyembahnya sebagai sekutu selain Allah.

Lāta

Sedangkan kata Lata tanpa dobel huruf "t", adalah nama berhala di Tha'if. Dia berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah rumah di atasnya. Padanya ada tirai-tirai yang menyamai ka’bah. Di sekelilingnya ada halaman dan di mempunyai pelayan (penjaga). Berhala ini milik kabilah Tsaqif dan kabilah-kabilah yang ada disekitar mereka.

Lāta kedua ini dibuat dari batu besar yang dianggap suci, diletakkan didalam kotak kayu berbentuk persegi dengan batu permata didalamnya. Ia dikenal juga oleh Herodotus sebagai "Alilat". Lembah Wajj dianggap suci dan sejajar dengan berhala tersebut. Disekitar berhala itu banyak pepohonan yang tidak boleh ditebang. Para penyembahnya selalu meletakkan persembahan berupa baju, batu permata dan hadiah-hadiah lain diatas batu berhala tersebut, sebagai salah satu upacara keagamaan.

‘Uzzá

Al-‘Uzzá (Arab:العزى, Yang Terkuat) adalah salah satu berhala yang disembah oleh bangsa Arab Jahiliyah. Berhala ini dianggap sebagai salah satu anak Tuhan bersama dengan Lattā dan Manāt. ‘Uzzá dianggap sebagai dewi perang suci dan yang paling muda diantara berhala dewi yang lain. Berhala pohon dari Sallam yang terletak di lembah Nakhlah yang terletak antara Mekkah dan Tha’if. Di sekitarnya terdapat bangunan, dan tirai-tirai. Berhala ini juga mempunyai pelayan dan penjaga.

Al-‘Uzzá juga disembah oleh bangsa Nabatea, yang dianggap sejajar dengan salah satu dewi Aphrodite. Al Qur'an menyebutkannya didalam salah satu surahnya yaitu didalam surah An-Najm ayat 19, yang berbunyi:
“ Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap al Lata dan al Uzza, (An-Najm 53:19) ”

Sebagian orang menyebutnya dengan nama Al-'Uzza, El-'Ozza, Uzza, Izza.

Manāt

Berhala berupa batu besar yang terletak tak jauh di Gunung Qudayd diantara Mekkah dan Madinah. Berhala ini adalah milik suku Khuza’ah, Aus, dan Khazraj. Jika sedang berhaji, mereka berihram di sisinya, dan mereka menyembahnya.

Sebenarnya keempat berhala ini hanyalah orang saleh yang pernah hidup pada zaman Ibrahim. Sesudahnya mereka meninggal, beberapa orang membuat berhala untuk menghormati orang-orang soleh itu secara berlebihan. Mereka menganggapnya sebagai anak-anak Tuhan. Tidak cukup dengan berhala-berhala besar tersebut itu saja buat orang-orang Arab guna menyampaikan sembahyang dan memberikan kurban-kurban dan sesaji, tetapi kebanyakan mereka itu mempunyai pula patung-patung dan berhala-berhala dalam rumah mereka masing-masing.

Manāt (Arab:مناة) adalah berhala yang terbuat dari batu keras milik Bani Hudzail di Gunung Qudayd, al-Musyallal. Berhala ini menghadap ke arah Laut Merah yang berjarak dari pesisir pantai kurang lebih 40 km dan dari Madinah berjarak sekitar 4 mil. Kabilah Khuza’ah, Aws, Khazraj, al-Azad dan Ghassan dahulu sering menyucikan dan menziarahinya.

Ada beberapa 2 versi yang mengatakan bahwa Manāt berhasil dihancurkan oleh Ali bin Abu Thalib, dan satu lagi mengisahkan bahwa berhala ini dihancurkan oleh Sa’ad bin Zaid al-Asyhaly bersama dua puluh orang pasukan berkuda pada bulan Ramadhan 8 H.

Etimologi

Manāt berasal dari kata al-Mana yang berarti takdir/ nasib atau bisa pula memiliki arti kematian.

Berhala Manāt ini disebut didalam Al Qur'an dalam surah An-Najm 53:20
“ ...dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (An-Najm 53:20) ”

Menurut buku yang berjudul "Book of Idols" (Kitab al-Asnām) yang dikarang oleh Ibnu al-Kalbī, Manāt diyakini oleh bangsa Arab Jahiliyah bahwa ia adalah dewi keyakinan dan sebagai yang anak tertua dari tiga "Anak Tuhan." Ia dikenal juga dengan nama Manawat bagi Suku Nabatea dari Petra, yang sejajar dengan dewi Nemesis dan dianggap sebagai istri Hubal.

"Book of Idols" juga menuliskan bahwa Suku Quraisy (suku penguasa di Mekkah) begitupula dengan suku Arab lainnya melanjutkan untuk menyembah Manāt, sampai diutusnya seorang nabi yang bernama Muhammad pada 8 Hijriyah, pada tahun ini Tuhan memberikannya kepada Muhammad sebuah kemenangan dalam Pertempuran Mu'tah. Ketika Muhammad sejarak empat atau lima malam dari Madinah, ia kemudian mengirimkan berita secara tertulis untuk menghancurkan berhala ini.

No comments: